Budidaya Gurami untuk Ketahanan Pangan dan Eradikasi...
Transcript of Budidaya Gurami untuk Ketahanan Pangan dan Eradikasi...
Budidaya Gurami untuk Ketahanan Pangan
dan Eradikasi Kemiskinan di Pedesaan:
Peluang dan Tantangan
Oleh : Ign. Hardaningsih
Dalam Rangka
Seminar Nasional Tahunan XV
Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
Tahun 2018
Departemen Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
28 Juli 2018
2
i
PROFIL PEMBICARA
Identitas Diri
Nama Lengkap : Dr. Ir. Ignatius Hardaningsih, M.Si. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunungkidul, 4 Januari, 1959 Alamat Rumah : Perum AMPTA Permai No 23 Jenis
Wedomartani, ngemplak Sleman Nomor Telepon : (0274) 8722106
Nomor HP : 08157920737 Alamat Kantor : Jl. Flora, Gedung A-4, Bulaksumur,
Yogyakarta
Nomor Telepon dan Fax : (0274) 551218 Alamat e-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Program S1 S2 S3
Nama PT UGM (Pertanian/Perikanan)
UGM (Pasca Sarjana
UGM/Biologi)
UGM (Ilmu Biologi)
Judul Skripsi/Tesis
Penggunaan Urin wanita Hamil pada Pemijahan Ikan Tawes
Variasi Fenotip Ikan Gurami
(Osphronemus Goramy Lac.)
di Daerah Istimewa
Yogyakarta
Pertumbuhan dan Kelulushidupan
Benih Gurami (Osphronemus
Goramy Lac.) pada Variasi
suhu, Aerasi Air Budidaya terkait
dengan Perkembangan Labirin,
Intestinum dan Pneumatocyst
ii
Pengalaman Kerja
Tahun Pekerjaan Instansi/ Kegiatan Lokasi
1986 – kini Dosen Fakultas Pertanian
UGM
Yogyakarta
1995-
sekarang
Ketua Laboratorium
Genetika dan
Produksi Benih Ikan
Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
UGM
Yogyakarta
2005 – 2010 Dewan Pakar PIHI DIY DIY
2007- 2018 Pendamping
Akademis Bidang
Perikanan
Dinas Pertanian dan
Kehutanan
Kabupaten Sleman
Sleman
2009- 2012 Satgas Perbenihan Direktur
Perbenihan, Dirjen
Budidaya,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
Nasional
2012 Ahli Perikanan Kementerian
Pengembangan
Daerah Tertinggal
(KPDT )
Sukabumi Jawa
barat
2011- 2012 Ahli Budidaya/
pembenihan Ikan
CSR Bank Indonesia
dengan Jurusan
Perikanan Fakultas
Pertanian UGM
Kelompok Ikan
Mina Kepis
2012-2016 Manajer Umum PT Pagilaran Yogyakarta
2011-2018 Narasumber
Pendamping
Pengembangan
Teknologi pada
Kegiatan
Pengembangan
Rekayasa Teknologi
Budidaya Air Tawar
Dinas Kelautan dan
Perikanan DIY
Yogyakarta
2018-2021 Ketua Program Studi
Akuakultur
Departemen
Perikanan Fakultas
Pertanian UGM
Yogyakarta
1
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Om swastiastu
Namo Buddhaya
Berkah Dalem Gusti
Budidaya Gurami Untuk Ketahanan Pangan dan Eradikasi
Kemiskinan Di Pedesaan:
Peluang dan Tantangan
Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang beriklim tropis, sehingga
dengan letak tersebut memungkinkan adanya keanekaragaman jenis ikan
yang tinggi. Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan beberapa
pulau-pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi,
Flores, Timor, dan Papua. Dengan adanya beberapa pulau-pulau yang besar
dimungkinkan banyak jenis ikan air tawar di Indonesia. Gurami
(Osphronemus goramy) merupakan salah satu jenis ikan asli Indonesia
disamping berbagai jenis ikan lainnya.
Gurami termasuk dalam ordo Labyrinthici, yakni kelompok ikan yang
mampu mengambil udara di luar perairan; sub-ordo Anabantoidei bercirikan
adanya labirin, alat pernapasan tambahan yang merupakan selaput yang
berkelok-kelok dan menonjol dari tepi atas lengkung insang yang pertama;
kelas Anabantidae memiliki ciri-ciri tubuh gepeng, agak panjang, hidung
pendek, mulut kecil, lubang insang sempit karena merupakan sela-sela
antara daun insang lebar (Hardaningsih et al., 2012).
Habitat
Secara geografis, gurami tersebar di berbagai negara, seperti Indonesia
(Sumatera, Jawa, Kalimantan), Malaysia, Filipina, Thailand. Habitat gurami
adalah perairan yang tenang dan dalam, misalnya rawa, waduk, dan danau
di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dari permukaan laut. Gurami
menyukai perairan yang jernih dan tenang serta tidak mengandung lumpur
(Rukmana, 2005).
2
Keragaman Gurami di Indonesia
Gurami di Indonesia memiliki banyak jenis, atas dasar asal daerah ikan
tersebut hidup yang sudah berabad-abad mendiami daerah tersebut. Seperti
halnya gurami dari Padang, ada dua jenis: yang berwarna terang (gurami
paso) dan gurami padang gelap atau hitam. Gurami paso atau gurami padang
terang sudah direlease dengan SK Menteri KKP tahun 2017. Di Padang,
gurami tersebut banyak terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota. Gurami
yang berasal dari Jambi atau sering disebut gurami batanghari, banyak
hidup di Sungai Batanghari. Gurami dari Kalimantan Selatan sering disebut
sebagai jenis gurami riam kanan, karena gurami tersebut banyak hidup di
Sungai Riam Kanan.
Gurami di wilayah Jawa saat ini sudah sangat campur aduk (kacau). Di
Jawa saat ini banyak terdapat gurami soang. Pada tahun 2000 masih banyak
jenis gurami yang dipelihara di pedesaan seperti gurami blue safir, gurami
jali, gurami paris, gurami bastar, gurami bule, dan gurami batu. Nama-nama
gurami di Jawa banyak disebut karena bentuk dan warna tubuhnya
(Hardaningsih, 2001). Di Jawa Barat terdapat terdapat jenis gurami
galunggung yang hidup di perairan di sekitar Gunung Galunggung.
Sifat Gurami
Bentuk ikan gurami pipih seperti cakram, sehingga untuk mencapai
ikan konsumsi membutuhkan ukuran minimal 500 gram. Untuk
mendapatkan gurami dengan daging yang tebal, minimal berat gurami
adalah 750 gram, dan untuk mencapai ukuran tersebut membutuhkan
waktu 12 bulan dari menetas.
Ikan gurami merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora,
karena lebih suka mengkonsumsi tumbuhan terutama setelah gurami
mencapai ukuran lebih dari 50 gram. Daun tanaman yang disukai terutama
daun keladi yang masih muda. Gurami berukuran lebih dari 200 gram
mampu mengkonsumsi daun keladi tua, daun kangsung, kayu apu, dan
daun-daun lainnya. Sisi lain ikan gurami adalah mudah terkena parasit
misalnya; lernea, heneguya, I. multifilis, Trichodina sp. Dactylogyrus sp.
3
Gurami sebagai Penyedia Protein Hewani
Protein hewani di Indonesia banyak didominasi dengan telur, daging
ayam, ikan laut maupun ikan air tawar. Daging ikan memiliki masalah
tenggang waktu yang pendek setelah ikan mati, sehingga untuk
mendapatkan kualitas ikan yang baik yaitu dengan mengkonsumsi ikan
dengan bahan dasar ikan yang masih hidup, atau mengkonsumsi ikan
dengan bahan dasar ikan yang dibekukan.
Untuk bahan dasar ikan yang dibekukan hampir dapat dilakukan untuk
semua jenis ikan. Sementara untuk bahan dasar ikan hidup diperlukan
tempat penampungan sementara. Sebagai contoh, ikan lele dan ikan gurami
dapat ditampung pada tempat penampungan tanpa harus dengan air
mengalir, sementara ikan lain seperti nila dan ikan mas memerlukan tempat
penampungan dengan aliran air supaya bisa bertahan hidup selama
penampungan.
Nilai Ekonomis Gurami
Gurami merupakan komoditas ikan air tawar dengan nilai ekonomis
yang tinggi. Dengan ikan gurami memiliki nilai ekonomi tinggi akan
meningkatkan daya saing komoditas perikanan budidaya, dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Karena harga jualnya yang
relatif mahal dan stabil, gurami merupakan komoditas air tawar dengan
harga yang tinggi dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi air tawar yang
lainnya. Budidaya gurami juga dapat meningkatkan kesejahteraan
pembudidaya, karena gurami dapat dibudidayakan di lahan marginal dengan
sumber air minimal dan dengan penambahan pakan alternatif dari tumbuh-
tumbuhan.
Jenis daging gurami banyak dikenal dan disukai masyarakat sejak
dahulu, karena rasa yang enak dengan cita rasa yang khas. Gurami memiliki
tekstur daging tidak lembek (Respati & Santoso 1993), serta duri dan
tulangya sedikit (Ustadi & Hardaningsih 1996), sehingga banyak diminati
masyarakat terutama golongan menengah ke atas.
Gurami dalam kehidupan manusia dengan istilah Jawa “Gawe Urip
Renes Ayem Mulyo” untuk meningkatkan keimanan. Pada saat ini, ukuran
4
gurami yang dipasarkan untuk ikan konsumsi antara 500–1000 gram.
Dengan ukuran 500–600 gram biasanya disajikan di warung makan satu
paket untuk berdua, ukuran tersebut dengan permintaan tinggi pada
beberapa tahun belakangan. Dan juga disajikan di warung-warung padang
dipotong menjadi dua dengan harga jual Rp25.000,- .
Pengakuan Pemerintah (KKP) Terhadap Gurami
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Perikanan
Budidaya menempatkan ikan gurami sebagai salah satu ikan ekonomis
penting dengan dimasukkannya gurami dalam Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010–2014.
Pembangunan kelautan dan perikanan pada rezim pemerintahan
sebelumnya dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tiga pilar
pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan) (KKP, 2010).
Pada saat itu, target produksi gurami diletakkan pada urutan ke-9
untuk semua ikan budidaya atau urutan ke-5 pada target produksi ikan air
tawar, setelah ikan nila, lele, ikan mas, dan patin. Penentuan masuknya
gurami dalam Renstra memang sulit karena pertimbangan bahwa budidaya
gurami konsumsi membutuhkan waktu lama. Seolah peserta rapat lupa
bahwa pembangunan perikanan dalam rangka mewujudkan tiga pilar
tersebut diatas, dua diantaranya dengan tujuan untuk pengentasan
kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.
Selanjutnya pada Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun
2015–2019, salah satu misi KKP adalah kesejahteraan (Prosperity), yakni
mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju,
mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan. Pengembangan gurami
sebagai sebuah komoditas ekonomis penting sangat erat kaitannya dengan
pencapaian misi prosperity dalam Renstra KKP Tahun 2015-2019.
Potensi Budidaya Ikan Air Tawar
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cukup banyak
sumber air tawar di daratan yang jauh dari pantai. Di sisi lain, terdapat juga
5
beberapa daerah yang cadangan air tawarnya sedikit pada saat musim
kemarau, seperti Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta,
NTT, dan daerah lainnya. Tetapi pada daerah dengan kondisi kekurangan air
tersebut masih dimungkinkan untuk melakukan budidaya gurami.
Produksi Gurami
Setelah ikan gurami dimasukkan dalam Renstra KKP tahun 2010-2014,
kemudian terjadi perkembangan produksi ikan gurami baik nasional
maupun daerah. Produksi gurami nasional dari tahun 2013 sampai 2016
dapat dilihat pada data produksi ikan air tawar Tabel 1.
Tabel 1. Produksi ikan budidaya ikan tawar nasional per jenis ikan (ton)
No. Jenis Ikan Tahun
2013 2014 2015 2016
1. Nila 914.778 999.695 1.084.281 1.187.812
2. Patin 410.883 418.002 339.069 437.111
3. Lele 543.774 679.379 719.619 873.716
4. Mas 412.703 434.653 461.546 498.297
5. Gurami 94.605 118.776 113.407 149.553
6. Tawes 27.694 24.929 30.062
7. Nilem 762 29.570 26.494
8. Toman 20.602 28.107 27.928
9. Gabus 8.194 6.490 6.671
10. Lainnya 239.334 206.148 248.405
Jumlah 2.376.743 2.947.091 3.013.166 3.486.049
Data tersebut menunjukkan bahwa gurami menempati urutan ke-5
pada produksi ikan air tawar dengan produksi pada tahun 2016 sebanyak
149.553 ton. Di DIY ikan gurami menempati urutan 3 pada produksi ikan
budidaya dengan produksi 11.383,92 ton pada tahun 2016 seperti terlihat
pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Produksi ikan budidaya ikan tawar DIY per jenis ikan (ton)
No. Jenis Ikan Tahun
2013 2014 2015 2016
1. Lele 29.199,514 30.391,216 31.525,180 33.546,020
2. Nila 11.417,866 13.400,447 15.294,490 20.307,740
3. Gurami 9.794,539 10.487,877 11.047,530 11.383,920
4. Bawal AT 5.106,521 6.507,342 0,000 0,000
5. Grass carp 826,880 409,305 0,000 0,000
6. Mas 265,282 194,625 214,440 154,960
7. Ud. Galah 218,870 0,000 251,200 240,590
8. Tawes 148,061 0,000 78,900 122,460
9. Patin 74,988 47,226 98,890 45,070
10. Lainnya 32,962 705,807 7.633,810 8.288,060
Jumlah 59.098,483 64.157,845 68.159,440 76.104,820
Produksi gurami pada beberapa kabupaten seperti Banjarnegara dan
Banyumas di Jawa Tengah, Tulungagung Jawa Timur menempati rangking
yang lebih tinggi (Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Produksi ikan budidaya Kabupaten Banjarnegara (ton)
No. Jenis Ikan Tahun
2014 2015 2016 2017 *
1. Lele 5.436,35 5.622,60 10.505,00 11.415,99
2. Gurami 4.379,36 3.366,50 5.194,08 5.735,56
3. Nila 1.627,45 2.120,05 4.345,02 3.571,84
4. Bawal Tawar 937,66 2.770,35 3.007,35 3.580,69
5. Mujair 679,23 335,90 780,53 901,91
6. Ikan Mas 309,31 256,52 382,05 369,17
7. Nilem 204,34 462,51 457,46 502,69
8. Tawes 203,26 107,33 235,51 288,46
9. Patin 200,70 1.013,40 303,91 357,17
10. Tambakan 164,30 58,41 68,26
Jumlah 13.977,66 16.219,46 25.269,32 26.791,74
Data tersebut menunjukkan bahwa produksi ikan gurami berada pada
urutan kedua setelah produksi ikan lele dumbo.
7
Tabel 4. Produksi ikan konsumsi Kabupaten Tulungagung (ton)
No. Jenis
Ikan
Tahun
2013 2014 2015 2016
1. Gurami 12,628.22 15.050,95 13.404,17 21.201,22
2. Lele 9,764.95 10.683,32 18.134,92 11.728,56
3. Patin 2,456.46 2.696,39 3.121,79 3.567,63
4. Nila 48.27 21,59 56,65 112,56
5. Sidat - - - 9
6. Gabus 10.34 - - -
7. Tawes - 1,97 - -
Jumlah 21,090.00 28,367.32 25,138.78 36.618,97
Data produksi ikan konsumsi Kabupaten Tulungagung tahun 2012-
2016 menunjukkan bahwa ikan gurami menduduki urutan pertama dengan
besaran produksi pada tahun 2016 sebesar 21.201,22 ton, dua kali lipat dari
produksi lele dumbo yang hanya 11.728,56 ton. Lokasi budidaya gurami di
Kabupaten Tulungagung bukan merupakan lahan dengan irigasi. (Catatan
penting, perlu mendapat perhatian produksi gurami 2018 dan 2019, akan
turun jika kasus di Kabupaten Banyumas tidak segera diatasi)
Daerah pusat budidaya gurami di Indonesia meliputi Sumatera
khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, Padang dan juga di Jambi. Di
Kalimantan terdapat di Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Banjar.
Sementara di Jawa banyak terdapat di Jawa Barat yaitu daerah Parung dan
Tasikmalaya. Jawa Tengah di Kabupaten Banyumas dan Banjarnegara.
Sementara di DIY terdapat di Kabupaten Sleman, Kulonprogo, dan Bantul.
Jawa Timur terutama di Kabupaten Tulungagung dan juga Blitar.
Dari beberapa data tersebut menunjukkan bahwa beberapa daerah
dengan kondisi air yang kurang memadai dapat digunakan untuk budidaya
gurami.
Penelitian Terkait Gurami
Untuk memahami dan mendalami karakter dan budidaya gurami sudah
dilakukan beberapa penelitian seperti yang dilakukan; Murwantoko dan
Hardaningsih (2008), Nugroho, E.(2011), Azizah, dkk. (2015), Nugroho, I.I.
8
dkk. (2015), Kusbianto, dkk. (2017) meneliti tentang gurami dari sisi
molekuler. Putri, dkk. (2014), Putra, dkk. (2016), meneliti tentang pakan
untuk gurami. Murwantoko, dkk. (2013), melakukan penelitian terkait
dengan hama dan penyakit pada ikan gurami. Dan banyak penelitian lain
tentang gurami baik yang sudah dipublikasikan maupun belum
dipublikasikan.
Manfaat Gurami bagi Pengentasan Kemiskinan
Pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di
Indonesia mencapai 26,58 juta orang, 10,12 persen dari jumlah penduduk di
Indonesia. Persentase penduduk miskin provinsi tertinggi di Papua dan
Papua Barat sekitar 25%, provinsi NTT sekitar 20%, dan diikuti Maluku,
Bengkulu, Aceh di atas 15%. Di pulau Jawa, tingkat kemiskinan tertinggi di
DIY sebesar 12,36% atau sebanyak 466.330 jiwa. Seminar dan rapat dari
instansi banyak dilakukan di DIY, lalu apa pengaruhnya pada kesejahteraan
rakyat yang merupakan dasar pilar pembangunan bidang perikanan yaitu
pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja).
Pada dunia ketenagakerjaan, agar pekerja bisa hidup berkecukupan
kebutuhan dasarnya maka dibuatkan batas upah minimal, bukan upah
layak, maka dibuatlah standar upah minimum provinsi (UMP) dan dirinci
dalam upah minimum kabupaten (UMK).
Menurut keputusan Gubernur DIY Nomor 223/Kep/2017 tentang
Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kota Di DIY Tahun 2018 tertanggal 2
November 2017 yang besaran UMP DIY 2018 sebesar Rp1.454.154,15.
Sementara itu UMK Kota Yogyakarta sebesar Rp1.709.150, Kabupaten
Sleman sebesar Rp1.574.550, Kabupaten Bantul Rp1.572.150, Kabupaten
Kulonprogo Rp1.493.250 dan Kabupaten Gunungkidul Rp1.454.200.
Pengentasan kemiskinan sudah banyak dan sering didengungkan baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setiap akan dilaksanakan
pemilihan Presiden maupun pemilihan Kepala Daerah, topik kemiskinan
selalu muncul menjadi topik utama. Tetapi apakah sudah dipetakan berapa
orang yang bisa dientaskan, bidang apa yang yang cocok untuk kemiskinan
9
di suatu daerah, dan bidang apa yang cocok untuk sekelompok orang yang
kurang beruntung. Sudahkah ada peta tersebut di suatu daerah????
Sumonggo para pemangku kepentingan untuk merenungkan hal ini sehingga
program pengentasan kemiskinan lebih terarah dan tercapai dalam berapa
tahun. Optimisme pemangku kepentingan sangatlah diharapkan agar dapat
berkarya dengan semangat tinggi.
Demikian juga bapak ibu yang hadir di ruangan ini yang hendak
memaparkan hasil penelitian, seberapa jauh daya manfaat penelitian kita
untuk bangsa ini. Saya yakin bapak ibu semua memiliki keyakinan tentang
manfaat keahlian yang bapak ibu tekuni untuk bangsa ini.
Seperti sayapun memiliki keyakinan ini, sampai saat ini dengan umur
59 tahun menuju 60 tahun, saya yakin gurami merupakan salah satu yang
dapat ambil bagian dalam eradikasi kemiskinan. Masyarakat selalu
mengatakan bahwa budidaya gurami membutuhkan waktu yang panjang
untuk menjadi ikan konsumsi. Salahkah ikan gurami ada di dunia ini banyak
terdapat di Asia Tenggara, lebih khusus di Indonesia??, TIDAK, gurami tidak
salah, karena Tuhan menciptakan alam dan seisinya baik adanya dari Al
Kitab pada kitab kejadian Bab I ayat 31 bahwa Allah melihat segala yang
dijadikanNya sungguh sangat baik dan surat Ali Imron: 191, Robbana ma
kholakta hadla bathila yang artinya: “Ya Tuhan tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia”.
Manusia merupakan ciptaan paling sempurna, yang memiliki daya
cipta, daya rasa dan daya karsa. Kemudian, rekayasa budidaya gurami apa
yang harus di perbuat manusia di dunia ini dengan ciptaan tersebut biar
dapat diaplikasikan dengan baik? Segmentasi adalah jawaban.
Segmentasi Usaha Gurami
Segmentasi budidaya gurami yaitu pembagian tahapan budidaya gurami
atas dasar umur ikan atau ukuran produksi yang diharapkan (Hardaningsih,
2012). Budidaya gurami tidak dilakukan dari benih kecil sampai ukuran
panen ikan konsumsi. Budidaya gurami dapat dibagi menjadi 8 segmen
seperti pada Tabel 5.
10
Tabel 5. Segmentasi Usaha budidaya gurami
No. Segmen
Budidaya Umur Ikan
Produksi, Ukuran
Pasar Panjang (cm) Berat (gram)
1. Pemijahan NOL Telur - -
2. Larva 1 21 hari Biji Oyong 2 – 3 0,1 – 0,5
3. Larva 2 45 hari Satu jari 4,5 - 6 2 – 4
4. Benih 1 105 hari Dua Jari 9 -11 18 -20
5. Benih 2 165 hari Tiga Jari 14 -15 50 – 60
6. Remaja 1 210 hari Empat Jari 18 -20 100 – 150
7. Remaja 2 270 hari, 9
bulan
Lima Jari 21 – 23 250 – 300
8. Dewasa 12 bulan Konsumsi 28-30 600 – 800
Tujuan dari sistem budidaya segmentasi yaitu:
1. Untuk membagi waktu budidaya agar tidak terlalu lama.
2. Perputaran uang dalam usaha budidaya lebih cepat.
3. Dengan sistem ini maka banyak pelaku dalam usaha budidaya.
4. Pembudidaya dapat memilih segmen yang paling cocok dengan
lingkungan dan kemampuan permodalan serta waktu.
Segmen 1
Segmen pertama merupakan segmen budidaya untuk menghasilkan
telur, sehingga pada segmen ini juga bisa disebut sebagai segmen pemijahan.
Kegiatan pemijahan gurami membutuhkan kolam dengan air mengalir dan
air yang jernih. Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam permanen.
Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Padat tebar satu set induk
membutuhkan luasan kolam 10 m². Kegiatan usaha ini paling banyak
dilakukan di Desa Beji, Kabupaten Banyumas.
Segmen 2
Segmen kedua merupakan tahap budidaya dari telur hingga benih
berumur 21 hari atau lebih lama lagi. Tempat budidaya dapat menggunakan
kolam permanen atau kolam terpal, kolam sebaiknya diberi atap dari plastik
putih agar sinar matahari masuk. Tinggi kolam 50–60 cm dengan kedalaman
11
air 20 cm, kolam diberi aerasi. Padat tebar telur atau larva 2.500 butir/ ekor
per m².
Pakan diberikan setelah larva ikan mulai mengkonsumsi ikan,
sebaiknya dari awal larva sudah mulai dikenalkan pakan yang berupa
plankton, baik phytoplankton maupuan zooplankton, kemudian diberi pakan
cacing sutera (Tubifex sp.). kegiatan ini banyak dilakukan di DIY,
Tulungagung, Tasikmalaya, Majenang, dan Banjarnegara.
Segmen 3
Segmen ketiga merupakan tahap budidaya gurami dengan umur antara
21–60 hari. Tempat budidaya sama dengan segmen sebelumnya. Tinggi
kolam sudah mencapai 80-100 cm dengan kedalaman air antara antara 50–
60 cm. Atau juga masih dapat menggunakan kolam segmen 2.
Pakan yang diberikan cacing sutera dan pakan pabrikan yang berbentuk
tepung dan cacing sutera tergantung pakan yang diberikan pada segmen
kedua.
Segmen 4
Segmen budidaya keempat merupakan segmen budidaya ikan gurami
berumur 45 atau 60 hari sampai 105 hari. Kolam yang digunakan dapat
berupa kolam permanen, kolam terpal maupun kolam tanah sejauh sifat
tanah sesuai dan tidak porous. Dengan budidaya menggunakan kolam tanah
perawatan lebih sulit dilakukan. Persiapan budidaya yang dilakukan sama
dengan persiapan kolam pada segmen ke tiga. Kedalaman air untuk budidaya
80 cm. Penebaran benih dengan padat tebar 150 ekor/m², bibit dari hasil
budidaya segmen tiga.
Pakan yang diberikan berupa pakan pelet 2 mm dan pakan berupa
daun-daunan. Pada umumnya kolam yang digunakan pada umumnya kolam
besar, sehingga sudah tidak dilakukan penyiponan.
Segmen 5
Segmen kelima merupakan budidaya gurami dari benih berumur 105
hari hingga berumur 165 hari atau lebih. Kolam yang digunakan pada
12
segmen ini dapat berupa kolam permanen maupun kolam tanah dan bahkan
bisa dengan kolam terpal. Kedalaman air kolam 80 cm. Benih berasal dari
hasil panen segmen 4, dengan padat tebar 100 ekor/m².
Teknologi yang dilakukan sama dengan cara budidaya pada segmen 4
hanya dilakukan panenan untuk melakukan seleksi ukuran dan
penjarangan. Panen dilakukan setelah ikan berumur 165 hari dengan
ukuran panjang benih saat panen antara 14–15 cm atau tiga jari (ukuran
pasar).
Segmen 6
Segmen keenam merupakan budidaya gurami dari benih berumur 165
hari hingga berumur 210 hari. Kolam yang digunakan pada segmen ini dapat
berupa kolam permanen maupun kolam tanah. Kedalaman air kolam 100
cm. Benih berasal dari hasil panen segmen 5, dengan padat tebar 50 ekor/m².
Teknologi yang dilakukan sama dengan cara budidaya pada segmen 5
hanya hanya pada tahap ini ikan sudah mengkonsumsi daun sangat banyak.
Panen dilakukan setelah ikan berumur 210 hari dengan ukuran panjang
benih saat panen antara 18–20 cm atau empat jari (ukuran pasar) dengan
berat antara 100–150 gram.
Segmen 7
Segmen ketujuh merupakan budidaya gurami dari benih berumur 210
hari hingga berumur 270 hari. Kolam yang digunakan pada segmen ini dapat
berupa kolam permanen maupun kolam tanah. Kedalaman air kolam 100
cm. Benih berasal dari hasil panen segmen enam, dengan padat tebar 25
ekor/m².
Teknologi yang dilakukan sama dengan cara budidaya pada segmen
enam hanya hanya pada ikan mengkonsumsi pakan daun semakin banyak.
Panen dilakukan setelah ikan berumur 210 hari dengan ukuran panjang
benih saat panen antara 21–23 cm atau lima jari (ukuran pasar) dengan berat
antara 200 – 250 gram.
13
Segmen 8
Segmen kedelapan merupakan segmen budidaya untuk memproduksi
ikan konsumsi dengan bibit ukuran 200-250 gram. Padat tebar 10 ekor/ m².
Kedalaman kolam 1,5 m² tergantung luasan kolam.
Dari kedelapan segmen dalam segmentasi usaha budidaya gurami
tersebut di atas, beberapa segmen yang dapat menjadi contoh usaha
budidaya gurami untuk mendapatkan penghasilan sesuai UMK:
1. Usaha budidaya gurami segmen 2
Usaha ini merupakan usaha penetasan telur dan penderan benih tahap
I. Pada usaha segmen kedua ini membutuhkan kolam permanen atau terpal
dengan ukuran 2 m x 4 m. Ketinggian kolam cukup 60 cm, ketinggian air
cukup 60 cm.
Jumlah larva yang ditebar 20.000 ekor atau padat tebar 2.500 per m2..
Pakan yang diberikan berupa cacing sutera. Perawatan budidaya dengan
melakukan penyiponan sehari dua kali. Dalam pendederan benih gurami ada
3 prinsip: bersih, bersih, dan bersih, serta suhu air diusahakan stabil. Di
Laboratorium Genetika dan Perbenihan Departemen Perikanan Fakultas
Pertanian pada saat ini terdapat kegiatan pendederan benih gurami dengan
kelulushidupan 99%.
Adapun analisa usaha pada segmen ke dua dapat dilihat berikut dengan
waktu budidaya antara 21 - 30 hari.
Telur atau larva 20.000 butir/ekor @ Rp 80,- = Rp 1.600.000,-
Cacing 80 liter @ Rp20.000,- = Rp 1.600.000,-
Tenaga kerja = Rp 200.000,-
Jumlah = Rp 3.400.000,-
Panen 90 % 18.000 ekor @ Rp 300 = Rp 5.400.000,-
Keuntungan = Rp 2.000.000,-
14
2. Usaha budidaya gurami segmen 8
Usaha budidaya gurami segmen kedelapan, merupakan usaha untuk
pembesaran ikan konsumsi. Usaha pembesaran ikan gurami untuk produk
konsumsi dapat dilakukan secara konvensional atau budidaya yang sudah
biasa dilakukan. Kolam yang dipakai dapat berupa kolam tanah, kolam
permanen atau kolam menggunakan terpal.
Pada sistem budidaya ini kedalaman air kolam 100 cm, luas kolam
bervariasi tergantung kepemilikan lahan. Benih gurami yang ditebar berkisar
antara 250 gram sampai 300 gram. Padat tebar benih maksimal 5 kg per m².
Lama waktu budidaya tergantung dari target panen yang direncanakan
berkisar antar 4 bulan sampai 6 bulan. Lama budidaya 4 bulan ikan gurami
sudah mencapai lebih dari 500 gram, sementara jika dibudidayakan selama
6 bulan minimal 700 gram. Pakan yang diberikan berupa pakan pabrikan
dan pakan dari tanaman. Perbandingan pakan pabrikan dan pakan
tumbuhan tergatung dari tingkat usaha, semakin banyak pakan pabrikan
waktu panen semakin cepat, demikian pula sebaliknya kalau pakan
tumbuhan waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Teknologi usaha budidaya gurami konsumsi secara intensif yaitu
budidaya dengan harapan produktivitas lahan yang tinggi, sehingga dalam
budidaya intensif dilakukan dengan padat tebar yang tinggi dengan waktu
panen yang relatif pendek. Untuk tercapainya budidaya secara intensif maka
harus didukung dengan pemberian pakan yang rutin dengan pakan pabrikan
juga adanya pengelolaan pakan serta pengelolaan air budidaya.
Budidaya gurami intensif yang sudah dilakukan dengan menggunakan
kolam 1,5 m x 1,5 m x 1,25 m, dengan kedalaman air 1 m, maka volume air
untuk budidaya 2,25 m³. Benih yang ditebar sebanyak 50 sampai 100 ekor
dengan rata rata berat benih gurami 250-300 gram. Pakan yang diberikan
berkisar antara 3-4 % biomasa per hari. Dengan lama budidaya 6-7 bulan,
pakan tambahan berupa daun keladi atau daun lompong. Air mengalir
dengan debit yang kecil 12 ml/detik. Kotoran dibuang dua kali sehari pagi
dan sore dengan jarak 8-12 jam. Jumlah air yang dibuang maksimal
sebanyak 15%. Cara pembuangan air dilakukan dengan menutup paralon
over flow ditutup dengan paralon, yang panjangnya sesuai dengan jumlah air
15
yang akan dibuang, setelah penuh dicopot paralon tambahan maka air
mengalir dari bawah dengan cepat dan daya sedot yang tinggi. Dengan cara
itu maka kotoran bagian bawah akan terbuang.
Konstruksi kolam sebaiknya berbentuk silindris dengan dasar kolam
kerucut, tinggi kerucut cukup 15 cm. Dasar kerucut untuk membantu
kotoran memusat di ujung kerucut, sehingga pada saat pembuangan air,
kotoran terbuang semua. Perhitungan keuntungan usaha budidaya gurami
segmen 8 dengan sistem intensif dapat dilihat dibawah ini.
Benih gurami 50 ekor atau 9 kg @ Rp 32.000,- = Rp288.000,-
Pakan pelet 35 kg @ Rp 9.300,- = Rp 325.500,-
Lainnya = Rp 50.000,-
Jumlah = Rp 663.500,-
Panen 38 kg @ Rp 32.000,- = Rp 1.216.000,-
Keuntungan = Rp 552.450,-
Keuntungan yang didapat lebih banyak pada usaha pendederan benih
tetapi resiko yang dihadapi juga tinggi, sementara untuk pembesaran untuk
ikan konsumsi risiko lebih rendah dengan alternatif pakan banyak didapat,
tinggal mencari di sawah dan tegalan atau tempat aliran air. Peningkatan
keuntungan dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan pakan atau
dengan meningkatkan jumlah pakan tumbuhan. Efisiensi lahan dapat
dilakukan dengan menambah padat tebar 1,5 atau 2 kalinya.
Jika dikaitkan dengan UMP DIY sebesar Rp1.454.154,15, maka
dibutuhkan jumlah kolam dibutuh 18 kolam ukuran 2,25 m², sehingga
keuntungan setiap bulan dengan panen 3 kolam = 3 x Rp552.450,- =
Rp1.657.350,-, lahan yang dibutuhkan seluas kurang lebih 50–60 m² dan
modal operasional Rp6.966.750,-. Sementara untuk usaha budidaya gurami
segmen 2 yang berupa pendederan benih atau penetasan telur gurami
membutuhkan kolam 1-2 kolam atau dengan luasan 20 m² dengan modal
operasional Rp6.400.000,-.
Kegiatan budidaya pembesaran gurami membutuhkan waktu yang
banyak untuk perawatan dan pemberian pakan serta mencari pakan
16
tumbuhan, sedangkan usaha penetasan dan pendederan benih sangat
membutuhkan ketekunan yang tinggi.
Dari penjelasan tersebut di atas jelas menunjukan adanya peluang
untuk usaha meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, dan ada
peluang bagi pemerintah dan pengerak perekonomian pedesaan untuk
menurunkan angka kemiskinan. Peluang tidaklah mudah begitu saja karena
ada tantangan juga, pada pelaku budidaya dengan kemampuan
teknologinya, tantangan pada pelaksanaan di lapangan agar sejalan antara
pembudidaya dan pembina.
Bagi para peneliti khususnya yang hadir diruang ini tantangan yang
dihadapi;
1. Menemukan varietas gurami yang baik unggul.
2. Menemukan cara budidaya yang sesuai.
3. Pembenihan yang baik agar didapat hasil yang diharapkan, dan
ketersediaan telur yang cukup.
4. Melakukan perekayasaan teknologi perkolaman yang efektif dan efisien.
5. Penanganan penyakit ikan maupun induk ikan gurami baik karena
virus ataupun penyebab lain.
Bagi para pemangku bidang perikanan baik dari pusat maupun daerah,
agar memiliki sikap tanggap yang cepat, permasalahan serangan penyakit
pada ikan gurami khususnya induk gurami di Kabupaten Banyumas terjadi
akhir tahun 2017 diberitakan di media massa seperti Kedaulatan Rakyat
pada tanggal tanggal 2 Februari 2018 menyatakan bahwa banyak kematian
induk gurami di Kelurahan Sumampir mencapai 60%, sementara saat kami
berkunjung ke daerah tersebut pada bulan April 2018 masih terdapat
kematian hingga pada bulan tersebut tinggal 20%. Dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan sudah melakukan identifikasi penyebab kematian
gurami dan sudah ada hasilnya, tetapi belum ada reaksi cepat untuk
memberikan solusi masalah tersebut. Kematian induk gurami yang sangat
tinggi di daerah tersebut akan berdampak cukup besar pada penyediaan telur
17
gurami, dan pada saatnya akan berdampak pada produksi gurami nasional
khususnya di pulau Jawa.
Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
Tahun 2018 sudah berjalan selama 15 tahun, sudah banyak hasil penelitian
yang diseminarkan, apakah hasil seminar berhenti dengan sehelai sertifikat
atau hasilnya menyentuh pada manfaat rakyak banyak. Dan masih banyak
seminar-seminar di universitas lain yang berarti sangat banyak hasil
penelitian yang dihasilkan. Saya yakin Bapak dan Ibu Peneliti yang mulia
memiliki harapan-harapan yang mulia.
Demikian paparan saya mohon maaf dengan segala kekurangan,
tentang usaha budidaya gurami secara mendalam dapat menghubungi para
ahli atau pelaku usaha, untuk menghubungi saya dengan No. HP
08157920737 atau 081904288078 (WA), semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Om swastiastu
Namo Buddhaya
Semoga Tuhan beserta kita
Yogyakarta, Sabtu Wage, 28 Juli 2018
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tahun 2010-2014. Jakarta.
Anonim. 2017. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
223/Kep/ 2017. Tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota
Tahun 2018. Yogyakarta.
Anonim. 2017. Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Tulungagung Tahun 2017. Tulungagung.
Anonim. 2017. Statistik Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Anonim. 2017. Statistik Perikanan Budidaya DIY Tahun 2017. Yogyakarta.
Azizah, S. N., Agus, N., dan Hendro, P. 2015. Karakterisasi Molekuler Ikan
Gurami Soang (Osphronemus goramy Lac.) Berbeda Ukuran
Menggunakan Pcr-Rflp Gen Sitokrom C Oksidase 1. Biosfera 32(3):
185 – 193.
Bardach, J.E., J. Ryther and W.O. McLarney. 1972. Aquaculture: The
Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Wiley
Interscience. A Division of John Wiley and Sons Inc. Canada.
Effendie, M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama.
Yogyakarta.
Hardaningsih, I. 2001. Penelusuran Variasi Fenotip Gurami (Osphronemus
goramy Lac.) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Pasca Sarjana
UGM. Yogyakarta.
Hardaningsih, H. Senny, & Murwantoko. 2012. 7 Rezeki Budidaya Gurami.
Kanisius, Yogyakarta.
Kusbiyanto, K., Agus, N., dan Petrus, H. T. S. 2017. Resistensi dan Karakter
Molekuler Benih Gurami Sowang (Osphronemus goramy Lacepede,
1801) Asal Induk Berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
Perikanan 6(3): 242 – 251.
Murwantoko., Rozi., Indah, I., dan Kamiso, H. N. 2013. Isolasi, Karakterisasi,
dan Patogenitas Bakteri Penyebab Penyakit pada Gurami
(Osphronemus goramy) Di Kabupaten Bantul. Jurnal Perikanan (J.
Fish. Sci.). 15(2): 83 – 90.
Nugroho, E. 2011. Evaluasi Variasi Genetik Ras-Ras Ikan Gurame dengan
Menggunakan Marker DNA. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.). 13(2): 86
– 90.
Nugroho, I. I., Subandiyono., dan Vivi, E. H. 2015. Tingkat Pemanfaatan
Artemia sp. Beku, Artemia sp. Awetan dan Cacing Sutera untuk
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Gurmi (Osphronemus
goramy, Lac.). Journal of Aquaculture Management and Technology
4(2): 117 – 124.
19
Putri, I., E, L. Widiastuti., dan N, Nurcahyani. 2014. Penambahan Suplemen
Inositol pada Pakan Komersial Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan
Gurami (Osphronemus goramy) dalam Skala Laboratorium. Prosiding
Seminar Nasional pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik
Negeri Lampung. Hal 257 – 262.
Putra, A. W., Fajar, B., dan Tristiana, Y. 2016. Pengaruh Penambahan
Recombinant Growth Hormone (RGH) pada Pakan dengan Kadar
Protein Tinggi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelulushidupan
Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy). Journal of Aquaculture
Management and Technology 5(1): 17 – 25.
Rohy, G. S., Boedi, S. R., dan Agustono. 2014. Jumlah Total Bakteri dalam
Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus goramy) dengan
Pemberian Beberapa Pakan Komersial yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol 6 No 1.
Rukmana, R. 2005. Ikan Gurami: Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius,
Yogyakarta.
SNI 01-6485.3-2000. 2000. Produksi Benih Ikan Gurami (Osphronemus
goramy Lac.) Kelas Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional.
Ustadi dan I. Hardaningsih. 1996. Perbedaan Mutu Tekstur Daging Gurami
yang diberi pakan Pelet dan pakan dedaunan. Fakultas Pertanian
UGM.