Btbara Jambi

21
BATUBARA INDONESIA ANDA SOPAN KAMI SEGAN Beranda About BAHAN GALIAN GOLONGAN A, B DAN C Cara Mengeksplorasi Indahnya Indonesia BATUBARA endapan batubara di daerah Bungamas, Kabupaten Laha Daerah penyelidikan terletak di sebelah Baratdaya Kota Palembang. Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bungamas, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Secara Geografis terletak di antara 102 o 55Â’00”-103 o 30Â’00” BT dan 3 o 35”00”-3 o 55Â’00” LS. Secara regional daerah Bungamas dan sekitarnya termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan dan formasi pembawa batubaranya adalah Formasi Muara Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal, diendapkan dalam lingkungan darat-laut dangkal. Dari hasil pemetaan dan pemboran (10 titik) ditemukan 3 (tiga) lapisan batubara, yaitu: Lapisan A, tebal antara 0.75-6,00 m, kemiringan berkisar antara 45 o -87º dengan nilai kalori berkisar antara 5.240-5.790 kal/gr (adb), lapisan B, tebal antara 1.20-7,00 m, kemiringan berkisar antara 60 o -86º dengan nilai kalori berkisar antara 5.540-6.390 kal/gr (adb), Lapisan C, tebal berkisar antara 0,80-6.00 m, kemiringan berkisar antara 22 o -84º dengan nilai kalori berkisar antara 5.710-6.780 kal/gr (adb). Sedangkan nilai reflektansi vitrinit berkisar antara 0,20-036 %. Sumberdaya batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya sebesar 6.543.904 ton sampai kedalaman 50 meter. 1. PENDAHULUAN Dalam Proyek Daftar Isian Kegiatan Suplemen Batubara (DIK-S), Tahun Anggaran 1997/1998, Direktorat Sumberdaya Mineral mendapat tugas untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan Inventarisasi dan

Transcript of Btbara Jambi

Page 1: Btbara Jambi

BATUBARA INDONESIA ANDA SOPAN KAMI SEGAN

Beranda About BAHAN GALIAN GOLONGAN A, B DAN   C Cara   Mengeksplorasi Indahnya   Indonesia

BATUBARA

endapan batubara di daerah Bungamas, Kabupaten   Laha

Daerah penyelidikan terletak di sebelah Baratdaya Kota Palembang. Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bungamas, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Secara Geografis terletak di antara 102o55’00”-103o30’00” BT dan 3o35”00”-3o55’00” LS.

Secara regional daerah Bungamas dan sekitarnya termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan dan formasi pembawa batubaranya adalah Formasi Muara Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal, diendapkan dalam lingkungan darat-laut dangkal.

Dari hasil pemetaan dan pemboran (10 titik)  ditemukan 3 (tiga) lapisan batubara, yaitu: Lapisan A, tebal antara 0.75-6,00 m, kemiringan berkisar antara 45o-87º dengan nilai kalori berkisar antara 5.240-5.790 kal/gr (adb), lapisan B, tebal antara 1.20-7,00 m, kemiringan berkisar antara 60o-86º dengan nilai kalori berkisar antara 5.540-6.390 kal/gr (adb), Lapisan C, tebal berkisar antara 0,80-6.00 m, kemiringan berkisar antara 22o-84º dengan nilai kalori berkisar antara 5.710-6.780 kal/gr (adb). Sedangkan nilai reflektansi vitrinit  berkisar antara 0,20-036 %.

Sumberdaya batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya sebesar 6.543.904 ton sampai kedalaman 50 meter.

1. PENDAHULUAN

Dalam Proyek Daftar Isian Kegiatan Suplemen Batubara (DIK-S), Tahun Anggaran  1997/1998, Direktorat Sumberdaya Mineral mendapat tugas untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan Inventarisasi dan Eksplorasi batubara di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu kegiatan inventarisasi dan eksplorasi endapan batubara tersebut dilaksanakan di daerah Bungamas dan sekitarnya, Kecamatan Lahat, kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera selatan.

Daerah penyelidikan terletak di sebelah Baratdaya Kota Palembang. Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bungamas, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Secara Geografis terletak diantara 102o55’00”-103o30’00” BT dan 3o35”00”-3o55’00” LS (Gambar 3- 1).

Lokasi penyelidikan dapat dicapai dari kota Palembang melalui jalan lintas Sumatera sejauh 300 km  sampai kota Lahat. Dari Lahat dilanjutkan sampai Ibu Kota Kecamatan Bungamas yang

Page 2: Btbara Jambi

dianggap paling dekat dengan daerah penyelidikan selama kurang lebih 2 jam perjalanan, sedangkan untuk mencapai lokasi-lokasi daerah penyelidikan dapat dicapai dengan  cara menyusuri sungai atau merintis jalan.

2. GEOLOGI REGIONAL

Secara regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Sumatera selatan yang merupakan Cekungan Belakang Busur (‘Back Arc Basin’) terbentuk oleh adanya pergerakan ulang patahan-patahan bongkah, dimana kelompok sesar normal membentuk bongkah-bongkah (“Block faulting”) pada batuan dasar (“Basement”) Pra-Tersier serta diikuti oleh kegiatan Volkanisme secara periodik.

Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri dari batuan Pra-tersier dan batuan endapan benua klastika yang bermur Tersier. Batuan Pra-Tersier  merupakan batuan dasar yang tergabung dalam Formasi Sepingtiang, Lingsing dan Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur Awal yang diendapkan pada lingkungan laut dalam. Diatas batuan tersebut diendapkan secara tidak selaras batuan endapan benua klastika dari Formasi  Kikim dan Anggota Cawang Formasi Kikim yang berumur Paleosen-Oligosen Tengah.

Formasi Kikim ditindih  secara tidak selaras oleh Formasi Talangakar yang berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi Talangakar selaras diatasnya oleh Formasi Baturaja yang berumur Miosen Awal. Di atas Formasi Baturaja diendapkan selaras Formasi Gumai yang berumur Akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah dan ditutupi selaras oleh Formasi Air Benakat yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

Diatas Formasi Air Benakat diendapkan selaras Formasi Muara Enim  yang berumur Miosen Akhir-Pliosen pada lingkungan peralihan yaitu lingkungan darat hingga laut dangkal.

Formasi Kasai  yang berumur Plio-Plistosen diendapkan pada lingkungan darat menutupi tidak selaras Formasi Muara Enim. Ketidak selarasan ini mencerminkan adanya periode pengangkatan dan erosi setempat yang terjadi di Pegunungan Barisan  (Gambar 3- 2).

Struktur geologi daerah penyelidikan terjadi akibat adanya suatu proses pengangkatan batuan Paleozoik dan Mesozoik yang menyebabkan batuan terlipat kuat. Kegiatan tektonik terus berlangsung sampai Tersier Awal. Akibat dari pensesaran bongkah regional menyebabkan terbentuknya dua cekungan sedimen utama berbentuk meanjang yaitu Cekungan Sumatera selatan dan Cekungan Bengkulu, sedangkan tektonik Plio-Plistosen menghasilkan struktur penting berarah Baratlaut-Tenggara.

Kerumitan pola sesar pada batuan sedimen Tersier ini diduga erat kaitannya dengan pensesaran pada batuan alas (Basement) yang diperkirakan sebagai penyebab adanya variasi ketebalan batubara.

3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Page 3: Btbara Jambi

Daerah penyelidikan  yang terletak di daerah Bungamas dan sekitarnya merupaka bagian dari cekungan Sumatera Selatan. Cekungan tersebut dikenal sebagai penghasil batubara terbesar di indonesia.

Secara umum morfologi daerah penyelidikan terbagi menjadi tiga satuam morfologi, yaitu Satuan Morfologi Pedataran, Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Sedang dan Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar.

Stratigrafi daerah penyelidikan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : Kelompok Batuan Par-Tersier dan Batuan Terobosan/Intrusi Batuan Beku, Kelompok Batuan Tersier dan Endapan Kwarter (Tabel 3- 1).

Kelompok Batuan Pra-Tersier

Kelompok batuan ini yang tergabung dalam  Formasi Sepingtiang, Lingsing, dan Formasi Saling yang diperkirakan berumurJura Akhir-Kapur Awal. Hubungan stratigrafi antara Formasi Lingsing dan Saling adalah Menjemari, sedangkan Formasi sepingtiang menyentuh kedua formasi tersebut secara tektonik.

Formasi Sepingtiang menempati sebelah Baratdaya daerah penelitian, batuan penyusunnya terdiri dari batugamping terumbu yang sudah mengalami ubahan, tersingkap di sungai empayang Lintang dan empayang kasap, sifat fisik batuan tersebut adalah berwarna putih, hitam, hijau dan abu-abu, keras dan pejal.

Formasi Lingsing menempati sepanjang Sungai Cawang, dimana batuan penyusunnya terdiri dari rijang, batulempung berwarna merah, terdapat urat-urat tipis silika.

Formasi Saling tersingkap di Sungai Cawang,  batuan penyusunnya terdiri dari batuan volkanik dan batupasir konglomeratan sedangkan batuan yang bersifat andesitik-basaltik tersingkap di sungai empayang Lintang dan Empayang Kasap.

Batuan-batuan yang terdapat pada Formasi Sepingtiang, Saling dan Lingsing diendapkan pada lingkungan laut dangkal-lautdalam.

Batuan terobosan  tersingkap di Sungai Empayang Kasap dan Empayang Lintang berupa Granodiorit yang menerobos Formasi Saling, batuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir.

Kelompok Batuan Tersier

Kelompok batuan ini tersingkap di daerah penyelidikan yang tergabung dalam Formasi Kikim, Anggota Cawang Formasi kikim, Talangakar, Gumai, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai.

Formasi Kikim menempati sebelah selatan dan baratdaya daerah penyelidikan, batuan penyusunya terdiri dari breksi volkanik, batupasir tufan, batulempung, dan batulanau, tersingkap di Sungai Cawang dan diperkirakan berumur Paleosen-Oligosen Awal.

Page 4: Btbara Jambi

Anggota Cawang Formasi Kikim sebarannya meliputi daerah sebelah selatan dan baratdaya daerah penyelidikan. Hubungan stratigrafi dengan Formasi Kikim saling menjemari, batuan penyusunnya terdiri dari batupasir kuarsa konglomeratan, batupasir, batulempung dan batulanau yang mempunyai kisaran umur antara Paleosen-Oligosen.

Formasi Gumai menempati  sebelah selatan daerah penyelidikan, dimulai dari Sungai Empayang, Cawang, Saling, Suban menerus sampai ke Sungai Gelumpai dan Sungai Kikim Kecil. Batuan penyusunnya terdiri dari serpih hitam dengan lensa-lensa dan nodul batugamping berbentuk silinder, sedangkan pirit menyebar tidak merata, halus-bongkah berdiameter 2-6 cm, berbentuk framboidal. Diduga mempunyai kisaran umur Miosen tengah.

Formasi Air Benakat sebarannya memanjang dari timur ke barat daerah penyelidikan, dimana batuan penyusunnya terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir, diperkirakan berumur Miosen Tengah-miosen Akhir.

Formasi Muaraenim merupakan formasi pembawa batubara (“Coal Bearing Formation”) di daerah penyelidikan, tersingkap di bagian tengah dan sebarannya berarah barat-timur, menipis ke arah barat selaras diatas Formasi Air benakat, berumur Miosen Tengah-Miosen Atas dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Batuan penyusunnya terdiri dari Batupasir, batupasir tufan, batulempung, batulanau dan batubara.

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan berupa struktur lipatan dan sesar yang terdapat dalam batuan Pra-Tersier dan Tersier. Struktur lipatan dalam batuan Pra-Tersier terdapat di sekitar Pegunungan Gumai, yang intensitas deformasinya menunjukan lebih dari satu periode. Sedangkan  struktur lipatan dalam batuan tersier berupa sinklin dan antiklin yang terdapat di sekitar Lahat dan di Sungai Puntang. Arah dari sumbu lipatannya hampir barat-timur.

Sedangkan sesar mendatar yang terdapat di daerah Muara Cawang, Sukarame berarah baratlaut-tenggara, mengoyak satuan batupasir, batulempung, batulanau,  serpih dan napal yang terdapat pada Formasi Muara Enim, Airbenakat dan Gumai.

Sesar normal yang terdapat disekitar Batuninding dan hulu Sungai Saling, berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara, mengoyak Formasi Muara Enim, Airbenakat, Gumai, Talangakar, Kikim, Anggota cawang Formasi Kikim, Lingsing dan Formasi Saling. Sesar-sesar tersebut diduga terjadi akibat adanya fase kejadian tektonik Plio-Plistosen.

4. POTENSI ENDAPAN BATUBARA

Penyelidikan yang dilakukan ditekankan pada formasi pembawa batubara yaitu Formasi Muara Enim, karena formasi ini  diduga mengandung endapan batubara yang cukup prospek untuk dikembangkan.

Tahapan pekerjaan yang dilakukan di lapangan dibagi menjadi 2 yaitu  pekerjaan pemetaan geologi dan pemboran.

Pekerjaan Pemetaan

Page 5: Btbara Jambi

Pekerjaan ini meliputi pemetaan geologi tinjau dengan luas daerah sekitar 93.750 Ha, dengan skala 1 : 50.000, dan pemetaan geologi rinci dibatasi hanya pada formasi pembawa batubaranya saja. Dari hasil pemetaan diketahui bahwa formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Muara enim, dan pada formasi tersebut ditemukan 36 lokasi singkapan batubara yang tersebar di beberapa daerah (Gambar 3- 3).

Sedangkan pekerjaan pemboran dilakukan sebanyak 10 buah lobang bor dengan kedalaman terbatas sampai 25 meter. Pemboran dilakukan di tempat-tempat tertentu yang sulit mendapatkan singkapan dan mungkin letak batubara jauh dibawah permukaan, dengan adanya pemboran tersebut bisa melacak kedalaman dan sejauh mana penyebaran batubara di daerah penyelidikan.

Berdasarkan hasil rekonstruksi data-data dari singkapan dan hasil pemboran, diketahui bahwa di daerah Bungamas dan sekitarnya terdapat tiga lapisan batubara yang cukup prospek yang masing-masing antara lain :

¨       Lapisan A : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 0,75-6,00 meter, kemiringan lapisan antara 45o-87o dan dapat diikuti sepanjang 5.000 meter.

¨       Lapisan B : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 1,20-7,00 meter, kemiringan lapisan antara 60o-86o dan dapat diikuti sepanjang 12.250 meter.

¨       Lapisan C : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 0,80-6,00 meter, kemiringan lapisan antara 22o-84o dan dapat diikuti sepanjang 8.500 meter.

5. KUALITAS BATUBARA

Kualitas batubara dari hasil analisis kimia (adb) terhadap 24 conto batubara menunjukan Nilai Kalori (CV) berkisar dari 5.240-6.780 kal/gram,  Kadar Abu (Ash) berkisar antara 1.7-12.4%, Zat terbang (VM) berkisar antara 38.7-53.7%, Karbon Tertambat (FC) berkisar antara 32.4-43.9%, kadar belerang (S) berkisar antara 0.18-2.89%, Kadar Air Total (TM ) berkisar antara 17.2-37.4%, Kadar Air Tertambat (IM) berkisar antara 8.5-14.9%.   Sedangkan hasil analisis Petrografi dari 12 coto batubara menunjukan nilai reflektansi sebagai berikut : Lapisan A nilai reflektansinya berkisar dari 0,2-033 ; Lapisan B nilai reflektansinya berkisar dari 0,32-0,35 ;  Lapisan C nilai reflektansinya berkisar dari 0,34-0,38 %.

6. SUMBERDAYA BATUBARA

Perhitungan sumberdaya batubara dalam penyelidikan ini  dilakukan berdasarkan hasil rekonstruksi masing-masing penyebaran lapisan batubara. Dari hasil rekonstruksi tersebut diketahui sumberdaya batubara sampai kedalaman 50 meter di daerah penyelidikan sebesar 6.543.904 ton

7. POSPEK PENGEMBANGAN BATUBARA

Page 6: Btbara Jambi

Secara kualitas, batubara yang terdapat di daerah Bungamas dan sekitarnya menunjukkan nilai kalori yang cukup bagus berkisar antara 5.240 – 6.780 kal/gr, dengan kadar abu sekitar 1,7 – 12,4 % serta sulfur berkisar antara 0,18-2,89 %.

Sedangkan secara kuantitas, sumber daya batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya cukup besar dan layak dipertimbangkan untuk usaha pertambangan skala besar, dengan pertimbangan lokasi tersebut dekat dengan jalan utama sebagai sarana transportasi.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

·       Formasi pembawa batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya adalah Formasi Muara Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal dan diendapkan pada lingkungan darat-laut dangkal.

·       Hasil pengamatan dari 36 singkapan batubara yang terdapat di daerah penyelidikan terdapat tiga lapisan batubara  dengan ketebalan  bervariasi dari 0,75-7,00 meter. Kemiringan bervariasi dari 22o-87o dan Nilai kalori berkisar dari 5.455-6.780 kal/gr. Sedangkan hasil analisa petrografi dari 12 conto batubara menunjukan nilai reflektansi  berkisar dari 0,22-0,38.

·       Sumberdaya batubara terindikasi di daerah penyelidikan dan sekitarnya sampai kedalaman 50 meter sebesar 6.543.904 ton.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya P. and de Coster G.L., 1973 ; Pre Tertiary Paleontopography and related Sedimentation in South Sumatera, Proc.IPA, Second Anual Convention

Gafoer S., Amin TC., dan Pardede R., 1992 ; Peta Geologi Lembar Bengkulu Sumatera Selatan, skala 1 : 250.000.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Koesoemadinata R.P. dan Hardjono, 1977 ; Kerangka Sedimenter endapan Batubara Tersier Indonesia,  Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-6, IAGI.

Eddy R.S. dkk., 1978 ; Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara di Daerah Kikim dan Sekitarnya, Kabupaten  Lahat, Propinsi Sumatera selatan.

Maret 8, 2011 | Categories: BATUBARA | Tinggalkan komentar »

struktur endapan batubara tempino   jambi

Page 7: Btbara Jambi

SARI

Daerah yang diselidiki secara administratif termasuk Kecamatan Mestong, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi yang dilalui oleh jalan lintas Timur Sumatera. Daerah penyelidikan termasuk dalam lembar peta topografi nomor 26/XXIII; 26/XXIV; 27/XXIII dan 27/XXIV skala 1:100.000 dari sistem pemetaan topografi nasional Jakarta tahun 1939 atau terletak antara 1o40Â’ – 2o LS dan 103o25Â’ – 103o45Â’ BT.

Endapan batubara Tempino dan sekitarnya terdapat dalam Formasi Muara Enim, terdiri dari 2 (dua) lapisan utama dengan ketebalan Lapisan A (2,30-9,50 m) dan Lapisan C (1,15-7,45 m), serta tiga lapisan tipis yang penyebarannya terbatas kecuali Lapisan B dengan sudut kemiringan berkisar antara 6o dan 15o serta menempati sayap baratdaya dan sedikit di sayap Timurlaut Antiklin Tempino

Hasil analisa kimia batubara dari singkapan dan inti bor memberikan kualitas yang  sebanding dengan batubara sejenis dalam Cekungan Sumatera Selatan seperti daerah Talang Ubi, Pendopo dan Bentayan. Nilai panas berkisar antara 4885 dan 5100 kal/kg (adb), kandungan air total sangat tinggi yaitu 46-59 % (ar) dan zat terbang 41-43 % (adb), karbon tertambat 25-35,5 % (adb). Kandungan abu dan belerang umumnya sangat rendah masing-masing kurang dari 1 % dan 0,2 %. Pengujian sifat fisik hanya diwakili oleh indek kekerasan (HGI) memberikan angka rata-rata 79 yang tergolong batubara lunak.

Sumberdaya batubara yang dihitung sampai kedalaman 50 m dan didukung oleh 8 lubang bor untuk seam utama memberikan angka 60 juta ton dan 6,6 juta ton untuk tiga seam tipis-tipis.

 

1 . PENDAHULUAN

Program eksplorasi yang telah dilaksanakan dalam DIK – S  Tahun Anggaran 1997/1998 difokuskan pada bagian selatan Antiklin dan sayap barat Antiklin Tempino.

Eksplorasi yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan geologi endapan batubara, terutama seberapa jauh penyebaran lapisan batubara baik ke arah jurus maupun kearah kemiringan serta ketebalannya. Selanjutnya dari informasi-informasi ini diharapkan dapat direkonstruksi geometri lapisan sehingga diketahui potensi endapan batubara yang dapat mendukung rencana program pemerintah dalam pengadaan energi.

Daerah yang diselidiki secara administratif termasuk Kecamatan Mestong, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi dan dilalui oleh jalan lintas Timur Sumatera. Secara geografis daerah penyelidikan termasuk dalam lembar peta topografi nomor 26/XXIII; 26/XXIV; 27/XXIII dan 27/XXIV skala 1:100.000 dari sistem pemetaan topografi nasional jakarta tahun 1939 atau terletak antara 1o40Â’ – 2o LS dan 103o25Â’ – 103o45Â’ BT (Gambar 2-1).

2. GEOLOGI REGIONAL

Page 8: Btbara Jambi

Berdasarkan kerangka tektonik Indonesia bagian barat yang telah diuraikan oleh Koesoemadinata dan Pulunggono, 1974 seperti terlihat padaGambar 2-2, daerah Tempino terdapat di bagian pinggir dangkalan di dalam cekungan pendalaman belakang (“backdeep”).

Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah merupakan satu cekungan besar yang mempunyai sedimentasi sama dan dipisahkan oleh Pegunungan Tigapuluh. Daerah Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi depresi Jambi di utara, Sub Cekungan Palembang Tengah dan Sub Cekungan Palembang Selatan atau Depresi Lematang masing-masing dipisahkan oleh tinggian batuan dasar (basement). Tiga antiklinorium yang dipisahkan oleh tinggian batuan dasar adalah Antiklinorium Pendopo, Antiklinorium Palembang dan Antiklinorium Muaraenim.

Pensesaran batuan dasar mengontrol sedimen selama Paleogen. Stratigrafi normal memperlihat-kan bahwa pembentukan batubara hampir bersamaan dengan pembentukan Cekungan Tersier yaitu mulai dari Formasi Talang Akar, Air Benakat dan Muara Enim. Endapan batubara potensial sedemikian jauh hanya terdapat pada tingkat pertengahan siklus regresi mulai dari Akhir Air Benakat dan di akhiri oleh pengendapan Formasi Kasai.

Lapisan batubara utama terkonsentrasi pada dua horison di dalam Formasi Muara Enim. Horison bawah mengandung Seam Mangus, Suban, Petai, Merapi dan Kladi dan Horison Atas mengandung Seam Gantung (Hanging Seam) yang terdiri dari banyak seam.

Pola umum geologi dan tatanan stratigrafi secara regional telah cukup dipahami berkat kegiatan eksplorasi minyak bumi di Cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah (De Coster, 1974). Shell Mijnbouw (1978) memperbaiki penamaan dan tatanan stratigrafi, khususnya Formasi Muara Enim dibagi menjadi 4 angka yang didasarkan atas kelompok kandungan batubara dari bawah ke atas yaitu anggota M1, M2, M3 dan M4.

Berdasarkan peta geologi regional Lembar Jambi dan Lembar Muara Bungo di daerah penyelidikan  terdapat 3 formasi yang selaras satu sama lainnya. Formasi itu dari tua ke muda adalah Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

Formasi Air Benakat diendapkan pada fase awal regresi, terdiri dari perselingan batulempung dengan batupasir, batulanau dan serpih, berumur Miosen Tengah.

Formasi Muara Enim diendapkan sebagai kelanjutan dari fase regresi, terdiri dari perselingan batupasir dengan batulumpur, batulempung, batulanau dan batubara, berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal dengan lingkungan pengendapan transisi. Formasi ini bertindak sebagai pembawa utama endapan batubara dalam Cekungan Sumatera Selatan.

Formasi Kasai diendapkan pada fase akhir regresi Cekungan Sumatera Selatan. Formasi terdiri dari batulempung tufaan, batupasir tufaan, kadangkala konglomerat dan beberapa lapisan batubara, berumur Pliosen Akhir.

Page 9: Btbara Jambi

Struktur geologi daerah Tempino merupakan struktur lipatan yang terdiri dari  antiklin dan sinklin, berarah Baratlaut-Tenggara dan terpotong oleh sesar normal. Struktur lipatan ini merupakan bagian dari sistem lipatan di kompleks Palembang Utara, jurus umum sumbu Antiklin Tempino adalah baratlaut-tenggara, kemiringan sayap baratdaya berkisar dari 10o, 15o, 10o dan 20o di sayap timurlaut. Sesar yang berkembang adalah sesar normal dan beberapa sesar kecil jenis sesar engsel oblique

3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Geologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 formasi satuan batuan dan endapan permukaan (SA Mangga, dkk., 1993). Formasi Air Benakat terutama disusun oleh perselingan batuan klastika halus dan klastika sangat halus berumur Miosen Tengah – Miosen Atas. Formasi Air Benakat secara selaras ditindih oleh Formasi Muara Enim yang dicirikan oleh satuan batuan menghalus ke atas, terdiri dari pasir halus dibagian bawah dan perselingan batulanau dan batulempung di bagian bawah dan perselingan batulanau dan batulempung di bagian atas dengan sisipan lapisan batubara setempat dapat mencapai tebal 7,45m, umur formasi ini Mio-Pliosen. Secara selaras Formasi Muara Enim ditindih oleh Formasi Kasai, di bagian atas oleh batulempung tufaan serta sering dijumpai konkresi besi mencapai 20 cm tebalnya. Formasi diduga berumur Plio-Plistosen. Endapan permukaan umumnya terdiri dari pasir, lumpur, kerakal dan hasil rombakan batu resen serta endapan rawa.

Gaya kompresi regional terhadap Cekungan Sumatera Selatan menghasilkan pola lipatan di daerah busur belakang termasuk Sub-Cekungan Jambi, antiklinorium dan sinklinorium dengan sungkup menunjam pada kedua ujung sumbunya sangat umum dijumpai di daerah penyelidikan.

Indikasi pola struktur lipatan ini sangat prospek sebagai perangkap cebakan hidrokarbon, terbukti banyaknya sumur produksi pertamina yang tersebar di daerah Tempino dan kanalisaan dekat Kota Jambi.

Dalam pembahasan berikut akan dikemukakan beberapa penampang lubang bor yang dianggap dapat mewakili sebagian dari susunan Formasi Muara Enim.

Bagian bawah Formasi Muara Enim sebagian ditembus oleh lubang bor DM.08 disusun oleh perulangan batulempung dan batupasir. Batulempung berwarna coklat tua, kadangkala coklat kehijauan, masif sampai berlapis dengan sementasi sedang, umumnya mengandung frag mengorganik atau sisa tumbuhan, serta beberapa sisipan batupasir kuarsa kaya dengan pita-pita material karbonan membentuk levee serta mempunyai struktur silang siur, perairan sejajar. Tebal perlapisan batulempung berkisar antara 0,25 dan 12 meter. Beberapa lapisan batulempung mempunyai struktur lentikular dan mengandung konkresi batubesi.

Batupasir berwarna abu-abu muda sampai putih kekuningan, dengan tingkat sementasi rendah dan tidak jarang bersifat lepas, disusun dominan oleh kuarsa, sedikit fragmen batuan dan tufaan, serta beberapa konkresi batubesi diameter butir berkisar dari pasir sangat halus sampai pasir sedang, mengandung perlapisan bersusun dengan penghalusan butir kearah atas, perlapisan silang-siur dan flaser.

Page 10: Btbara Jambi

Pada singkapan bagian atas formasi ini terdapat 2 lapisan batubara, masing-masing tebalnya adalah 0,70 meter dan 1,20m dan tebal lapisan intrasedimen kurang lebih 17 meter.

Bagian tengah formasi yang ditembus sebagian oleh beberapa lubang bor antara lain lubang bor DM 0,1; 0,2; 0,3; 0,5; 0,6 dan 10 mewakili ketebalan kurang lebih 75m. Bagian tengah ini disusun oleh perulangan dari batupasir batulempung dan batulanau serta 2 lapisan batubara dengan warna dominan abu-abu muda, abu-abu kehijauan.

Batupasir berwarna abu-abu muda, abu-abu kehijauan dengan tingkat sementasi buruk sehingga seringkali bersifat lepas, pada umumnya masif dengan ukuran butir halus sampai sedang dan terpilah buruk, satuan ini dominan disusun oleh kuarsa dan sedikit fragmen batuan sedangkan kandungan material karbon setempat tinggi. Batulanau berwarna abu-abu tua sampai abu-abu kehijauan, kadangkala abu-abu kecoklatan, masif dan miskin akan material karbonan. Batulempung berwarna abu-abu tua sampai abu-abu kehitaman, umumnya lunak sampai plastis sehingga mengotori tangan, umumnya kaya akan material karbonan.

Pada Formasi Muara Enim bagian tengah ini terdapat satu dan dua lapisan batubara yang mempunyai ketebalan rata-rata masing 2,5m dan 0,75m.

Bagian atas formasi yang ditembus sebagian oleh lubang bor DM 11 mewakili ketebalan 25,5m sedangkan ketebalan seluruh mencapai 100 m lebih.

Formasi Kasai diendapkan secara selaras diatas Formasi Muara Enim dicirikan oleh endapan darat terdiri batulempung tufaan putih abu-abu terang mengandung sisipan pasir konglomeratan dan oksida besi. Kearah atas formasi didominasi oleh batupasir tufaan, terpilah sedang, mengandung mineral kuarsa, fragmen gelas volkanik dan feldspar.

Endapan Resen ditandai oleh endapan permukaan yang terbentuk sekarang terdiri dari endapan sungai, rawa, aluvial (lumpur, pasir lepas, kerakal dan kerikil). Satuan batuan ini menindih tidak selaras satuan batuan yang berada dibawahnya. Sebarannya disepanjang sungai, rawa-rawa dan teras-teras sungai yang tersebar di daerah penyelidikan.

Pemboran inti yang dilakukan terhadap Formasi Muara Enim sebagai pembawa batubara dan beberapa singkapannya tampak mempunyai struktur dalam sedimen khas yang dapat digunakan sebagai penentu lingkungan pengendapan. Struktur sedimen pada umum dijumpai antara lain perlapisan sejajar, silang-siur dan gelembur-gelombang pada batupasir dan batulanau serta struktur yang khas antara lain struktur lidah api (“flaser”) dan bioturbasi sedangkan pada batulempung adalah struktur lentikular. Disamping struktur yang dikemukakan diatas juga sering dijumpai fragmen batulumpur pada lantai batubara dan konkresi-konkresi siderit mengandung kalsit.

Berdasarkan data yang ditemukan baik pada singkapan maupun inti bor untuk sementara dapat disimpulkan bahwa Formasi Muara Enim di daerah penelitian diendapkan pada lingkungan laut dangkal atau suatu rawa yang sewaktu-waktu berhubungan dengan laut. Lebih lanjut dari kehadiran struktur lidah api dan lentikular ini dapat mengindikasikan bahwa ia diendapkan pada lingkungan “tidal flat” (Hantzschel, 1963, Reineck 1960 dalam Reineck and Singh, 1980).

Page 11: Btbara Jambi

Kenampakan pola struktur di daerah penyelidikan mempunyai kecenderungan berarah Baratlaut-Tenggara searah dengan pola struktur regional Sub Cekungan Jambi. Gaya tegasan utama di daerah ini adalah gaya konpresif berarah Baratdaya-Timurlaut menghasilkan pola struktur lipatan regional antiklinorium dan sinklinorium.

Salah satu antiklinorium yang berkembang di daerah penyelidikan adalah Antiklin Sungkup yang dikenal dengan Antiklin Tempino. Antiklin ini menempati sebagian besar daerah penyelidikan dengan panjang sumbu sungkupnya 22,5 km dengan sudut tunjaman sebesar 10o kearah baratlaut dan kearah tenggara sebesar 8o. Lebar antiklin ini adalah 5 km yang terukur di bagian tengahnya. Antiklin Tempino ini tersesarkan normal di bagian tengahnya. Posisi bagian tenggara relatif naik terhadap bagian baratlaut. Disamping sesar utama ini juga terdapat beberapa sesar kecil yang berjenis sesar normal. Salah satu diantaranya terdapat diujung selatan, melalui lubang bor DM 06 dan 08, dimana bagian selatan relatif turun. Gaya regangan ini diperkirakan berlangsung paska Formasi Kasai diendapkan yaitu Pleistosen Awal.

3. POTENSI ENDAPAN BATUBARA

Selama  penyelidikan ditemukan sebanyak 26 buah singkapan batubara dan 8 (delapan) lubang bor dapat mengidentifikasi 5 lapisan batubara yang terdiri 2 lapisan batubara utama menerus dan 3 (tiga) lapisan-lapisan tipis serta tidak menerus. Kelima lapisan tersebut mulai dari atas ke arah bawah secara berurutan dinamakan Lapisan A; B; C; D dan E (Gambar 2- 2).

Litologi yang khas dari sisipan di dalam seam adalah batulempung tufaan terdapat pada beberapa seam dengan jumlah berbeda serta meluas hampir ke seluruh daerah penyelidikan.

Lapisan E merupakan lapisan batubara terbawah di daerah penyelidikan. Singkapannya ditemukan pada bagian hulu dari anak Sungai Kemang dekat Desa Sukadamai lokasi ST.10. Seam ini sekaligus menjadi dasar Formasi Muara Enim yang terdapat di bagian hidung antiklin Tempino, sedangkan ke arah utara berubah menjadi batulempung hitam. Kemiringannya rata-rata 7o dengan panjang sebaran kurang lebih 2,5 km dan mempunyai ketebalan rata-rata 0,70 m. Pengamatan megaskopis terhadap batubara tampak berwarna hitam kecoklatan, agak keras dan getas serta mengotori tangan. Di bagian tengah mempunyai struktur bergaris sedangkan bagian bawah dan atas menyerpih, secara keseluruhan kusam, resin tersebar berupa nodul-nodul atau pita jumlahnya tidak kurang dari 5%. Struktur kayu masih terlihat mineral pirit terdapat mengisi rekahan, kadang kala sebagai selaput tipis.

Lapisan intra sedimen antara Lapisan D dan E terdiri dari perselingan batupasir abu-abu muda dan batulempung coklat. Tebal satuan intra sedimen ini terukur kurang lebih 17m.

Lapisan D tersingkap pada bagian hulu anak Sungai Kemang dekat Desa Sukadamai lokasi ME.04, berarah jurus N80oE/30o dan tebal 1,25 m. Pengamatan megaskopis terhadap batubara tampak berwarna hitam kecoklatan, keras dan getas serta sedikit mengotori tangan, tekstur garis atau pita dan umumnya kusam, resin tersebar dalam lapisan dengan jumlah kecil, kadang-kadang dijumpai mineral pirit mengisi rekahan sehingga tergolong mineral sekunder. Bagian bawah dan atasnya banyak menyerpih yang menunjukan kontak berangsur ke batuan pengapitnya. Penyebarannya terbatas pada hidung Selatan Antiklin Tempino. Pada singkapan terlihat beberapa

Page 12: Btbara Jambi

indikasi yang menunjukkan bahwa daerahnya dilalui oleh struktur, sementara itu dari penampang lubang bor DM.08 yang dimaksudkan untuk menembus Seam D dan E dijumpai breksiasi pada batupasir sedangkan kedua seam yang dimaksud tidak ditembus karena berada bagian yang relatif turun. Dari beberapa indikasi yang dijumpai antara perubahan arah jurus, besar kemiringan dan breksi untuk sementara disimpulkan bahwa daerah ini dilalui struktur sesar kemungkinan jenis sesar engsel.

Satuan intra sedimen antara Lapisan D dan C disusun oleh perselingan antara batupasir abu-abu kehijauan dan batulempung coklat. Ketebalan satuan ini yang ditembus oleh pemboran kurang lebih 37m sedangkan ketebalan seluruhnya diperkirakan 200m lebih yang dihitung dari penampang geologi.

Lapisan C tersingkap sebanyak 12 lokasi dan ditembus oleh lubang DM.01; 02; 03; 05; 06 dan 10, berkembang cukup baik di daerah Tempino. Lapisan batubara ini ketebalannya berkisar dari 0,58 m di lubang bor DM.02 dan 7,45m di lubang bor DM.10, rata-rata ketebalannya 1,75 m di bagian selatan dan 7 m dibagian baratlaut antiklin Tempino dan mempunyai kemiringan berkisar antara 10o dan 15o serta menempati sayap barat antiklin.

Pada sayap arat lapisan batubara berkembang cukup baik dengan penyebaran sepanjang kurang lebih 22,5 km sedangkan pada sayap timur penyebarannya terbatas hanya dibagian selatan ke arah utara berubah menjadi lempung hitam.

Satuan intra sedimen antara Lapisan C dan B disusun oleh perselingan batupasir, batulempung dan kadang-kadang dengan batulanau. Ketebalan satuan ini yang ditembus 32 m di lubang bor DM.06 dan 29,4 m di lubang bor DM.03.

Lapisan B dalam eksplorasi ini tidak pernah ditembus akan tetapi tersingkap di beberapa tempat antara lain pada beberapa anak Sungai Kemang dan Sungai Sekeluar di Desa Pelempang, ketebalan bervariasi antara 0,50 m dan 2,40 m kemiringan rata-rata 10o serta dapat ditelusuri sepanjang kurang lebih 12 km.

Satuan intra sedimen antara Lapisan A dan B terdiri dari batupasir abu-abu tua, abu-abu hijau dan putih, tingkat kompaksi rendah, berlapis tipis dengan perlapisan silang siur umum, kearah atas batupasir ini berubah menjadi batulempung tufaan.

Lapisan A tersingkap pada cabang-cabang Sungai Bunut dekat Kampung Pelita dan cabang Sungai Panerokan kecil dekat Desa Baru serta ditembus oleh lubang bor DM.11. lapisan batubara ini dapat ditelusuri sepanjang 4 km di selatan sesar utama dan 3 km di utaranya, dicirikan oleh batuan pengapit yaitu batulempung karbonan sebagai lantainya dan batulempung coklat tua sampai hitam dan batulanau coklat tua kaya akan sisa tumbuhan dan  bola-bola batubara. Lapisan batubara dicirikan oleh kehadiran dua buah lapisan pengotor yaitu batulempung dan batupasir, serta struktur kayu berlimpah yang menunjukkan tingkat karbonisasi rendah. Ketebalan lapisan baik di selatan maupun di utara sesar utama sangat bervariasi antara 2,60 m di DM.11 dan 9,5m pada beberapa singkapan dengan kemiringan rata-rata 110o.

5. KUALITAS BATUBARA

Page 13: Btbara Jambi

Analisa kimia sebanyak 19 (Sembilan belas) conto “Ply Sample” dan 2 (dua) conto “Composite Sample” batubara terdiri dari analisa proksimat, penentuan kandungan sulfur, nilai kalori dan nilai HGI dengan dasar kering udara (adb).

Evaluasi terhadap kualitas batubara Tempino dalam laporan ini diuraikan secara singkat di bawah ini :

Kandungan Air Total dalam batubara Tempino baik conto singkapan maupun inti bor seluruhnya tercatat sangat tinggi yaitu berkisar antara 44,6% dan 59,6%. Pada conto asal inti bor terlihat kandungan air bebas relatif lebih tinggi dibandingkan conto singkapan. Hal ini agaknya dipengaruhi oleh tingkat penguapan yang lebih tinggi pada conto singkapan karena lebih dekat ke permukaan sedangkan pada conto inti bor mewakili kondisi in situ.

Kandungan air tertambat baik conto singkapan maupun inti bor menunjukkan angka berkisar antara 15,1% dan 19,8% sedangkan air bebas berkisar antara 32,7% dan 50,5%.

Kandungan zat terbang berkisar antara 41,0% dan 47,8% yang tergolong tinggi dan disebut batubara “High Volatile”. Batubara dengan kandungan zat terbang tinggi berguna untuk industri gas dan memerlukan penanganan khusus.

Angka rata-rata karbon tertambat tercatat 25,0% – 35,5% untuk seam paling bawah sedangkan untuk seam paling atas berkisar antara 25,0% – 31% yang menunjukkan tingkat pengarangan rendah.

Kandungan abu setempat cukup tinggi mencapai 16,7%, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran lapisan pengotor dalam seam, sedangkan secara keseluruhan kurang dari 6%. Demikian pula kandungan belerang umumnya kurang dari 0,2% sedangkan yang cukup tinggi agaknya disebabkan oleh penetrasi mineral pirit sekunder yang terdapat mengisi retakan batubara.

Nilai panas dari seluruh conto memberikan angka rata-rata 4900 kkal/kg dan sedikit lebih tinggi pada seam terbawah.

Berdasarkan kandungan air tertambat karbon tertambat dan zat terbang batubara Tempino termasuk dalam kelas Lignit A dengan zat terbang tinggi.

6. SUMBERDAYA BATUBARA

Perhitungan sumberdaya dalam laporan ini didasarkan atas rekonstruksi data permukaan dan bawah permukaan serta evaluasi secara geologi. Dari hasil rekonstruksi kedua macam data tersebut diketahui bahwa didaerah Tempino terdapat dua lapisan batubara utama yaitu Lapisan A dan C yang mempunyai ketebalan masing-masing berkisar antara 1,50 m dan 9,50 m untuk Lapisan A dan antara 0,47 m dan 7,45 m;  untuk Lapisan C, sedangkan tiga seam lainnya yaitu Lapisan B, D dan E mempunyai penyebaran yang sempit dan ketebalan rata-rata kurang dari 1 meter.

Page 14: Btbara Jambi

Hasil perhitungan sumberdaya batubara secara kumulatif untuk setiap seam sampai kedalaman 50m adalah 67,4 juta ton.

7. PROSPEK PENGEMBANGAN BATUBARA

Endapan batubara Tempino dan sekitarnya lapisan batubara yang cukup prospek untuk dikembangkan lebih lanjut adalah Lapisan A (2,30 -9,50m) dan Lapisan C (1,15-7,45m).

Untuk mengetahui sumberdaya batubara yang lebih pasti, perlu dilakukan eksplorasi lanjutan.

 

8. KESIMPULAN DAN SARAN

Endapan batubara Tempino dan sekitarnya terdapat dalam Formasi Muara Enim, terdiri dari 2 (dua) lapisan utama yang mempunyai ketebalan masing-masing Lapisan A (2,30 -9,50m) dan Lapisan C (1,15-7,45m), serta tiga lapisan tipis yang penyebarannya terbatas kecuali Lapisan B dengan sudut kemiringan berkisar antara 6o dan 15o serta menempati sayap baratdaya dan sedikit di sayap timurlaut Antiklin Tempino.

Data dan peta yang dikumpulkan dari eksplorasi ini kiranya telah cukup memenuhi untuk melakukan evaluasi terhadap endapan batubara daerah Tempino.

Sumberdaya batubara yang dihitung sampai kedalaman 50m dan didukung oleh 8 lubang bor untuk seam utama memberikan angka 60 juta ton dan 6,6 juta ton untuk tiga seam tipis-tipis.

Hasil analisa terhadap conto batubara asal singkapan dan inti bor memberikan kualitas yang sebanding dengan batubara sejenis dalam Cekungan Sumatera Selatan seperti daerah Talang Ubi, Pendopo dan Bentayan. Nilai panas berkisar antara 4885 dan 5100 kkal/kg (adb), kandungan air total sangat tinggi yaitu 46-59% (ar) dan zat terbang 41-43% (adb), karbon tertambat 25-35,5%(adb). Kandungan abu dan belerang umumnya sangat rendah masing-masing kurang dari 1% dan 0,2%. Pengujian sifat fisik hanya diwakili oleh indek kekerasan (HGI) memberikan angka rata-rata 79 yang tergolong batubara lunak.

Dari hasil analisa sebanyak 21 conto bahwa kualitas lignit disini tidak mengecewakan dibandingkan batubara sejenis dalam Cekungan Sumatera Selatan dan sumberdaya yang cukup berarti, kiranya batubara Tempino akan mendapat peluang untuk memenuhi kebutuhan energi di kemudian hari.

 

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mangga S., dkk., 1983; Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Page 15: Btbara Jambi

De Coster G.L., 1974; The Geology of the Central Sumatera Basins, Proceeding Indonesian Petroleum Assoc., 4th Annual Conventionn.

Geoservice Report No.10.151, 1980; Recent Development in Indonesia Coal Geology, (Unpublished).

Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedimenter endapan batubara Tersier Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI.

Reineck, H.E., and Sigh. I.B, 1980; Depositional Sedimentary Environments, Springer-Verlag, Berlin.

Shell Mijnbouw, 1978; Geological Map of the South Sumatera Coal Province, Scale 1:250.000.

Simandjuntak T.O., dkk., 1981; Peta Geologi Lembar Muara Bungo, Sumatera, skala1:250.000, Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung.

subscribe 20928247 http://atyonjf4302 loggedout-follow 244d369ca2 /category/batuba