Bronkitis.docx
-
Upload
anak-tk-nol-kecil -
Category
Documents
-
view
36 -
download
4
description
Transcript of Bronkitis.docx
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Bp. J
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Ngemplak
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Tgl masuk RS : 19 Okt 2013
Tgl pemeriksaan : 19 Okt 2013
No register : 071xxx
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 Okt 2013 jam 10.00 WIB didapat
secara autoanamnesis, dipoli Non TB.
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
SMRS
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 3 minggu terakhir dan
semakin memberat sejak dua hari sebelum pemeriksaan, pasien juga
mengeluhkan ampek dan nyeri pada daerah ulu hati. Pasien mengatakan
bahwa pasien batuk tetapi hilang timbul, terdapat dahak berwarna putih
bening dan kental, pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut saat batuk.
Pasien mengatakan sudah sering sesak nafas dan juga batuk sejak sekitar 2
tahun yang lalu, dan kambuh – kambuhan. Pasien mengatakan sesak dan
batuk terutama saat cuaca dingin. Pasien merupakan perokok berat sejak
usia 10 tahun, dan mulai mengurangi jumlah rokok sejak sekitar empat
1
bulan yang lalu, pasien mengaku sesak mulai memberat setelah pasien
merokok sebanyak tiga batang.
Hari masuk rumah sakit :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas (+), batuk (+) dengan
dahak berwana putih bening dan mudah dikeluarkan, nyeri pada daerah ulu
hati terutama pada sat pasien batuk, badan terasa lemas (-), badan meriang
(-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (dbn), BAK (dbn), nafsu makan
baik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat TBC / pengobatan OAT : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat batuk darah : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat sakit maag : Disangkal
Riwayat OP : Disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
4. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat TBC / pengobatan OAT : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat sakit maag : Disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : Disangkal
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Riwayat penderita batuk dalam lingkungan : Tidak Ada
Riwayat pengobatan rutin (OAT) : Disangkal
Udara dingin pada tempat tinggal pasien : Diakui
2
6. Riwayat Pribadi
Riwayat minum – minuman berakohol : Disangkal
Riwayat pemakain NAPZA : Disangkal
Riwayat merokok :Diakui, sejak usia 10 tahun,
sebelum sakit 1 bungkus /hari, setelah sakit 2 – 3 batang/hari
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang petani
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 19 Okt 2013
1. Keadaan Umum
KU : Baik, CM
BB : 50 kg
Gizi : Baik
2. Vital Sign
Tekanan darah : 109/72 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,2oC
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Konjungtiva kanan kiri anemis tidak ditemukan
Sklera kanan kiri ikterik tidak ditemukan
Nafas cuping hidung tidak ditemukan.
Leher :
retraksi supra sternal tidak ditemukan,
deviasi tracheal tidak ditemukan,
peningkatan JVP tidak ditemukan,
pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan.
3
Thoraks
Pulmo :
- Inspeksi
Simetris, gerak dada kanan dan kiri bersamaan (tidak ada
gerakan dada yang tertinggal), tidak ada retraksi dada.
- Palpasi
Fremitus: Depan Belakang
- Perkusi: Depan Belakang
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
Wheezing :-/- Rhonki : +/+
Jantung :Bunyi jantung I-II murni regular,
Bising jantung tidak ditemukan.
Abdomen :
- Inspeksi
bentuk abdomen simetris, ukuran normal, tidak ada bekas luka operasi
- Auskultasi
peristaltik normal
4
N N
N N
N N
N N
N N
N N
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
- Palpasi
supel, nyeri tekan (+), hepar-lien tidak teraba
- Perkusi
Timpani diseluruh lapang perut
Ekstremitas : clubbing finger tidak ditemukan, tidak ditemukan edema pada
daerah ekstremitas
4. PemeriksaanPenunjang
a. Radiologi ( Rontgen Toraks PA )
FotoRontgen Toraks PA (Tanggal 27 Juli 2013)
kesan :
cor : CTR < 50% (normal)
pulmo :
terdapat gambaran corakan bronkial
yang meningkat. Tidak didapatkan
gambaran infiltrat.
b. Laboratorium
Pemeriksaan darah Tanggal 12 oktober 2013
• Hb : 13.5 gr % (11,7- 15,5 gr%)
• Leukosit : 17200 ml (4000-11.300 /ml)
• Trombosit : 266 ( 150-450 /L)
• Eritrosit : 5.89 (3.50-5.50 /L)
• LED : 16/47 mm/jam (0-15 mm/jam)
• Ureum : 16 (50 mg/dl)
• Kreatinin : 1.23 ( < 1.4 mg/dl)
5
• Asam urat : 6.2 (< 7.0 mg/dl)
• HbsAg : negative
• SGOT : 32 (<35 m/l)
• SGPT : 39 (<40 m/l)
• GDS : 118 (76-115mg/dl)
• BTA sputum tanggal 12 oktober sewaktu hasil negative
• BTA sputum tanggal 14 oktober pagi hasil negative
• BTA sputum tanggal 16 oktober sewaktu hasil negative
D. RESUME
1. Anamnesis :
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 minggu sebelum periksaan
dan memberat sejak dua hari sebelum periksa, sesak nafas memberat
saat melakukan aktivitas, disertai batuk berdahak warna putih yang
hilang timbul, disertai ampek dan nyeri pada ulu hati saat batuk
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Vital sign : dalam batas normal
b. Thorax : dalam batas normal
c. Abdomen : dalam batas normal
3. PemeriksaanPenunjang
Foto Thorax : (Tanggal 27Juli 2013)
Kesan :
pulmo :
terdapat gambaran corakan bronkial yang meningkat di daerah
paracardial dekstra. Tidak didapatkan gambaran infiltrat.
E. ASSESMENT
- Bronkitis kronis
6
F. POMR (Problem Oriented Medical Record)
No Assesment Planing diagnose Planing terapi Planing
monitoring
1 Bronkitis kronis Sputum cat gram
Uji Bronkodilator
Analisa gas darah
Terapi farmakologi
Ambroksol
S 3 dd 1
euphylin
S 3 dd 1
Lameson
S 3 dd 1
Cetirizine tab
S 1 dd 1
Cefixim tab
S 1 dd 1
CTM tab
S 1 dd 1
Terapi non farmakologi
Edukasi menghindari factor
pencetus
Monitoring
gejala klinis
Pmx. fisik
Fisioterapi
G. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada
keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk
produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut,
biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.
B. INSIDENSI
Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan.
Frekuensi angka kejadian lebih sering pada pria disbanding wanita, usia
penderita bronchitis krinis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.
C. ETIOLOGI
Faktor penyebab tersering pada bronchitis kronis adalah asap rokok, debu
dan asap industri, polusi udara. Selain itu terdapat pula hubungan dengan
faktor keturunan dan status sosial. (Fayyaz, 2009).
1. Rokok
Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok,
kandungan tar pada rokok bersifat merangsang secara kimiawi sehingga
dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran pernafasan.
Bronkhitis kronis juga dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan
yang terjadi secara berulang-ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Faktor
keluarga dan genetik/keturunan juga berperan membuat seseorang terkena
bronkhitis kronik ( Hembing Wijayakusuma 2004 ).
Merokok dapat menyebabkan infeksi saluran udara,
mengakibatkan pertumbuhan jaringan fibrosa yang tidak normal pada
cabang brokhus, menghancurkan kantung udara paru-paru, meningkatkan
produksi mukus dan mengurangi pemindahannya dari saluran udara, serta
8
menghambat pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru
ke organ tubuh lain (Hembing Wijayakusuma 2004 ).
Bronkhitis kronik tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru
terasa setelah usia setengah baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan
sering batuk-batuk. Keadaan tersebut akan semakin parah sejalan dengan
bertambahnya usia dan perkembangan penyakit, sehingga menyebabkan
kesukaran bernafas, kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi
paru-paru. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan jantung, kelumpuhan, kegagalan pernafasan yang parah,
serta kematian. Oleh karena itu untuk mengurangi berlanjutnya penyakit
agar tidak menjadi parah dan sebelum kerusakan paru-paru semakin
meluas, perlu menghentikan merokok dan hal-hal yang mengganggu
pernafasan, menghindari cuaca yang terkena polusi, menjaga agar ruangan
tetap hangat dan tidak pengap/lembab, mengkonsumsi makanan yang
bergizi dengan diet yang seimbang, istirahat yang cukup, gunakan
antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri ( Hembing Wijayakusuma
2004 ).
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri.
Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan
streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,
tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia
dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,
zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. Disamping
itu polusi juga sangat mempengaruhi penyakit saluran pernapasan. Para
pekerja yang bekerja dilingkungan berdebu, beruap atau berasap umumnya
mempunyai risiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Hal ini dapat
9
dilihat dengan semakin cepatnya perkembangan dibidang industri dapat
menyebabkan meningkatnya bahan organik dan anorganik dalam bentuk
debu, uap atau gas yang dapat menimbulkan ganguan saluran penapasan.
Sebab utama penyakit pernapasan antara lain :
a. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap pagositosis.
b. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofak yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan
merangsang reaksi jaringan.
c. Pertikel-pertikel organik yang merangsang respon immun.
d. Kelebihan beban system akibat paparan terus-menerus terhadap debu
respirasi berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas
terminal (Dirjen PPM & PLP.Depkes RI.2001).
4. Keturunan
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
dengan kita. Berubahnya tahap perkembangan keluarga tergantung dari
perubahan tingkat kesehatan manusia (Suprajitno 2005).
Ilmu biologi atau genetika bahwa chromosome adalah sel yang
memuat sifat-sifat keturunan (genetika). Gen untuk sifat-sifat tertentu
diturunkan secara berpasangan kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu
gen dari ayah (Imam Soeharjo 2004).
Tingkat bronkitis kronis terkait erat dengan faktor genetik,
seseorang dengan kedua orang tuanya menderita bronkitis kronis memiliki
50 - 57 % kemungkinan untuk menderita bronkitis kronis. Sedangkan
salah satu dari orang tuanya menderita, maka hanya 10 – 20 % yang
kemungkinan menderita bronkitis kronis. Dari beberapa penelitian, orang
mempunyai silsilah dengan keluarga yaitu orang tua, kakek, nenek, dan
saudara lainnya yang menderita bronkitis kronis ada kecendrungan untuk
terkena bronkitis kronis juga. Faktor yang mungkin secara genetik antara
lain efek transport natrium dan membrane sel. (Imam Soeharjo 2004).
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan
atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang
10
merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan
paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek. Lingkungan dapat diartikan secara mudah
sebagai segala sesuatu yang berasal disekitar manusia . secara
lebih terperinci, lingkungan sekitar manusia dapat dikategorikan
dalam :
a) Lingkungan fisik : tanah, air, dan udara serta interaksi satu
sama lain diantara faktor-faktor tersebut.
b) Lingkungan biologi : semua organisme hidup baik binatang,
tumbuh-tumbuhan maupun
mikroorganisme, kecuali manusia.
c) Linkungan sosial : interaksi antara manusia dengan sesamanya
yang meliputi faktor-faktor social,
ekonomi, kebudayaan, psikososial ( Muntu
Ronny.2003).
Masa peralihan musim yang biasa disebut dengan musim
pancaroba biaanya diwarnai dengan timbulnya berbagai jenis penyakit,
terutama pada anak-anak dan orang-orang yang daya tahan tubuhnya
kurang. Udara yang sebelumnya panas tiba-tiba menjadi dingin dan
lembab. Kondisi tersebut membuat tubuh kurang nyaman dan mudah
terserang penyakit. Penyakit yang biasanya muncul pada masa pancaroba,
antara lain adalah bronkitis kronis ( Sugiarto 2005 ).
Pengaruh perubahan cuaca sangat berpotensi mengganggu saluran
pernapasan. Gejala awal gangguan saluran pernapasan yaitu batuk,
bronkhitis, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu
11
tubuh/demam. Demam bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan
gejala dari penyakit lain misalnya influenza ( Sugiarto 2005 ).
Umumnya Asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan
gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan
untuk perencanaan perdidikan gizi khususnya untuk menyusun menu atau
intervensi untuk meningkatan sumber daya manusia (SDM), mulai dari
keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetaguai asupan
makan suatu kelompok kelompok masyarakat atau individu, masyarakat
atau individu bersangkutan. (santoso soegeng,dkk 2004).
Kualitas makanan yang dikomsumsi dapat mempengaruhi
kesehatan. Kurang gizi akan berakibat mudahnya diserang oleh penyakit.
Asupan yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi
tubuh yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan
mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia
tubuh, hal inilah yang mempengaruhi keadaan mudahnya terserang
penyakit disebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga penyakit
mudah masuk dalam tubuh dan menginfeksi tubuh manusia (A Taslim
Nurpudji 2005).
Status gizi lebih berperan penting pada prosos penyembuhan
penyakit PPOK. Untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang adekuat yang
akan mempercepat perbaikan status gizi dan meningkatkan sistem
imunitas, yang dapat mempercepat proses penyembuhan, disamping
pemberian obat pada penderita penyakit PPOK, Kebutuhan energi dan
protein yang tinggi disertai dengan penyuluhan gizi akan mempercepat
proses penyembuhan, terutama pada penderita malnutrisi. Pada umumnya
penderita PPOK ditemukan pada usia produktif (A Taslim Nurpudji 2005).
Dan hal ini secara tidak langsung akan memberi dampak terhadap
produksi kerja dan performa mereka, disebabkan ketidak hadiran oleh
karena sakit, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi income
mereka (A Taslim Nurpudji 2005).
12
D. GAMBARAN KLINIS
Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah banyak. Dahak
makin banyak dan berwarna kuning (purulen), pada serangan akut
kadang dapat dijumpai batuk darah
Sesak nafas. Sesak bersifat progresif, makin memberat saat beraktifitas
Pada pemeriksaan auskultasi kadang dapat didapatkan whizzing juga
ronkhi.
E. KLASIFIKASI
Secara klinis, bronchitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni :
Bronchitis kronis ringan, ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan
lain yang ringan
Bronchitis kronis mukopurulen, diandai dengan batuk berdahak
kental,purulen (berwarna kekuningan)
Bronchitis kronis dengan penyempitan saluran nafas, ditandai dengan
batuk berdahak yang disertai dengan sesak nafas berat dan suara
mengi.
F. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronkhitis adalah hipertropi dari kelanjar
mukosa bronkhus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.
Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkhus tampaknya
mempengaruhi bronkhiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai
bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah
industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya
sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia sel-sel penghasil mukus di
bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkhus mengalami kelumpuhan
13
atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan
dari saluran nafas.
14
G. PENDEKATAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Adanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas yang
memberat saat melakukan aktifitas.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-
kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat
terdengar jika produksi sputum meningkat.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax
Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau
tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air
bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan
gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.
15
b. Uji faal paru
Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji
fungsi paru. Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF sedikit naik atau
normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri, yang
menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80% dari
nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%.
c. Laboratorium
Pada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.
d. Pemeriksaan gas darah.
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.
H. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Empisema
2. Bronkiektasis
3. Asma
I. TERAPI
Tujuan pengobatan bronkhitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernafasan serta menyembuhkan bronkhitis. Terapi bronkhitis
meliputi :
1. Istirahat yang cukup
2. Minum cairan yang banyak
3. Menghindari udara dingin & AC
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik
Rehabilitasi paru adalah program latihan pernafasan.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkhitis :
1. Bronchodilator
16
2. Antibiotik
Bronkhitis biasanya terjadi akibat infeksi virus, sehingga antibiotik
tidak efektif
3. Obat batuk:
Jika batuk kering, maka diberikan obat penekan batuk (antitusif)
Jika batuk berdahak, maka diberikan obat pengencer dahak (mukolitik).
4. Terapi Oksigen.
5. Latihan Relaksasi
6. Obat lain : Pada pasien yang memiliki riwayat asma atau PPOK maka direkomendasukan inhaler dan obat-obatan lain untuk mengurangi
peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang menyempit.
17
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Djojodibroto R, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
p. 121
2. Price S & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. p. 178
3. Rasad S, 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta:Badan Penerbit
FKUI. p. 100
4. Syarif dkk, 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
5. Wenzel & Fowler, 2006. Acute Bronchitis. The New England Journal of
Medicine 2006; 355:2125-2130.
6. Worral G, 2008. Acute Bronchitis. Pubmed journal Can Fam
Physician. 2008 February; 54(2): 238–239.
18