bronch
-
Upload
tabita-jane-siburian -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of bronch
Bronchiolitis
A Case Report
Anthony Christanto
Dr. Aulia Fitri SpA MKes
Tarakan Hospital Pediatric Division - 2014
Patient Identity
Nama An. MR
Tempat Tanggal Lahir
Jakarta 20 Des 2012
Jenis Kelamin Laki-laki
Alamat Jl. Kemenangan V Gg 1 RT 03/03 Jakbar
Suku bangsa Jawa Agama Islam
Masuk RS 10 Februari 2014 13:06
AnamnesesHistory
Alloanamnesis dari Ibu pasien Tanggal 12 Februari 2014 pk 15:00
Keluhan Utama
Sesak
Keluhan Tambahan
Batuk pilek, Demam, Muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sesak, nafas anaknya
terlihat cepat dan pendek. Hal ini sudah terjadi sekitar
seminggu terakhir namun terlihat semakin memberat
sejak dua hari terakhir. Ibu pasien mengatakan tidak ada
waktu spesifik terjadinya keluhan; Keluhan terjadi sepanjang
hari. Keluhan juga disertai demam sejak 2 minggu SMRS.
Demam naik turun dan terjadi sepanjang hari. Demam
akan membaik jika diberi obat penurun panas. Suhu pasien
tidak diukur oleh orangtuanya.
Alloanamnesis dari Ibu pasien Tanggal 12 Februari 2014 pk 15:00
Keluhan juga disertai batuk dan pilek. Batuk dengan dahak
encer putih yang banyak dan sulit keluar. Dahak akan keluar
bersama muntah saat pasien muntah. Pilek juga disertai ingus
yang putih dan encer. Keluhan batuk pilek ini diakui ibu
pasien sering kambuh dalam 2-3 bulan terakhir. Pasien
belum pernah dibawa ke dokter anak, hanya dibawa ke
puskesmas dan diberi obat batuk pilek.
Ibu pasien mengaku anaknya tidak mengalami gangguan BAK,
namun seminggu lalu pasien mencret. BAB cair disertai
ampas kurang lebih 3x/hari, tidak ada darah dan lendir. Keluhan
ini sembuh sendiri tanpa diberikan obat apapun. Sekarang ibu
pasien mengaku tidak ada keluhan BAB.
AnamnesesHistory
Alloanamnesis dari Ibu pasien Tanggal 12 Februari 2014 pk 15:00
Ibu pasien juga mengaku anaknya makan dan minum dengan
baik, tetapi nafsu makannya berkurang dalam 2 hari
terakhir. Pasien juga terlihat lemas dan malas bergerak dan
bermain sejak 2 hari. Ibu pasien mengaku tidak pernah
merasakan tangan dan kaki anaknya dingin. pasien juga tidak
berkeringat di malam hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat
penurunan berat badan disangkal. Riwayat muncul ruam atau
kemerahan setelah makan atau minum makanan minuman
tertentu atau debu disangkal. Riwayat keluar cairan dari telinga
disangkal.
AnamnesesHistory
AnamnesesBirth & Pregnancy
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perawatan Antenatal
Perawatan antenatal oleh bidan di Puskesmas dan tiap bulan kontrol.
Penyakit Kehamilan
Keluhan dan penyakit selama kehamilan tidak ada. Penggunaan
obat-obatan juga tidak ada.
Kelahiran
Pasien lahir dari ibu yang sehat, G1P0A0 dengan masa kehamilan
cukup bulan (9 bulan). Pasien merupakan anak pertama (tidak
ada adik). Kelahiran secara spontan dan dibantu bidan di rumah
bersalin. Berat lahir pasien 2950 gram dengan panjang badan 45
cm. Sewaktu lahir, anak langsung menangis kuat dan kulitnya
berwarna kemerahan. Ibu dan anak tidak memiliki kelainan
bawaan. Tidak ada catatan penting mengenai kelahiran yang
diakui ibu pasien.
AnamnesesGrowth & Development
Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik Kasar
Tengkurap Sekitar 3-4 bl 3-4 bl
Duduk Sekitar 6-7 bl 6 bl
Berdiri Sekitar 11 bl 9-12 bl
Berjalan Belum 9-18 bl
Bahasa dan Personal Sosial
Bicara8 bl berbicara tidak jelas
1 th memanggil papa mama
Minum makan sendiri Berantakan
Berpakaian Belum
Motorik halus
Mencoret-coret kertas Belum
AnamnesesImmunization
Jenis Vaksin Bulan
Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
Hepatitis B + + + +
Polio + + + + -
BCG +
DTP + + + -
Campak +
AnamnesesFamily History
Riwayat Keluarga
Ayah dan ibu pasien dalam keadaan sehat. Tidak ada yang
menderita penyakit serupa. Riwayat asma atau alergi dalam
keluarga termasuk penyakit atopik (eksim dan bersin-
bersin akibat alergi) tidak diketahui.
Physical Exam
TSS / CM
HR 132 x / menit regular, isi
cukup
T 37.8 C
RR 48x/menit, regular
Normocephal, UUB Datar
CA-/- SI -/- Pupil Isokor
Faring hiperemis, tonsil tenang
Rhinorrhea +, nch +/+
H/L tidak teraba, BU + Normal
Retraksi epigastrium - / -
Normotia, Sekret -
KGB tidak teraba, Retraksi ss +
SN Vesikular, Rhonki +/+,
Wheezing +/+ Retraksi intercostal
- / -
BJ I – II murni regular
Akral hangat, CRT < 3”, Turgor baik
AnthropometryStatus Gizi
Berat badan 9 Kg
Panjang badan 77 cm
BB / PB 11.68
BMI 15.2
BB / U Persentil 15
BB / PB Persentil 50
BMI / U Persentil 15
Kesan Status gizi cukup
Lab Test10 Feb 2014 14:00
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.6 g/dL
Eritrosit 5.21 juta / uL
Hematokrit 35.6%
Leukosit 17.400 / uL
Trombosit 151.000 / uL
Chest X-Ray10 Feb 2014 15:05
Infiltrat bilateral di
kedua paru bagian
apeks, perihilar dan
pericardial
Corak
bronkovaskuler
meningkat
Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 2 bulan, datang dengan
keluhan sesak sejak seminggu. Keluhan memberat sejak 2 hari
terakhir. Keluhan disertai demam sejak 2 minggu naik turun.
Batuk pilek + sejak 2 minggu. Dahak encer putih dan banyak,
sulit keluar. Anak lemas sejak 2 hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takipnoe, suhu 37.8 C, nafas
cuping hidung dan retraksi suprasternal dan rhonki serta
wheezing pada kedua lapang paru. Pemeriksaan darah
menunjukkan leukositosis. Rontgen thoraks memberikan kesan
bronkopneumonia.
Resume
Bronchiolitis
Wheezing terkait batuk pilek
Asma yang diinduksi bronkopneumonia
Differentials
Saturasi Oksigen
Tes Provokasi Bronkodilator
Further Investigation
Non Medika Mentosa
Tirah Baring
Minimal Handling
Medika Mentosa
Oksigen nasal kanul 2 lpm
IVFD Kaen 1B 8 tpm
Paracetamol syr (120 mg/5 ml) 3 x 1 cth
Puyer batuk terdiri dari 4 mg Ambroxol dan 4 mg
Pseudoephedrin
3 x 1 pulv
Management
Follow Up
11 Feb 2014 12 Feb 2014 13 Feb 2014
S
Sesak + berkurang, batuk pilek
masih, nafsu makan rendah. Minum
mau. Masih demam kemarin 38 C.
Sudah dilakukan penguapan
Sesak jauh berkurang, anak tidak
gelisah lagi. Makan minum mulai
mau. Batuk pilek masih ada.
Hanya batuk pada malam
hari.demam -
Sesak tidak ada. Makan minum lahap,
batuk pilek masih ada, Demam -
O
HR 124x/m RR 40 x/m T 37.3 C
Rhinorrhea + NCH+/+
Retraksi SS +
SNV ki – ka, Rh +/+ Wh ±/±
HR 108 x/m RR 28 x/m T 36.5 C
Rhinorrhea + NCH -/-
Retraksi SS –
SNV ki – ka Rh ±/± Wh ±/±
HR 98 x/m RR 26 x/m T 36.8 C
Rhinorrhea + NCH -/-
SNV ki – ka Rh -/- Wh minimal
A Bronkiolitis Bronkiolitis dengan perbaikan Bronkiolitis dengan perbaikan
PNebulisasi dengan 1/3 amp
Combivent + 3 cc NaCl per 4-6 jam
Terapi lain lanjut
Aff O2
Terapi lain lanjut
BPL
Aff IVFD
Beri obat pulang PCT Syr, Puyer
batuk, Combivent dan NaCl
Bronchiolitis
A little bit about..
Bronchiolitis
A little bit about..
Bronkiolitis Peradangan Bronkiolus (?)
Dulunya peradangan bronkiolus Sekarang tidak lagi!!
AAP, 2010 :
“A constellation of clinical symptoms and signs
including a viral upper respiratory prodromal
followed by increased respiratory effort and
wheezing in children less than 2 years of age”
Beberapa negara lainnya di dunia menyebutkan
bronkiolitis dalam lingkup yang lebih luas :
“Episode pertama wheezing pada anak < 2 tahun.”
One of the member of group of diseases called
“ Reactive Airway Disease ”
Affecting Small Airways Mainly Bronchiole.
Others included HRB, which affecting medium to
big airways Mainly Bronchi.
Wheezing Pathology in Bronchiolitis
Replikas
i Virus
dalam
Nasofari
ng
Penyebara
n
Langsung
Aspirasi
sekret
nasofaring
Nekrosis
Sel Epitel
Silia
Edema
Submukosa
Pelebasan
Debris dan
Fibrin
Gangguan
gerakan
mukosiliar
Penglepasan
Neuropeptida
dan Sitokin
Kolonisasi
di
Bronkiolus
Penimbunan
Mukus
Konstriksi otot
polos saluran
pernafasan
Simplified from Uyan et al, Acute Bronchiolitis. The Internet Journal of Pediatrics and Neonatology, 2003: Vol. 3 No.1
Pathogenesis of Lung Pathology behind Bronchiolitis
Respons
Paru
ᐃ Kapasitas
Fungsi Residu
ᐁ Komplians
ᐃ Tahanan
Saluran Napas
ᐃ Dead space
ᐃ Shunt
Wheezing
Respiratory
Arrest
Asidosis
Metabolik
Hipoksia
Hiperkapne
a
Atelektasis
Hiperaerasi
Obstruksi
Saluran
Nafas
Ball-Valve
Mechanism
Batuk
Simplified from Mark L. Pediatric Bronchiolitis. From www.emedicine.Medscape.com/pediatric_bronchiolitis
The Ball-Valve Mechanism : The Cause behind It All
INSPIRATION EXPIRATION
ALVEOLI
ALVEOLI
Visualized from Orenstein DM. Bronchiolitis. Dalam Nelson WE, Editor : Nelson, Textbook of Pediatric. 15th Ed, Philadelphia : 1484-85
Etiology
Respiratory Syncytial Virus60 – 90%
Human Metapneumovirus
3 – 20%
Adenovirus
Rhinovirus
Parainfluenzae type 3
virus
Influenzae type B Virus
Mycoplasma
Mengenai anak berusia kurang dari dua tahun dengan puncak
kejadian pada usia 6 – 9 bulan
RSV tidak dapat mengakibatkan bronkiolitis pada dewasa karena :
Bronkus anak lebih kecil
Daya rekoil jaringan elastis yang lebih
buruk
Kolateral jalan nafas yang lebih sedikit
Rongga dada, trakea dan bronkus memiliki komplians yang lebih
rendah
Diafragma lebih terletak mendatar
Kesemuanya ini membuat anak lebih mudah mengalami wheezing dan distress
pernafasan
Mengapa ketidakmampuan bronkiolus anak untuk melakukan rekoil sangat penting
terhadap kerentanan anak untuk mengalami bronkiolitis?
The Poiseuille Law
“Pressure alongside pipes is proportional to radius of the fourth power”
Differential diagnosis
It is impossible to distinguish viral bronchiolitis with asthma in young children and the two
may coexist therefore diagnosis of asthma should be postponed until age of 5
GINA Asthma Guideline For Children Age 5 and Younger
So, Initial Episode of Wheezing in Children before Age 2 should be diagnosed as bronchiolitis
AAP 2011, Cleveland Clinic 2011 Pediatric Pulmonology
Secara teori pneumonia yang disertai wheezing
tidak dapat dibedakan secara klinis dengan
bronkiolitis
Satu-satunya tanda klinis pada bronkiolitis yang
tidak dijumpai pada pneumonia adalah hiperinflasi
akibat atelectasis.
Infeksi Traktus Respiratorius dengan Wheezing pada Anak-Anak
Pneumonia Bronkiolitis
Epidemiologi Terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
Gejala Kunci Demam dan batuk disertai Distress Pernafasan Gejala mirip ISPA, Distress Pernafasan
Keadaan umum Toksik Tidak toksik
Demam Dapat tinggi sekali, subfebril atau tidak demam Demam subfebril, tidak demam, atau bahkan hipotermi
Awitan Akut (24-48 jam) Akut (24-72 jam)
Distress
PernafasanDapat berat hingga sianotik, anak gelisah
Dapat ringan sekali, meski retraksi dan nafas cuping
hidung positif, anak cenderung tidak gelisah
Perjalanan
penyakit
Paroksismal, antara gejala awal dengan
distress pernafasan terjadi cepat. Dapat fatal
Diawali gejala ISPA, berjalan secara progresif,
setelahnya
akan sembuh sendiri setelah 14-21 hari.
WheezingTidak pernah berulang, kecuali disertai asma
bronkialTidak pernah berulang
Recent Updates on Bronchiolitis
Foto toraks tadinya sering digunakan untuk mendiagnosis pneumonia dan
penggunaannya sangat sering digunakan pada praktek klinis sehari-hari.
Galvan Et al (2011) dalam ‘Chest X-Ray : an Unnecessary Resource in the Diagnostic of Acute Bronchiolitis’
menegaskan bahwa X-Ray tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan
pneumonia dari bronkiolitis akut
mendukung Schuh et al (2007) yang menyatakan hal serupa
Chest X-Ray Examination
Ini adalah foto toraks pasien yang RSV-positif kultur
Chest X-Ray Examination
…dan ini adalah foto toraks pasien yang BP-positif kultur.
In April 2011 William Herring in his book
‘Learning Radiology : Recognizing the
Basics’ found a specific signs of small
airways disease in chest x-ray called
‘Peribronchial Cuffing’
In December 2011, Galvan et al found
that peribronchial cuffing can also be seen
in pneumonia.
Chest X-Ray Examination
Galvan et al found that in RSV-culture
positive bronchiolitis, not more than half
having peribronchial cuffing on their x-rays.
In the other hand, more than half patients
with peribronchial cuffing do not have
bronchiolitis.
In fact, our patient has the same sign, too.
Chest X-Ray Examination
Leukocytosis had become the main feature of Pneumonia for decades Thus
leukocytosis findings in complete blood count in patient with respiratory infections
features highly suggest pneumonia
Marcdante KJ et al in Nelson Essentials of Pediatrics 6th ed (2010) :
“A mild leukocytosis of 12.000 – 18.000 may be seen in bronchiolitis but is
not specific”
Complete Blood Count
Oxygen therapy is the only approved management by AAP for bronchiolitis
Conclusions on Oxygen Therapy :
1. Terapi Oksigen harus diberikan kepada semua penderita
- Nasal prongs/ kanul 2-4 liter per menit
2. Pemeriksaan Saturasi Oksigen harus dilakukan menggunakan alat non invasif
- SpO2 < 95% adalah batas saturasi oksigen yang dianggap baik pada
penderita bronkiolitis
Oxygen Therapy
Recent AAP Guideline is against the using of Bronchodilators tough
bronchodilators are the most frequent medicaments to treat
bronchiolitis worldwide. (The other being Corticosteroid)Zorc JJ et al (2010), Uyan AP et al (2003), Louden Mark (2013), DeNicola CL (2010)
Some Countries still use bronchodilators as mainstay of treatment including
Indonesia
although this practice is slowly abandoned worldwide.Zain MS (2010)
Bronchodilator Management
Indonesia’s Guideline on Bronchiolitis(2003)
Respiratory Distress Assessment Instrument
SKORSkor
maksimal0 1 2 3 4
Wheezing :
-Ekspirasi
-Inspirasi
-Lokasi
(-)
(-)
(-)
Akhir
Sebagian
2 dr 4 lap paru
Semua
3 dr 4 lap paru
Semua
4
2
2
Retraksi :
-Supraklavikular
-Interkostal
-Subkostal
(-)
(-)
(-)
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Berat
3
3
3
TOTAL 17
IDAI’s Bronchiolitis Guideline
Tatalaksana yang Dianjurkan pada Bronkiolitis
Oksigenasi nasal / masker, monitor dengan pulse oxymetry,
ventilasi mekanik bila ada tanda gagal nafas
Cairan dan kalori yang cukup, kalau perlu parenteral
Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit
Antibiotik dapat diberikan pada keadaan umum yang kurang baik,
curiga infeksi sekunder (pneumonia)
Korikosteroid deksametason 0.5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0.5
mg/kgBB/hari (3-4 dosis)
Nebulasi β-Agonis : Salbutamol 0.1 mg/kgBB/dosis (4 – 6 dosis/hari)
Advance in Bronchiolitis
RSV Respi-StripRapid Antigen Testing for
RSV
PalivizumabHuman RSV Monoclonal Antibody
Thank you
Anthony C, 2014