bronkopneumonia(1)
-
Upload
muhammad-muamin -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of bronkopneumonia(1)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Respirasi adalah blok XI pada semester 4 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan
kasus mengenai Pneumonia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario kasus mengenai
Pneumonia..
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
TUTORIAL SKENARIO C
Tutor : dr. Kemas Yakub Rahardiyanto Sp.pK, M.Kes
Moderator : Fabyenne Fasilleva
Sekretaris meja : Ridwan Permana
Sekretaris papan : M. Aulia Rahman
Waktu : Senin dan Rabu, 1 April 2013 & 3 April 2013
Rule tutorial : 1. Alat komunikasi di silentkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum menyampaikan pendapat.
2.2 Skenario
Neli perempuan, berumur 2 tahun datang ke klinik dokter keluarga karena mengalami
sesak nafas sejak dua hari yang lalu dan hari ini bertambah sesak. Enam hari yang lalu penderita
pilek, panas tinggi dan batuk berdahak yang kadang di sertai muntah. Sebelumnya neli diberikan
ibunya obat dari warung namun belum ada perubahan. Sejak sakit, Neli sukar makan dan minum
Pemeriksaan fisik
BB saat ini = 10 kg (BB sebelum sakit 11kg), TB= 80 cm
Tanda vital : TD80/50 mmHg, HR : 140x/menit, regular, RR : 64x/menit T: 39,
Keadaan spesifik :
Kepala : konjyngtiva tidak anemis, scelera tidak ikterik
Sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks :
Inspeksi : retraksi intercostals, ssubcostaal dan suprasternal
Palpasi : stem fermitus kanan dan kiri meningkat
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 2
Perkusi : redup pada basil kedua paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler meningkat, ronkhi basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru.
Abdomen : bising usus normal
Ekstrimitas : tidak ada kelainan
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,2 g/dl, leukosit : 21.000/mm3, hitung jenis : 2/2/8/61/24/3, LED : 14mm/jam
2.3 Data Seven Jump
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Sianosis: Diskolarasi kebiruan pada kulit dan membrane mukosa akibat konsentrasi
Hb ke reduksi yang berlebihan dalam darah
2. Panas tinggi: peningkatan temperature tubuh diatas 37.5 C
3. Pilek: Penyakit menular pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
4. Sesak nafas: Peningkatan respiration rate yang melebihi normal atau di atas 24x/menit
5. Batuk Infeksi saluran pernapasan yang dapat juga disertai dengan pengeluaran
dahak (sputum) dan dengan suara yang nyaring.
6. Ikterik: Menjadi kuningnya warna kulit, selaput lender dan berbagai jaringan
tubuh oleh zat warna empedu
7. Retraksi: keadaan tertarik kembali
8. Ronki basah: bising karena adanya cairan dalam saluran nafas
9. Pekak: Suara yang tidak dapat menyaring
10. Muntah Peneluaran isi lambung yang di awali dengan mual terlebih dahulu.
11. Vesikuler Bunyi pernapasan normal
2.3.2 Identifikasi masalah
1. Neli perempuan, berumur 2 tahun datang ke klinik dokter keluarga karena mengalami
sesak nafas sejak dua hari yang lalu dan hari ini bertambah sesak
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 3
2. Enam hari yang lalu penderita pilek, panas tinggi dan batuk berdahak yang kadang di
sertai muntah
3. Sebelumnya neli diberikan ibunya obat dari warung namun belum ada perubahan. Sejak
sakit, Neli sukar makan dan minum
4. Pemeriksaan fisik
BB saat ini = 10 kg (BB sebelum sakit 11kg), TB= 80 cm
Tanda vital : TD80/50 mmHg, HR : 140x/menit, regular, RR : 64x/menit T: 39,
5. Keadaan spesifik :
Kepala : konjyngtiva tidak anemis, scelera tidak ikterik
Sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks :
Inspeksi : retraksi intercostals, ssubcostaal dan suprasternal
Palpasi : stem fermitus kanan dan kiri meningkat
Perkusi : redup pada basil kedua paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler meningkat, ronkhi basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru.
Abdomen : bising usus normal
Ekstrimitas : tidak ada kelainan
6. Pemeriksaan Laboraturium:
Hb : 11,2 g/dl, leukosit : 21.000/mm3, hitung jenis : 2/2/8/61/24/3, LED : 14mm/jam
2.3.4 Analisis Masalah
1. Neli perempuan, berumur 2 tahun datang ke klinik dokter keluarga karena mengalami sesak nafas sejak dua hari yang lalu dan hari ini bertambah sesak.a. Apa saja klasifikasi dari sesak nafas ?
Jawab :1. klasifikasi sesak nafas menurut NYHA:
a. Deefort dyspnue adalah sesak nafas timbul saat kerja dan segera hilang
waktu istirahat
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 4
b. Ortopnue adalah sesak nafas timbul saat berbaring, tapi dalam keadaan
duduk atau berdiri segera hilang
c. Dypsnue deeropost adalah sesak nafas timbul saat duduk istirahat
d. Paroksimal noktural dyspnue (PND) adalah sesak nafas timbul pada saat
malam hari, pada waktu tidur
e. Asma cardial adalah sesak nafas timbul akibat adanya gagal jantung kiri,
sehingga terjadi pembendungan pada paru mengakibatkan oedem paru dan
kongestif kapiler serta transudasi cairan ke dalam alveoli.
b. Apa etiologi sesak nafas pada kasus?Jawab :
↑ kadar CO2 dalam darah
- allergen (serbuk, dll)
- inhalasi debu, asap, bahan kimia
- obat-obatan
- penyakit saluran nafas , ex asma
- penyakit parenkimal (pneumonia, gagal jantung kongestif dll)
- emboli paru
c. Bagaimana anatomi & fisiologi dari pernapasan?Jawab :
ANATOMI
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 5
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx
trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga)
hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
b. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
c. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan
dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebrata servikals
dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang
rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari
larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20
lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain
itu juga membuat beberapa jaringan otot.
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping
ke arah tampuk paru. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang
utama lewat di bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 6
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris
dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali
percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh
dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
g. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh
pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
FISIOLOGI PARU
Paru merupakan organ respirasi yang berfungsi menyediakan O2 dan
mengeluarkan CO2. Selain itu paru juga membantu fungsi nonrespirasi, yaitu:
1. Pembuangan air dan eliminasi panas
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 7
2. Membantu venus return
3. Keseimbangan asam basa
4. Vokalisasi
5. Penghidu
Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:
1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intraseluler,
menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka membentuk energi dari
nutrien
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibatkan pertukaran O2
dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh. Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme ventilasi
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui mekanisme difusi
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses difusi
melintasi kapiler sistemik
Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh sistem sirkulasi
Ventilasi paru
Gerakan nafas dengan 2 cara:
1. Turun-naik diafragma yang merubah diameter superoinferior rongga toraks
a. inspirasi: kontraksi diafragma
b. ekspirasi: relaksasi diafragma
2. Depresi-elevasi iga, merubah diameter anteroposterior rongga toraks
a. inspirasi: elevasi iga
b. ekspirasi: depresi iga
Difusi paru
Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas pada membran respirasi:
a. Tebal membrane
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 8
b. Luas permukaan membrane
c. Koefisien difusi gas
d. Perbedaan tekanan pada kedua sisi membran
Pada radang jaringan paru dapat terjadi penurunan kapasitas difusi paru karena
penebalan membran alveoli dan berkurangnya jumlah jaringan paru yang dapat
berfungsi pada proses difusi gas
Transportasi gas
1. Transpor O2 dalam darah. 97% O2 ditranspor dalam bentuk HbO2, 3% terlarut
dalam cairan plasma dan sel. Rata-rata Hb dalam 100 ml darah dapat berikatan
dengan 20 ml O2. 5 ml O2 dilepaskan ke jaringan oleh 100 ml darah.
2. CO2 ditranspor dalam bentuk terlarut dalam darah 7 %, ion bikarbonat 70%,
gabungan CO2, Hb, dan protein plasma 20 %.
Sirkulasi paru terdiri dari sirkulasi pulmoner dan sirkulasi bronkial.
1. Sirkulasi bronkial :
a. nutrisi pada paru dan saluran napas
b. tekanan pembuluh darah sistemik
c. cenderung terjadi perdarahan lebih hebat
2. Sirkulasi pulmonar
a. mengatur pertukaran gas
b. tekanan rendah
Fungsi paru
1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer
kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
2. menyaring bahan beracun dari sirkulasi
3. reservoir darah
4. fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 9
Fisiologi sistem pertahanan paru :
1. Non-imun
a. Selaput mukosa mengeluarkan mikroba melalui elevator mukosilia
b. Fagositosis oleh makrofag alveolus, dan dapat bermigrasi ke elevator mukosilia
setelah mengikat mikroba.
c. Fagositosis oleh nitrofil
d. Complemen serum masuk dan hasilkan opsonin C3b
e. Respon imun untuk mikroba yang telah mencapai kelenjar getah bening.
2. Imun
a. IgA akan menghambat perlekatan mikroba ke sel epitel
b. IgM, IgG akan mengaktifkan complemen sebagai opsonin
c. Akumulasi sel T imun pada daerah infeksi
HISTOLOGI
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari
rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 10
saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat
silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat
dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel
sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.
Rongga hidung
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 11
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar
nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum
merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum
nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior,
media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior
ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius
yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel
penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang
melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan
memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk
piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan
sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron
untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga
hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
epitel olfaktori, khas pada konka superior
Sinus paranasalis
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 12
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,
semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi
oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit
serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang
menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum
mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina
propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai
katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi
fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki
permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh
epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi
bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa
dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang
terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita
suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin)
dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 13
epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal
berupa epitel respiratori
Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada
lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana
ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh
sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia
untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk
menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan
hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan
berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi
berlebihan.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 14
epitel trakea dipotong memanjang
epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c-shaped")
Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina
propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos.
Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian
bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan
dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-
pulau tulang rawan hialin.
Bronkiolus
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina
propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 15
sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah
epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana
sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus
terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu
sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang
bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi
sebagai kemoreseptor.
epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur
pada lamina propria
Bronkiolus respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus
terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian
bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada
tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke
distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak
dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus
respiratorius.
Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara
alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus
alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 16
sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan
kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus
alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus
alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi,
berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya
pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa
alveolar yang tipis.
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris dan alveoli
Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus
yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler,
fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus
tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar
dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung
banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan
oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus
tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan
dari jaringan ke ruang udara.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 17
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat
melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal,
berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1.
Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan
surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru. Septum interalveolar
mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang bersebelahan, fungsinya
untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi
kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.
Sawar darah udara dibentuk dari lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus,
lamina basalis, dan sitoplasma sel endothel.
d. Bagaimanan patofisiologi sesak nafas?Jawab :
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 18
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 19
Infeksi parenkim paru → pengeluaran mediator inflamasi oleh sel-sel proinflamasi →
histamin, prostaglandin → ↑ permeabilitas kapiler paru → perpindahan eksudat
plasma ke insterstisial paru → edema aveoli → gangguan difusi → sesak napas
e. Bagaimanan kaitan jenis kelamin & umur pada sesak nafas?Jawab :
Hasil SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 1997 menyebutkan bahwa
prevalensi pneumonia menurut jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki
9,4%, sedangkan pada anak perempuan 8,5%.
Hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia paling tinggi
terjadi pada anak usia 1-4 tahun yaitu 33,76% dan prevalensi pada anak usia < 1 tahun
yaitu sebesar 31%.
f. Bagaimana pertolongan pertama pada pasien sesak nafas?Jawab :
1. Segeralah mencari tempat senyaman mungkin jika anak Anda sesak nafas. Bila
perlu bawalah si kecil ke tempat tidur atau di ruangan manapun. Yang penting ruangan
tersebut dapat membuat anak Anda beristirahat dengan tenang. Karena dengan suasana
yang nyaman, hal ini dapat segera mengembalikan kondisi si kecil.
2. Jika Anda sudah mendapatkan tempat yang nyaman, maka segera posisikan anak
Anda dengan keadaan duduk atau setengah duduk. Bila perlu sandarkan anak Anda ke
bantal. Namun jangan pernah memposisikan anak Anda yang sesak nafas dengan
posisi tidur. Karena hal ini justru akan menyumbat saluran pernafasannya dan
membuat keadaan asma menjadi semakin parah.
3. Yang terpenting Mengatasi jika anak sesak napas adalah jangan pernah merasa
panik, ketika anak Anda mengalami sesak napas. Bila perlu ajaklah anak Anda
berbicara untuk menenangkannya. Atau bisa juga dengan memberinya air minum
hangat untuk menenangkannya. Sehingga ia menjadi terhibur dan segera pulih.
4. Longgarkan pakaiannya. Supaya ia tidak merasa sesak. Kemudian pijitlah daerah
syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki. Atau lebih tepatnya di antara
jempol dan jari telunjuk kaki. Namun cara memijitnya harus dengan pelan-pelan. Bila
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 20
perlu, berikan bronkhodilator seperti salbutamol untuk meringankan sesaknya. Namun
jika hal ini tidak membuat kondisi bayi anda menjadi lebih baik, maka segeralah bawa
ke dokter untuk mendapatkan pertolongan yang lebih baik.
Jika anak Anda asma, belilah obat semacam pereda hirupan atau nebuliza. Apabila
pertolongan pertama sudah dilakukan seperti di atas namun tidak ada kemajuan atau
sering kambuh lagi, pergilah ke dokter untuk berkonsultasi.
Airway(Membersihkan Jalan nafas)
-Finger Sweep(Sapuan Jari)
-Abdominal Trust(Gentakan abdomen)
-Chest Trust(Pijatan dada)
-Back Blow(Tepukan pada punggung)
Breathing(Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan pernafasan
buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida)
-Memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut atau mulut ke hidung
-Menggunakan ambu bag(self inflating bag)
-Menggunakan ventilator mekanik
Circulation(Mengembalikan fungsi sirkulasi darah)
-Eksternal chest compression
-Menekan sternum kebawah,agar menekan jantung dan jantung memompa sirkulasi
darah
g. Bagaimana makna sesak nafas sejak 2 hari yang lalu dan bertambah sesak hari ini?Jawab :
Sesak yang bertambah hari ini sejak 2 hari yang lalu menandakan bahwa perjalan
penyakit Neli termasuk akut karena waktunya kurang dari 2 minggu dan
menimbulkan gejala yang harus diberikan tatalaksana.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 21
Keluhan 6 hari yang lalu merupakan gejala awal yang akan memperberat sesak nafas
yang dialami.Dimana terjadi infeksi oleh mikroorganisme,melalui droplet→masuk ke
traktus respiratorius → respon imun selular di mukosa hidung, faring &
laring→pengeluaran mucus dan gerakan ekskalator mukosiliar→reflek batuk dan pilek
Mikroorganisme juga mencapai parenkim paru→obstruksi parenkim paru→terjadi
infiltrasi makrofag,leukosit,fibrin pada alveolus dan juga terdapat eksudat→area
membran inspirasi berkurang,jaringan paru menjadi padat dan mengandung udara yg
minimal→gangguan respirasi→sesak nafas
h. Bagaimana sesak nafas apabila tidak ditangani dengan tepat?Jawab :
Bisa mengganggu aktivitas dan menguras energy
Bisa gagal nafas ( respiratory failure)
2. Enam hari yang lalu penderita pilek, panas tinggi dan batuk berdahak yang kadang
di sertai muntah.
a. Apa saja etiologi dari pilek batuk berdahak yang disertai dengan muntah
disertai dengan mekanismenya?
Jawab :
Panas tinggi
penyebab :
- infeksi mikroorganisme
- non infeksi (autoimun, neoplasma, obat-obatan dll)
mekanisme : Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) → respon imun
seluler → fagositosis makrofag → pelpasan sitokin (IL-1, IL-6 dan TNF) →
menginduksi pembentukan PGE2 → ↑termostat di hypothalamus → demam
Batuk
batuk merupakan respon fisiologis sebagai upaya pertahanan dan mengeluarkan
benda asing
penyebab :
- infeksi saluran pernafasan atas
- rangsangan; misal debu di reseptor batuk (hidung, sal pernafasan dan telinga)
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 22
- iritan (asap rokok, gas polutan)
Mekanisme :
Mekanisme batuk terdiri dari tiga fase yaitu:
1) fase inspirasi :
inhalasi udara secara cepat dan dalam jumlah besar, pada saat ini glotis secara
reflex sudah terbuka.
Pemasukan volume udara yang besar bermanfaat untuk memperkuat fase
ekspirasi, yang nantinya akan menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan kuat.
Selain itu volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga pengeluaran secret lebih mudah.
2) Fase kompresi :
Glotis tertutup selama 0,2 detik , pada fase ini tekanan paru dan abdomen
meningkat sampai 50-100 mm Hg
3) Fase ekspirasi :
Glotis terbuka → udara keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas serta
udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk.
Pilek
penyebab :
- Alergi (terhadap benda asing)
- Infeksi
- Non infeksi dan non alergi
Mekanisme : Infeksi → proses kompensasi → stimulasi kolenergik →
pengeluaran secret → pilek
virus/allergen
saluran pernapasan
makrofag (APC)
sel Th
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 23
Interleukin 1
Interleukin IIDemam
Sel Plasma IGE
Diikat oleh mastosit dan basofil
Histamine
Vasodilatasi penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas
Peningkatan sekresi mucus
Pilek/flu
b. Bagaimana klasifikasi dari pilek, batuk, dan muntah?
Jawab :
Jenis-jenis batuk:
Berdasarkan produktivitas, batuk terdiri atas:
1. Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum)
2. Batuk tidak produktif : Batuk jenis ini tidak menghasilkan sputum sehingga disebut
juga batuk kering.
Pola demam
Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah
mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial
dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali,
walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi
petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 2.)
Tabel 2. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
Pola demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 24
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi
derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan
respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan
suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24
jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe
demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik
untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya
bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 25
Gambar 2. Demam remiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi
hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis
demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Gambar 3. Demam intermiten
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme
demam yang terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam
(siklus 12 jam)
Gambar 4. Demam quotidian
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap
tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 26
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama
demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk
infeksi saluran nafas atas.
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular
pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus
urinarius) atau sistem organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang
berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis
merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk
leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-
bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan
demam Lassa).
Relapsing fever dan demam periodik:
o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval
regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari,
beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat
adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3,
kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.
Gambar 5. Pola demam malaria
o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh
kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 27
Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-
tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan
durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-
borne fever dan 39,5oC pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia,
sakit kepala, nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode
demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam
(6 – 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini
disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh
antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien syphillis.
Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis, Lyme disease, dan
brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue sampai reaksi
anafilaktik full-blown.
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan
Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 – 10 minggu sebelum
awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada
1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya
sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada,
sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang
berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa.
Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan
atau berhubungan dengan anemia hemolitik.
Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 28
c. Apa hubungan keluhan sejak 6 hari yang lalu terhadap keluhan utama?
Jawab :
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 29
3. Sebelumnya Neli diberi ibunya obat dari warung namun belum ada perubahan.
sejak sakit, Neli sukar makan dan minum.
a. Apa saja kemungkinan obat yang diberikan oleh ibu neli?
Jawab :
Dalam kasus ini (6 hari sebelumnya) Neli mengalami pilek, demam dan batuk berdahak
disertai muntah, jadi kemungkinan obat yang diberikan oleh ibunya antara lain
antipiretik, antibiotik dan ekspektoran.
b. Apakah hubungan keluhan terhadap neli sukar makan dan minum?
Jawab :
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 30
c. Bagaimana gizi yang normal untuk anak berumur 2 tahun?
Jawab :
4. Identifikasi Masalah 4
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan fisik?
Jawab :
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Intrepretasi
BB = 10 kg, TB = 80 cm BB=9,4 Kg TB = 79,4 cm Normal
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 31
TD = 80/50 mmHg Normal
HR = 140x/ menit Normal
RR 64 x/menit 20-30 Meningkat
T = 39o C 36,5-37,5 C Peningkatan
BB dan TB rata-rata anak laki prasekolah di Indonesia:
Umur BB(kg) TB(cm)
1 tahun 8,1 71,3
2 tahun 9,6 79,4
3 tahun 11,4 86,4
4 tahun 13 93,5
5 tahun 14,4 101,9
6 tahun 15,8 108
Frekuensi pernafasan normal (per menit)
Umur Rentangan Rata-rata waktu
tidur
Waktu lahir
1 bulan – 1 tahun
1 tahun – 2 tahun
3 tahun – 5 tahun
5 tahun – 9 tahun
10 tahun – dewasa
30 – 60
30 – 60
25 – 50
20 – 30
15 – 30
15 – 30
35
30
25
22
18
15
Mikroorganisme→ obstruksi parenkim paru→area membran inspirasi berkurang ,
jaringan paru menjadi padat dan mengandung udara yg minimal → PaO2↓;PaCO2↑→
merangsang kemoreseptor perifer ( glomus caroticum dan glomus aorticum) → impuls
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 32
jaras aferen ke medulla oblongata dan pons→impuls jaras eferen ke organ
efektor→peningkatan frekuensi pernafasan
5. Identifikasi Masalah 5
a. Bagaimana interpretasi & mekanisme dari pemeriksaan spesifik?
Jawab :
Interpretasi
Hasil pemeriksaan Keadaan normal Interpretasi
Sianosis sirkum oral (+) Negatif Abnormal
Napas cuping hidung (+) Negatif Abnomal
Retraksi intercostal, subcostal,
dan suprasternal
Negatif Abnormal
(ada penggunaan otot
bantu napas / tambahan)
Stem fremitus kanan dan kiri
meningkat
Tidak meningkat Abnormal
(ada konsolidasi)
Redup pada basal kedua paru Sonor Abnormal
(ada konsolidasi)
Suara napas vesikuler meningkat
dan ronkhi basah halus nyaring
pada kedua lapangan paru
Suara vesikuler normal
dan tidak ada bunyi
tambahan
Abnormal
(ada konsolidasi +
cairan)
Mekanisme
Sianosis sirkum oral (+)
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida terganggu → saturisasi oksigen
menurun → sianosis sirkum oral (+).
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 33
Napas cuping hidung (+)
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida terganggu → peningkatan
usaha bernapas → napas cuping hidung.
Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida terganggu → peningkatan
usaha bernapas → penggunaan otot pernapasan tambahan → retraksi intercostals,
subcostal dan suprasternal.
Stem fremitus kanan dan kiri meningkat
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru → stem fremitus kanan dan kiri meningkat.
Redup pada basal kedua paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru bagian basal → redup pada basal kedua paru.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 34
Suara napas vesikuler meningkat
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru (bercak-bercak) → suara napas vesikuler meningkat.
Ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) → mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena
pengobatan yang kurang tepat dan imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila
makrofag tidak mampu mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
→ aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus
→ konsolidasi paru + eksudat → ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru.
b. Apa saja kemungkinan penyakit dari keadaan spesifik?
Jawab :
Pneumonia, bronkopneumonia, Bronkitis Kronis, Astma Bronkial.
6. Identifikasi Masalah 6
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab :
Hasil Pmeriksaan Nilai Normal Intepretasi
Hb = 11,2 g/dl Laki-laki = 13,5 – 18 gr
%
Perempuan = 12 – 16 gr
%
Normal
Leukosit = 21.000/mm3 9000 – 12.000 mm3 Terjadi peningkatan
(infeksi bakteri)
Hitung jenis
2
2
Nilai normal
0-1
2-4
Terjadi penigkatan
neutrofil batang
menandakan infeksi
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 35
8
61
24
3
3-5
50-70
20-40
2-10
akut.
LED = 14 mm/jam Westergreen:
Laki-laki = 0 – 10
mm/jam
Perempuan = 0 – 20
mm/jam
Terjadi peningkatan
7. Bagaimana cara mendiagnosis?
Jawab :
Anamnesis
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah
dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40°C
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 36
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan
dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
i. Riwayat persalinan: Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia
adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm
j. Konsumsi ASI: Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas
bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Penampakan umum apakah terlihat sakit atau tidak. Terlihat retraksi, dan
pernapasan cepat, serta adanya pernapasan cuping hidung.
b. Penghitungan tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status gizi anak.
c. Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, denyut jantung, frekuensi napas,
dan temperature.
d. Inspeksi apakah ada sianosis atau tidak.
e. Perkusi pada dinding dada, apakah ada perubahan suara atau tidak.
f. Auskultasi dada, apakah ada suara yang abnormal pada pernapasan.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 37
c. Data tambahan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit normal atau sedikit meningkat pada pneumonia virus dan pneumonia
mikoplasma.
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN
pada pneumonia bakteri. Leukositosis hebat (>30.000) hampir selalu
menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada bakteremi, risiko
tinggi untuk terjadi komplikasi.
Terkadang ditemukan eusinofilia pada infeksi Chlamydia pneumonia.
Terkadang terdapat anemia ringan dan LED meningkat.
Namun, secara umum pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak
dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah dengan foto rontgen thoraks.
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperareasi.
Infiltar alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Kosolidasi dapat menegnai 1 lobus (Pneumonia lobaris), atau terlihat
sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas
yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai
round pneumonia.
Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Lesi pneumonia pada anak banyak terbanyak berada di paru kanan, terutama
di lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri, dan terbanyak di lobus bawah,
maka hal ini merupakan prediktor perjalan penyakit yang lebih berat dengan
risiko pleuritis meningkat.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 38
CXR dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi pneumonia.
Pneumonia virus kecenderungan terlihat penebalan peribronkhial, infiltrat
interstisial merata, dan hiperinflasi. Sedangkan pada infeksi bakteri terlihat
infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan
air bronchogram.
CXR pada pneumonia mikoplasma sangat bervariasi. Beberapa kasus
gambarannya mirip dengan CXR infeksi virus. Selain itu, terdapat
bronkopneumonia terutama di lobus bawah, infiltrat interstisial
retikluonodular bilateral.
c. Serologis.
Uji ini mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah pada infeksi bakteri
tipik, kecuali pada infeksi Streptococcus group A yang dapat dikonfirmasi
dengan peningkatan titer antibodi, seperti antistreptolisin O.
Namun, untuk mendeteksi infeksi bakteri atipik. Peningkatan IgG dapat
mengkonfirmasi diagnosis.
d. Sputum culture
8. Bagaimana DD?
Jawab :
GejalaBronkopne
umoniaBronchiolitis akut Asma Bronchitis akut Kasus
Batuk + + + + +
Sulit
bernapas+ + + + +
Demam + -/ subfebris - +/sedikit meningkat +
Retraksi + + + - +
Dullness + - (hipersonor) - - +
cyanosis + + - - +
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 39
Flu + - - + +
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus ini?
Jawab :
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit normal atau sedikit meningkat pada pneumonia virus dan pneumonia
mikoplasma.
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN
pada pneumonia bakteri. Leukositosis hebat (>30.000) hampir selalu
menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada bakteremi, risiko
tinggi untuk terjadi komplikasi.
Terkadang ditemukan eusinofilia pada infeksi Chlamydia pneumonia.
Terkadang terdapat anemia ringan dan LED meningkat.
Namun, secara umum pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak
dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah dengan foto rontgen thoraks.
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperareasi.
Infiltar alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Kosolidasi dapat menegnai 1 lobus (Pneumonia lobaris), atau terlihat
sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas
yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai
round pneumonia.
Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Lesi pneumonia pada anak banyak terbanyak berada di paru kanan, terutama
di lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri, dan terbanyak di lobus bawah,
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 40
maka hal ini merupakan prediktor perjalan penyakit yang lebih berat dengan
risiko pleuritis meningkat.
CXR dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi pneumonia.
Pneumonia virus kecenderungan terlihat penebalan peribronkhial, infiltrat
interstisial merata, dan hiperinflasi. Sedangkan pada infeksi bakteri terlihat
infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan
air bronchogram.
CXR pada pneumonia mikoplasma sangat bervariasi. Beberapa kasus
gambarannya mirip dengan CXR infeksi virus. Selain itu, terdapat
bronkopneumonia terutama di lobus bawah, infiltrat interstisial
retikluonodular bilateral.
Serologis.
Uji ini mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah pada infeksi bakteri
tipik, kecuali pada infeksi Streptococcus group A yang dapat dikonfirmasi
dengan peningkatan titer antibodi, seperti antistreptolisin O.
Namun, untuk mendeteksi infeksi bakteri atipik. Peningkatan IgG dapat
mengkonfirmasi diagnosis.
Sputum culture
10. Apa Working Diagnosis pada kasus ini?
Jawab :
Brokopneumonia
11. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?
Jawab :
EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
12. Bagaimana etiologi pada kasus ini?
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 41
Jawab :
DEFENISI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus /
bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
Faktor Infeksi
1. Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
2. Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
3. Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
4. Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. Trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Bronkopneumonia hidrokarbon : Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan
bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid : Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang
mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 42
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada
anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak
yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi
bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .
Faktor risiko:
1) Daya tahan tubuh yang terganggu
2) Malnutrisi
3) Penyakit menahun
4) Faktor iatrogen seperti trauma pada paru
5) Anesthesia
6) Aspirasi
KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis :
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae
Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,Adenovirus
Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
Corpus alienum
Aspirasi
Pneumonia hipostatik
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 43
13. Apa saja manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus ini?
Jawab :
14. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?
Jawab :
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 44
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 45
15. Bagaimana Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus ini?
Jawab :
Tanda dan gejala Klasifikasi Tatalaksana
-Sianosis sentral-Severe respiratory distress-Tidak sanggup minum
Pneumonia sangat berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Chest Indawing Pneumonia berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Nafas Cepat>40x/menit (anak usia 1-5 tahun)Pada auskultasi terdapat crackles
Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Berikan antibiotik-Follow up 2 hari
-Hanya batuk-Tidak terdapat tanda pneumonia
Bukan Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Follow up 5 hari
1. Kausatif : antibiotic berdasarkan hasil biakan/etiologi
Ampicillin 50 mg/ kg BB i.m. setiap 6 jam dan gentamycin 7,5 mg/ kgBB i.m. 1x
sehari selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri amoxicillin oral 15 mg/ kgBB
3xsehari dan gentamycin i.m. 1xsehari selama 5 hari
Alt.ernatif : chloramphenicol 25mg/kgBB i.m. atau i.v. setiap 8 jam sampai
membaik. Kemudian lanjutkan secara oral 4xsehari selama 10 hari. Atau gunakan
ceftriaxone 80mg/kgBB i.m. atau i.v. 1xsehari
Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, berikan gentamycin 7,5mg/kgBB i.m.
1xsehari dan cloxacillin 50mg/kgBB i.m atau i.v. setiap 6 jam untuk
staphylococcal pneumonia. Jika anak membaik, lanjutkan dengan cloxacillin atau
dicloxacillin secara oral 4xsehari selama 3 minggu
2. Simptomatik :
Paracetamol untuk mengatasi demam yang tinggi
Oksigen untuk mengatasi sesak nafas, retraksi, takipnea
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 46
3. Suportif :
Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan
IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Hati-hati jangan
sampai overhidrasi.
Jika sesak nafas tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip, tetapi jika anak sudah dapat
minum per oral maka jangan menggunakan selang nasogastrik karena risiko tinggi
terjadi aspirasi pneumonia.
Jika sekresi lendir berlebihan, dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Monitoring :
Anak harus diawasi oleh perawat minimal 3 jam sekali dan oleh dokter minimal 2
kali sehari.
Jika tidak terjadi komplikasi, dalam waktu 2 hari, maka ini merupakan tanda
perbaikan ( nafas tidak terlalu cepat, indarwing pada bagian bawah dinding dada
berkurang, demam turun, kemampuan untuk makan dan minum membaik)
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi dan diberikan
pengobatan polifragmasi.penisilin diberikan 50.000U/kgbb/hari dan ditambah dengan
kloramfenikol 50-75 mg/kgbb/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum
luas seperti penisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari.
Anak yang sesak nafas memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis
cairan yang digunakan ialah campuran glucose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan
3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infuse.
Terapi yang diberikan pada pasien pnemonia adalah terapi kausal (penyebab) terhadap
kuman penyebab sebagai terapi utama, serta terapi suportif umum. Terapi kausal
misalnya antibiotik secara empiris seperti ampislin-sulbaktam, amoksisilin/asam
klavulanat, sefalosporin generasi II pada pnemonia komunitas, sefalosporin generasi III
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 47
atau antipseudomonas pada pnemonia nosokomial, antijamur golongan azol pada
pnemonia karena jamur, kotrimoksazol atau dapson pada pnemonia karena P.carinii,
serta makrolid, doksisiklin atau fluorokuinolon pada pnemonia atipik.
Adapun terapi suportif yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, misalnya
pemberian terapi O2 (oksigen), terapi inhalasi pada dahak yang kental, fisioterapi dada
untuk pengeluaran dahak, pengaturan cairan, dan terapi lain yang dibutuhkan.
16. Apa saja komplikasi yang dapt terjadi?
Jawab :
Empiema
Otitis media akut
Meningitis
Perikarditis
Osteomielitis
17. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab :
Quo at vitam : Dubia at bonam
Quo at fungsionam : Dubia at bonam
18. Apa KDU kasus ini?
Jawab :
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
19. Apa Pandangan islam pada kasus ini?
Jawab :
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 48
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).
2.3.4 Kerangka Konsep
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 49
ISPA atas (6 hari yang lalu)
Infeksi berlanjut ke saluran napas bawah
Pengobatan kurang tepat & imaturitas imun
mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
BRONKOPNEUMONIA
Neli, usia 2 tahun terinfeksi mikroorganisme
2.3.5 Hipotesis
Neli 2 tahun mengalami sesak nafas, pilek, dan batuk berdahak disertai muntah karena
mengalami bronkopneumonia.
2.3.6 Keterbatasan Ilmu
No. Pokok Bahasan What I
know
What I
don’t know
I have to
prove
How will
I learn
1. Anatomi, fisiologi,
histologi organ
yang terkait
Struktur
Anatomi,fisiologi
histologi dari
trakhea, bronkus
dan bronkhiolus
Kelainan
struktur dari
bronkus dan
bronkhiolusS
-Text
book
- Internet
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 50
2. Sesak napas Mekanisme pernapasan normal dan mekanisme sesak
-Text
book
- Internet
3. Bronkopneumonia Gambaran
radiologis
-Text
book
- Internet
4. Streptococcus
Pneumonia
Ciri-ciri -Text
book
- Internet
Daftar Pustaka
Bertram G. Katzung. (ed).2010. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:EGC
Guyton. 2012. Fisioogi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume 4. Jakarta: Penerbit Buku.
Kedokteran EGC.
Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 51
Sudoyo, Aru W, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 5. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Waspadji, Sarwono, et al. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. edisi I. Jakarta : FK UI.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XI 52