Budaya Menulis

13
MAKALAH BUDAYA MENULIS DI KALANGAN MAHASISWA Disusun Oleh : Radita Dwihaning Putri (H2A011035) 1

description

good

Transcript of Budaya Menulis

Page 1: Budaya Menulis

MAKALAH

BUDAYA MENULIS DI KALANGAN

MAHASISWA

Disusun Oleh :

Radita Dwihaning Putri

(H2A011035)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013

1

Page 2: Budaya Menulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“Menulis itu sulit”. Itulah ucapan yang sering didengar ketika sebagian orang

melaksanakan kegiatan mengukirkan pena di atas kertas putih. Sulit ketika

belum  menemukan ide apa yang akan di tulis. Tetapi dibalik semua itu dunia

tulis menulis mengalami perubahan sejak zaman era reformasi, karena saat ini

telah banyak alat-alat yang dapat menyebarkan ide yang telah di gagas ke

khalayak ramai. Seperti telah banyak koran, majalah, jurnal malahan buku-

buku dimana-mana bermunculan.

Menulis tidak saja membutuhkan tempat khusus dalam mengerjakannya,

tetapi menulis adalah kecerdasan otak guna menganalisis situasi yang dapat di

jadikan suatu ide, sehingga ide dapat dipahami oleh semua orang dan

menghasilkan karya yang bermutu. Kegiatan menulispun merupakan kegiatan

yang mencangkup melibatkan fikiran, dan hati adalah  komponen utama yang

harus bisa memahami. Tidak hanya sekedar menulis artikel, laporan tetapi

kegiatan menulis membutuhkan kepahaman terhadap proses yang dilakukan

dalam penulisan. Hal ini dilakukan supaya tidak adanya budaya copi paste

hak cipta orang lain atau yang sering disebut dengan plagiatisme.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa budaya menulis di kalangan mahasiswa sulit dilakukan?

2. Apa yang menyebabkan timbulnya plagiarisme?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dibuat penulisan ini adalah sebagai tugas dalam rangka kegiatan

LKMM 2 BEM Universitas Muhammadiyah Semarang

2

Page 3: Budaya Menulis

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat untuk penulis adalah melatih kemampuan menuangkan ide-ide,

pokok pikiran dalam memecahkan masalah. Sedangkan manfaat untuk

pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang menyebabkan

terjadinya konflik dan bagaimana menyikapi ketika konflik itu terjadi.

3

Page 4: Budaya Menulis

BAB II

PEMBAHASAN

Budaya Menulis

Sebagai insan akademis, mahasiswa tentu tidak bisa dilepaskan dari lingkungan

ilmiah yang berada dalam ruang lingkup dunia keilmuan. Mahasiswa pun dituntut

untuk bisa akrab dengan dunia literasi, baik membaca, berdiskusi, maupun

menulis. Aktivitas literasi tersebut akan semakin memperkaya wawasan

mahasiswa dan menajamkan analisis berpikir sehingga dapat melatih berpikir

kritis. Lebih dari itu, ketiga aktivitas literasi tersebut akan semakin  mengokohkan

posisi mahasiswa sebagai insan akademis. Hal tersebut tersambung dengan Tri

Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pendidikan, melakukan penelitian

dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.

Menulis memang bukan perkara mudah, tapi juga bukan perkara sulit. Tetapi

kemampuan menulis merupakan kewajiban setiap mahasiswa sebagai seorang

terpelajar. Tradisi menulis mahasiswa bukan hanya sekedar pada lingkup

penulisan makalah atau tugas, tapi juga pada lingkup penyampaian gagasan

sebagai upaya pendokumentasian sejarah pribadi. Karena penyampaian gagasan

dapat dituangkan dengan sarana menulis yang berdampak kreatif dan inovatif.

 Mahasiswa tidak hanya menulis laporan dan tugas, tetapi juga yang berkaitan

dengan karya ilmiah yang membutuhkan pertanggung jawaban, baik isi maupun

kebenaran ilmiahnya sehingga mahasiswa dituntut untuk terus belajar. Segala

yang berhubungan dengan karya ilmiah tidak dapat dilakukan dengan men-jiplak

alias copi paste saja, karena itu sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yang ke

dua yaitu penelitian dan pengembangan. Jadi penulisannya yang berbau ilmiah

membutuhkan penelitian.

 

4

Page 5: Budaya Menulis

Budaya menulis mahasiswa saat ini cenderung belum maksimal. Hal ini

dibuktikan masih banyaknya mahasiswa yang melakukan copy paste atau

menyalin ketika diberikan tugas membuat paper atau makalah. Betapa ironinya

ketika para mahasiswa di tuntut untuk menuliskan tugas akhir seperti skripsi atau

tesis untuk pertanggung jawaban apa yang telah mereka jalani selama bangku

perkuliahan dengan apa yang mereka kerjakan.

 Sebagai insan akademis yang kreatif dan inovatif, kegiatan menulis yang

dilakukan secara rutin dan terus berlatih sehingga saraf menulisnya dapat lentur.

Harusnya hal ini dibareni dengan membaca, sebab membaca adalah kunci untuk

menulis. Membaca bukan hanya sekedar mendapat asupan informasi saja, tapi

juga untuk memperoleh ketajaman analisis dan berpikir terhadap suatu masalah

dari berbagai sudut pandang. Dan juga dapat mengembangkan kosa kata dalam

gaya penulisan  demi berkualitasnya tulisan yang dihasilkan. Dengan begitu,

mahasiswa dapat menghasilkan tulisan dengan gaya dan ciri khas yang unik.

Seorang mahasiswa juga harus mempersiapkan diri dengan bekal memadai agar

tulisan yang dihasilkan merupakan hasil wacana yang menarik sehingga memiliki

tingkat keterbacaan yang tinggi. Dan tidak lupa memperhatikan sistematis,

kelogisan dan kejelasan sebuah tulisan yang mereka sehingga  dapat

menghilangkan budaya copi paste yang masih ada di kalangan mahasiswa itu

sendiri.

Dengan demikian menulis adalah proses berpikir secara cermat. Menulis pun juga

di ibaratkan seperti seni kriya (kerajinan) yang secara terus menerus dilatih

sehingga memudahkan bermain dengan kata-kata, makna, bahasa, nilai, dan sudut

padang. Dengan bekal yang sudah di asah dan di latih maka seorang insan

akademis yang terlatih lambat laun mereka akan menemukan cara menulisnya

sendiri.  Memang, tidak semua mahasiswa akan menjadi garda terdepan (avant

garde) yang bisa merombak tatanan pandangan masyarakat, termasuk dalam hal

bahasa. Namun, setidaknya dia telah mencoba mengabadikan peristiwa agar bisa

ditelusuri kembali dan ditemukan jejak-jejaknya oleh generasi selanjutnya, untuk

kemudian terus diperbaiki dan disempurnakan.

5

Page 6: Budaya Menulis

 Plagiarisme

Menurut Adimihardja (2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan

gagasan atautulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai

miliknya sendiri. Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja

menyalin pemikiran atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja,

2002). Pelaku plagiarisme dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007).

Plagiarisme di kalangan pendidikan terjadi karena hal-hal berikut ini:

a. Kemajuan teknologi informasi

Teknologi informasi, terutama yang berhubungan dengan internet, memberi

akses bagi mahasiswa untuk meng-copypaste karya orang lain tanpa

sepengetahuan si penulis

b. Kurangnya keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah

Kebanyakan mahasiswa tidak memahami bagaimana cara melakukan tinjauan

kepustakaan dengan baik dan benar, mencari jurnal sumber yang sesuai atau

mencari referensi lainnya

c. Ketidakmampuan dalam memilah sumber-sumber dari internet

Sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui bagaimana cara memilah bahan

sumber dari internet. Hal ini berakibat pada proses penelitian dan karya tulis

mahasiswa. Padahal internet sama sekali tidak memiliki quality control yang

dapatmempertanggungjawabkan apakah keabsahan sumber informasi.

d. Salah pengertian antara plagiarisme dan parafrase

Plagiarisme terjadi ketika mahasiswa diharuskan mengartikan kosakata dan

bahasa teknis yang tidak familiar di telinga mereka. Sebagai akibatnya, sumber

yang seharusnya difrasa-ulangkan malah diplagiat. Plagiarisme jenis ini juga

disebut tindakan plagiarisme secara tidak sengaja (accidental plagiarism)

e. Salah pengertian mengenai terminologi bahasa

Sebagian besar mahasiswa kurang memahami perbedaan antara essai dengan

laporan, eksposisi dengan argumentasi, ataupun tema dan tesis. Akibatnya,

6

Page 7: Budaya Menulis

mahasiswa kebingungan dalam menyelesaikan karya ilmiah mereka dan

memilih untuk melakukan plagiarisme.

f. Proses pengutipan yang tidak lengkap

Hal ini biasanya terjadi pada mahasiswa tingkat awal yang baru pertama kali

menuliskarya ilmiah.

g. Tekanan yang berlebihan dari orang tua, teman, atau tenaga pendidik

untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Plagiarisme juga didorong oleh

tekanan di luar diri mahasiswa seperti orang tua, temansebaya atau dosen

sekalipun. Hal ini biasanya disebabkan harapan yang terlalu tinggiyang

diajukan oleh orang di luar si mahasiswa.

h. Buruknya keterampilan manajemen waktu mahasiswa

Mahasiswa melakukan plagiarisme ketika waktu tenggat pengumpulan karya

ilmiah mepet. Plagiarisme menjadi jalan pintas yang paling sempurna

untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang cepat.

i. Kurangnya pemahaman dan pendalaman mahasiswa mengenai materi yang

akan ditulis.

Mahasiswa tidak paham materi yang dipelajari, sehingga ketika mereka

ditugaskan melakukan tugas akhir, mereka memilih untuk menjadi plagiat.

j. Minimnya sanksi hukum dari pihak yang berwenang

Plagiarisme, layaknya rumput liar, jika tidak dipangkas secara berkala oleh

pihak yang berwenang akan terus bermunculan. Sebaliknya, praktik

plagiarisme yang tidak dikenai sanksi merenggangkan tali hukum dan

membuat masyarakat berpikir plagiarisme boleh dan sah saja untuk dilakukan

oleh siapapun

7

Page 8: Budaya Menulis

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menulis bukanlah perkara mudah namun bukan juga perkara sulit. Menulis di

ibaratkan seperti seni kriya (kerajinan), apabila ketrampilan menulis secara terus

menerus dilatih akan semakin memudahkan penulis bermain dengan kata-kata dan

mendalami makna, bahasa, nilai, serta sudut padang dalam penulisan. Dengan

bekal yang sudah di asah dan di latih maka mahasiswa yang terlatih lambat laun

mereka akan menemukan cara menulisnya sendiri. Dengan ketrampilan menulis

yang baik, maka budaya menulis di kalangan mahasiswa dapat berkembang

dengan pesat. Namun selain mengasah ketrampilan menulis, mahasiswa juga

harus berusaha menghindari terjadinya plagiarisme yang saat ini sudah merajalela

di kalangan mahasiswa. Plagiarisme yang dilakukan mahasiswa akan

menyebabkan mahasiswa menjadi malas menulis sehingga budaya menulis di

kalangan mahasiswa tidak dapat berkembang, malah akan berdampak semakin

buruk yaitu plagiarisme massal, artinya semua orang akan melakukan plagiat

terhadap suatu karya cipta orang lain, terutama hasil tulisan orang lain.

SARAN

Salah satu cara terpenting menghidupkan kembali budaya menulis di kalangan

mahasiswa yaitu dengan memberantas plagiarisme. Pemberantasan dapat

dilakukan dengan memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang ketahuan

melakukan plagiarisme terhadap hasil karya orang lain. Selain memberantas

plagiarisme, kita dapat membuat seminar-seminar yang mendatangkan penulis

muda yang saat ini sedang populer di kalangan mahasiswa sehingga dapat

meningkatkan minat mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan menulisnya.

8