Bronkitis.docx

25
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS Nama : Bp. J Umur : 60 tahun Jenis kelamin : Laki - laki Alamat : Ngemplak Pekerjaan : Swasta Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Tgl masuk RS : 19 Okt 2013 Tgl pemeriksaan : 19 Okt 2013 No register : 071xxx B. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 Okt 2013 jam 10.00 WIB didapat secara autoanamnesis, dipoli Non TB. 1.Keluhan Utama Sesak nafas 2.Riwayat Penyakit Sekarang SMRS Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 3 minggu terakhir dan semakin memberat sejak dua hari sebelum pemeriksaan, pasien juga mengeluhkan ampek 1

description

bronchitis

Transcript of Bronkitis.docx

Page 1: Bronkitis.docx

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Bp. J

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Alamat : Ngemplak

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

Tgl masuk RS : 19 Okt 2013

Tgl pemeriksaan : 19 Okt 2013

No register : 071xxx

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 Okt 2013 jam 10.00 WIB didapat

secara autoanamnesis, dipoli Non TB.

1. Keluhan Utama

Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

SMRS

Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 3 minggu terakhir dan

semakin memberat sejak dua hari sebelum pemeriksaan, pasien juga

mengeluhkan ampek dan nyeri pada daerah ulu hati. Pasien mengatakan

bahwa pasien batuk tetapi hilang timbul, terdapat dahak berwarna putih

bening dan kental, pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut saat batuk.

Pasien mengatakan sudah sering sesak nafas dan juga batuk sejak sekitar 2

tahun yang lalu, dan kambuh – kambuhan. Pasien mengatakan sesak dan

batuk terutama saat cuaca dingin. Pasien merupakan perokok berat sejak

usia 10 tahun, dan mulai mengurangi jumlah rokok sejak sekitar empat

1

Page 2: Bronkitis.docx

bulan yang lalu, pasien mengaku sesak mulai memberat setelah pasien

merokok sebanyak tiga batang.

Hari masuk rumah sakit :

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas (+), batuk (+) dengan

dahak berwana putih bening dan mudah dikeluarkan, nyeri pada daerah ulu

hati terutama pada sat pasien batuk, badan terasa lemas (-), badan meriang

(-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (dbn), BAK (dbn), nafsu makan

baik.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat TBC / pengobatan OAT : Disangkal

Riwayat batuk lama : Disangkal

Riwayat batuk darah : Disangkal

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

Riwayat sakit maag : Disangkal

Riwayat OP : Disangkal

Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal

4. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit serupa : Disangkal

Riwayat TBC / pengobatan OAT : Disangkal

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

Riwayat sakit maag : Disangkal

Riwayat alergi obat / makanan : Disangkal

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Riwayat penderita batuk dalam lingkungan : Tidak Ada

Riwayat pengobatan rutin (OAT) : Disangkal

Udara dingin pada tempat tinggal pasien : Diakui

2

Page 3: Bronkitis.docx

6. Riwayat Pribadi

Riwayat minum – minuman berakohol : Disangkal

Riwayat pemakain NAPZA : Disangkal

Riwayat merokok :Diakui, sejak usia 10 tahun,

sebelum sakit 1 bungkus /hari, setelah sakit 2 – 3 batang/hari

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien seorang petani

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 19 Okt 2013

1. Keadaan Umum

KU : Baik, CM

BB : 50 kg

Gizi : Baik

2. Vital Sign

Tekanan darah : 109/72 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,2oC

3. Pemeriksaan Fisik

Kepala :

Konjungtiva kanan kiri anemis tidak ditemukan

Sklera kanan kiri ikterik tidak ditemukan

Nafas cuping hidung tidak ditemukan.

Leher :

retraksi supra sternal tidak ditemukan,

deviasi tracheal tidak ditemukan,

peningkatan JVP tidak ditemukan,

pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan.

3

Page 4: Bronkitis.docx

Thoraks

Pulmo :

- Inspeksi

Simetris, gerak dada kanan dan kiri bersamaan (tidak ada

gerakan dada yang tertinggal), tidak ada retraksi dada.

- Palpasi

Fremitus: Depan Belakang

- Perkusi: Depan Belakang

- Auskultasi : Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

Wheezing :-/- Rhonki : +/+

Jantung :Bunyi jantung I-II murni regular,

Bising jantung tidak ditemukan.

Abdomen :

- Inspeksi

bentuk abdomen simetris, ukuran normal, tidak ada bekas luka operasi

- Auskultasi

peristaltik normal

4

N N

N N

N N

N N

N N

N N

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

+ +

+ +

+ +

+ +

+ +

+ +

Page 5: Bronkitis.docx

- Palpasi

supel, nyeri tekan (+), hepar-lien tidak teraba

- Perkusi

Timpani diseluruh lapang perut

Ekstremitas : clubbing finger tidak ditemukan, tidak ditemukan edema pada

daerah ekstremitas

4. PemeriksaanPenunjang

a. Radiologi ( Rontgen Toraks PA )

FotoRontgen Toraks PA (Tanggal 27 Juli 2013)

kesan :

cor : CTR < 50% (normal)

pulmo :

terdapat gambaran corakan bronkial

yang meningkat. Tidak didapatkan

gambaran infiltrat.

b. Laboratorium

Pemeriksaan darah Tanggal 12 oktober 2013

• Hb : 13.5 gr % (11,7- 15,5 gr%)

• Leukosit : 17200 ml (4000-11.300 /ml)

• Trombosit : 266 ( 150-450 /L)

• Eritrosit : 5.89 (3.50-5.50 /L)

• LED : 16/47 mm/jam (0-15 mm/jam)

• Ureum : 16 (50 mg/dl)

• Kreatinin : 1.23 ( < 1.4 mg/dl)

5

Page 6: Bronkitis.docx

• Asam urat : 6.2 (< 7.0 mg/dl)

• HbsAg : negative

• SGOT : 32 (<35 m/l)

• SGPT : 39 (<40 m/l)

• GDS : 118 (76-115mg/dl)

• BTA sputum tanggal 12 oktober sewaktu hasil negative

• BTA sputum tanggal 14 oktober pagi hasil negative

• BTA sputum tanggal 16 oktober sewaktu hasil negative

D. RESUME

1. Anamnesis :

Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 minggu sebelum periksaan

dan memberat sejak dua hari sebelum periksa, sesak nafas memberat

saat melakukan aktivitas, disertai batuk berdahak warna putih yang

hilang timbul, disertai ampek dan nyeri pada ulu hati saat batuk

2. Pemeriksaan Fisik :

a. Vital sign : dalam batas normal

b. Thorax : dalam batas normal

c. Abdomen : dalam batas normal

3. PemeriksaanPenunjang

Foto Thorax : (Tanggal 27Juli 2013)

Kesan :

pulmo :

terdapat gambaran corakan bronkial yang meningkat di daerah

paracardial dekstra. Tidak didapatkan gambaran infiltrat.

E. ASSESMENT

- Bronkitis kronis

6

Page 7: Bronkitis.docx

F. POMR (Problem Oriented Medical Record)

No Assesment Planing diagnose Planing terapi Planing

monitoring

1 Bronkitis kronis Sputum cat gram

Uji Bronkodilator

Analisa gas darah

Terapi farmakologi

Ambroksol

S 3 dd 1

euphylin

S 3 dd 1

Lameson

S 3 dd 1

Cetirizine tab

S 1 dd 1

Cefixim tab

S 1 dd 1

CTM tab

S 1 dd 1

Terapi non farmakologi

Edukasi menghindari factor

pencetus

Monitoring

gejala klinis

Pmx. fisik

Fisioterapi

G. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

7

Page 8: Bronkitis.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada

keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk

produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut,

biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.

B. INSIDENSI

Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan.

Frekuensi angka kejadian lebih sering pada pria disbanding wanita, usia

penderita bronchitis krinis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.

C. ETIOLOGI

Faktor penyebab tersering pada bronchitis kronis adalah asap rokok, debu

dan asap industri, polusi udara. Selain itu terdapat pula hubungan dengan

faktor keturunan dan status sosial. (Fayyaz, 2009).

1. Rokok

Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok,

kandungan tar pada rokok bersifat merangsang secara kimiawi sehingga

dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran pernafasan.

Bronkhitis kronis juga dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan

yang terjadi secara berulang-ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Faktor

keluarga dan genetik/keturunan juga berperan membuat seseorang terkena

bronkhitis kronik (  Hembing Wijayakusuma 2004 ).

Merokok dapat menyebabkan infeksi saluran udara,

mengakibatkan pertumbuhan jaringan fibrosa yang tidak normal pada

cabang brokhus, menghancurkan kantung udara paru-paru, meningkatkan

produksi mukus dan mengurangi pemindahannya dari saluran udara, serta

8

Page 9: Bronkitis.docx

menghambat pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru

ke organ tubuh lain (Hembing Wijayakusuma 2004 ).

Bronkhitis kronik tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru

terasa setelah usia setengah baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan

sering batuk-batuk. Keadaan tersebut akan semakin parah sejalan dengan

bertambahnya usia dan perkembangan penyakit, sehingga menyebabkan

kesukaran bernafas, kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi

paru-paru. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan jantung, kelumpuhan, kegagalan pernafasan yang parah,

serta kematian. Oleh karena itu untuk mengurangi berlanjutnya penyakit

agar tidak menjadi parah dan sebelum kerusakan paru-paru semakin

meluas, perlu menghentikan merokok dan hal-hal yang mengganggu

pernafasan, menghindari cuaca yang terkena polusi, menjaga agar ruangan

tetap hangat dan tidak pengap/lembab, mengkonsumsi makanan yang

bergizi dengan diet yang seimbang, istirahat yang cukup, gunakan

antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri (  Hembing Wijayakusuma

2004 ).

2. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan

infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri.

Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan

streptococcus pneumonie.

3. Polusi

Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,

tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia

dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,

zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. Disamping

itu polusi juga sangat mempengaruhi penyakit saluran pernapasan. Para

pekerja yang bekerja dilingkungan berdebu, beruap atau berasap umumnya

mempunyai risiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Hal ini dapat

9

Page 10: Bronkitis.docx

dilihat dengan semakin cepatnya perkembangan dibidang industri dapat

menyebabkan meningkatnya bahan organik dan anorganik dalam bentuk

debu, uap atau gas yang dapat menimbulkan ganguan saluran penapasan.

Sebab utama penyakit pernapasan antara lain :

a. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap pagositosis.

b. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian

makrofak yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan

merangsang reaksi jaringan.

c. Pertikel-pertikel organik yang merangsang respon immun.

d. Kelebihan beban system akibat paparan terus-menerus terhadap debu

respirasi berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas

terminal (Dirjen PPM & PLP.Depkes RI.2001).

4. Keturunan

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu

dengan kita. Berubahnya tahap perkembangan keluarga tergantung dari

perubahan tingkat kesehatan manusia (Suprajitno 2005).

Ilmu biologi atau genetika bahwa chromosome adalah sel yang

memuat sifat-sifat keturunan (genetika). Gen untuk sifat-sifat tertentu

diturunkan secara berpasangan kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu

gen dari ayah (Imam Soeharjo 2004).

Tingkat bronkitis kronis terkait erat dengan faktor genetik,

seseorang dengan kedua orang tuanya menderita bronkitis kronis memiliki

50 - 57 % kemungkinan untuk menderita bronkitis kronis. Sedangkan

salah satu dari orang tuanya menderita, maka hanya 10 – 20 % yang

kemungkinan menderita bronkitis kronis. Dari beberapa penelitian, orang

mempunyai silsilah dengan keluarga yaitu orang tua, kakek, nenek, dan

saudara lainnya yang menderita bronkitis kronis ada kecendrungan untuk

terkena bronkitis kronis juga. Faktor yang mungkin secara genetik antara

lain efek transport natrium dan membrane sel. (Imam Soeharjo 2004).

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan

atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang

10

Page 11: Bronkitis.docx

merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom

resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering

dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan

paru.

5. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan

sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan

ekonomi yang lebih jelek. Lingkungan dapat diartikan secara mudah

sebagai segala sesuatu yang berasal disekitar manusia . secara

lebih terperinci, lingkungan sekitar manusia dapat dikategorikan

dalam :

a) Lingkungan fisik : tanah, air, dan udara serta interaksi satu

sama lain diantara faktor-faktor tersebut.

b) Lingkungan biologi : semua organisme hidup baik binatang,

tumbuh-tumbuhan maupun

mikroorganisme, kecuali manusia.

c) Linkungan sosial : interaksi antara manusia dengan sesamanya

yang meliputi faktor-faktor social,

ekonomi, kebudayaan, psikososial ( Muntu

Ronny.2003).

Masa peralihan musim yang biasa disebut dengan musim

pancaroba biaanya diwarnai dengan timbulnya berbagai jenis penyakit,

terutama pada anak-anak dan orang-orang yang daya tahan tubuhnya

kurang. Udara yang sebelumnya panas tiba-tiba menjadi dingin dan

lembab. Kondisi tersebut membuat tubuh kurang nyaman dan mudah

terserang penyakit. Penyakit yang biasanya muncul pada masa pancaroba,

antara lain adalah bronkitis kronis ( Sugiarto 2005 ).

Pengaruh perubahan cuaca sangat berpotensi mengganggu saluran

pernapasan. Gejala awal gangguan saluran pernapasan yaitu batuk,

bronkhitis, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu

11

Page 12: Bronkitis.docx

tubuh/demam. Demam bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan

gejala dari penyakit lain misalnya influenza ( Sugiarto 2005 ).

Umumnya Asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan

gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan

untuk perencanaan perdidikan gizi khususnya untuk menyusun menu atau

intervensi untuk meningkatan sumber daya manusia (SDM), mulai dari

keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetaguai asupan

makan suatu kelompok kelompok masyarakat atau individu, masyarakat

atau individu bersangkutan. (santoso soegeng,dkk 2004).

Kualitas makanan yang dikomsumsi dapat mempengaruhi

kesehatan. Kurang gizi akan berakibat  mudahnya diserang oleh penyakit.

Asupan yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi

tubuh yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan

mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia

tubuh, hal inilah yang mempengaruhi keadaan mudahnya terserang

penyakit disebabkan penurunan daya tahan tubuh  sehingga penyakit

mudah masuk dalam tubuh dan menginfeksi tubuh manusia (A Taslim

Nurpudji 2005).

Status gizi lebih berperan penting pada prosos penyembuhan

penyakit PPOK. Untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang adekuat yang

akan mempercepat perbaikan status gizi dan meningkatkan sistem

imunitas, yang dapat mempercepat proses penyembuhan, disamping

pemberian obat pada penderita penyakit PPOK, Kebutuhan energi dan

protein yang tinggi disertai dengan penyuluhan gizi akan mempercepat

proses penyembuhan, terutama pada penderita malnutrisi. Pada umumnya

penderita PPOK ditemukan pada usia produktif (A Taslim Nurpudji 2005).

Dan hal ini secara tidak langsung akan memberi dampak terhadap

produksi kerja dan performa mereka, disebabkan ketidak hadiran oleh

karena sakit, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi income

mereka (A Taslim Nurpudji 2005).

12

Page 13: Bronkitis.docx

D. GAMBARAN KLINIS

Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah banyak. Dahak

makin banyak dan berwarna kuning (purulen), pada serangan akut

kadang dapat dijumpai batuk darah

Sesak nafas. Sesak bersifat progresif, makin memberat saat beraktifitas

Pada pemeriksaan auskultasi kadang dapat didapatkan whizzing juga

ronkhi.

E. KLASIFIKASI

Secara klinis, bronchitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni :

Bronchitis kronis ringan, ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan

lain yang ringan

Bronchitis kronis mukopurulen, diandai dengan batuk berdahak

kental,purulen (berwarna kekuningan)

Bronchitis kronis dengan penyempitan saluran nafas, ditandai dengan

batuk berdahak yang disertai dengan sesak nafas berat dan suara

mengi.

F. PATOFISIOLOGI

Penemuan patologis dari bronkhitis adalah hipertropi dari kelanjar

mukosa bronkhus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan

infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.

Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkhus tampaknya

mempengaruhi bronkhiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai

bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama

adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah

industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan pagositosis,

sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya

sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia sel-sel penghasil mukus di

bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkhus mengalami kelumpuhan

13

Page 14: Bronkitis.docx

atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel penghasil

mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan

menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan

dari saluran nafas.

14

Page 15: Bronkitis.docx

G. PENDEKATAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Adanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas yang

memberat saat melakukan aktifitas.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-

kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat

terdengar jika produksi sputum meningkat.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto thorax

Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau

tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air

bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan

gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.

15

Page 16: Bronkitis.docx

b. Uji faal paru

Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji

fungsi paru. Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang

bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF sedikit naik atau

normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri, yang

menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80% dari

nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%.

c. Laboratorium

Pada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.

d. Pemeriksaan gas darah.

Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.

H. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

1. Empisema

2. Bronkiektasis

3. Asma

I. TERAPI

Tujuan pengobatan bronkhitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,

melegakan pernafasan serta menyembuhkan bronkhitis. Terapi bronkhitis

meliputi :

1. Istirahat yang cukup

2. Minum cairan yang banyak

3. Menghindari udara dingin & AC

4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik

Rehabilitasi paru adalah program latihan pernafasan.

Jenis obat yang dipakai untuk bronkhitis :

1. Bronchodilator

16

Page 17: Bronkitis.docx

2. Antibiotik

Bronkhitis biasanya terjadi akibat infeksi virus, sehingga antibiotik

tidak efektif

3. Obat batuk:

Jika batuk kering, maka diberikan obat penekan batuk (antitusif)

Jika batuk berdahak, maka diberikan obat pengencer dahak (mukolitik).

4. Terapi Oksigen.

5. Latihan Relaksasi

6. Obat lain : Pada pasien yang memiliki riwayat asma atau PPOK maka direkomendasukan inhaler dan obat-obatan lain untuk mengurangi

peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang menyempit.

17

Page 18: Bronkitis.docx

7. DAFTAR PUSTAKA

1. Djojodibroto R, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.

p. 121

2. Price S & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. p. 178

3. Rasad S, 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta:Badan Penerbit

FKUI. p. 100

4. Syarif dkk, 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

5. Wenzel & Fowler, 2006. Acute Bronchitis. The New England Journal of

Medicine 2006; 355:2125-2130.

6. Worral G, 2008. Acute Bronchitis. Pubmed journal Can Fam

Physician. 2008 February; 54(2): 238–239.

18