Bronkopneumonia
Click here to load reader
-
Upload
visalini-chandran -
Category
Documents
-
view
529 -
download
0
Transcript of Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri
penyebab yang masuk ke saluran pernafasan, mengaktivasikan reaksi imun tubuh terhadap
bakteri yang sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. reaksi inflamasi ini yang
menyebabkan peradangan akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin
eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril
dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi
dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio
serta menghilangkan kuman dan debris.
Seterusnya inflamasi bronkus juga ditandai dengan penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema
dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas,
dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema
yaitu tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru. Atelektasis mngakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, asidosis respiratori, juga terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Secara umum infeksi bakteri ini akan mencapai alveoli melalui percikan mukus atau
saliva dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru karena adanya efek gravitasi. Di
alveoli akan terjadi respon yang khas yang terdiri dari 4 tahap yang berurutan, yaitu:
1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan
bocor.
2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin dan lekosit
polimorfonuklear mengisi alveoli.
3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
4) Resolusi (7 s/d 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula. Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk adalah bercak-bercak yang
difus, mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya
daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih
kecil.
Pemeriksaan penunjang
1. Bronkoscopy. Pengambilan sekret secara broncoscopy untuk preparasi langsung, biakan
dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000 / m dengan pergeseran
LED meninggi.
3. pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation
perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung
kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.
4. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
5. Pada foto torax terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat
daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris
Penebalan pleura pada pleuritis
Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel