budidaya

29
BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TAMBAK DAN PANTAI Oleh : Nama : Danik Dian Budiarti NIM : B1J012129 Kelompok : 12 Rombongan : IV Asisten : Sri Rahayu Ningsih LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

description

mln

Transcript of budidaya

BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TAMBAK DAN PANTAI

Oleh :Nama: Danik Dian BudiartiNIM: B1J012129Kelompok: 12Rombongan: IVAsisten: Sri Rahayu Ningsih

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangSecara geografis, panjang pantai Indonesia mencapai 81.000 km terdiri dari 13.677 buah pulau di sekelilingnya, dengan wilayah perairan Indonesia kurang lebih 70% terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati yang potensial untuk dimanfaatkan seperti bahan pangan dan pupuk organik. Keadaan ini merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan pengembangan komoditas sumber daya hayati laut serta berpeluang besar dan potensial sebagai penghasil rumput laut dan memberikan arti penting bagi perkembangan pembangunan perikanan di Indonesia Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki potensi kandungan bahan pangan dan bahan farmasi yang cukup potensial dan merupakan komoditi yang bernilai ekonomis karena sangat dibutuhkan oleh manusia serta sering digunakan sebagai bahan baku industri.Selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, alginate dan karagian merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri, rumput laut juga merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Perairan Indonesia ditemukan 555 jenis rumput laut, dari jumlah tersebut 21 jenis diantaranya dapat menghasilkan agar-agar. Jenis-jenis ini antara lain: Gracilaria sp, Gelidium sp, Gelidellia sp dan Gelidiopsis sp. Jenis Gracilaria yang sering dijumpai di Indonesia adalah Gracilaria lichenoides, Gracilaria gigas dan Gracilaria verucossa. Gracilaria verrucosa yang merupakan penghasil agar dan saat ini mulai banyak dibudidayakan di tambak.Rumput laut (seaweed) merupakan nama dalam dunia perdagangan internasional untuk jenis-jenis makro alga. Secara taksonomi rumput laut (makro alga) termasuk ke dalam divisi Thalophyta (tumbuhan berthalus). Sifat divisi ini primitif artinya badannya sedikit atau tidak terbagi bagi dalam alat vegetatif seperti akar yang sebenarnya. Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi serta biaya produksinya yang relatif rendah.Rumput laut memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Rumput laut digunakan sebagai sumber makanan, sejumlah besar penduduk daerah maritim secara langsung ataupun tidak langsung mengkonsumsi atau berhubungan dengan berbagai bentuk produk alga laut, dimana rumput laut ini berguna bagi makanan manusia ataupun untuk hewan, juga obat-obatan, agar kultur dan sebagai bahan baku berbagai industri.

B. TujuanTujuan praktikum ini adalah mengetahui budidaya rumput laut dengan metode dan sistim yang berbeda di perairan tambak dan laut atau pantai.

C. Tinjauan PustakaPerairan Indonesia yang merupakan 70% dari wilayah Nusantara dengan 13.667 pulau memiliki potensi rumput laut yang cukup besar.Penduduk daerah pantai dan kepulauan di Indonesia sudah sejak lama memanfaatkan rumput laut untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalab, dibuat sayur, diacar, dibuat kue penganan dan manisan, bahkan juga untuk obat-obatan (Zaneveld, 1955).Pemanfaatan rumput laut kemudian berkembang kearah komersial untuk diekspor dan diperdagangkan sebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar atau karaginan (carageen).Rumput laut sangat potensial digunakan pada bidang pertanian lautKarena memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air, terutama pada lahan dengan ukuran partikel tanah yang cukup besar seperti pada tanah pasir. Tanah yang terdiri atas partikel besar kurang dapat menahan air. Air yang ada dalam tanahakan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui rongga tanah, akibatnya tanah kekurangan air. Kondisi ini apabila terus menerus dapat mematikan tanaman (Dwidjoseputro, 1978). Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam perdagangan dunia dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjadi penyuplai bahan baku rumput laut bagi negara-negara yang membutuhkan. Ekspor karagenan rumput laut di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 13.208 ton (Dedy, 2013). Rumput laut (seaweeds) atau makro alga tumbuh di perairan laut yang memiliki substrat keras dan kokoh yang berfungsi sebagai media tumbuh atau tempat melekat. Rumput laut hanya dapat hidup di perairan apabila cukup mendapatkan cahaya. Pada perairan yang jernih, rumput laut dapat tumbuh hingga kedalaman 20-30 meter. Nutrisi yang diperlukan oleh rumput laut dapat langsung diperoleh daridalam air laut. Menurut Dahuri (2003), parameter ekosistem utama yang merupakan syarat tumbuh bagi rumput laut adalah (1) intensitas cahaya, (2) musim dan suhu, (3) salinitas, (4) pergerakan air, dan (5) zat hara. Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio thallophyta.Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya.Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler).Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus (duadua terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang sederhana tidak bercabang.Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous}, lunak bagaikan tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et al, 1978).Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempelajari pertumbuhan rumput laut. Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah, protein dan lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibat terbentuknya kristal di dalam sel (Mubarak dan Wahyuni, 1981).

II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalahbambu, tali rafia, jaring, botol, CD bekas, gunting, dan penggaris.Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rumput laut Gracillariasp.

B. Metode1. PersiapanPembuatan Rakit Jaring Tubuler

Rakit dibuat dari bambu 1,2 x 1,2 m.

Tali rafia diambil dan diikatkan pada bambu antara sisi agar menbentuk rakit.

Botol mineral diikat pada masing-masing sisi bambu sebagai pelampung.

CD diikatkan pada masing-masing pojok bambu.

Bibit yang akan ditanam disiapkan dengan berat 200 gram.

Bibit dimasukan ke 9 jaring tubuler dengan cara mengunting satu sisi jaring tubuler, kemudian masukkan bibitnya dan ditutup kembali dengan tali rafia

Masing-masing bibit yang sudah disiapkan diikatkan pada rakit dengan jarak antara titik tanam 20 cm (dilakukan di darat).

2. Penanaman

Jaring rakit yang sudah diberi bibit, dibawa ke perairan pantai/laut.

Jaring rakit diletakkan di atas permukaan air (metode apung) dan tali jangkar diikatkan pada rakit tersebut.

Jangkar disiapkan dan diturunkan diperairan. Jangkar yang digunakan berupa batu yang diikat tali dan diikatkan pada masing-masing pojok bambu.

Bagian pinggir rakit diikatkan satu sama lain dengan rakit-rakit yang lain.

3. Pengukuran Salinitas, pH, Suhu, dan Penetrasi Cahaya

Salinitas air diukur dengan salinometer.Salinitas air diukur dengan salinometer.

pH air diukur dengan pH meter.

Suhu air diukur dengan termometer. meter.

Penetrasi cahaya diukur dengan secchi disk.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

Gambar 1. Pembuatan rakit bambu metode apung

Gambar 2. Pembuatan sistem jaring tubuler

Gambar 3. Metode apung dengan sistem jaring tubuler Kelompok 12

1. Penetrasi Cahaya : x= 30,5 y = 13Rumus Penetrasi Cahaya = == 21,752. Suhu udara : 273. Suhu air : 304. Salinitas : 26

B. PembahasanRumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler). Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus (dua-dua terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous}, lunak bagaikan tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et al, 1978)Praktikum budidaya kali ini menggunakan rumput laut Gracilaria sp. Gracilaria verrucosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang mempunyai batang daun semu sehingga dimasukkan dalam golongan Thallophyta. Talus Gracilaria verrucosa tersusun oleh jaringan yang kuat, warna merah ungu kehijau-hijauan, bercabang-cabang mencapai tinggi 1-3 dm dengan garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm. Percabangan alternate. Kadang-kadang hampir dikotom dengan perulangan lateral. Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang (Irvine dan Price, 1978).Menurut Dawes (1981), Gracilaria verrucosa mempunyai taksonomi sebagai berikut: Divisio: Rhodophyta Classis: Rhodophyceae Ordo: Gigartinales Familia: Gracilariaceae Genus: Gracilaria Species: Gracilaria verrucosaGracilaria verrucosa banyak dijumpai di perairan tropis sampai subtropik dan kurang dari seratus spesies dari jenis ini di daerah dangkal sampai kedalaman tertentu yang masih dapat dicapai cahaya matahari.Beberapa jenis spesies Gracilaria verrucosa terdapat hampir di seluruh pantai di Indonesia (Sulistijo, 1985). Di Indonesia umumnya yang dibudidayakan di tambak adalah jenis Gracilaria verrucosa dan Gracilaria gigas, Jenis ini berkembang di perairan Sulawesi Selatan (Jeneponto, Takalar, Sinjai, Bulukumba, Wajo, Paloppo, Bone, Maros); Pantai utara Pulau Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban dan Lamongan); Lombok Barat. Gracilaria selain dipanen dari hasil budidaya juga dipanen dari alam. Panen dari alam kualitasnya kurang baik karena tercampur dengan jenis lain.Organisme laut merupakan sumber bahan untuk senyawa struktural seperti karotenoid, serat, protein, produk alami yang unik dengan asam lemak esensial dan farmakologi, vitamin dan mineral.Di antara organisme laut, polisakarida seperti agar-agar, alginat dan karaginan makroalga menempati tempat yang penting sebagai sumber diperoleh dari rumput laut yang digunakan dalam farmasi sebagai senyawa biomedis (Kolanjinathan, 2014).Metode penanaman rumput laut Gracilaria verrucosa pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi perairan pantai setempat. Ada tiga macam metode penanaman rumput laut yaitu: 1. Metode Lepas Dasar (of bottom method) Metode ini dilakukan dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok kayu atau bambu di dasar perairan. Sistem ini diterapkan pada lokasi yang dasar perairannya pasir berbatu karang mati, air jernih, dan pergerakan arus kuat dan terus menerus. Sistem ini diterapkan di Bali (Nusa Dua, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Pedina) dan di Lombok (Gerupuk Lombok Tengah) (Sulistijo, 2002). Sistem lepas dasar cocok digunakan pada daerah dengan substrat pasir dengan pecahan karang, dikelilingi karang pemecah gelombang (barrier reef) sehingga daerah tersebut terlindung dari hempasan gelombang, dan kedalaman perairan sekitar 0,5 m pada surut terendah dan 3 m pada saat pasang tertinggi (Anggadiredja et al., 2006). 2. Metode Rakit Apung (floating rack method) Metode ini dilakukan dengan cara mengikat bibit rumput laut pada tali bentang, kemudian tali bentang tersebut diikatkan ada rakit yang terapung dekat permukaan air. Sistem ini banyak diterapkan di Lampung, Kepulauan Seribu, Madura, Banyuwangi, Lombok Timur dan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan (Sulistijo, 2002).3. Metode Tali Rawai (longline method) Metode ini dilakukan dengan cara mengikat bibit pada seutas tali panjang (long line) dengan jarak ikatan tertentu. Berdasarkan tiga metode penanaman rumput laut di atas, budidaya rumput laut dengan sistem rakit bambu dan sistem tali rawai lebih baik dibandingkan dengan sistem lepas dasar. Hal ini disebabkan pencahayaan yang diterima untuk proses metabolisme pada lapisan dekat permukaan lebih besar dari pada dekat dasar perairan. Selain itu, juga terjadi penumpukan lebih banyak partikel yang menutupi rumpun rumput laut di dekat dasar perairan sehingga membuat rumput laut menjadi rusak (Sulistijo, 2002). Lebih jauh Sulistijo (2002) menyatakan bahwa pada saat ini sistem tali rawai banyak digunakan untuk budidaya rumput laut pada perairan dangkal di Indonesia, yang sebenarnya sistem ini juga sama baiknya dengan sistem rakit bambu, namun sistem tali rawai lebih efisien karena sistem ini dapat menghemat kerangka rakit bambu yang harganya cukup mahal dan terbatas jumlahnya. Praktikum rumput laut kali ini menggunakan sistem tubuler .Jaring rakit dapat diletakkan secara horizontal, guna memanfaatkan lahan perairan yang ada dan baik diterapkan pada perairan yang ada dan baik untuk diterapkan pada perairan yang mempunyai gelombang atau arus yang besar. Bibit yang ditanam disesuaikan dengan luas atau besar kevilnya jaring rakit, dalam pembuatan sistim ini dan cara pemanenan rumput laut yang ditanam mendapatkan sinar matahari yang sama sehingga produksinya akan lebih tinggi. Menurut Indriani (1994) Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya rumput laut yaitu, Suhu, Kecerahan, Arus, Salinitas dan Nutrisi.Rumput laut juga memiliki sifat benthic algae yang melekatkan thallusnya pada substrat. Faktor - faktor lingkungan budidaya yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah sebagai berikut:1. SalinitasSalinitas untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 30 35 permil atau bisa lebih, bergantung pada jenis rumput lautnya. Misalnya Gracylaria verrucosa kebanyakan infertil pada daerah yang bersalinitas tinggi (30 35 permil). Gracilaria yang berasal dari Atlantik dan Pasifik timur dapat tumbuh pada salinitas dengan kisaran 15 38 permil, dan mengalami pertumbuhan maksimum pada salinitias optimum 25 permil, yang ditunjang kadar nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan curah hujan (Suryaningrum, 2000).2. Zat HaraKadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi alga bila zat hara tersebut melimpah diperairan. Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan mempengaruhi kesuburan gametofit alga cokelat (Laminaria nigrescenc) (Anggadireja, 1993).3. Gerakan AirGerakan-gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti angin yang menghembus diatas permukaan laut.Pengadukan yang terjadi karena perbedaan suhu air dari dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang surut, dan lain-lain. Gerakan air laut ini penting bagi berbagai proses dalam laut, baik itu biologik maupun non biologik. Alga yang tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus kuat akan mempunyai sifat dan karakteristik spora yang berbeda dengan alga yang berada di perairan yang tenang. Gerakan air laut dikenal sebagai arus, gelombang, gerakan masa air permukaan (upwelling) (Anggadireja, 1993).a.ArusArus laut merupakan pencerminan langsung dari pola angin dan gerakan bumi.Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin.Kecepatan arus yang dianggap cukup untuk budidaya rumput laut sekitar 20 40 cm/detik. Dengan kondisi seperti ini akan mempermudah penggantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai merusak (Trihatmoko, 2005).b.Pasang SurutPasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap biota laut khususnya di wilayah pantai. Pada saat suhu terendah, kedalaman perairan tidak boleh kurang dari 2 kaki (sekitar 60 cm), sedangkan untuk pasang tertinggi kedalaman perairan tidak boleh lebih dari 7 kaki (sekitar 210 cm) (Anggadireja, 1993).c.GelombangGelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.Angin yang bertiup dipermukaan laut menimbulkan riak gelombang.Tinggi gelombang yang cukup untuk pertumbuahan rumput laut antara 10 30 cm (Suryaningrum, 2000).4. SuhuMenurut Trihatmoko (2005) menyatakan bahwa suhu air yang diperlukan oleh rumput laut untuk hidup dan tumbuh yaitu berkisar antara 20 280C, namun masih ditemukan rumput laut yang tumbuh pada suhu 310C. Produksi spora akan dipengaruhi oleh musim, misalnya produksi maksimal tetraspora dan karpospora Gracilaria umumnya terdapat dimusim panas. Perkembangan stadia reproduksi beberapa jenis alga tergantung pada kondisi suhu dan intensitas cahaya atau kombinasi diantara kedua parameter tersebut.5. CahayaRumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Karena itu, rumput laut hanya mungkin tumbuh diperairan dengan kedalaman tertentu dimana sinar matahari sampai ke dasar perairan.Mutu dan kualitas cahaya berpengaruh terhadap produksi spora dan pertumbuhannya.Spora Gelidium dapat dirangsang oleh cahaya hijau, sedangkan cahaya biru menghambat pembentukan zoospora.Pembentukan spora dan pembalahan sel dapat dirangsang oleh cahaya merah berintensitas tinggi.Intensitas cahaya yang tinggi dapat merangsang pensporaan Prophyra, tetapi menghambat pensporaan Eucheuma.Kebutuhan cahaya pada alga merah agak rendah dibanding alga cokelat.Pensporaan Gracilaria verrucosa misalnya berkembang baik pada intensitas cahaya 400 Lux, sedangkan Ectocarpus tumbuh cepat pada intensitas cahaya antara 6500 7500 Lux (Anggadireja, 1993).6. Derajat Keasaman (pH)Derajat Keasaman (pH) air yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut yaitu antara pH netral (7) sampai basa (9) (Badan penelitian dan pengembangan pertanian (Anggadireja,1993).7. Tingkat KecerahanKondisi perairan pantai tempat tumbuh rumput laut tidak boleh keruh, karena apabila kondisi perairannya keruh maka akan dapat menghalangi proses fotosintesis dari rumput laut. Air harus jernih sehingga tidak menghalangi sinar matahari menembus air laut. Kejernihan air kira-kira sampai batas 5 meter atau batas sinar matahari bisa menembus air laut (Anggadireja,1993).Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pada tahap ini, diperlukan pertimbangan pertimbangan mengenai ekologis, teknis, kesehatansosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundangan yang berlaku. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian, pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainya.Lokasi budidayaEucheumayangidealadalah: Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung yang kuat dengan kecepatan arus berkisar antara 0,41 0,45 m/dt, dasar perairan sedikit berlumpur bercampur dengan pasir karang, pada surut terendah berkisar antara 31 35 cm, kecerahan perairan berkisar 4 6 m, suhu perairan berkisar antara 27,0 30,2C, salinitas berkisar antara 31- 35,8 promil, pH air berkisar antara 7,2 7,6; dan perairan bebas dari pencemaran. Lokasi untuk budidaya sebaiknya terletak di perairan terlindung oleh karang penghalang (barrierr reef) yang berfungsi sebagai pemecah gelombang, dengan pecahnya gelombang akan menghasilkan gelembung udara yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang penting bagi rumput laut (Anggadireja,1993). Dalam pemilihan lokasi ini, ada perbedaan syarat kondisi antara lokasi untuk budidayaEucheumadan budidaya Gracilaria. Persayaratan tersebut adalah sebagai berikut: Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah sebagai berikut.1. Lokasi budidaya harus bebas dari pengaruh angin topan2. Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar3. Lokasi budidaya harus banyak mengandung nutrien yang dibutuhkan rumput laut4. Lokasi perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga5. Lokasi harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya6. Lokasi sebaiknya mudah dijangkau.7. Lokasi harus dekat dengan sumber tenaga kerja1. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenisEucheumaadalah sebagai berikut.a. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh daripengaruh daratan dan lokasi jangan langsung menghadap laut lepas, sebaiknya yang terdapat karang penghalang yang dapat melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat. Ombak yang keras akan mengakibatkan keruhnya perairan sehingga proses fotosintesis dapat terganggu, disamping itu akan menimbulkan kesulitan didalam penanaman , pemeliharaan dan pemanenan.b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi, lokasi budidaya harus bergerakan air cukup, disamping itu gerakan air yang cukup bisa memberikan pasokan makanan yang kontinyu serta terhindar dari akumulasi debuair dantanaman menempel.c. Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi budidaya harus keras yaitu terbentuk dari pasir dan karang.d. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut terendah yang masih digenangi air sedalam 30-60 cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.e. Perairan lokasi budidaya sebaiknya berpH antara 7,3 8,2.f. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang terdiri dari berbagai jenismakro-Algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah ini cocok untuk pertumbuhannya.2. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenisGracilariaadalah sebagai berikut.a. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang berdasar perairanlumpurberpasir. Dasar tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat memudahkan tanaman terbenam dan matib. Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantaic. Kedalaman air tambak antara 60 80 cmd. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut.e. Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antara 8,2 8,7.f. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi produktif untuk udang dan ikan.Berdasarkan hasil yang didapat dari preaktikum budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa untuk, suhu udara 27, suhu air 30 . Hal ini sesuai dengan Trihatmoko (2005) yang menyatakan bahwa suhu air yang diperlukan oleh rumput laut untuk hidup dan tumbuh yaitu berkisar antara 20 280C, namun masih ditemukan rumput laut yang tumbuh pada suhu 310C. Produksi spora akan dipengaruhi oleh musim, misalnya produksi maksimal tetraspora dan karpospora Gracilaria umumnya terdapat dimusim panas. Perkembangan stadia reproduksi beberapa jenis alga tergantung pada kondisi suhu dan intensitas cahaya atau kombinasi diantara kedua parameter tersebut. Sedangkan untuk salinitas hasil yang didapat adalah 26 permil. Hal ini sesuai dengan pustaka Suryaningrum, 2000 yang menyatakan bahwa salinitas untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 30 35 permil atau bisa lebih, bergantung pada jenis rumput lautnya.Misalnya Gracylaria verrucosa kebanyakan infertil pada daerah yang bersalinitas tinggi (30 35 permil).Gracilaria yang berasal dari Atlantik dan Pasifik timur dapat tumbuh pada salinitas dengan kisaran 15 38 permil, dan mengalami pertumbuhan maksimum pada salinitias optimum 25 permil, yang ditunjang kadar nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan curah hujan. Hasil dari penetrasi cahaya yang didapat saat praktikum adalah 21,75.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Metode budidaya rumput laut berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, dikenal dengan tiga cara: Metode dasar (Bottom Method), Metode Lepas Dasar (Off Bottom Method) dan Metode Apung (Floating Method).2. Sistim budidaya rumput laut dibedakan menjadi: Sebar, Jaring rakit, Tabung Tubular, Tali Tunggal, Jaring Tabung Bertingkat dan Jaring Apit.

B. SaranPada saat praktikan melakukan pengikatan rumput laut yang akan ditanam harus benar-benar kencang atau erat agar pada saat ditanam tidak terlepas dan pada saat penanaman ke laut praktikan seharusnya menggunakan sepatu agar kaki tidak berdarah terkena karang.

DAFTAR PUSTAKAAnggadireja J. , Azatniko W., Sujatmiko dan Noor I. 1993. Teknologi Produk Perikanan dalam Industri Farmasi. Dalam Stadium General Teknologi dan Alternatif Produk Perikanan dalam Industri Farmasi.

Anggadiredja. J.Irawati, S. dan Kusmiyati, 2006. Rumput Laut: Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dawes, C.J., 1981. Marine Botany. John Wiley Dawson University of South Florida New York.

Dedy, P., Abdul, R., dan Wa, I. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Bobot Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut(Kappaphycus alvarezii) Menggunakan Metode Vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. Vol. 03 No. 12 Sep 2013.Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.Indriani dan Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Kolanjinathan, K. and Saranraj, P. 2014. Pharmacological Efficacy of Marine Seaweed Gracilaria edulis Extracts Against Clinical Pathogens. Global Journal of Pharmacology 8 (2): 268-274.Mubarak, H., dan I.S. Wahyuni. 1981. Percobaan Budidaya Rumput Laut Eucheuma spinosum di Perairan Lorok Pacitan dan Kemungkinan Pengembangannya. Bul. Panel. Badan Litbang Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1(2) :157-166.

Soegiarto, A., Sulistijo, Atmadja, W.S., Mubarak, H. 1978. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. LON-LIPI, Jakarta.

Sulistijo, 1985. Budidaya Rumput Laut. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI, Jakarta.

Sulistijo, M.S. 2002. Penelitian Budidaya Rumput Laut (Alga Makro/Seaweed) di Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Suryaningrum TD, Soekarto ST, Manulang M. 2000. Identifikasi dan sifat fisika kimia karagenan. Kajian Mutu Komoditas Rumput Laut Budidaya Jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan.Zaneveld, J.S. 1955. Economic marine algae of tropical South and East Asia and their utilization.Ind. Pac. Fish.Counc. Spec. Publ. 3 : 155