Brucea javanica

1
Brucea javanica [L.] Merr. dikenal di Indonesia dengan nama buah makasar (Wagih et al, 2008). Beberapa daerah mengenal tanaman buah makasar ini dengan sebutan yang berbeda, yaitu ki padesa (Sunda), kwalot (Jawa), tambara marica (Makasar), dan tambara sipago (Sumatra) (Dewi, 2007). Tanaman ini mempunyai sinonim dengan Brucea amarissima dan Brucea summatrana yang tergolong dalam family Simaroebaceae. Tanaman ini berasal dari Ethiopia dan menyebar melalui Sri Langka menuju India, selanjutnya menuju Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, Malaysia, sampai ke Australia Utara (Ismadi, 2004). Penyebaran tanaman buah makasar ini masih tergolong jarang di Indonesia. Tanaman ini banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Madura. Tanaman buah makasar (Gambar 1) merupakan perdu tegak dengan tinggi sekitar 1-2.5 m. Daunnya tersusun spiral, berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan jumlah anak daun 5-13 helai. Anak daun meruncing dengan lebar sekitar 1.5-5 cm, tepinya bergerigi dan bagian pangkalnya membulat. Batang tanaman ini memiliki ciri-ciri berkayu, bulat, dan berbintik-bintik, rantingnya berbulu halus. Buahnya berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 8 mm, berwarna hijau dan jika sudah masak berwarna hitam, sedangkan bunganya bermahkota 5 dan berwarna hijau ungu (Dewi, 2007). Tanaman perdu ini tumbuh liar di hutan dan kadang-kadang ditanam sebagai tanaman pagar, dapat ditemukan dalam hutan jati, belukar, hutan sekunder, maupun tepi sungai. Tanaman buah makasar ini tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2000). Senyawa-senyawa penting yang terkandung dalam tanaman ini antara lain saponin, tanin (Syamsuhidayat & Hutapea, 1993), flavonoid (Sari, 2010), minyak atsiri, lemak bruseal, brusealin, zat pahit, alkaloid, glikosida, fenol, brusatol, brusein, minyak lemak, asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan asam palmitat (Dalimarta, 1999). Seluruh bagian tanaman ini memiliki rasa yang pahit terutama pada bagian bijinya. Tanaman yang memiliki rasa pahit tersebut biasa digunakan oleh masyarakat untuk bahan obat. Secara tradisional, tanaman ini khususnya bagian buahnya telah digunakan di Cina dan Indonesia untuk pengobatan malaria, disentri, kanker dan penyakit parasitik. Senyawa brucein yang ditemukan dalam ekstrak buah makasar ini dapat menghambat pertumbuhan kultur Plasmodium fasciperum K1 secara in vitro. Senyawa kimia lainnya yang terkandung dalam ekstrak buah makasar ini juga berkhasiat untuk melawan leukimia limfotik, sel tumor, dan kanker (Daniel, 2005).

description

bruceae javanicus

Transcript of Brucea javanica

Page 1: Brucea javanica

Brucea javanica [L.] Merr. dikenal di Indonesia dengan nama buah makasar (Wagih et al, 2008). Beberapa daerah mengenal tanaman buah makasar ini dengan sebutan yang berbeda, yaitu ki padesa (Sunda), kwalot (Jawa), tambara marica (Makasar), dan tambara sipago (Sumatra) (Dewi, 2007). Tanaman ini mempunyai sinonim dengan Brucea amarissima dan Brucea summatrana yang tergolong dalam family Simaroebaceae. Tanaman ini berasal dari Ethiopia dan menyebar melalui Sri Langka menuju India, selanjutnya menuju Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, Malaysia, sampai ke Australia Utara (Ismadi, 2004). Penyebaran tanaman buah makasar ini masih tergolong jarang di Indonesia. Tanaman ini banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Madura. Tanaman buah makasar (Gambar 1) merupakan perdu tegak dengan tinggi sekitar 1-2.5 m. Daunnya tersusun spiral, berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan jumlah anak daun 5-13 helai. Anak daun meruncing dengan lebar sekitar 1.5-5 cm, tepinya bergerigi dan bagian pangkalnya membulat. Batang tanaman ini memiliki ciri-ciri berkayu, bulat, dan berbintik-bintik, rantingnya berbulu halus. Buahnya berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 8 mm, berwarna hijau dan jika sudah masak berwarna hitam, sedangkan bunganya bermahkota 5 dan berwarna hijau ungu (Dewi, 2007). Tanaman perdu ini tumbuh liar di hutan dan kadang-kadang ditanam sebagai tanaman pagar, dapat ditemukan dalam hutan jati, belukar, hutan sekunder, maupun tepi sungai. Tanaman buah makasar ini tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2000). Senyawa-senyawa penting yang terkandung dalam tanaman ini antara lain saponin, tanin (Syamsuhidayat & Hutapea, 1993), flavonoid (Sari, 2010), minyak atsiri, lemak bruseal, brusealin, zat pahit, alkaloid, glikosida, fenol, brusatol, brusein, minyak lemak, asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan asam palmitat (Dalimarta, 1999). Seluruh bagian tanaman ini memiliki rasa yang pahit terutama pada bagian bijinya. Tanaman yang memiliki rasa pahit tersebut biasa digunakan oleh masyarakat untuk bahan obat. Secara tradisional, tanaman ini khususnya bagian buahnya telah digunakan di Cina dan Indonesia untuk pengobatan malaria, disentri, kanker dan penyakit parasitik. Senyawa brucein yang ditemukan dalam ekstrak buah makasar ini dapat menghambat pertumbuhan kultur Plasmodium fasciperum K1 secara in vitro. Senyawa kimia lainnya yang terkandung dalam ekstrak buah makasar ini juga berkhasiat untuk melawan leukimia limfotik, sel tumor, dan kanker (Daniel, 2005).