BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

89
BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Neng Sys Mafazah NIM: 11151120000070 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Transcript of BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

Page 1: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

BUDAYA POLITIK DAN ELITE

Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap

Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

Neng Sys Mafazah

NIM: 11151120000070

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

BUDAYA POLITIK DAN ELITE

Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan

Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Juni 2020

Neng Sys Mafazah

Page 3: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Neng Sys Mafazah

NIM : 11151120000070

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

BUDAYA POLITIK DAN ELITE (Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang

Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019)

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Menyetujui,

Ketua Program Studi

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 197010132005011003

Jakarta, 08 Juni 2020

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si.

NIP: 197204122003121002

Page 4: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

BUDAYA POLITIK DAN ELITE

Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan

Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019

Oleh

Neng Sys Mafazah

11151120000070

Telah dipertahankan dalam sidang ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal April

2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 197010132005011003

Sekretaris,

Suryani, M.Si

NIP: 197704242007102003

Penguji I,

Dr. Nawiruddin, M.Ag.

NIP. 197201052001121003

Penguji II,

Dr. Shobahussurur, M.Ag.

NIP. 196411301998031001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 01 Juli 2020

Ketua Program Studi Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 197010132005011003

Page 5: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

iv

ABSTRAK

Nama: Neng Sys Mafazah

Judul: Budaya Politik dan Elite (Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang

Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019)

Skripsi ini membahas tentang sikap politik pengurus PCNU Pandeglang dalam

pilpres tahun 2019. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana para elite non

politik dalam menentukan pilihan politiknya dan bagaimana pandangan politik

pengurus NU terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019, karena

terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai pendamping Joko Widodo menuai pro dan kontra di

kalangan warga NU yang berada dalam struktur maupun kultur.

Penelitian ini menggunakan pendekatan budaya politik (Almond dan Verba),

pendekatan perilaku pemilih, elite (Putnam dan Pareto) dan tindakan sosial (Weber)

untuk menganalisis sikap politik pengurus ormas Islam. Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri

dari data primer dan sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka serta wawancara

dengan beberapa narasumber.

Hasil dari penelitian ini terdapat tiga varian sikap pengurus PCNU Pandeglang,

yaitu: sikap netral, mendukung dan tidak mendukung. Masing-masing pengurus

melakukan beberapa tindakan untuk memenangkan pasangan pilihannya dengan cara

berkampanye, sosialisasi di media sosial, membuat posko pemenangan, melakukan

deklarasi, memberikan suara di TPS dan ada pula yang tidak memihak terhadap salah

satu pasangan calon demi menjaga netralitas organisasi. Pengurus ormas Islam yang

seharusnya bergerak dalam bidang keagamaan ini ternyata memiliki kesadaran yang

sangat tinggi terhadap politik dan ikut terlibat dalam partai politik, sehingga dalam

budaya politik pengurus PCNU Pandeglang masuk dalam tipologi partisipan, tetapi

partisipasinya dalam politik terlalu jauh sampai merangkap jabatan yang berafiliasi

dengan partai politik sehingga ini melanggar Peraturan Organisasi.

Kata kunci: Sikap Politik, Pengurus, Ma’ruf Amin, Pilpres.

Page 6: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman

kegelapan hingga ke zaman terang benderang seperti hari ini.

Skripsi yang berjudul “BUDAYA POLITIK dan ELITE (Sikap Politik

Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam

Pilpres Tahun 2019)” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam

menyelesaikan tugas akhir, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

beserta staff dan jajarannya.

2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Idris Thaha, M.Si, selaku dosen seminar proposal yang telah membimbing

tahap awal penulisan skripsi ini serta memberikan masukan dan memotivasi

penulis.

6. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi, selama

penyusunan skripsi telah membimbing, memberikan kritik, saran dan

Page 7: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

vi

koreksinya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan sebaik-

baiknya.

7. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik telah memberikan ilmu

yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan berlangsung.

8. Seluruh narasumber yang telah bersedia menjadi sumber informasi bagi

penelitian ini, sehingga penulis dapat menyusun data-data yang dibutuhkan

dalam penulisan skripsi.

9. KH. SM. Fuad Halimi Salim, KH. Budin, KH. Ahmad Kizwini yang telah

memberikan motivasi dan nasihat bagi penulis.

10. Orang tua tercinta H. Encep dan Hj. Munjiah beserta kakak dan adik-adik,

serta seluruh KBBT yang selalu memberi dukungan baik moril maupun

materil.

11. CB Politik 2015, Azizah Putri, Nahdahtul Hikmah, Febi Dwi, Dyah Safira,

Astri Diyawati, Diana Novitasai, Indah Dwi dan Nofika Indah yang selalu

memberi masukan dan waklu luangnya untuk berdiskusi.

12. Teman seperjuangan Ilmu Politik B 2015 yang tidak bisa disebutkan satu-

persatu, atas waktu yang berharga selama beberapa tahun kuliah.

13. Sahabat/i PMII Komfisip, Penggebrak Firjie Asfahany, Edy Saputra, Ade

Tamara, Chika Susanti, Adnan Zhaffar, Lutfi Ramadhan, Adelia Rorianti,

Aulia Rahman, Daffa Daud, Nida Mardiah dan Ihsan Fikri atas do’a dan

dukungan dan sudah bersedia untuk berbagi pengalaman.

14. Sahabat terbaik Syifaa Urrahmah, Anadza Istaftilah, Novia Chikoisah, Dewi

Hartati, Absyatul Fauziah, Laely Muflihah yang telah memberikan energi

positif dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Anisa Nur Rohmah,Wawan, Rian, Gigin, Robiansyah, Faisal, Bibah dan

Jehan Safira atas dukungannya dalam memberi masukan dan membantu

mengumpulkan data yang penulis butuhkan.

Page 8: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

vii

16. Himapol, Perempuan Bangsa, LPBI, KNPI, IMALA serta Seluruh anggota

KKN Doremi 123 telah banyak memberikan inspirasi, semangat dan

mendukung penulis.

Terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu baik berupa do’a,

moril maupun materil, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Semoga kebaikan mereka di balas oleh Allah SWT. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 08 Juni 2020

Neng Sys Mafazah

Page 9: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................... i ......................

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...................................................................................... 1

B. Pertanyaan Masalah ...................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 8

E. Metode Penelitian.......................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 16

BAB II KERANGKA TEORI

A. Budaya Politik ............................................................................................... 18

B. Perilaku Pemilih ........................................................................................... 24

C. Elite ............................................................................................................... 26

D. Tindakan Sosial ............................................................................................. 31

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG DAN PCNU

PANDEGLANG

A. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang .................................................... 33

B. Sejarah dan Kepengurusan PCNU Pandeglang............................................. 35

C. NU dan Pemilu .............................................................................................. 40

BAB IV SIKAP POLITIK PENGURUS PCNU PANDEGLANG TERHADAP

PENCALONAN MA’RUF AMIN DALAM PILPRES TAHUN 2019

Page 10: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

ix

A. Mempertahankan Netralitas NU ................................................................... 43

B. Perbedaan Preferensi Politik Pengurus NU................................................... 47

C. Elite PCNU Pandeglang ................................................................................ 51

D. Perilaku Memilih dan Tindakan Pengurus NU dalam Pilpres 2019 ............. 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 68

B. Saran .............................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 72

Page 11: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

x

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1. Populasi Penduduk Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Agama ..... 34

Tabel III.B.1. Struktur PCNU Kabupaten Pandeglang ............................................. 38

Tabel IV.D.1. Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2019 di Kabupaten

Pandeglang ................................................................................................................ 62

Page 12: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.A.1. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang ..................................... 33

Gambar IV.D.1. Stiker Yoyon Sujana dengan Pasangan Calon Prabowo-Sandi...... 58

Page 13: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

xii

DAFTAR SINGKATAN

AD: Anggaran Dasar

ART: Anggaran Rumah Tangga

DPC: Dewan Pimpinan Cabang

Gemasaba: Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa

GP Ansor: Gerakan Pemuda Ansor

IPNU: Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

IPPNU: Ikatan Putri Pelajar Nahdlatul Ulama

Kesbangpol: Kesatuan Bangsa dan Politik

Kogasma: Komandan Satuan Tugas Bersama

LAKPESDAM: Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia

LAZISNU: Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama

LBM: Lembaga Bantsul Masail

LDNU: Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama

LP: Lembaga Perekonomian

LPBH: Lembaga Penyuluhan Bantuan dan Hukum

LPBI: Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim

LPP: Lembaga Pengembangan Pertanian

MWC: Majelis Wakil Cabang

NU: Nahdlatul Ulama

PCNU: Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

Pemilu: Pemilihan Umum

Pilpres: Pemilihan Presiden

PKB: Partai Kebangkitan Bangsa

PPP: Partai Persatuan Pembangunan

RMI: Rabithah Ma’had Islamiyah

SKT: Surat Keterangan Terdaftar

Page 14: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini membahas tentang sikap politik Pengurus PCNU Kabupaten

Pandeglang terhadap pencalonan Ma'ruf Amin (mendampingi Joko Widodo) dalam

pemilihan presiden tahun 2019. Sikap politik yang dimaksud adalah munculnya pro

dan kontra di kalangan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan

Ma'ruf Amin dalam pilpres 2019. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari

faktor apa saja yang melatarbelakangi pengurus dalam memberi dukungan, tidak

mendukung atau tidak berpihak ke salah satu pasangan calon serta strategi apa yang

dibuat oleh pengurus PCNU Pandeglang untuk memenangkan Ma’ruf Amin dalam

kontestasi politik tahun 2019.

Dari data yang berhasil dihimpun, sebanyak 82% pengurus PCNU Pandeglang

mendukung Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, sebanyak 7% pengurus tidak

mendukung dan 11% pengurus NU lainnya netral dalam pilpres tahun 2019. Dari

total keseluruhan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang sebanyak 55 pengurus

yang terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah.1

Sikap politik yang bermacam-macam tadi menimbulkan perbedaan, tetapi ini

menjadi hak setiap warga NU dalam menentukan pilihan politiknya. Memang secara

1Wawancara dengan Munirul Ikhwan, sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di Aula PCNU

Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Page 15: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

2

lembaga, NU tidak terlibat dalam politik praktis. Organisasi seperti NU tidak

memihak terhadap salah satu pasangan calon, karena NU sudah kembali ke khittah.

Inti dari khittah NU yaitu mempertegas apa yang sudah dibentuk pada 1926,

bahwa NU adalah organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Tetapi pada

1952, NU menjadi partai politik, yang kemudian mengikuti pemilu pada 1955 dan

mendapatkan suara terbanyak ke 4 setelah PNI dan Masyumi.2

Pada tahun 1973, NU melebur ke dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan)

tetapi tidak bertahan lama, karena terdapat perbedaan orientasi serta visi di dalamnya,

sehingga gagasan mengembalikan NU ke khittah timbul, kemudian beberapa kali

dibahas dalam muktamar dan baru diformulasikan tahun 1980-an. 3

NU ditegaskan secara organisasi tidak terlibat politik praktis, organisasi Islam

terbesar di Indonesia tersebut tidak memberikan dukungan formal kepada sebuah

kelompok atau perorangan dalam pemilihan politik. Walaupun pengurus NU dalam

pemilu terlibat langsung, tetapi keterlibatannya tidak mengatasnamakan organisasi.

Dalam hal ini, pengurus NU berhak untuk memilih dan dipilih.

Masuknya Ma'ruf Amin dalam politik praktis merupakan tokoh NU kelima

dalam pemilihan presiden. Pertama, Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4

yang dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kemudian pada pemilu 2004, ada

tiga tokoh NU yang bersaing memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden, yaitu

Hamzah Haz adalah mantan wakil presiden 2001-2004 dan 2004 mencalonkan

2 Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU (Surabaya: Bina Satu, 1999), h. 251. 3 Terdapat di http://www.nu.or.id diakses pada tanggal 14 September 2012

Page 16: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

3

sebagai calon presiden bersama Agum Gumelar, kemudian ada KH. Hasyim Muzadi

mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati

Soekarnoputri dan KH. Shalahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden

mendampingi Wiranto.4

Ma’ruf Amin yang kini menjabat sebagai Rais ‘Aam Pengurus Besar NU

(PBNU), dalam pemilu 2019 ini mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden

mendampingi Joko Widodo. Pencalonannya dalam politik praktis, tidak menekan

seluruh pengurus NU untuk mendukungnya. PCNU Pandeglang juga tidak

mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan kadernya untuk mendukung atau tidak

diperkenankan mendukung salah satu tokoh NU yang terlibat sebagai calon wakil

presiden, dalam hal ini pengurus NU bebas mendukung siapapun.

Adapun pengurus PCNU Pandeglang yang mendukung sekaligus

memenangkan Ma'ruf Amin, dalam pemilu 2019 mereka berkontribusi atau

berpartisipasi dengan cara menjadi relawan dan membuat posko pemenangan. Seperti

Rumah KMA (Rumah Kiai Ma'ruf Amin) yang diatur dan didanai sepenuhnya oleh

salah satu mustasyar PCNU Pandeglang yaitu Ir. H. Thoni Fathoni Mukson.

Rumah yang disewa selama 1 tahun penuh tersebut dijadikan posko Rumah

KMA yang bertempat di Palurahan, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang.

Salah satu mustasyar PCNU Pandeglang berinisiatif untuk mendirikan posko

pemenangan tersebut, karena bentuk kecintaannya terhadap ulama asal Banten,

4 Romi Faslah “Nahdlatul Ulama dan Pemilihan Umum Presiden 2004: Studi Konflik Politik

Kiai NU dalam Pencalonan KH. Hasyim Muzadi sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2004/ Nahdlatul

Ulama and 2004 President Election” (Tesis S2 Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2015)

Page 17: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

4

dengan adanya posko di Pandeglang berharap akan mendulang suara capres-cawapres

nomor urut 01.5

Beberapa pengurus NU Kabupaten Pandeglang juga membuat tim untuk

sosialisasi seperti turun langsung ke masyarakat, serta tim khusus sosial media.

Tugasnya yaitu mensosialisasikan calon dengan cara door to door atau aktif dalam

sosial media dengan cara memposting berita, mengomentari serta menyebarluaskan

visi misi nomor urut 01 baik di akun Facebook, Twitter, Whatsapp, serta Instagram.

Tim ini disebut dengan tim metal, yaitu singkatan dari menang total untuk pendukung

pasangan Jokowi-Amin.6

Sebagian pengurus NU Pandeglang juga melakukan deklarasi secara resmi.

Deklarasi dukungan dilakukan di Ponpes Al-Muawanah yang berlokasi di Jalan Raya

Labuan, KM. 73. Kabupaten Pandeglang. Yang dihadiri oleh beberapa perwakilan

LDNU PBNU Jakarta, PCNU Pandeglang, Gerakan Pemuda Ansor, Ikatan Pelajar

NU, perwakilan santri Pandeglang, sejumlah masyarakat serta kader PPP dan PKB

yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.7

Kader partai politik yang hadir dalam kegiatan deklarasi tersebut juga

merupakan pengurus NU Pandeglang. Memang di era reformasi ini banyak warga NU

dan pengurus aktif NU yang bergerak di bidang politik, seperti berpartisipasi aktif di

5 Wawancara dengan Rian Supriatna, Ketua Gemasaba Kabupaten Pandeglang, di Rumah KMA

Pandeglang, pada 10 Maret 2019, Pukul 12.30. 6 Wawancara dengan Rian, di Rumah KMA Pandeglang, pada 10 Maret 2019, Pukul 12.30. 7 Engkos Kosasih, “Sejumlah Ormas di Pandeglang Deklarasi Dukung Jokowi-Ma’ruf di

Ponpes Al-Muawanah Menes” https://bantenhits.com, 19 September 2018.

Page 18: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

5

partai yang berbasis Islam (PPP, PKB) dan ada beberapa pengurus yang masuk ke

partai nasionalis seperti Demokrat dan partai lainnya.

Senada dengan fakta tersebut, sebagian PCNU Pandeglang menjadi kader PPP

dan PKB di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Pandeglang, yang sama-

sama mempunyai afiliasi kultur ke NU, dalam pilpres tahun 2019 mereka memberi

dukungannya terhadap Ma'ruf Amin.

Tidak hanya itu, sebagian PCNU Kabupaten Pandeglang memilih untuk tidak

mendukung Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019. Menurut sebagian

pengurus, tidak ada kewajiban bagi pengurus untuk mendukung pengurus NU yang

terlibat dalam politik praktis. Dalam hal ini Ma’ruf Amin yang mencalonkan diri

sebagai calon wakil presiden sudah berada dalam ranah politik dan setiap individu

atau masing-masing warga NU yang berada dalam struktural baik di tingkat pusat,

wilayah dan cabang berhak untuk menentukan pilihan politiknya.

Dalam AD/ART NU tahun 2015 pasal 51 ayat 4 dibahas mengenai larangan

bagi pengurus untuk merangkap jabatan, yaitu: “Rais ‘Aam tidak diperkenankan

mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik”. Dengan melihat

aturan tersebut, Ma’ruf Amin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Rais ‘Aam

dan memilih untuk mendampingi Joko Widodo sebagai petahana dalam politik

praktis. Karena itu, sebagian PCNU Pandeglang memutuskan untuk tidak mendukung

Ma’ruf Amin dan memilih untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi. 8

8 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Tahun 2015.

Page 19: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

6

Alasan lainnya yaitu pengurus berpandangan bahwa seorang tokoh NU

harusnya fokus dalam masalah keagamaan dan kemasyarakatan saja. Dalam politik

praktis seharusnya pengurus PBNU hanya sebagai penasihat, bukan sebagai pemain

inti, dalam hal ini mencalonkan diri. Terlebih Ma’ruf Amin sebagai seorang alim

yang memiliki tugas sebagai pengawas serta pembawa paham Islam Ahlussunnah

Waljama’ah.

Dengan demikian, skripsi ini bermaksud untuk menggambarkan berbagai

pandangan politik PCNU Kabupaten Pandeglang. Tentunya dengan mencari faktor-

faktor penyebab pengurus memberi dukungan atau tidak mendukung Ma’ruf Amin

dalam pilpres 2019, mencari tahu bentuk dukungan yang dibuat oleh sebagian

pengurus untuk memenangkan pasangan nomor urut 01 yaitu Jokowi-Amin, serta

strategi yang dibuat oleh sebagian pengurus PCNU khususnya yang tidak mendukung

Ma’ruf Amin dan memutuskan untuk mendukung pasangan nomor urut 02, yaitu

Prabowo-Sandi. Permasalahan ini diformulasikan dalam beberapa bentuk pertanyaan

masalah.

B. Pertanyaan Masalah

1. Mengapa dukungan pengurus PCNU Pandeglang terbelah dalam Pemilihan

Presiden tahun 2019?

2. Apa bentuk dukungan pengurus PCNU Pandeglang terhadap masing-masing

calon yang bertarung dalam Pemilihan Presiden tahun 2019?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 20: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

7

a) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pengurus PCNU Pandeglang

mendukung Ma’ruf Amin.

b) Mengungkap faktor-faktor penyebab pengurus PCNU Pandeglang tidak

mendukung Ma'ruf Amin dalam pemilihan umum tahun 2019.

c) Menganalisis strategi pemenangan Ma'ruf Amin dalam pemilu 2019 yang

dilakukan oleh pengurus PCNU Pandeglang.

d) Mencari tahu strategi yang dibentuk oleh sebagian pengurus PCNU

Pandeglang dalam mendukung pasangan Prabowo-Sandi.

Manfaat penelitian dibagi ke dalam dua bagian:

1) Manfaat Akademis

Untuk memperkaya khazanah intelektual politik, penulis berharap agar

penelitian ini dapat berguna bagi studi ilmu politik serta menambah literatur untuk

penelitian atau kajian selanjutnya tentang sikap politik organisasi masyarakat dalam

pemilihan presiden.

2) Manfaat Praktis

a) Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu yang dimiliki

oleh penulis serta dapat mengetahui dan mempelajari berbagai sikap dan

pandangan politik. Bagi para pembaca, penelitian ini diharapkan dapat

menjawab bagaimana pilihan politik elite non politik dalam pemilihan

presiden.

Page 21: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

8

b) Diharapkan penelitian ini berguna bagi organisasi masyarakat yang berbasis

Islam di seluruh Indonesia khususnya sebagai evaluasi bagi NU dalam

mengakomodir pengurusnya dalam berpolitik atau politik praktis.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis mencari referensi atau merujuk pada

studi kepustakaan berupa jurnal, skripsi dan tesis yang memiliki keterkaitan dengan

masalah yang diteliti atau disusun. Pembahasan yang sudah diteliti menjadi fokus

perbandingan penulis dengan tujuan memberi pengetahuan baru yang belum dibahas

oleh penulis lain serta untuk menghindari plagiasi tentunya. Berikut penulis jabarkan

beberapa referensi atau penelitian yang menjadi tinjauan pustaka, yaitu:

Pertama, penelitian Muhammad Anis Sumaji9 . Studi ini membahas tentang

sikap politik elite Muhammadiyah dan NU di Surakarta tentang pemilihan presiden

secara langsung pada tahun 2014. Terdapat tiga varian sikap, yaitu: sikap moderat

idealistik, sikap realistik-kritis, dan sikap akomodatif-pragmatis. Penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad merupakan penelitian kualitatif deskriptif analitik.

Penemuannya adalah sikap politik elite NU dan Muhammadiyah ada yg mendukung

dan ada yang tidak mendukung dengan pelaksanaan pemilihan presiden secara

langsung.

9 Muhammad Anis Sumaji. “Sikap Politik Elite Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di

Surakarta Tentang Pemilihan Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi Komparatif)” (Tesis S2

Program Megister Pemikiran Islam, Universitas Muhammadiyah Srakarta, 2016).

Page 22: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

9

Kedua, penelitian Endik Hidayat10. Endik mencoba memaparkan bagaimana

bentuk-bentuk peran kiai dalam mendukung pasangan Prabowo-Hatta dalam

pemilihan presiden tahun 2014 di Pesantren Areng-areng. Secara terang-terangan,

pesantren tersebut juga menjadi tempat deklarasi pasangan Prabowo-Hatta. Hasil

penelitian Endik, bahwa peran ulama atau Kiai sangat signifikan dalam suara yang

diraih terhadap pasangan yang mereka dukung, dalam kasus ini agama menjadi alat

untuk kepentingan politik dan ulama sangat berperan dalam mendapatkan suara.

Ketiga, penelitian Miski. S.H.i11. Peneliti mencoba melakukan analisa terhadap

dinamika politik elite NU dengan studi kasus perbedaan preferensi politik Kiai Jawa

Timur pada pemilihan presiden tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai faktor

apa saja yang menyebabkan perbedaan pandangan terjadi, dan bagaimana

menyelesaikan konflik akibat perbedaan politik tersebut. Peneliti menemukan tiga

perbedaan preferensi politik yang terbagi menjadi tiga kubu Kiai, yaitu: kubu Jokowi-

Jusuf, kubu Prabowo-Hatta dan kubu netral yang tidak memihak ke salah satu

pasangan calon dan penemuan selanjutnya, dalam pemilihan umum tahun 2014 Kiai

atau ulama sangat berperan dalam menentukan dan mendapatkan suara.

Keempat, penelitian Nur Nuzula.12 Peneliti membahas keterlibatan para elite

NU dalam proses pemilihan umum pada tahun 2014. Elite NU sangat berperan dalam

10 Endik Hidayat."Hubungan Kiai dan Politik: Peran Politik Kiai pada Pilpres 2014 di Pesantren

Areng-areng Pasuruan Jawa Timur" (Tesis S2 Pascasarjana Program Megister Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, 2016 ). 11 Miski. S.H.i.“Dinamika Politik Elite NU: Studi tentang Perbedaan Preferensi Politik Kiai

Jawa Tengah pada Pemilihan Presiden 2014" (Tesis S2 Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga, 2017). 12 Nur Nuzula. “Ulama Dalam Politik Elite Nahdhatul: Pemihakan Pemilihan Presiden Tahun

2014”, (Skripsi S1 Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Page 23: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

10

mendukung kedua calon pasangan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Peneliti

menemukan perpecahan antara elite NU yang menjadi dua dukungan, dalam artian

elite NU mendukung pasangan capres-cawapresnya masing-masing pada pemilu 2014.

Perbedaan terjadi karena semua memiliki kepentingan masing-masing, baik

kepentingan pribadi maupun organisasinya, karena ingin mendapatkan posisi di

pemerintahan.

Kelima, penelitian Ahmad Solikhin. 13 Penelitian ini membahas tentang

bagaimana sikap politik elite Muhammadiyah Pusat dengan Daerah. Hasil dari

penelitiannya yaitu terdapat perbedaan sikap politik antara pimpinan pusat dan

pimpinan daerah dengan perbedaan pandangan tentunya, serta dalam menentukan

pilihan, membuat kebijakan atau keputusan, ormas Muhammadiyah mengacu pada

khittah politik Muhammadiyah.

Perbedaan kelima penelitian yang menjadi tinjauan pustaka dengan penelitian

yang penulis teliti yaitu terletak pada tempat dan waktu. Penelitian pertama dan

kelima membahas sikap politik dua ormas berbasis Islam yaitu Muhammadiyah dan

NU serta adanya perbedaan sikap politik ormas antara pimpinan pusat dengan

pimpinan daerah.

Penelitian kedua membahas peran kiai dalam pemilihan presiden. Penelitian

ketiga dan keempat membahas perbedaan preferensi politik elite NU atau pemihakan

pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Sedangkan fokus pembahasan

13 Ahmad Sholikin, “Perbedaan Sikap Politik Elektoral Muhammadiyah antara Pusat dan

Daerah” Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta, Vol. 3 No. 2 (September-Februari

2018).

Page 24: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

11

penulis mengenai sikap politik pengurus cabang suatu ormas di Kabupaten

Pandeglang terhadap pencalonan mantan Rais ‘Aam PBNU dalam pemilihan presiden

tahun 2019.

E. Metode Penelitian

Metodologi merupakan sekumpulan prosedur, peraturan dan kegiatan yang

digunakan oleh peneliti atau pelaku ilmu studi mengenai suatu cara yang berkaitan

dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan. 14 Sedangkan penelitian atau

research adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis serta logis untuk

menjawab pertanyaan atau masalah yang diselidiki.15

Maka, metodologi penelitian ialah proses atau langkah-langkah untuk

mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Sedangkan,

metode berasal dari kata ‘methodos’, ‘meta’ artinya menuju dan ‘hodos’ berarti jalan.

Jadi, methodos adalah metode ilmiah untuk melakukan sesuatu menurut cara atau

aturan tertentu.16

E.1 Pendekatan Penelitian

E.1.2 Pendekatan Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif disebut sebagai sebuah metodologi penelitian dengan

menggunakan ketajaman serta kedalaman peneliti atas suatu fenomena objek

penelitian, objek penelitian tersebut memiliki makna yang harus dipahami secara

14 Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Jakarta:

Penerbit Kencana, 2011), h. 22. 15 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 26. 16 Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, h. 22.

Page 25: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

12

mendalam, atau lebih jelasnya penelitian kualitatif merupakan suatu strategi untuk

mencari makna, konsep, pengertian, deskripsi tentang suatu fenomena.17 Dalam hal

ini, penelitian kualitatif menggunakan pendekatan induktif serta deskriptif,18karena

itu dalam penelitian yang penulis teliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

untuk melihat data-data yang berasal secara deskriptif dapat menggunakan kata-kata,

gambar dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah data mengenai sikap politik dan

pandangan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan Ma'ruf

Amin sebagai calon wakil presiden (mendampingi Joko Widodo sebagai calon

presiden) dalam pemilihan presiden tahun 2019. Data tersebut diperoleh dengan

menggunakan metode-metode dalam penelitian kualitatif seperti melakukan

wawancara, serta dokumentasi dalam teknik pengumpulan data.

E.2 Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ilmiah terdapat data-data yang kemudian terbagi ke dalam dua

bagian:

E.2.1 Data primer

Data primer merupakan data atau keterangan yang diperoleh langsung dari

sumbernya, dalam penelitian ini penulis memperoleh data-data yang langsung didapat

dari ahlinya sesuai dengan kebutuhan penulis dan dalam menganalisis studi kasus

masalah yang diambil penulis, penulis mendapatkan informasi langsung dengan

17 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan h. 329 18 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis (Yogyakarta:

Penerbit Suaka Media, 2015), h. 8.

Page 26: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

13

Pengurus Cabang dan tidak lupa melihat dari sisi masyarakat dengan melakukan

pengamatan langsung kepada pimpinan pondok pesantren serta masyarakat.

E.2.2 Data sekunder

Data sekunder diartikan sebagai data atau keterangan yang didapatkan atau

diperoleh langsung dari pihak kedua. Data tersebut dapat berupa catatan dalam

bentuk buku, jurnal, dapat berupa laporan, bulletin, koran atau juga didapat dari

media lainnya seperti televisi, dan radio.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder berupa data yang

didapatkan berasal dari media (koran), buku dan lainnya. Sumber data sekunder

berupa data kepengurusan, hasil suara dari penghitungan KPU dan lainnya yang

menunjuk kepada data pendukung dalam penelitian sikap politik pengurus PCNU

Pandeglang terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019

E.3 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat berbagai metode dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan

melakukan wawancara atau data dapat didapatkan dari bentuk dokumentasi.

E.3.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu proses interaksi antara pewawancara dengan sumber

informasi melalui komunikasi langsung.19 Pewawancara menanyakan perihal suatu

obyek dengan tatap muka, tentunya pewawancara harus sudah menyiapkan apa saja

yang menjadi kebutuhan dalam proses wawancara, seperti menyiapkan pertanyaan

untuk narasumber serta pewawancara harus memiliki keterampilan dalam proses

19 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 372.

Page 27: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

14

tanya-jawab, sehingga sumber informasi dapat menerima serta memahami informasi

apa yang interviewer butuhkan. Dalam melakukan wawancara, dapat diketahui motif

dari responden, pemahaman serta pengalaman dan emosi yang dimiliki.20

Penulis mewawancari beberapa narasumber yaitu: Dede Kurniawan sebagai

sekretaris ISNU Kabupaten Pandeglang, Epi Hasan Rifai sebagai Pengamat Politik

dan Hukum Kabupaten Pandeglang, KH. Munirul Ikhwan sebagai sekretaris

Tanfidziyah PCNU Pandeglang yang memberikan banyak informasi mengenai

kepengurusan NU dan sikap politik PCNU Pandeglang secara umum, Rian Supriatna

sebagai ketua Gemasaba Kabupaten Pandeglang sekaligus sebagai orang yang tinggal

di Rumah KMA selama pemilu berlangsung, Thoni Fathoni Mukson sebagai

Mustasyar PCNU Pandeglang dan juga sebagai ketua DPC PKB Kabupaten

Pandeglang yang dalam penelitian ini narasumber sebagai pengurus NU yang

mendirikan posko pemenangan untuk Ma’ruf Amin dan mendukung penuh pasangan

nomor urut 01, Utoh Mashuri sebagai wakil sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang

dan mewakili pengurus PCNU yang netral dalam pilpres 2019, penulis melakukan

wawancara dengan Yoyon Sujana sebagai A'wan PCNU Pandeglang juga sebagai

ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Pandeglang yang mendukung penuh

pasangan Prabowo-Sandi dalam pemilu tahun 2019. Kemudian wawancara dengan

Oji warga NU kultural di Kabupaten Pandeglang dan wawancara dengan Ust. Epi

Hanapi pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Salafi di Pandeglang.

20 W.Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 119.

Page 28: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

15

E.3.2 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan tertulis tentang sesuatu yang sudah berlalu.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan

dokumen. Data dokumentasi dapat berupa foto atau teks tertulis. Teks tertulis seperti

biografi, cerita atau karya tulis.21

Dalam penelitian ini, data dokumentasi yang penulis dapatkan berupa gambaran

umum Kabupaten Pandeglang, gambar peta administrasi Kabupaten Pandeglang,

tabel populasi penduduk berdasarkan agama, sejarah dan kepengurusan PCNU

Pandeglang, hasil rekapitulasi pemilu tahun 2019, berita maupun lainnya yang

berhubungan dengan penelitian mengenai sikap politik PCNU Pandeglang terhadap

keterlibatan Ma’ruf Amin dalam pemilu tahun 2019.

E.4 Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data yang penulis lakukan yaitu: pertama, mengumpulkan

data dari buku, dokumen, wawancara dan sumber lainnya, kemudian penulis

merangkum data yang penting untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kedua,

penyajian data. Data yang sudah dirangkum oleh penulis dijelaskan secara detail

berupa narasi, dalam tahap ini dipaparkan berbagai sikap politik pengurus PCNU

Pandeglang serta bentuk dukungan masing-masing dalam pilpres 2019 dan

pembahasannya dianalisis dengan menggunakan pendekatan budaya politik,

pendekatan perilaku pemilih, elite dan teori tindakan sosial. Ketiga, kesimpulan.

Penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitiannya.

21 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 391.

Page 29: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

16

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini dibagi ke dalam 5 bab, berikut adalah

sistematika penulisan dalam penelitian ini:

Pada BAB I, penulis membahas seputar pernyataan masalah yang berkaitan

dengan sikap politik dan pandangan pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap

pencalonan Ma'ruf Amin dalam pilpres tahun 2019, tepatnya sebagai cawapres,

kemudian pertanyaan masalah merupakan pertanyaan yang menjawab isi atau

pembahasan dalam penelitian ini. Tujuan dan kegunaan penelitian dicantumkan untuk

membahas apa yang ini dicapai dan kegunaan dilakukannya penelitian ini untuk apa.

Telaah pustaka juga penting, karena menjadi rujukan penulis dalam melakukan

penelitian, apa yang sudah dibahas dalam penelitian sebelumnya dan menjadi sebuah

perbandingan bagi penulis.

BAB II Kerangka Teori dan Konsep. Kerangka teori membantu menjelaskan

permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan budaya politik,

pendekatan perilaku pemilih, elite serta teori tindakan sosial. Teori membantu penulis

dalam menjelaskan sikap politik dan beberapa faktor yang menyebabkan pengurus

PCNU Pandeglang mendukung masing-masing pasangan calon dalam pilpres tahun

2019.

BAB III Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang dan PCNU Pandeglang.

Penulis memaparkan tentang sosial-politik Kabupaten Pandeglang dan dinamika

politik ormas Islam yaitu NU dan khususnya membahas kepengurusan PCNU

Pandeglang serta informasi lainnya yang berkaitan dengan pemilu 2019.

Page 30: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

17

BAB IV Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang terhadap pencalonan

Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019, dalam bab ini penulis

memaparkan hasil wawancara dan studi dokumentasi untuk mengkaji sikap politik

pengurus PCNU Pandeglang dan pandangan politik para pengurus serta pihak terkait.

Hasil penelitiannya adalah sikap politik pengurus PCNU Pandeglang terhadap

pencalonan Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019 adalah beragam, terdapat sikap yang

netral, mendukung dan tidak mendukung. Bentuk dukungan dari pengurus terhadap

masing-masing calon pasangan yang bertarung dalam pemilihan presiden adalah

dengan menjadi relawan, membuat posko pemenangan, melakukan deklarasi

dukungan, kampanye ke berbagai tempat dan datang ke tps untuk memberikan suara.

Pada BAB V, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dalam penelitiannya.

Kesimpulan adalah jawaban pertanyaan masalah yang kemudian menjadi hasil sebuah

penelitian. Kemudian penulis memberikan saran bagaimana seharusnya organisasi

masyarakat yang berbasis Islam seperti Nahdlatul Ulama berperan dan memberikan

kontribusi dalam perpolitikan di Indonesia.

Page 31: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

18

BAB II

KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan empat teori, yaitu: pendekatan budaya politik,

pendekatan perilaku pemilih, elite dan teori tindakan sosial.

A. Pendekatan Budaya Politik

Konsep budaya politik muncul pada akhir Perang Dunia II dan pada waktu

yang bersamaan terjadi revolusi dalam ilmu politik atau Behavioral Revolution di

Amerika Serikat. 1 Terdapat lima negara demokrasi yang dijadikan sebagai studi

perbandingan tentang kebudayaan politik, yaitu: Amerika Serikat, Jerman, Inggris,

Meksiko dan Italia.2

Lahirnya kebudayaan politik merupakan dampak dari keseluruhan sistem

sosial-budaya masyarakat melalui proses sosialisasi politik. Tujuannya agar

masyarakat memahami dan mengerti bahwa nilai politik adalah pengaruh dari sikap

atau tingkah laku mereka sendiri.3

Budaya politik membahas mengenai sikap warga negara yang akan

mempengaruhi dukungan, tanggapan, serta orientasi terhadap sistem politik, dan

1 Affan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2006), h. 97. 2 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di

Lima Negara. (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 42. 3 Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1986), h.

244-245.

Page 32: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

19

budaya politik sendiri berkaitan erat dengan sistem politik, maksudnya adalah

bagaimana individu melakukan kegiatan dalam sistem politik.4

Para ahli memberikan definisi budaya politik yang berbeda-beda (beragam),

seperti menurut Miriam Budiardjo, budaya politik adalah keseluruhan dari

pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap

politik dan pandangan hidup pada umumnya.5 Budaya politik juga merepresentasikan

sikap politik kolektif yang dianut oleh sekelompok orang bukan hanya satu individu.

Selain itu, budaya politik juga bermakna kesadaran warga tentang perpolitikan suatu

negara atau pemerintahannya.

Budaya politik menurut Mochtar Massoed adalah suatu sikap dan orientasi

warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.6 Senada

dengan Rusadi Kantaprawira mengemukakan bahwa budaya politik merupakan

persepsi manusia dan pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan

politik. Perilaku politik masyarakat dapat berupa tindakan dan sikap berbentuk

dukungan atau ketidakpedulian terhadap pemerintah.7

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai: “Suatu sikap

orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya,

4 Lihat Gabriel A. Almond and Bingham Powell, Comprative Politic A Developmental

Approach dikutip Rusadi Kantraprawira, Budaya Politik, h. 42. 5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 49. 6 Mochtar Mass’oed & Colin Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1986), h. 41 7 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar (Bandung: CV. Sinar

Baru, 1988), h. 25.

Page 33: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

20

dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem tersebut”. 8

Budaya politik berkaitan erat dengan sistem politik dan lebih mengutamakan dimensi

psikologis, seperti sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki dan diterapkan, serta

sikap. Menurut Mar’at sikap adalah prilaku yang berasal dari proses sosialisasi yang

ditentukan oleh faktor budaya. Sikap dapat dikatakan sebagai sebuah respon atau

bentuk dari perasaan, perasaan mendukung, tidak mendukung atau memihak pada

suatu obyek politik.9

Eagly dan Chaiken berpendapat, bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap obyek politik.10 Kemudian diekspresikan ke dalam bentuk respon

kognitif, afektif dan perilaku, yang selanjutnya Almond dan Verba menyebutnya

sebagai komponen orientasi politik. Jadi, dalam budaya politik terdapat tiga

komponen orientasi politik,11 yaitu:

1) Orientasi Kognitif

Orientasi kognitif meliputi berbagai pengetahuan dan keyakinan pada politik

atau terhadap jalannya sistem politik pada umumnya, peranan, serta input dan output

nya. Seperti tingkat pengetahuan seseorang terhadap tokoh-tokoh pemerintahan,

kekuasaan atau pengetahuan apa yang dimiliki seseorang mengenai simbol yang

8 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di

Lima Negara, h. 14. 9 Mar’at, Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.

25-26. 10 Alice H. Eagly and Shelly Chaiken, The Psychology of Attitudes (New York: Harcourt Brace

Janovich College Publisher,1993), h.10. 11 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi

di Lima Negara, h. 16.

Page 34: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

21

berkaitan dengan sistem politik yaitu lambang negara, mata uang suatu negara dan

yang lainnya.

2) Orientasi Afektif

Orientasi afektif menyangkut perasaan seseorang terhadap sistem politik,

peranan, tokoh politik dan penampilannya. 12 Seperti seseorang yang memiliki

perasaan dan membuatnya bersikap untuk menerima atau menolak sistem politik di

suatu negara.

3) Orientasi Evaluatif

Orientasi evaluatif berkaitan dengan praduga, penilaian atau pendapat

seseorang terhadap sistem politik. Orientasi ini juga melibatkan kombinasi informasi,

standar nilai dan perasaan. 13 Selain orientasi politik, Almond dan Verba

mengklasifikasikan tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat atau

bangsa menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Budaya Politik Parokial

Budaya politik parokial ditandai dengan wilayah yang sempit, juga dikenal

dengan masyarakat tradisonal dan sederhana. Tipe masyarakat seperti ini tingkat

partisipasi politiknya sangat rendah, atau bisa dikatakan apatis tidak terdapat peranan

12 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi

di Lima Negara, h. 16. 13 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi

di Lima Negara, 16-17.

Page 35: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

22

politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Pada kebudayaan seperti ini, anggota

masyarakat cenderung tidak berminat terhadap politik.14

2) Budaya Politik Subyek (Kaula)

Budaya politik kaula yaitu di mana anggota masyarakat mempunyai minat serta

kesadaran terhadap sistem politik terutama terhadap aspek outputnya. Masyarakat

menyadari bahwa elite politik atau pembuat kebijakan tidak dapat diganggu gugat dan

tidak dapat dipengaruhi oleh masyarakat sendiri, sehingga masyarakat menerima

keputusan apa saja yang berasal dari pemerintah.15

Tipe kebudayaan subyek atau kaula di mana anggota masyarakat mengakui

akan adanya institusi demokrasi dan otoritas pemerintah tetapi hal ini tidak memberi

keabsahan pada mereka.16 Masyarakat seperti ini sudah relatif maju secara ekonomi

dan politik, serta memahami kondisi politik di negaranya patuh terhadap undang-

undang dan pejabat pemerinatahan, tetapi masyarakat cenderung pasif, tidak ada

gerakan atau tidak ikut berpartisipasi dalam politik.

3) Budaya Politik Partisipan

Masyarakat memiliki kesadaran politik yang tinggi dan berperan aktif dalam

kegiatan politik di negaranya, masyarakat menyadari akan haknya sebagai warga

14 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, h. 33-34. 15 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, h. 33. 16 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi

di Lima Negara, h. 21.

Page 36: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

23

negara sehingga menggunakan hak tersebut untuk mendukung atau menolak sistem

politik, seperti memberi suara dalam pemilihan umum.17

Dari ketiga tipe budaya politik, menurut Almond tidak ada satu negara yang

memiliki budaya murni parokial, subyek atau partisipan.18 Maka Almond dan Verba

membedakan tiga bentuk budaya politik variasi campuran:

1) Budaya Politik subyek-parokial

2) Budaya politik subyek-partisipan

3) Budaya politik parokial-partisipan

Berdasarkan penggolongan tersebut, dapat dibagi dalam tiga model kebudayaan

politik, yaitu: pertama, masyarakat demokratis industrial. Model budaya politik

industrial ini ditandai dengan banyaknya aktivis politik, masyarakat cenderung aktif

dalam membicarakan atau mendiskusikan perihal politik, dan berkontribusi dalam

mengusulkan sebuah kebijakan dengan cara berdemonstrasi atau menyampaikan

aspirasi mereka secara langsung.

Kedua, masyarakat dengan sistem politik otoriter, masyarakat menengah ke atas

seperti tokoh agama, pengusaha, pemilik tanah dan sebagainya terlibat aktif dalam

permasalahan politik, sedangkan masyarakat biasa cenderung apatis, tidak berminat

terhadap politik dan pasif. Ketiga, masyarakat demokratis preindustrial. Sistem ini

17 Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007),

h. 18. 18 Uddin B. Sore dan Sobirin, Kebijakan Publik (Makassar: CV. Sah Media, 2017), h. 150.

Page 37: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

24

ditandai dengan rendahnya minat masyarakat terhadap politik dan sebagian besar

masyarakatnya buta huruf dan tinggal di pedesaan.19

Dalam penelitian ini, pendekatan budaya politik menjelaskan mengenai sikap

politik PCNU Pandeglang dan bagaimana pandangannya terkait pemilihan presiden

dan wakil presiden, khususnya sikap politik pengurus PCNU Pandeglang terhadap

Ma’ruf Amin yang merupakan Rais ‘Aam PBNU dan dalam pemilu tahun 2019

menjadi pendamping Joko Widodo.

B. Pendekatan Perilaku Pemilih

Perilaku memilih merupakan faktor yang menyebabkan seseorang dalam

memilih kandidat politik yang berkaitan dengan partisipasi seseorang dalam pemilu

atau pilpres. Secara garis besar, perilaku pemilih dapat diurai dalam tiga model

pendekatan, yaitu model sosiologis, model psikologis dan model pilihan rasional.20

Model sosiologis adalah model perilaku memilih yang terawal yang

dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan sosial politik dari Columbia University

Bureau of Applied School Science, atau dikenal dengan mazhab Columbia (The

Columbia School of Electoral Behavior). Ciri khas dari model ini ditentukan oleh

karakteristik sosiologis para pemilih, terutama kelas sosial, agama, dan kelompok

etnik. Jadi pilhan seseorang dalam pemilu atau pilpres dipengaruhi oleh latar

19 Uddin B. Sore dan Sobirin, Kebijakan Publik, h. 151. 20 Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap

Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta:

Mizan Publika, 2012), h. 3-4.

Page 38: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

25

belakang demografi dan sosial ekonomi seperti, agama, tempat tinggal, pekerjaan,

pendidikan, kelas dan usia.21

Selanjutnya, model psikologis adalah model pendekatan untuk menjelaskan

faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan yang diambil dalam waktu yang sangat

singkat, dalam model ini rasa memiliki atau kedekatan secara emosional terhadap

suatu partai atau tokoh lebih dominan dibanding dengan faktor ekonomi atau sosial

lainnya. Jadi, seseorang berpartisipasi dalam pemilu atau pilpres bukan karena

kondisi sosial-ekonominya lebih baik, atau karena berada dalam jaringan sosial.

Tetapi karena tertarik dengan politik, merasa suaranya berarti, merasa dekat dengan

partai tertentu (identitas partai), serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut

memperbaiki keadaan (political efficacy).22

Terakhir model pilihan rasional, model pemilih ini menentukan pilihannya

berdasarkan pertimbangan rasional atau dalam model ini pemilih cenderung

memikirkan hal apa yang akan didapatkan dari memilih seorang kandidat. Yakni,

menghitung bagaimana caranya mendapatkan hasil maksimal dengan ongkos minimal

atau bisa disebut dengan pemilih menentukan pilihan dengan pertimbangan untung

21 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 186. 22 Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap

Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, h. 22.

Page 39: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

26

rugi. Suara mereka akan diberikan pada kandidat atau calon yang bisa mendatangkan

keuntungan kepada mereka.23

C. Elite

Istilah elite berasal dari bahasa Latin eligere, artinya memilih.24 Elite memiliki

arti golongan orang terpandang atau terpelajar atau orang yang terpilih dalam

masyarakat. 25 Menurut Aristoteles, elite adalah sejumlah kecil individu yang

memikul semua atau hampir semua tanggung jawab kemasyarakatan. Sebelumnya,

Plato membahas tentang elite, karena menurutnya setiap masyarakat dalam suatu

minoritas membuat keputusan-keputusan besar.26

Mills juga memiliki pandangan mengenai elite, menurutnya elite adalah mereka

yang menduduki posisi utama di dalam masyarakat, bisa dikatakan di puncak

struktur-struktur sosial yang terpenting yaitu posisi yang tinggi di dalam ekonomi,

pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran dan lain sebagainya.

Dengan kedudukan tersebut para elite tugasnya mengambil keputusan yang akibatnya

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.27

Sebelum membahas teori elite, Vilpredo Pareto mengklasifikasikan masyarakat

ke dalam dua kelas yaitu, lapisan atas (elite) dan lapisan yang rendah (non elite).

23 Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap

Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, h. 29. 24 Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elit (Jakarta: Rajawali, 1995), h.3. 25 Tim Prima Pena,”Kamus Ilmiyah Populer”, (Jakarta: Gita Media Press, 2006), h. 111. 26 Jayadi Nas, Konflik Elite di Sulawesi Selatan: Analisis Pemerintahan dan Politik Lokal

(Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, 2007), h. 33. 27 C Wright Mills, The Power Elite (New York: Oxford, 1956), h. 269.

Page 40: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

27

Menurut Pareto elite adalah orang yang berhasil dalam artian elite adalah orang yang

menduduki jabatan tertinggi dalam lapisan masyarakat.28

Menurut Pareto, elite dibagi menjadi dua bagian, yaitu: elite politik dan elite

non politik. Pertama, elite politik merupakan seseorang yang menduduki jabatan-

jabatan politik atau bisa disebut orang yang memiliki kekuasaan di eksekutif atau

legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang

demokratis.

Jadi, individu atau kelompok yang memiliki pengaruh dalam proses

pengambilan keputusan politik disebut sebagai elite yang memerintah (governing

elite), seperti presiden, gubenur, bupati atau walikota, DPR dan institusi lainnya yang

memiliki kekuasaan baik di eksekutif maupun legislatif.

Kedua, elite non politik adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan

strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup

masyarakat atau bisa disebut sebagai elite yang tidak memerintah (non-governing

elite).29 Elite non politik ini seperti: elite keagamaan, organisasi kemasyarakatan,

kepemudaan, dan lain sebagainya.

Pareto juga mengembangkan konsep sirkulasi elite, sirkulasi elite merupakan

perputaran elite dari satu kelompok kelas ke kelompok kelas lainnya. Menurut Pareto

supaya tidak terjadi pergolakan didalam pergantian elite, maka diperlukan sirkulasi

28 S.P. Varma,Teori Politik Modern, (Jakarta: Rajawali Pres, 1987), h. 202. 29 S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 202.

Page 41: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

28

elite yaitu dengan cara menarik kelompok orang di bawah elite untuk masuk ke dalam

elite, sehingga dapat menghambat perebutan kekuasaan.

Selain itu, individu lapisan bawah dapat membuat kelompok elite tandingan

(elite baru) dan ikut dalam perebutan kekuasaan dengan elite yang sudah ditentukan

tersebut. Karena seorang atau sekelompok elite memiliki sifat yang khas yaitu residu

atau sifat yang menonjolkan diri dalam bentuk kegiatan.

Seperti residu kombinasi dan residu agregasi. Residu kombinasi adalah ketika

para elite politik merasionalkan kekuasaan elite politik dengan cara derivasi atau

penyerapan.30 Sedangkan residu agregasi adalah memerintah dengan cara paksa atau

dengan kekerasan, sehingga masyarakat tidak memiliki kebebasan karena dikuasai

oleh elite politik tersebut.

Seperti halnya Pareto, seorang ilmuwan politik Gaetano Mosca juga

mengembangkan teori elite dan percaya dengan teori pergantian elite. Mosca

berpendapat bahwa dalam setiap masyarakat terdapat dua kelas,31 yaitu: kelas yang

berkuasa atau memerintah (the rulling class) dan kelas yang diperintah atau dikuasai

(the rulled class), yang termasuk ke dalam elite politik yaitu kelas penguasa yang

memonopoli kekuasaan dan memiliki kewenangan untuk mengatur struktur dalam

sistem politik. Sedangkan kelas yang diperintah yaitu dikendalikan oleh kelas

penguasa walaupun jumlahnya lebih besar.

30 Derivasi (penyerapan) adalah usaha untuk mempertahankan elite dengan menggunakan akal

rasional yang dengan sengaja membenarkan segala kegiatan atau untuk mengelabui massa guna

memperalatnya. 31 S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 204.

Page 42: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

29

Kelas yang memerintah menurut Mosca terdiri dari minoritas terorganisir di

mana mereka dapat melakukan apa saja dengan memaksakan kehendaknya seperti

memanipulasi dan melakukan kekerasan.32 Kelompok ini memiliki karakteristik yang

membedakan bahwa mereka adalah elite, yaitu kecakapan untuk memimpin dan

menjalankan kontrol politik.

Orang yang berkuasa atau memerintah akan kehilangan jabatan dan dijatuhkan

oleh penguasa baru ketika mereka tidak memperlihatkan kecakapan yang lebih baik.33

Sehingga akan terjadi perubahan dan semakin mempercepat pergantian elite. Jadi,

sirkulasi elite terjadi apabila ada pergeseran dalam perimbangan kekuatan politik.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Robert Michels, 34 menurutnya

tidak akan ada masyarakat tanpa suatu kelas dominan, karena pemerintah merupakan

suatu organisasi atau sekelompok orang yang dominan, yang mengekploitasi massa

atau golongan mayoritas. Jadi, masyakarat akan didominasi kehidupannya oleh

kelompok elite yang menjalankan pemerintahan atau elite yang berpengaruh besar

untuk masyarakat.

Terkait dengan hal itu, Putnam membagi elite dalam tiga model analisis.35

Pertama, analisis posisional menempatkan elite sebagai kelompok yang membuat

atau mengambil keputusan untuk masyarakat dan posisinya berada dalam struktur

32 Damsar, Pengantar Sosiologis Politik (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 41. 33 S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 205. 34 Robert Michels, “Hukum Besi Oligarkhi” dalam Ichlasul Amal, Teori-teori Mutakhir Partai

Politik (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), h. 63. 35 Robert D. Putnam, “Studi Perbandingan Elit Politik” dalam Mohtar Mas’oed dan Colin Mac

Andrew, Perbandingan Sistem Politik, h. 30.

Page 43: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

30

organisasi atau institusi formal, kaum elite ini berpengaruh dalam membuat

keputusan untuk masyarakat.

Kedua, analisis reputasional menempatkan elite sebagai orang yang

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tetapi tidak berada dalam struktur

organisasi. Ketiga, analisis keputusan menempatkan elite sebagai kelompok yang

mempelajari proses pembuat keputusan, dalam hal ini siapa yang memiliki inisiatif

dan siapa yang menentang.

Tidak hanya itu, Putnam juga mengelompokkan individu-individu ke dalam

enam lapisan,36 yaitu:

1) Kelompok pembuat keputusan (lapisan paling atas adalah kelompok elite)

2) Kaum berpengaruh

3) Aktivis

4) Publik peminat politik

5) Kaum pemilih

6) Non partisipan (lapisan paling bawah adalah massa)

Dalam konteks penelitian ini, pengurus PCNU Pandeglang termasuk elite non

politik dan penulis menganalisis kedudukan pengurus NU menggunakan teori elite

Robert Putnam, karena NU merupakan organisasi kemasyarakatan sehingga orang-

orang yang berada dalam kepengurusan NU merupakan elite NU dan bisa disebut

sebagai elite non politik dan memiliki pengaruh di dalam kehidupan masyarakat.

Teori elite adalah teori yang menjelaskan orang-orang yang berada dalam

36 Mohtar Mas’oed dan Colin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik, h. 80.

Page 44: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

31

kepengurusan di tingkat pusat (PBNU), wilayah (PWNU) atau cabang (PCNU), baik

kedudukannya sebagai Musytasyar, Syuriah dan Tanfidziyyah.

D. Teori Tindakan

Menurut Talcott Parson, tindakan sosial merupakan subyek yang bertindak

secara konkrit dan dinamis. Tindakan sosial menekankan pada orientasi subjektif

yang mengendalikan pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif

diatur atau dikendalikan oleh nilai atau standar normatif bersama.37

Seseorang akan bertindak sesuai dengan motif dan tujuannya. Tentunya dengan

karakter yang berbeda. Karakter yang berbeda itu selanjutnya dibawa dalam

penerapan tindakan untuk menentukan, memilih, menyikapi persoalan-persoalan

pribadi dan sosial yang ada. Manusia secara individu, dapat memilih salah satu dari

pilihan dalam menentukan alternatif pilihannya. Orientasi filosofi teori tindakan

sosial Parson adalah positivisme, di mana tindakan sosial seseorang atau individu

ditentukan oleh struktur sosial.38

Max Weber mengemukakan pendapatnya tentang teori tindakan, menurutnya,

suatu tindakan akan disebut sebagai tindakan sosial, apabila tindakan tersebut

ditujukan pada orang lain bukan pada benda mati lebih jelasnya, tindakan individu

yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Orientasi

37 Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 73. 38 Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan) (Malang: UB Press, 2011), h. 62.

Page 45: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

32

filosofi teori tindakan sosial rasional Weber adalah idealisme-historisme.39 Di mana

tindakan sosial individu ditentukan oleh jiwa dan pikiran manusia bukan pengaruh

dari lingkungan. Jadi, dalam hal ini individu bebas memilih dan bertindak.

Weber membedakan empat tipe tindakan sosial, sebagai berikut:40

1) Tindakan rasionalitas instrumental (berorientasi tujuaan): tindakan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan rasional

2) Tindakan rasional nilai (berorientasi nilai): tindakan yang dilakukan

berdasarkan pertimbangan nilai agama, etis dan estetis

3) Tindakan afektif: tindakan yang dilakukan berdasarkan faktor emosional atau

perasaan

4) Tindakan tradisional: tindakan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau

lazim

Teori tindakan sosial ini menjelaskan bagaimana pengurus PCNU dalam

menentukan pilihan, dalam hal ini pilihan politik dalam pemilihan umum tahun 2019.

Teori ini membantu menggambarkan bagaimana perbedaan sikap dalam merespon

politik di sebuah organisasi kemasyarakatan.

39 Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan), h. 63. 40 Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan), h. 64.

Page 46: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

33

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG DAN PCNU

PANDEGLANG

A. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi

Banten, secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak pada 6o21’-7o10’ Lintang

Selatan dan 104o48’-106o11’ Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten

Pandeglang berada di Ujung Barat dari Provinsi Banten.1

Gambar III.A.1. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang

Dari gambar tersebut, kita bisa lihat secara jelas bagaimana jarak dari kota ke

kota yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang. Wilayah Kabupaten Pandeglang

memiliki luas 2.747 kilometer persegi (km2) atau sebesar 29, 98 persen dari luas

wilayah Provinsi Banten, meliputi 35 kecamatan dan 339 desa/kelurahan.

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang dalam Angka Tahun

2018 (BPS Kabupaten Pandeglang: Kabupaten Pandeglang, 2018), h. 2

Page 47: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

34

Secara geografis, Kabupaten Pandeglang mempunyai batas administrasi atau

wilayah sebagai berikut, sebelah utara Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan

Kabupaten Serang, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,

sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Lebak. 2

Dari 35 kecamatan, penduduk Kabupaten Pandeglang yang disensus pada tahun

2017 sebanyak 1.205.203 jiwa. Jumlah penduduk per jenis kelamin laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 615.297

jiwa, sedangkan perempuan 589.906 jiwa dengan kepadatan penduduk yaitu 431

jiwa/km2.

Tabel III.A.1. Populasi Penduduk Kabupaten Pandeglang Berdasarkan

Agama

No Agama Jumlah Penduduk Presentase

1 Islam 1.203.274 99,84 %

2 Kristen Protestan 1.205 0,10 %

3 Katolik 362 0,03 %

4 Buddha 362 0,03 %

JUMLAH 1.205.203 100 %

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang

Dilihat dari tabel di atas mayoritas penduduk Kabupaten Pandeglang beragama

Islam, data tersebut juga dibuktikan dengan jumlah tempat peribadatan, daerah

Pandeglang yang hanya memiliki tempat peribadatan untuk umat Islam, tiap tahun

jumlahnya naik sebesar 27,7 persen. Pandeglang memang memiliki julukan sebagai

2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang Dalam Angka Tahun

2018, h. 2.

Page 48: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

35

kota Badak dan dalam lambang Kabupaten Pandeglang terdapat simbol Badak

bercula satu, tetapi Pandeglang lebih sering disebut dengan kota seribu ulama sejuta

santri serta dikenal dengan kota yang agamis karena memang mayoritas penduduknya

menganut agama Islam.

Selain hanya ada tempat peribadatan untuk kaum muslim, banyak pesantren-

pesantren yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2019 jumlahnya

mencapai 890 Pesantren, baik Pesantren Modern maupun Pesantren Salafi yang

hanya mempelajari ilmu agama dan kitab kuning.

Kemudian, di Pandeglang juga diramaikan dengan banyaknya ormas atau bisa

disebut dengan organisasi kemasyarakatan yang beraktivitas, semua ormas yang

sudah berbadan hukum dan memiliki SKT (Surat Keterangan Terdaftar) di Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) terdapat 231 ormas. Menurut hasil

laporan survey Indopolling Network Research and Consulting, Nahdlatul Ulama

menjadi salah satu ormas keagamaan terbesar di Kabupaten Pandeglang, dibuktikan

dengan jumlah responden yang menyatakan berafiliasi dengan ormas NU yaitu

sebanyak 69.5% responden.3

B. Sejarah dan Kepengurusan PCNU Kabupaten Pandeglang

Berdirinya NU di tanah Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang tak lepas

dari perjuangan seorang ulama yang bernama KH. Mas Abdurrahman Bin Jamal Al-

3 Indopolling Network Research and Consulting, Laporan Survey Kab. Pandeglang Prov.

Banten (Desember 2019), Jakarta, 2019, h. 60.

Page 49: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

36

Janakawi. Ia memiliki inisiatif untuk membentuk kepengurusan NU di Banten

sepulangnya dari kediaman Hadratussyekh Hasyim Asy’ari.4

Bermula pada tahun 1926 KH. Mas Abdurrahman mendapat undangan secara

khusus dari sahabat dekatnya ketika tinggal di Mekkah, yaitu KH. Hasyim Asy’ari

untuk ikut serta mendeklarasikan berdirinya NU di Surabaya sebagai organisasi

masyarakat yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan sosial.

Pada saat menghadiri deklarasi tersebut, KH. Mas Abdurrahman berangkat dari

Pandeglang dengan KH. Entol Muhammad Yasin.

Setelah deklarasi selesai dan setibanya di Pandeglang, KH. Mas mengadakan

musyawarah yang dihadiri oleh para ulama dari berbagai daerah, seperti Menes,

Cimanuk, Labuan dan sekitarnya untuk membentuk kepengurusan NU Cabang Menes

di Kabupaten Pandeglang, kemudian akhirnya menyebar dan mendirikan NU ke

seluruh wilayah Banten.

Pada tanggal 10 Rajab tahun 1347 H, tepatnya 23 Desember tahun 1928 M,

musyawarah berlangsung di kediaman KH. Entol Muhammad Yasin dengan

membahas tujuan dari berdirinya NU, serta kesepakatan yang dibuat oleh para ulama

dan tokoh masyarakat yang hadir pada saat itu yaitu membentuk susunan pengurus

NU Cabang Menes pertama, dengan susunan sebagai berikut: Mustasyar, A’wan dan

Katib.

4 Wawancara dengan Munirul Ikhwan, sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di Aula

PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Page 50: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

37

Jajaran Mustasyar terdiri dari KH. Irsyad, KH. Sulaiman, KH. Abdul Mu’thi,

KH. Siraj, KH. Daud, KH. Subari dan KH. Syamil. Adapun pengurus Tanfidziyah

yaitu KH. Mas Abdurrahman yang ditunjuk sebagai Rais, KH. E. M. Yasin sebagai

Naib Rais, KH. M. Rois dipilih menjadi Katib dan KH. Entol Danawi menjadi Wakil

Katib.5

Pada tahun 1935, pendiri NU Cabang Menes yaitu KH. Mas Abdurrahman dan

KH. Entol Muhammad Yasin diangkat menjadi Pengurus Pusat/PBNU, dalam artian

merangkap jabatan NU. Kemudian pada tahun 1937, 2 tokoh pendiri NU di

Pandeglang tersebut memberi usulan pada pengurus pusat lainnya terkait Muktamar

1938 untuk diadakan di Menes dan pengurus menyetujuinya.

Pada akhirnya, Menes menjadi tuan rumah atas terselenggaranya Muktamar NU

ke 13. Tujuan pengurus pusat NU yaitu untuk menghargai atas berdirinya NU Cabang

Menes, serta untuk menunjukan pada masyarakat bahwa NU peduli terhadap rakyat

yang ada di pedesaan, bukan hanya peduli terhadap masyarakat yang ada di kota.

Adapun struktur kepengurusan PCNU Pandeglang terdiri dari pengurus

Mustasyar, Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah dengan jumlah pengurus yang berbeda-

beda. Mustasyar terdiri dari 9 pengurus, Syuriah terdiri dari 18 pengurus, A’wan 8

pengurus dan Tanfidziyah sebanyak 20 pengurus. Total keseluruhan pengurus PCNU

Pandeglang periode 2017-2022 adalah sebanyak 55 orang, sebagaimana dalam tabel

berikut:

5 Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Page 51: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

38

Tabel III.B.1 Struktur PCNU Kabupaten Pandeglang Periode 2017-2022

NO NAMA PENGURUS MUSTASYAR

1 KH. Zamzami Yusuf

2 KH. Encep Farochi, Lc

3 Drs. H. Aah Wahid Maulany, M.Pd

4 KH. A. Komari

5 Ir. H. Thoni Fathoni Mukson

6 KH. Muhammad

7 Dr. H. Enci Zarkasi, M.Pd

8 KH. Warim

9 KH. Romli

NO NAMA PENGURUS SYURIAH

1 KH. Uhi Solahi (Rais)

2 Drs. KH. Uki Baihaki (Wakil Rais)

3 KH. Uwet Dimyati, S.Ag (Wakil Rais)

4 KH. Mujani (Wakil Rais)

5 KH. Asmin (Wakil Rais)

6 KH. Samsul Hadi (Wakil Rais)

7 KH. Neni Sanja (Wakil Rais)

8 KH. A. Hidir Ma'ani (Wakil Rais)

9 KH. Mukhiddin Abdillah, S.Pd.I (Wakil Rais)

10 KH. Ece Jaenudin (Wakil Rais)

11 KH. Sulaiman Patra Atmaja (Wakil Rais)

12 H. Edi Wijaya, S.Ag, M.Sy (Katib)

13 KH. A. Khudori BA (Wakil Katib)

14 KH. Junaidi (Wakil Katib)

15 Drs. H. E. Muflih (Wakil Katib)

16 E. Sunandar S.Ag, M.M.Pd (Wakil Katib)

17 AM. Suherman (Wakil Katib)

18 Eman Suherman (Wakil Katib)

NO NAMA PENGURUS A’WAN

1 Drs. H. TB. Dadang Dahlani

2 Drs. KH. Ulung Hardilani

3 Drs. H. Mamad Bastari

4 KH. Anim

5 KH. A. Fathoni Muslim

6 KH. Imi Akrimi

7 H. Didi Mulyadi, SKM, M.Kes

8 Yoyon Sujana SE

NO NAMA PENGURUS TANFIDZIYAH

Page 52: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

39

1 KH. Aman Syairi AS, MM, M.Si (Ketua)

2 H. Edi Sukardi, MM. M.Pd (Wakil Ketua)

3 Drs. H. E. Kosasih, M.Pd (Wakil Ketua)

4 KH. Nasrudin Ruslan (Wakil Ketua)

5 Nandang Kosim S.Ag, M.Pd (Wakil Ketua)

6 Dr. Rifyal Ahmad Lugowi M.Pd (Wakil Ketua)

7 Drs. H. Saefudin M.Pd (Wakil Ketua)

8 H. E. Sudrajat S.Sos (Wakil Ketua)

9 H. Munirul Ikhwan (Sekretaris)

10 Tubagus Nuruzzaman (Wakil Sekretaris)

11 Dr. H. Ari Hasan A M.Pd.I, M.Pd (Wakil Sekretaris)

12 Lukmanul Hakim, S.Pd.I (Wakil Sekretaris)

13 Utoh Mashuri, S.Pd.I (Wakil Sekretaris)

14 Aminudin, SH, MM (Wakil Sekretaris)

15 H. Amin Hidayat M.Ag (Wakil Sekretaris)

16 Anas Nasrudin S.Sos, M.Si (Wakil Sekretaris)

17 H. Edi Haidir Rahman (Bendahara)

18 Eman Ahmad Fathurrohman, M.Pd.I (Wakil Bendahara)

19 KH. Samsudin (Wakil Bendahara)

20 Andri Yoga Permana B. Scf. SE (Wakil Bendahara)

Sumber: Arsip PCNU Kabupaten Pandeglang

Selanjutnya untuk Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama atau

MWCNU di Kabupaten Pandeglang berjumlah 35 MWCNU sesuai dengan jumlah

Kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang saat ini. Selain itu, PCNU Pandeglang

memiliki lembaga dan badan otonom (Banom) dibawah naungannya sesuai dengan

aturan yang ada dalam Anggaran Rumah Tangga NU tahun 2015 Pasal 16 dan pasal

17 yang berbunyi: “Pasal 16 yaitu perangkat organisasi NU terdiri dari Lembaga,

Badan Otonom dan Badan Khusus. Serta pasal 17 ayat 5 berbunyi pembentukan

lembaga di tingkat Wilayah, Cabang, dan Cabang Istimewa, disesuaikan dengan

kebutuhan penanganan program”.6

6 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Tahun 2015.

Page 53: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

40

Banom dan lembaga yang ada di PCNU Kabupaten Pandeglang sebagai berikut:

GP. Ansor, Muslimat, Fatayat, ISNU, IPNU dan IPPNU, LDNU, LAZISNU,

LAKPESDAM, LPPNU, LBM, LPBH, LPBI, LP. Maarif NU serta RMI NU. 7

Kemudian, NU di Kabupaten Pandeglang terbagi ke dalam dua elemen yaitu warga

NU atau biasa disebut dengan Nahdliyin dalam bentuk struktural atau berada dalam

kepengurusan seperti PCNU tingkat Kabupaten serta di tingkat Kecamatan disebut

MWCNU, dan elemen kedua disebut kultural yaitu warga NU yang berada di luar

kepengurusan.

C. NU dan Pemilu

Dalam pemilu tahun 2019, salah satu ulama sepuh atau bisa disebut sebagai

pengurus NU sejak muda, dari tahun 1964 hingga 2019 yaitu KH. Ma’ruf Amin.

Karirnya dalam NU dimulai dengan mendirikan ranting Anshor (organisasi di bawah

naungan NU), kemudian menjadi ketua NU Cabang Tanjung Priok, wakil ketua NU

Jakarta, Katib ‘Aam Syuriah PBNU, Rais Syuriah PBNU, Mustasyar PBNU dan

jabatan terakhirnya di NU adalah sebagai Rais ‘Aam PBNU periode 2015-2020.8

Pada pertengahan tahun 2019, Ma’ruf Amin mengundurkan diri dari Rais ‘Aam

PBNU dan memilih untuk ikut terlibat dalam pemilihan presiden sebagai pendamping

Joko Widodo. Ma’ruf Amin merupakan pengurus aktif NU kelima yang menjadi

peserta pemilu.

7 Kepanjangan Banom dan Lembaga NU yang ada di Kabupaten Pandeglang atau singkatan dari

masing-masing kata terdapat dalam Daftar Singkatan. Lihat lampiran halaman xii. 8 Anif Punto Utomo, KH. Ma’ruf Amin Penggerak Umat Pengayom Bangsa (Jakarta: Sinergi

Aksara, 2018) h. 200-210.

Page 54: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

41

KH. Abdurrahman Wahid adalah pengurus NU pertama yang memperebutkan

kursi istana dan berhasil mendapatkan suara terbanyak yaitu 373 suara. Lawan dari

Abdurrahman Wahid atau Gusdur adalah Megawati Soekarno putri, dan Megawati

hanya mendapat 313 suara, 9 suara abstain dan 4 suara lainnya tidak sah. Jadi, pada

masa itu pemilihan presiden dipilih oleh 700 anggota MPR, dan pada tanggal 20

oktober 1999 KH. Abdurrahman Wahid langsung ditetapkan sebagai presiden

Republik Indonesia dalam sidang MPR.9

Selanjutnya, pada tahun 2001-2004 mantan wakil ketua DPW NU Kalimantan

Barat, Hamzah Haz terpilih sebagai wakil presiden Indonesia yang dipilih oleh 700

anggota MPR menggantikan Megawati Soekarno Putri yang naik jabatan menjadi

Presiden Republik Indonesia.

Kemudian pada pemilu 2004, KH. Salahuddin Wahid yang dikenal sebagai

tokoh NU, ia mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto,

tetapi langkahnya terhenti pada babak pertama dengan menempati urutan ketiga,

karena pada pemilu tahun 2004, peserta pemilu terdapat 5 pasangan calon presiden

dan calon wakil presiden yang diselenggarakan selama 2 putaran atau dua babak.

Pada waktu yang bersamaan, mantan ketua umum Tanfidziyah PBNU KH.

Hasyim Muzadi juga ikut terlibat sebagai kandidat calon wakil presiden

mendampingi Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden pada pemilu tahun

2004, tetapi kalah suara dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan

9 Arif Mudafsir Mandan, Memilih Gusdur Menjadi Presiden (Jakarta: Georai Pratama Press dan

Forum Indonesia Satu, 2000), h. 159.

Page 55: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

42

Muhammad Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Pada dasarnya,

setiap tokoh NU terjun dalam politik praktis atau menjadi peserta pemilu selalu

menimbulkan pro dan kontra bagi warga NU baik yang berada dalam struktur

maupun kultur.

Page 56: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

43

BAB IV

SIKAP POLITIK PENGURUS PCNU PANDEGLANG TERHADAP

PENCALONAN MA’RUF AMIN DALAM PILPRES TAHUN 2019

A. Mempertahankan Netralitas Organisasi

Nahdlatul Ulama yang dikenal sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia,

dalam pilpres tahun 2019 ormas tersebut tidak mengeluarkan kebijakan atau

keputusan atas nama lembaga, baik di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang dalam hal

dukung-mendukung pasangan presiden dan wakil presiden. seperti pernyataan Ketua

Pengurus PBNU Robikin pada media, sebagai berikut: “Secara organisasi NU netral

dalam pilpres tahun 2019, soalnya NU bukanlah kekuatan politik, tapi NU itu

kekuatan sosial keagamaan, dan warga NU memiliki hak konstitusional dalam

politik”.1

Walaupun secara organisasi NU netral dalam pilpres 2019, tetapi masing-

masing pengurus PBNU berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, seperti

aktif di partai politik yang berbeda dan pekerjaan yang berbeda, sehingga secara

perseorangan masing-masing pengurus PBNU memiliki sikap politik yang berbeda.

Adanya perbedaan preferensi politik di kepengurusan NU secara nasional memang

tidak menyalahi aturan organisasi, karena NU membebaskan kader atau pengurusya

dalam menentukan pilihan di politik praktis.

1 Muhammad Ridwan, “Pilpres 2019, PBNU Pastikan Bersikap Netral”,

https://kabar24.bisnis.com, pada tanggal 16 Agustus 2019.

Page 57: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

44

Secara organisasi NU memang netral di berbagai tingkatan dalam pilpres 2019,

seperti di tingkat Cabang yaitu PCNU Pandeglang. Hal ini disampaikan oleh

Sekretaris Tanfidziyah PCNU Kabupaten Pandeglang, KH. Munirul Ikhwan

menyampaikan:

NU itu ormas, bukan lembaga politik atau partai politik. Jadi, secara resmi tidak

ada keputusan organisasi untuk dukung-mendukung salah satu pasangan calon.

Hanya saja dari sisi individu-individu, kebanyakan warga NU yang ada di

Kabupaten Pandeglang mendukung kader NU dalam pilpres tahun 2019, yaitu

Kiai Ma’ruf Amin.2

Epi Hasan Rifai sebagai pengamat politik di Kabupaten Pandeglang juga

mengungkapkan netralitas NU secara global, menurutnya: “NU secara kelembagaan

netral tapi NU tidak melarang kadernya untuk ikut berpolitik praktis walaupun itu ada

pada Pak KH. Ma’ruf Amin dan pengurus NU lainnya”.3

Memang secara lembaga, NU sudah kembali ke khittah 1926. Dalam artian, NU

bukan lagi sebagai lembaga politik yang bisa terjun langsung dalam politik praktis.

NU merupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan,

tetapi masing-masing pengurus NU baik di tingkat Pusat, Wilayah maupun Cabang

diberikan kebebasan untuk berpartisipasi dalam permasalahan politik asalkan tidak

mengatasnamakan organisasi dan tetap menjunjung tinggi etika dan norma dalam

berpolitik.

2 Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30. 3 Wawancara dengan Epi Hasan Rifai, Pengamat Politik dan Hukum Kabupaten Pandeglang, di

Pandeglang pada 30 Desember 2019 Pukul 14.45.

Page 58: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

45

Hal tersebut mengacu pada pedoman berpolitik warga NU yang tercantum

dalam Keputusan Muktamar NU yang ke-28 di Yogyakarta bahwa NU membuat

sembilan pokok pedoman bagi warga NU dalam bidang politik: 4

1. Berpolitik bagi NU mengandung arti keterlibatan warga Negara dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan

pancasila dan UUD 1945.

2. Politik bagi NU adalah politik yang berwawasan kebangsaan menuju

integrasi bangsa dengan langkah-langkah yang senantiasa menjunjung tinggi

persatuan dan kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya

masyarakat yang adil dan makmur lahir batin, dan dilakukan sebagai amal

ibadah menuju kebahagiaan di dunia dan kehidupan di akhirat.

3. Politik bagi NU adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki

dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadari hak,

kewajiban dan tanggungjawab untuk mencapai kemaslahatan bersama.

4. Berpolitik bagi NU haruslah dilakukan dengan moral, etika dan beradab,

menjunjung tinggi persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Berpolitik bagi NU haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral

agama, konstitusional, adil sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang

4 Badrun Alaena, NU: Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 2000), h. 96.

Page 59: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

46

disepakati, serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam

memecahkan masalah bersama.

6. Berpolitik bagi NU dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus

nasional, dan dilaksanakan sesuai dengan akhlakul karimah sebagai

pengalaman ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah.

7. Berpolitik bagi NU, dengan dalih apapun tidak boleh dilakukan dengan

mengorbankan kepentingan bersama dan memecahbelah persatuan.

8. Perbedaan pandangan di antara aspirasi-aspirasi politik warga NU harus tetap

berjalan dengan suasana persaudaraan, tawadhu’ dan saling menghargai satu

sama lain, sehingga dalam berpolitik itu tetap dijaga persatuan dan kesatuan di

lingkungan Nahdlatul Ulama.

9. Berpolitik bagi NU menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan timbal

balik dengan pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang

memungkinkan perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri

dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk

berserikat, menyalurkan aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.

Sembilan pedoman berpolitik bagi warga NU ini untuk mempertegas khittah

NU 1926, bahwa NU bukan sebagai lembaga politik tetapi bukan berarti membuat

warga NU pasif dalam berpolitik. Sehingga pedoman berpolitik yang dikeluarkan

pada dalam Muktamar ke-26 ditujukan kepada warga NU yang menggunakan hak-

hak politiknya, agar ikut mengembangkan budaya politik yang sehat dan ikut serta

menumbuhkan sikap hidup yang demokratis dan konstitusional.

Page 60: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

47

Mengacu pada pedoman tersebut, tindakan yang diambil oleh pengurus NU

dalam pemilu 2019 sudah tepat, bahwa memang seharusnya NU tetap menjaga

netralitasnya baik di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang sebagai organisasi yang

bukan membidangi persoalan politik atau mengurusi politik praktis, dan memberikan

hak terhadap setiap individu apabila ingin terjun langsung ke dunia politik baik dalam

hal mendukung pasangan calon atau menjadi peserta pemilu asal tidak membawa

nama organisasi dan tetap menggunakan hak politik secara benar. Seperti yang

dilakukan oleh Ma’ruf Amin, sebelum ditetapkan menjadi peserta pemilu memilih

untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Rais ‘Aam PBNU.

B. Perbedaan Preferensi Politik Pengurus NU

Dalam hal berpolitik, para pengurus PCNU Pandeglang memiliki kesadaran

secara utuh bahwa pentingnya berpartisipasi dalam politik, serta memiliki perhatian

terhadap input dan output dalam sistem politik. Seperti beberapa pengurus PCNU

Pandeglang ikut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan politik, khususnya pada

pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 sehingga membuat adanya

perbedaan preferensi politik di dalam kepengurusan PCNU Pandeglang. Seperti yang

disampaikan oleh salah satu Mustasyar PCNU Pandeglang, Ir. H. Thoni Fathoni

Mukson:

Pengurus NU Pandeglang ini aktif dalam berpolitik baik dalam memberi

masukan, bersikap dan lain-lainnya. Seperti beberapa pengurus dalam pemilu

2019 ini sangat antusias karena ada kader NU yang maju dan memang harus

didukung yaitu Kiai Ma’ruf Amin, para pengurus ikut mengkampanyekan

pasangan nomor urut 01, untuk meraup suara di kota santri ini, pengurus datang

Page 61: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

48

langsung ke rumah warga atau bisa kita sebut dengan door to door. Saya

termasuk pengurus NU yang mendukung penuh Kiai Ma’ruf Amin.5

KH. Munir juga mengemukakan pendapatnya mengenai partisipasi politik para

pengurus NU di Kabupaten Pandeglang dalam pemilihan presiden dan wakil presiden

2019 serta mengakui adanya keberagaman sikap politik, menurutnya:

Keterlibatan Ma’ruf Amin dalam politik ini sangat menarik karena membuat

orang yang awalnya tidak minat terhadap politik akhirnya jadi mulai mencari

tahu terlebih warga NU, dalam kepengurusan NU pun demikian, mayoritas

pengurus semangat dan mendukung Ma’ruf Amin karena merasa dekat dengan

mantan pengurus PBNU tersebut, tapi tak sedikit pula yang mendukung

pasangan nomor urut 02, bahkan Prabowo-Sandi suaranya tertinggi di

Pandeglang mengalahkan pasangan Jokowi-Ma’ruf dalam pemilu 2019. Jadi,

bisa dibilang sikap politik di PCNU ini memang beragam.6

Sudah menjadi hal yang wajar ketika pengurus NU mendukung peserta pemilu

yang latar belakangnya dari NU seperti Kiai Ma’ruf Amin, tetapi yang menarik yaitu

ketika ada pengurus NU mendukung calon pasangan presiden dan wakil presiden

yang bukan berasal dari kalangan NU. Dalam hal ini, ada beberapa pengurus PCNU

Pandeglang yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (pasangan

nomor urut 02). Seperti salah satu pengurus A’wan PCNU Pandeglang yaitu Yoyon

Sujana, mengatakan:

Di NU tidak ada aturan untuk mendukung siapa dalam politik praktis seperti

pada pemilu 2019, NU sebagai ormas memberi kebebasan pada kadernya

termasuk pengurus NU yang berada di Cabang, dalam pemilu kemarin (2019),

saya mendukung pasangan nomor urut 02 yaitu Prabowo-Sandi dan pengurus

PCNU lainnya memang tidak mempermasalah hal itu.7

5 Wawancara dengan Thoni Fathoni Mukson, Mustasyar PCNU Pandeglang, di DPC PKB

Pandeglang pada 15 Oktober 2019 Pukul 20.07. 6 Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30. 7 Wawancara dengan Yoyon Sujana, A'wan PCNU Pandeglang, di DPC Demokrat Pandeglang

pada 31 Januari 2020 Pukul 14.30.

Page 62: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

49

Pengurus lainnya yang juga mendukung pasangan nomor urut 02 adalah masih

warga NU yang berada dalam struktur, tetapi narasumber keberatan untuk

dicantumkan identitasnya. Salah satu alasan mendukung pasangan Prabowo-Sandi,

karena narasumber merasa dekat dengan FPI. Bentuk dukungan yang dilakukan yaitu

dengan berkampanye di Pondok Pesantren miliknya. Tidak hanya itu, pengurus

PCNU Pandeglang juga ada yang memilih untuk bersikap netral dalam kontestasi

politik 2019. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Tanfidziyah PCNU

Pandeglang:

Saya si netral ya tidak berpihak ke salah satu pasangan calon, karena harus

menaati AD/ART dan konsisten dalam bidang keagamaan atau sosial. KH. Aqil

Siroj saja sebagai ketum PBNU netral. Jadi top leader masih terjaga dengan

baik. Partisipasi saya dalam pemilu 2019, datang ke tps untuk memberikan

suara dan penentuannya ada di bilik suara, yang penting kita harus

menggunakan hak pilih kita, tidak boleh golput.8

Dilihat dari sikap dan partisipasi PCNU Pandeglang dalam politik praktis, maka

termasuk ke dalam tipe budaya politik partisipan. Budaya politik merupakan bagian

dari kebudayaan masyarakat yang mana budaya ini menunjuk pada suatu sikap

orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik, dan pengertian dari budaya

politik partisipan adalah salah satu tipologi budaya politik yang ditandai dengan

kesadaran politik yang sangat tinggi.9

Masing-masing pengurus PCNU Pandeglang dalam hal ini menyadari bahwa

dirinya merupakan warga negara yang aktif dan bersikap partisipatif sehingga dapat

8 Wawancara dengan Utoh Mashuri, wakil sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di

Perumahan Kuranten pada 28 Januari 2020 Pukul 15.00. 9 Gabriel A. Almond dan Sidney Perba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di

Lima Negara, h. 14-22.

Page 63: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

50

disebut sebagai orang yang memiliki kesadaran politik sangat tinggi. Kesadaran

politik yang tinggi tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan sikap politik dalam

kepengurusan PCNU, masing-masing individu mendukung pasangan sesuai dengan

pilihannya. Dede Kurniawan sebagai Sekretaris ISNU (perangkat organisasi NU)

menilai adanya perbedaan sikap politik di kepengurusan PCNU Pandeglang sangat

wajar.

Menurut saya sangat wajar kalau adanya perbedaan sikap politik di

kepengurusan organisasi, termasuk di PCNU Pandeglang. Walaupun yang

menjadi aktor politiknya adalah tokoh NU dalam hal ini Kiai Ma’ruf Amin.

Pasti ada perbedaan dalam pilihan politik, karena semua pengurus memiliki hak

untuk memilih.10

Adanya perbedaan sikap politik memang hal yang wajar di lingkungan

organisasi terlebih di PCNU Pandeglang, karena masing-masing individu memiliki

orientasi kognitif, evaluatif dan afektif. Orientasi kognitif menunjuk pada bagaimana

pengetahuan seseorang terhadap obyek politik atau aktor politik, dalam hal ini

masing-masing pengurus NU Pandeglang mengetahui latar belakang calon presiden

dan wakil presiden dalam pemilu, termasuk sejauh mana para pengurus mengetahui

pencalonan Ma’ruf Amin dalam pemilu 2019.

Kemudian orientasi afektif, orientasi ini menunjuk pada perasaan seseorang

mengenai sistem politik, peran dan perilaku aktor politik. Sehingga individu dapat

bersikap menerima atau menolak. Terakhir orientasi evaluatif yang menunjuk pada

bentuk penilaian individu terhadap sistem politik atau aktor politik, dalam pilpres

10 Wawancara dengan Dede Kurniawan, sekretaris ISNU Pandeglang, di Rumah Juice Umi

pada 14 Desember 2019 Pukul 10.45.

Page 64: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

51

2019 PCNU Pandeglang atau masing-masing pengurus tentu menilai terlebih dahulu

para peserta pilpres walaupun terdapat tokoh NU yang menjadi peserta pemilu di

dalamnya, sebelum akhirnya menentukan sikap.

Pengurus PCNU Pandeglang menentukan pilihan politiknya sendiri tanpa

intervensi dari pihak manapun atau dari pengurus lainnya. Sikap politik masing-

masing individu ditentukan setelah mengetahui latar belakang keterlibatan para calon

menjadi peserta pemilu, menilai pasangan mana yang pantas didukung dan dipilih

dan hal lainnya. Maka wajar ketika pilihan politik masing-masing pengurus berbeda,

karena penilaian seseorang dapat berbeda-beda pula.

Kebebasan bersikap dan adanya perbedaan pandangan bagi pengurus NU

memang sejalan dengan aturan yang terdapat pada sembilan pokok pedoman bagi

warga NU dalam bidang politik. Jadi, para pengurus PCNU Pandeglang dalam

menentukan sikapnya, tetap mengacu pada pedoman yang telah diatur.

C. Elite PCNU Pandeglang

Elite merupakan orang atau sekelompok orang yang berpengaruh dan memiliki

kedudukan baik dalam urusan politik, sosial, agama atau lainnya. Menurut para ahli,

terdapat dua kelompok elite yaitu elite politik yang memiliki kekuasaan dalam bidang

politik atau berada di pemerintahan dan elite non politik adalah elite yang memiliki

pengaruh di masyarakat dan berada di luar pemerintahan seperti organisasi. Pengurus

PCNU Pandeglang termasuk dalam elite non politik karena sebagai ormas yang

berada di luar pemerintahan.

Page 65: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

52

Untuk menganalisis kedudukan para elite yaitu dengan menggunakan tiga

model utama Robert Putnam, yaitu analisis posisi, analisis reputasi dan analisis

keputusan.11 PCNU Pandeglang merupakan elite non politik yang dapat dianalisis

menggunakan analisis posisi karena ditempatkan sebagai elite yang memiliki

pengaruh dan posisinya berada dalam struktur organisasi.

Di dalam struktur kepengurusan PCNU Pandeglang terdapat pengurus

Mustasyar, Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah. Antara pengurus satu dengan pengurus

lainnya tidak ada yang bisa disebut sebagai elite yang paling mempengaruhi atau

menguasai, karena masing-masing pengurus memiliki fungsi atau peran yang

berbeda-beda termasuk dalam menentukan keputusan.

Secara fungsi, Mustasyar yaitu sebagai dewan penasihat, yang memiliki

kewajiban memberi nasihat pada pengurus Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah.

Sedangkan Syuriah memiliki fungsi sebagai dewan pertimbangan atau pemegang

kebijakan, dan A’wan merupakan bagian atau anggota dari Syuriah. Kemudian yang

terakhir pengurus Tanfidziyah sebagai pelaksana dari kebijakan-kebijakan yang

dibuat oleh Syuriah.

Walaupun secara jabatan Mustasyar lebih tinggi sebagai dewan penasihat,

tetapi dalam penentuan sikap, berpartisipasi dalam politik, memandang permasalahan

politik, termasuk tidak memberikan arahan untuk mendukung atau tidak

diperkenankan mendukung pasangan capres-cawapres, semua pengurus dibebaskan

11 Robert D. Putnam, “Studi Perbandingan Elit Politik” dalam Mohtar Mas’oed dan Colin Mac

Andrew, Perbandingan Sistem Politik, h. 30.

Page 66: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

53

baik pengurus Syuriah, A’wan atau Tanfidziyah asal tidak melakukan tindakan yang

mencoreng nama baik organisasi.

Hal ini dimanfaatkan masing-masing pengurus NU yang kemudian disebut

sebagai elite yang memiliki pengaruh besar di masyarakat dengan melakukan

kegiatan politik ke Majelis Taklim atau kampanye langsung ke rumah warga, dengan

harapan bisa memengaruhi masyarakat dalam memilih pasangan yang mereka dukung.

KH.Munirul Ikhwan membenarkan hal tersebut, pengurus NU memilih strategi untuk

melakukan kegiatan politik di berbagai tempat, termasuk di Majelis Taklim.

Orang-orang NU kan kebanyakan Kiai yang bersentuhan langsung dengan

masyarakat, bahkan menjadi panutan baik dalam hal agama maupun dalam

tataran pilihan dan masyarakat melihat arah politik para tokoh ini kemana

sehingga ketika pengajian berlangsung atau kegiatan apa diselipkan sedikit

tentang politik, salah satunya dukungan untuk tokoh NU, ini salah satu

strateginya.12

Para elite NU Kabupaten Pandeglang mencoba memanfaatkan kedudukannya

dengan memengaruhi masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka bahkan di

tempat mempelajari agama seperti Majelis Taklim dan Pondok Pesantren karena

mayoritas pengurus NU di Kabupaten Pandeglang merupakan tokoh agama atau bisa

disebut dengan ulama (Kiai), pengurus Pondok Pesantren, pemilik Yayasan. Namun,

ada pula yang menjadi Pendidik, anggota DPRD dan pengurus Partai Politik.

Elite NU memang disebut sebagai vote getter atau orang yang memikat hati

calon pemilih dalam setiap kontestasi politik, karena memang pengaruhnya sangat

besar di masyarakat atau santri di sekelilingnya. Maka sudah tidak aneh ketika

12 Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Page 67: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

54

banyak calon legislatif atau calon kepala daerah mendekati para elite yang bisa

menarik simpati masyarakat.

D. Perilaku Memilih dan Tindakan Pengurus NU dalam Pilpres 2019

Dalam pedoman berpolitik bagi warga NU, NU memberikan kebebasan pada

kader dan pengurusnya untuk berpartisipasi dalam politik. Pilihan berpolitik

ditentukan oleh masing-masing individu, termasuk aktif dalam membahas

permasalahan politik, menjadi pengamat politik, penasihat, relawan dan sebagainya,

atau aktif di lembaga politik seperti partai politik.

Bagi pengurus Syuriah dan Tanfidziyah atau bisa disebut dengan pengurus

harian NU (pelaksana kebijakan) bisa berpartisipasi dalam politik tetapi tidak

diperbolehkan untuk memiliki jabatan politik seperti menjadi kader partai politik

bahkan menjadi pimpinannya.

Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Organisasi (PO) BAB III tentang

Rangkap Jabatan Pengurus di Lingkungan Nahdlatul Ulama dengan Jabatan Pengurus

Harian Partai Politik atau Organisasi yang Berafiliasi pada Partai Politik dan

Perangkapan Lainnya, pasal 5 yang berbunyi:

Ayat (1) Jabatan Pengurus Harian Syuriyah, Pengurus Harian Tanfidziyah dan

Ketua Umum Badan Otonom pada semua tingkatan tidak dapat dirangkap

dengan jabatan Pengurus Harian Partai Politik pada semua tingkatan, dan ayat

(2) Jabatan Pengurus Harian Syuriyah, Pengurus Harian Tanfidziyah dan Ketua

Umum Badan Otonom pada semua tingkatan tidak dapat dirangkap dengan

jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik.13

13 Hasil-hasil Munas Alim Ulama Konbes NU 2017, Jakarta: Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU,

2017.

Page 68: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

55

Dede Kurniawan memberi pandangannya mengenai keterlibatan NU dalam

politik dan perangkapan jabatan pengurus, menurutnya:

Setelah kembalinya NU ke khittah 1926, NU tak lagi menjadi partai politik

tetapi menjadi organisasi kemasyarakatan saja. Nah, kemudian muncul gagasan

Gus Dur bagaimana caranya agar orang NU bisa terjun ke politik, yaitu dengan

mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. PKB ini wadah politik bagi orang NU

yang ingin berpolitik. Tetapi tidak boleh dicampuradukkan antara partai dengan

organisasi NU. Pengurus NU seharusnya fokus dalam kepungurusan NU tidak

boleh merangkap jabatan, apalagi di politik. Kalau mau terjun ke politik, ya

harus keluar dari kepengurusan.

Keterlibatan NU dalam politik sudah bukan hal yang aneh untuk dibahas, selain

NU pernah menjadi sebuah partai politik kemudian kembali ke khittah 1926 yang

difokuskan dalam bidang keagamaan, sosial dan lainnya. Di Zaman Reformasi

kembali diberi ruang dalam politik dengan cara mendirikan partai politik (PKB) di

bawah naungan NU, karena pendirinya memang tokoh NU yaitu Gus Dur.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Dede Kurniawan bahwa warga NU harus

mempertegas peran mereka dan harus memilih salah satu, yaitu aktif di organisasi

atau di partai politik.

Di PCNU Kabupaten Pandeglang misalnya, ada beberapa pengurus yang terjun

ke dunia politik khususnya menjadi kader partai politik di DPC PKB Pandeglang,

DPC PDI Perjuangan Pandeglang dan DPC Partai Demokrat Pandeglang. Inilah salah

satu latar belakang yang membuat adanya perbedaan pilihan politik di kalangan

pengurus PCNU Pandeglang.

Seperti halnya di PBNU, mayoritas pengurus PBNU adalah politikus maupun

pejabat negara. Ada pengurus PBNU yang aktif di Partai Demokrat, Partai Golkar

Page 69: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

56

dan PKB. Sehingga ini yang membuat adanya perbedaan preferensi politik di tingkat

nasional pada pilpres tahun 2019, karena pengurus PBNU berasal dari latar belakang

partai yang berbeda.

Seperti kita ketahui, dalam pilpres 2019 pasangan nomor urut 01 diusung oleh 6

Partai, yaitu: PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),

Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Hanura. Sedangkan

untuk pasangan nomor urut 02 diusung oleh 4 Partai, yaitu: Partai Amanat Nasional

(PAN), Partai Demokrat, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Di PCNU Pandeglang terdapat beberapa pengurus NU yang aktif di partai yang

berbeda. H. Thoni misalnya aktif di PKB dan dalam pemilu 2019 mendukung penuh

Kiai Ma’ruf Amin dengan cara mendirikan posko demi meraih kemenangan.

Saya sebagai warga NU yang berada dalam struktur PCNU, saya juga aktif di

Partai Kebangkitan Bangsa karena sudah belasan tahun juga hidup dalam dunia

politik, dan dalam pemilu 2019 saya mendukung penuh Ma’ruf Amin sebagai

bentuk kecintaan saya terhadap mantan Rais ‘Aam yang pernah mengabdi di

NU, bentuk dukungan saya dengan cara membuat posko pemenangan. Di

Pandeglang ini saya mendirikan posko yang bernama Rumah KMA (Rumah

Kiai Ma’ruf Amin) dan adanya posko ini memiliki pengaruh besar terhadap

suara Jokowi-Ma’ruf atau nomor urut 01. Menurut saya warga NU wajib

mendukung Kiai Ma’ruf Amin dalam kontestasi politik terlebih warga NU yang

berada dalam struktur. 14

Pengurus NU seperti H. Thoni yang aktif berpartisipasi dalam politik, dapat

dikategorikan sebagai pemilih dengan model psikologis, karena dalam menentukan

pilihannya yaitu berdasarkan pada perasaan dekat dengan tokoh atau kandidat dalam

pilpres, sehingga dukungan yang diberikan adalah sebagai bentuk kecintaannya

14 Wawancara dengan Thoni, di DPC PKB Pandeglang pada 15 Oktober 2019 Pukul 20.07.

Page 70: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

57

terhadap mantan pengurus PBNU, dan merasa tindakan yang diambil seperti

mendirikan posko pemenangan dengan menggunakan dana pribadi dapat berpengaruh

besar untuk kemenangan Ma’ruf Amin di Pandeglang.

Pengurus PCNU Pandeglang lainnya yang aktif berpartisipasi dalam lembaga

politik yaitu Yoyon Sujana yang memiliki jabatan sebagai Ketua DPC Partai

Demokrat Kabupaten Pandeglang. Yoyon memberikan keterangan mengenai

dukungannya terhadap pasangan calon dalam pilpres 2019:

Dalam struktur PCNU saya sebagai A’wan, tetapi saya juga aktif di Partai

Demokrat. Pilihan politik saya tadi sudah disampaikan ya bahwa mendukung

pasangan yang partai kami usung yaitu Prabowo-Sandi pasangan nomor urut 02.

Bentuk dukungan saya dan partai dalam pilpres 2019 dengan cara melakukan

kampanye ke berbagai tempat mulai dari Kecamatan Cadasari sampai Ujung

Kulon, saya sendiri yang membuat tim pemenangan dan yang mendirikan

posko pemenangan sebagai tempat berkumpulnya para tim untuk konsolidasi

dan berkoordinasi.15

Pada kenyataannya, salah satu bentuk dukungan Yoyon Sujana terhadap

pasangan Prabowo-Sandi bukan semata dorongan partai saja tetapi karena memiliki

kepentingan pribadi juga dalam pemilu 2019. Tindakan yang paling menonjol yaitu

sosialisasi melalui media sosial yang masif dengan mengkampanyekan pasangan

Prabowo-Sandi dan juga mengkampanyekan dirinya karena tercatat sebagai calon

legislatif atau calon DPRD tingkat provinsi dari Partai Demokrat nomor urut 01,

seperti pada gambar berikut:

15 Wawancara dengan Yoyon, di DPC Demokrat Pandeglang pada 31 Januari 2020 Pukul 14.30.

Page 71: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

58

Gambar IV.D.1 Stiker Yoyon Sujana dengan Pasangan Calon

Prabowo-Sandi

Sumber: Akun media sosial Facebook dan Instagram milik Yoyon Sujana.

Stiker tersebut merupakan salah satu upaya untuk memenangkan dirinya dan

pasangan calon Prabowo-Sandi dan juga ini adalah salah satu perintah dari

Komandan Satuan Tugas Bersama atau bisa disebut dengan Kogasma Partai

Demokrat yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, bahwa Partai Demokrat harus

mendapatkan dua keuntungan dalam pemilu 2019, yang pertama Prabowo menjadi

presiden dan yang kedua Demokrat menjadi pemenang dalam pemilu, 16 sehingga

Ketua DPC Demokrat tersebut harus melakukan berbagai upaya agar tujuannya di

pemilu 2019 dapat tercapai.

Dilihat dari faktor yang mendorong dan bentuk dukungannya terhadap

pasangan Prabowo-Sandi, maka Yoyon Sujana juga dapat dikategorikan sebagai

16 Engkos Kosasih, “Demokrat Pandeglang: Demokrat Menang, Prabowo Presiden!”,

https://bantenhits.com pada tanggal 22 September 2019.

Page 72: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

59

pemilih dengan model psikologis karena memilih kandidat politik berupa identifikasi

partai. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Partai Demokrat adalah

salah satu partai yang mengusung pasangan Prabowo-Sandi dalam pilpres 2019.

Selain Yoyon dan H. Thoni, faktor kedekatan secara emosional atau pendekatan

model psikologis memang sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan bagi

sebagian besar kalangan pengurus PCNU Pandeglang. Faktanya KH. Munir juga

memberikan informasi bahwa pengurus NU lainnya sangat berpartisipasi dalam

politik khususnya untuk memenangkan pasangan yang mereka dukung dan memilih

Ma’ruf Amin karena merasa dekat (sebagai warga NU):

Pengurus NU itu berasal dari latar belakang yang berbeda seperti banyak

pengurus NU yang aktif di partai politik, aktif di lembaga pendidikan, menjadi

tokoh agama dan sebagainya, tapi saya yakin mayoritas pengurus NU dukung

Ma’ruf Amin karena merasa sesama warga NU. Dilihat dari banyaknya

deklarasai dukungan yang dilakukan secara terang-terangan, tapi beberapa

pengurus juga mendukung pasangan nomor urut 02 dengan berbagai bentuk

dukungan yang mereka lakukan. Deklarasi dukungan untuk Ma’ruf Amin yang

dilakukan oleh masing-masing individu pengurus PCNU itu sebanyak 4 kali,

yaitu di Aula PCNU Pandeglang tapi dilakukan oleh individu bukan atas nama

institusi, kemudian di lapangan sekitar Panimbang, di Pesantren Malnu, dan

yang terakhir di Sohibul Barokah. Deklarasi dukungan juga dilakukan di

kediaman Abuya Muhtadi di Cadasari, cuma Abuya kan bukan pengurus PCNU

tapi pengurus Mustasyar PBNU.17

Dilihat dari beberapa tanggapan di atas, pengurus PCNU Pandeglang yang

merangkap jabatan maupun yang hanya aktif menjadi pengurus NU, dalam pemilu

2019 melakukan beberapa tindakan yang dapat memengaruhi orang lain dalam artian

untuk meraup suara bagi pasangan yang mereka dukung. Walaupun ada beberapa

pengurus yang netral, dalam hal ini tindakan yang mereka lakukan hanya datang ke

17 Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Page 73: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

60

tps pada hari pencoblosan dan tidak berpartisipasi dalam masa kampanye karena

untuk mempertahankan netralitas dirinya sebagai pengurus NU.

Pengurus NU yang netral tersebut, dalam pilpres 2019 dapat dikategorikan

sebagai pemilih dengan model pilihan rasional karena telah memikirkan hal apa yang

akan didapat dari memilih seorang kandidat, terlebih ketika mereka harus mendukung

secara terang-terangan dan harus menanggung konsekuensinya di kemudian hari.

Latar belakang sebagai pendidik di Lembaga Pendidikan dan sebagai pengurus

Pondok Pesantren menjadi faktor utama pengurus untuk tetap menjaga netralitasnya

di kontestasi politik, sehingga pengurus merasa sebagai pedoman yang harus

memberi contoh yang baik pada murid, santri atau masyarakat di lingkungannya,

tetapi pengurus tetap berpartisipasi dalam pilpres 2019 dengan cara memberi hak

pilihnya di bilik suara, ketika di bilik suara bisa saja seseorang menentukan

pilihannya dengan berdasarkan model sosiologis, model psikologis atau tetap dengan

model pilihan rasional.

Terlepas dari pembahasan perilaku memilih pengurus PCNU di pilpres 2019,

dalam menentukan pilihan pengurus PCNU Pandeglang melakukan beberapa

tindakan untuk mendukung kandidat pilihannya, ini bisa disebut sebagai bentuk

tindakan sosial, karena diarahkan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Menurut

Max Weber tindakan sosial manusia dibedakan menjadi empat tipe, seperti: tindakan

Page 74: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

61

rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan afektif dan tindakan

tradisional.18

Menurut penulis, tindakan sosial masing-masing pengurus PCNU Pandeglang

termasuk ke dalam tipe tindakan rasional instrumental, karena tindakannya ditujukan

untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memenangkan pasangan pilihannya. Tindakan

sosial yang dilakukan oleh pengurus NU yaitu membuat posko pemenangan,

sosialisasi di media sosial, melakukan deklarasi dukungan, memberikan suara pada

hari pencoblosan, dan sebagainya.

Tindakan-tindakan sosial yang dilakukan oleh pengurus NU itu menimbulkan

dampak, seperti dampak negatif dan dampak positif. Dede Kurniawan memberi

pandangannya:

Dampak dari tindakan yang pengurus NU lakukan seperti terang-terangan

mendukung pasangan 01 atau 02, melakukan deklarasi, membuat posko

pemenangan, kampanye dan lain sebagainya, adalah masyarakat bisa menilai

kekonsistenan sebuah organisasi, dampak negatifnya adalah terpecahnya suara

NU, padahal Pandeglang ini basis NU seharusnya Ma’ruf Amin sebagai kader

NU mendapatkan banyak suara, tetapi pada kenyataannya suaranya tertinggal

jauh di Kabupaten Pandeglang ini. Bukan karena warga NU tidak mendukung

penuh Ma’ruf Amin, tapi dikarenakan melihat pengurus NU yang ikut-ikutan

terjun ke dunia politik terlalu jauh, padahal mereka sebagai pengurus ormas.19

Melihat hasil rekapitulasi suara di Kabupaten Pandeglang, memang suara untuk

pasangan nomor urut 01 tertinggal jauh dari pasangan nomor urut 02, dengan

perolehan suara Jokowi-Ma’ruf Amin 37,3% dan Prabowo-Sandi 62,7%, untuk hasil

18 Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan), h. 64. 19 Wawancara dengan Dede, di Rumah Juice Umi, pada 14 Desember 2019 Pukul 10.45.

Page 75: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

62

akhir suara pilpres 2019 di Kabupaten Pandeglang bisa dilihat dalam tabel hasil

rekapitulasi yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten Pandeglang.

Tabel IV.D.1. Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2019 di Kabupaten Pandeglang

NO

URUT

NAMA PASANGAN CALON JUMALAH

SUARA

01 Ir. H. Joko Widodo - Prof. Dr. (H.C) KH. Ma’ruf Amin 263.523

02 H. Prabowo Subianto - H. Sandiaga Salahuddin Uno 443.323

Jumlah Seluruh Suara Sah (01+02) 706.846

Jumlah Suara Tidak Sah 22.467

Jumlah Seluruh Suara Sah dan Suara Tidak Sah 729.313

Sumber: KPUD Kabupaten Pandeglang

Terpecahnya suara warga NU dalam pemilihan presiden bukan terjadi pada

pemilu 2019 saja, khususnya di Kabupaten Pandeglang. Terpecahnya suara warga

NU terjadi pada setiap kontestasi politik, banyak faktor tentunya yang mengakibatkan

hal itu terjadi salah satunya beragamnya sikap politik pengurus NU. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu warga NU di Kabupaten Pandeglang, menurutnya:

Saya melihat Ma’ruf Amin sebagai pengurus dan tokoh NU yang sangat

berpengaruh di kalangan warga NU tapi ketika terjun ke ranah politik, menurut saya

tidak ada kewajiban untuk mendukungnya dalam pilpres kemarin, karena para

pengurus NU di Pandeglang saja ada juga ko yang tidak mendukung Ma’ruf Amin

bahkan tetap netral. Sikap warga NU kultural di Pandeglang beragam sama halnya

dengan pengurus NU yang berada dalam struktur.20

Salah seorang pengurus Pondok Pesantres Salafi merasa aneh suara untuk

pasangan nomor urut 01 kalah di Pandeglang dan di Banten tempat kelahiran Kiai

Ma’ruf sendiri, menurutnya:

20 Wawancara dengan Oji, Warga kultural NU Pandeglang, di Talaga pada 14 Juni 2020 Pukul

19.00.

Page 76: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

63

Saya aneh ya, ko Kiai Ma’ruf Amin kalah di Pandeglang padahal Pandeglang

ini disebut sebagai kota seribu ulama. Padahal kami sebagai pengurus Pondok

Pesantren menaruh harapan besar pada Kiai Ma’ruf Amin duduk di eksekutif, agar

nantinya Pondok Pesantren dapat diperhatikan oleh pemerintah pusat. Jadi, sangat

disayangkan masyarakat Pandeglang tidak solid dalam mendukung Kiai Ma’ruf Amin

bahkan kalah ya di tempat kelahirannya oleh Pak Prabowo. Tapi memang saya tidak

mendukung Kiai Ma’ruf Amin secara terang-terangan, karena untuk menjaga

kondusifitas di masyarakat.21

Ma’ruf Amin yang merupakan tokoh NU kelahiran Banten, ternyata dalam

kontestasi politik tidak memberikan pengaruh besar bagi suara Joko Widodo di tanah

kelahirannya. Faktanya pasangan nomor urut 01 kalah di Banten dengan perolehan

suara Prabowo-Sandi 4.059.514 suara atau 61,54% sedangkan Jokowi-Ma’ruf

mendapatkan 2.537.524 suara atau setara dengan 38,46%, 22 seperti kita ketahui

bahwa wilayah tersebut (Banten) merupakan basis NU.

Namun, pasangan Jokowi-Ma’ruf berhasil mendapat suara tertinggi di wilayah

NU lainnya seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Pak Burhanuddin

Muhtadi, NU menjadi faktor penentu kemenangan pasangan nomor urut 01 di daerah

Jawa tersebut.23 Sedangkan untuk Jawa Barat sama halnya dengan Banten memiliki

sosial budaya yang hamper mirip, menjadi daerah yang mayoritas muslim dan basis

NU, Jokowi-Ma’ruf kalah telak dari pasangan Prabowo-Sandi yang meraih suara

21 Wawancara dengan Epi Hanapi, pengurus Pondok Pesantren Salafi, di Pondok Pesantren

Darul Falah Yunusiyyah pada 14 Juni 2020 Pukul 16.35. 22 DC1 PPWP Banten. 23 Heru Guntoro, “NU Jadi Faktor Penentu Kemenangan Jokowi-Kiai Ma’ruf”

https://www.gesuri.id/ pada tanggal 30 Mei 2019.

Page 77: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

64

16.077.446 atau setara dengan 59,93% dan Jokowi-Ma’ruf hanya memperoleh

10.750.568 suara atau sebesar 40,07%. 24

Sebagian warga NU Banten baik yang berada dalam struktural dan kultural,

khususnya di Kabupaten Pandeglang tidak melihat identitas kedaerahan, popularitas

dan ketokohan dalam memilih pasangan Jokowi-Ma’ruf di pilpres 2019. Di daerah

mayoritas Islam ini, berbagai isu seperti sentiment anti-Jokowi yang menjadi faktor

utama warga tidak memilih pasangan nomor urut 01 sehingga membuat suara warga

NU terpecah. Seperti yang diungkapkan oleh Epi Hasan:

Kekalahan Pak Jokowi dan Pak KH. Ma’ruf Amin di Banten khususnya di

Kabupaten Pandeglang, ya karena bahasan anti-Jokowi begitu besar, juga banyak isu

lainnya yang menyerang seperti Pak Jokowi adalah bagian dari PKI, keturunan China,

belum lagi ketakukan mereka terhadap partai yang dipimpin ibu Mega PDI

Perjuangan, tentunya peran media sosial begitu kuat untuk mengangkat isu seperti itu.

Jadi, keterlibatan Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019 untuk di Kabupaten Pandeglang

salah satunya dinilai tidak berpengaruh bagi Pak Jokowi, juga tidak

merepresentasikan warga NU dalam politik praktis, sehingga suara warga NU wajar

saja terpecah karena mereka punya asumsi sendiri dalam memilih kandidat politik.25

Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu daerah yang menjadi sampel bahwa

wilayah atau basis NU tidak dapat memenangkan mantan pengurus NU di pilpres

2019. Peran media sosial begitu kuat dalam menggiring opini atau isu penyerangan

terhadap Jokowi seperti Jokowi bagian dari PKI, antek China atau sentimen anti-

Jokowi yang akhirnya membuat warga NU kultural tidak memilih Ma’ruf Amin

dalam kontestasi politik 2019.

24 Andry Novelino, “Borong 16 Juta Suara, Prabowo Taklukan Jokowi di Jabar”,

https://m.cnnindonesia.com/ pada tanggal 16 Mei 2019. 25 Wawancara dengan Epi, di Pandeglang pada 30 Desember 2019 Pukul 14.45.

Page 78: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

65

Manurut penulis, seharusnya NU benar-benar menjaga netralitasnya baik secara

organisasi maupun secara pribadi, dalam hal ini pengurus NU harus menjaga

netralitasnya, tidak memihak terhadap salah satu pasangan calon baik mendukung

atau menolak secara terang-terangan, untuk membuat kepercayaan masyarakat terjaga,

menjaga citra (nama baik organisasi).

Pengurus NU seharusnya bisa bersikap tegas, apabila ingin berpartisipasi dan

aktif dalam lembaga politik, maka harus mengundurkan diri dari organisasi agar tidak

melanggar aturan organisasi terkait perangkapan jabatan dimulai dari pengurus NU

Pusat (PBNU), kemudian pengurus NU di tingkat Wilayah (PWNU) dan di tingkat

Cabang (PCNU).

Konsistensi kebijakan organisasi mengenai larangan berpolitik praktis harus

diberlakukan, ketika kebijakan yang dibuat tidak dipatuhi maka dampak negatif yang

akan terjadi adalah masyarakat sulit membedakan antara organisasi kemasyarakatan

dengan lembaga politik. Walaupun dengan tegas elite NU mengatakan bahwa NU

secara organisasi netral dalam pilpres tahun 2019, tetapi pada kenyataannya masih

memberi ruang bagi kegiatan politik seperti melakukan deklarasi dukungan atas nama

individu, tapi diselenggarakan di aula PCNU Pandeglang yang akhirnya masyarakat

meragukan netralitas organisasinya karena sudah terlalu jauh masuk dalam ranah

politik.

Sedangkan, dampak positif dari partisipasi pengurus NU dalam pilpres 2019

adalah masyarakat awam di Pandeglang yang tidak melek terhadap politik setidaknya

Page 79: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

66

dapat mengenali calon atau peserta pemilu dari elite NU, karena pengurus NU turun

langsung ke masyarakat dengan cara door to door, kampanye di berbagai tempat dan

mendirikan posko di berbagai daerah.

Karena pada dasarnya, masyarakat Pandeglang terdiri dari masyarakat

perkotaan yang mayoritas masyarakatnya berpartisipasi dalam politik dan masyarakat

yang ada di pedesaan, dengan tingkat partisipasi politiknya sangat rendah dan hanya

mengandalkan ulama atau tokoh dalam menentukan pilihan politiknya.

Selain itu, beberapa tindakan sosial yang dilakukan oleh pengurus PCNU

Pandeglang untuk memenangkan masing-masing pasangan yang mereka dukung

seperti melakukan kampanye, membuat tim pemenangan, menjadi relawan, membuat

posko pemenangan atau pengurus yang sekedar memberikan suara di tps, itu semua

tidak membuat para pengurus berkonflik, jadi terpecahnya suara dalam pilpres 2019

tidak menyebabkan konflik internal di kalangan pengurus PCNU, masing-masing

pengurus menghargai perbedaan pandangan politik atau sikap politik.

Hal ini juga diungkapkan oleh Utoh, menurutnya: “tidak ada itu yang namanya

konflik internal, saling menghargai saja kalau berbeda pandangan, toh tidak

menyalahi aturan organisasi. Walaupun saya netral, dalam hal ini saya tidak bisa

memaksa pengurus yang lain harus sesuai dengan pilihan saya”.26

Menurut penulis, tidak adanya konflik internal di organisasi juga bisa

disebabkan karena masing-masing pengurus memiliki kepentingan pribadi. Seperti

pengurus NU yang aktif dalam partai politik, cenderung terbuka dalam mendukung

26 Wawancara dengan Utoh, di Perumahan Kuranten pada 28 Januari 2020 Pukul 15.00.

Page 80: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

67

atau memenangkan calon pasangan presiden dan wakil presiden yang mereka dukung

karena memiliki kepentingan di dalamnya, sedangkan pengurus yang netral, tetap

konsisten menjadi pengurus sesuai dengan bidangnya.

Page 81: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian Budaya Politik dan Elite: Sikap Politik Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama (PCNU) Pandeglang Banten Terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin

dalam Pilpres 2019 yang telah dijelaskan di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1) Sikap politik pengurus PCNU Pandeglang yang dapat dikategorikan dalam

tiga varian sikap sebagai berikut: pertama, sebanyak 82% pengurus PCNU

Pandeglang mendukung Ma’ruf Amin dalam pilpres tahun 2019, kedua,

sebanyak 7% pengurus NU memilih untuk tidak mendukung Ma’ruf Amin

dan ketiga, sikap politik pengurus netral terhadap pencalonan Ma’ruf Amin

dalam pilpres 2019 sebanyak 11% pengurus.

2) Faktor-faktor yang menyebabkan pengurus PCNU Pandeglang berbeda

dukungan atau adanya perbedaan preferensi politik dalam pilpres tahun 2019

adalah faktor internal NU yang memberi kebebasan penuh bagi kader atau

pengurus NU untuk berpartisipasi dalam politik praktis, karena tidak

mengeluarkan kebijakan untuk mendukung salah satu pasangan calon. Faktor

lainnya yaitu beberapa pengurus NU aktif dan memiliki jabatan di partai

politik sehingga wajar terjadi perbedaan sikap politik, kemudian kepentingan

pribadi juga termasuk ke dalam faktor yang menyebabkan adanya perbedaan

sikap politik, karena pengurus memiliki kepentingan yang nantinya untuk

Page 82: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

69

menguntungkan organisasi atau dirinya ketika mendukung atau tidak

mendukung Ma’ruf Amin dalam pilpres.

3) Strategi yang dilakukan atau bentuk dukungan masing-masing pengurus

dalam memenangkan pasangan yang mereka dukung dalam hal ini pengurus

PCNU baik yang mendukung Ma’ruf Amin atau yang mendukung pasangan

nomor urut 02 yaitu melakukan kampanye atau sosialisasi di media sosial,

turun langsung ke masyarakat dengan cara door to door, melakukan deklarasi

di berbagai tempat termasuk di pesantren serta mendirikan posko pemenangan.

Sedangkan untuk pengurus yang netral tetap menggunakan hak pilihnya

dengan cara memberikan suara di hari pemungutan suara.

4) Perilaku memilih pengurus PCNU Pandeglang dalam pilpres 2019

dipengaruhi oleh faktor psikologis (merasa dekat dengan kandidat dan

memiliki kedekatan dengan partai tertentu) dan faktor pilihan rasional.

5) Suara warga NU kulturan dan Pondok Pesantren di Pandeglang terpecah

karena berasumsi tidak memiliki kewajiban untuk mendukung Ma’ruf Amin,

menjaga kondusifitas masyarakat, dan tidak memilih Ma’ruf Amin karena

berdampingan dengan Joko Widodo.

6) Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu sampel daerah basis NU tetapi

suara untuk mantan pengurus NU kalah oleh pasangan nomor urut 02 karena

sentimen anti-Jokowi, isu PKI dan antek China menguat di daerah Kota Santri

Seribu Ulama ini, sehingga pasangan Prabowo-Sandi unggul atas pasangan

Jokowi-Ma’ruf Amin dengan jumlah suara 62,7% untuk pasangan calon

Page 83: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

70

nomor urut 02 sedangkan pasangan calon nomor urut 01 hanya meraup suara

37,3%.

7) Tidak terjadi gesekan atau konflik internal di PCNU Pandeglang, masing-

masing pengurus menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi atau menghargai

keputusan setiap individu dalam menentukan pilihan politik.

8) Netralitas NU dalam pemilu 2019 ternyata tidak sepenuhnya netral, karena

pada kenyataannya kepentingan pribadi dalam dunia politik mendapat

dukungan yang sangat besar dari organisasi, sehingga masyarakat sulit untuk

membedakan antara organisasi kemasyarakatan dengan lembaga politik.

B. Saran

B.1 Saran Praktis

1) Masih banyak pengurus ormas yang lupa akan peran mereka bergerak dalam

bidang apa, dalam hal ini seharusnya pengurus NU fokus bergerak dalam

bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi sehingga dalam

konferensi organisasi NU harus kembali diingatkan tupoksi masing-masing

pengurus, lebih jelasnya pengurus harus tegas dan bisa menentukan pilihan,

aktif di organisasi atau di lembaga politik karena terdapat pengurus NU baik

di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang yang merangkap jabatan di partai

politik. Karena pada dasarnya pengurus di tingkat Cabang dan tingkat

Wilayah hanya mengikuti atau mencontoh pengurus yang berada di tingkat

Pusat, maka untuk memilih pengurus NU harus lebih selektif lagi, agar

Peraturan Organisasi atau AD/ART yang sudah dibuat tidak hanya menjadi

Page 84: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

71

aturan tertulis saja tetapi menjadi aturan yang seharusnya diberlakukan atau

dipatuhi.

2) Pendidikan politik belum tercapai sebagaimana yang diharapkan, sehingga

institusi terkait seperti Bawaslu atau partai politik harus benar-benar

melaksanakan fungsinya sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota

masyarakat, dengan melihat adanya pelanggaran yang dilakukan oleh

pengurus organisasi seperti melakukan kampanye atau deklarasi di Pondok

Pesantren dan Majelis Taklim yang jelas itu tidak boleh dilakukan.

B.2 Saran Akademik

Pada penelitian selanjutnya diharapkan lebih banyak penulis yang melakukan

penelitian mengenai politik ormas secara mendalam dan dapat mengungkap

pandangan atau sikap politik para pengurus ormas.

Page 85: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

72

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alaena, Badrun. NU: Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja. Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 2000.

Alfian. Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia.

1986.

Almond, Gabriel A dan Sidney Verba. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan

Demokrasi di Lima Negara. Jakarta: Bina Aksara, 1984.

Amal, Ichlasul. Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.

Anam, Choirul. Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: Bina Satu, 1999.

Anshoriy, HM, Nasruddin Ch. Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan,

Yoyakarta: LKiS, 2008.

Anwar, Yesmil dan Adang. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Grasindo, 2008.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009

Damsar. Pengantar Sosiologis Politik. Jakarta: Prenadamedia Group, 2010.

Eagly, A. H and Chaiken, S. The Psychology of Attitudes. New York: Harcourt Brace

Janovich College Publisher,1993.

Gaffar, Affan. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo, 2002.

Huntington, Samuel P. dan Joan Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang,

Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Indopolling Network Research and Consulting. Laporan Survey Kab. Pandeglang

Prov. Banten (Desember 2019). Jakarta, 2019.

Kantraprawira, Rusadi. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar. Bandung:

CV. Sinar Baru, 1988.

Keller, Suzanne. Penguasa dan Kelompok Elit. Jakarta: Rajawali, 1995.

Page 86: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

73

Mandan, Arif Mudafsir. Memilih Gusdur Menjadi Presiden. Jakarta: Georai Pratama

Press dan Forum Indonesia Satu, 2000.

Mar’at. Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia,

1984.

Mas’oed, Mohtar dan Andrew. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah

Mada Universitu Press, 2000.

Mills, Charles Wright. The Power Elite, New York: Oxford, 1956.

Mujani, Saiful. R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis

terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia

Pasca Orde Baru. Jakarta: Mizan Publika, 2012.

Nas, Jayadi. Konflik Elite di Sulawesi Selatan: Analisis Pemerintahan dan Politik

Lokal. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, 2007.

Persons, Talcott. The Structure of Social Action. New York: Macmillan Publishing

dan Free Press, 1949.

Sore, Uddin B. dan Sobirin, Kebijakan Publik. Makassar: CV. Sah Media, 2017.

Sugiarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.

Yogyakarta: Penerbit Suaka Media, 2015.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Utomo, Anif Punto. KH. Ma’ruf Amin Penggerak Umat Pengayom Bangsa. Jakarta:

Sinergi Aksara, 2018.

Varma. SP. Teori Politik Modern, Jakarta: Rajawali Pres, 1987.

Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: Media

Pressindo, 2007.

Yuliati, Yayuk. Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan). Malang: UB

Press, 2011.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Page 87: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

74

TESIS

Faslah, Romi. “Nahdlatul Ulama dan Pemilihan Umum Presiden 2004: Studi Konflik

Politik Kiai NU dalam Pencalonan KH. Hasyim Muzadi sebagai Calon Presiden

pada Pemilu 2004/ Nahdlatul Ulama and 2004 President Election” (Tesis S2

Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2015).

Hidayat, Endik. “Hubungan Kiai dan Politik: Peran Politik Kiai pada Pilpres 2014 di

Pesantren Areng-areng Pasuruan Jawa Timur’. (Tesis S2 Program Megister

Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2016).

Miski, S.H.i. “Dinamika Politik Elite NU: Studi tentang Perbedaan Preferensi Politik

Kiai Jawa Tengah pada Pemilihan Presiden 2014”. (Tesis S2 Pascasarjana,

UIN Sunan Kalijaga, 2017).

Sumaji, Muhammad Anis. “Sikap Politik Elite Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

di Surakarta Tentang Pemilihan Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi

Komparatif)” (Tesis S2 Program Megister Pemikiran Islam, Universitas

Muhammadiyah Srakarta, 2016).

SKRIPSI

Nuzula, Nur. “Ulama dalam Politik Elite Nahdhatul: Pemihakan Pemilihan Presiden

Tahun 2104”, (Skripsi S1 Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

JURNAL

Sholikin, Ahmad. “Perbedaan Sikap Politik Elektoral Muhammadiyah antara Pusat

dan Daerah” Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta, Vol. 3

No. 2 (September-Februari 2018).

INTERNET

Guntoro, Heru. “NU Jadi Faktor Penentu Kemenangan Jokowi-Kiai Ma’ruf”

https://www.gesuri.id/ pada tanggal 30 Mei 2019.

http://www.nu.or.id diakses pada tanggal 14 September 2012.

Kosasih, Engkos. “Demokrat Pandeglang: Demokrat Menang, Prabowo Presiden!”,

https://bantenhits.com pada tanggal 22 September 2019.

Page 88: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

75

Kosasih, Engkos. “Sejumlah Ormas di Pandeglang Deklarasi Dukung Jokowi-Ma’ruf

di Ponpes Al-Muawanah Menes” Diakses dari https://bantenhits.com, pada

tanggal 19 September 2018.

Novelino, Andry, “Borong 16 Juta Suara, Prabowo Taklukan Jokowi di Jabar”,

https://m.cnnindonesia.com/ pada tanggal 16 Mei 2019.

Ridwan, Muhammad. “Pilpres 2019, PBNU Pastikan Bersikap Netral”,

https://kabar24.bisnis.com pada tanggal 16 Agustus 2019.

DOKUMEN RESMI

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Tahun 2015.

Arsip PCNU Kabupaten Pandeglang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang Dalam Angka

Tahun 2018 (BPS Kabupaten Pandeglang: Kabupaten Pandeglang, 2018).

DC1 PPWP Banten.

KPUD Kabupaten Pandeglang.

WAWANCARA

Wawancara dengan Dede Kurniawan, sekretaris ISNU Pandeglang, di Rumah Juice

Umi, pada 14 Desember 2019 Pukul 10.45.

Wawancara dengan Epi Hanapi, pengurus Pondok Pesantren Salafi, di Pondok

Pesantren Darul Falah Yunusiyyah pada 14 Juni 2020 Pukul 16.35.

Wawancara dengan Epi Hasan Rifai, Pengamat Politik dan Hukum Kabupaten

Pandeglang, di Pandeglang, pada 30 Desember 2019 Pukul 14.45.

Wawancara dengan Munirul Ikhwan, sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di

Aula PCNU Pandeglang, pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.

Wawancara dengan Oji, Warga NU kultural Pandeglang, di Talaga pada 14 Juni 2020

Pukul 19.00.

Page 89: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU ...

76

Wawancara dengan Rian Supriatna, ketua Gemasaba Kabupaten Pandeglang, di

Rumah KMA Pandeglang, pada 10 Maret 2019, Pukul 12.30.

Wawancara dengan Thoni Fathoni Mukson, Mustasyar PCNU Pandeglang, di DPC

PKB Pandeglang, pada 15 Oktober 2019 Pukul 20.07.

Wawancara dengan Utoh Mashuri, wakil sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang,

di Perumahan Kuranten pada 28 Januari 2020 Pukul 15.00.

Wawancara dengan Yoyon Sujana, A'wan PCNU Pandeglang, di DPC Demokrat

Pandeglang pada 31 Januari 2020 Pukul 14.30.