BPR SYARIAH

35
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan, dan karunia-Nyalah kita dapatmelanjutkan kehidupan kitaterutama kitatetap dapat menjalani aktivitas kita sehari-hari sebagaiseorang mahasiswa,dan oleh karena perkenalannya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bent kuliah “ank dan !embaga "euangan !ainnya# yang dibawakan oleh $ditya &E,M&'$k Makalah ini berjudul “ank Perkreditan (akyat#' )alam menyusun mak penulis telahberupayasemaksimalmungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis' *arapannya, semoga makalah ini dapat memberikan man+a pemba a khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang d digunakan sebagai re+erensi' $khir kata pengantar ini penulis mengu apakan terimakasih kepada $ditya %i &E,M&'$k yang telah membimbing kami dalam proses belajar-mengajar, dan kepada se pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan jika ada yang bersi+at membangun penulis akan menerimanya sebagai bahan a uan mengoreksi dan kedepannya dapat menyajikan yang lebih baik lagi dari makalah ini' Penulis

description

BPRS

Transcript of BPR SYARIAH

KATA PENGANTARPuji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan, rahmat, dan karunia-Nyalah kita dapat melanjutkan kehidupan kita terutama kita tetap dapat menjalani aktivitas kita sehari-hari sebagai seorang mahasiswa, dan oleh karena perkenalannya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang dibawakan oleh Aditya Ginanjar, SE,MS.Ak

Makalah ini berjudul Bank Perkreditan Rakyat. Dalam menyusun makalah ini, penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang dapat digunakan sebagai referensi.Akhir kata pengantar ini penulis mengucapakan terimakasih kepada Aditya Ginanjar, SE,MS.Ak yang telah membimbing kami dalam proses belajar-mengajar, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun penulis akan menerimanya sebagai bahan acuan mengoreksi diri dan kedepannya dapat menyajikan yang lebih baik lagi dari makalah ini.

PenulisDAFTAR ISIKATA PENGANTAR .............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3

1. Latar Belakang ...........................................................................................3 2. Rumusan Masalah .......................................................................................3

3. Tujuan Penulisan ........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................51. Pengertian BPRS .....................................................................................52. Sejarah berdirinya ....................................................................................53. Tujuan BPRS ...........................................................................................74. Usaha-usaha BPRS ..................................................................................85. Ketentuan dalam mendirikan BPRS ......................................................126. Organisasi/manajemen BPRS ................................................................157. Kendala Perkembangan BPRS ..............................................................178. Strategi pengembangan BPRS ...............................................................179. Konsep dasar dan kegitan operasional BPR Islam di Indonesia ................1810. Sejarah BPRS Al Salaam ...........................................................................2011. Visi misi BPRS Al Salaam .........................................................................2112. Produk-produk BPRS Al Salaam ...............................................................2213. Struktur organisasi BPRS Al Salaam .........................................................30BAB III KESIMPULAN .......................................................................................311. Kesimpulan .................................................................................................312. Saran ...........................................................................................................32DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahLembaga keuangan sebuah wadah dimana tedapat jasa dalam proses mengelola keuangan untuk tujuan tertentu. Seperti yang kita tahu peranan lembaga keuangan dalam kehidupan terutama bank , sangatlah penting adanya. Hal ini akibat semakin berkembangnya sistem ketataniagaan yang mau tidak mau melibatkan lembaga keuangan atau bank di dalamnya. Namun pesatnya perkembangan bank tidak diimbangi dengan pesatnya kesejahteraan masyarakat, terutam masyarakat yang tergolong ekonomi lemah yang biasanya terdapat di wilayah desa atau kecamatan. Pada umumnya bank, terutama bank konvensional sangat selektif dan hanya berorientasi untuk mendapat keuntungan dengan sedikit resiko, oleh karenanya masyarakat ekonomi lemah tadi sulit untuk mendapat jasa keuangan bank.

Dalam upayanya untuk merangkul masyarakat ekonomi lemah pemerintah juga mengatur untuk didirikannya Bank Perkreditan Rakyat yang lingkup kerjanya lebih terpusat pada wilayah tertentu saja, misalnya di kabupaten,kecamatan dan desa. Hal ini bertujuan agar semakin meratanya layanan jasa keuangan bagi seluruh masyarakat. Tentu praktek bunga yang di terapkan setiap bank, baik bank umum ataupun bank perkreditan rakyat tetap menjadi andalan dalam rangka mencari keuntungan. Sistem bunga yang di terapkan bank akhirnya mendapat respon dari kaum muslim, yang mana sudah jelas bahwa bunga / riba adalah haram hukumnya. Maka dengan munculnya pemikiran untuk mendirikan bank yang berprinsip syariah secara nasional akhirnya terlebih dahulu didirikan sebuah lembaga keunangan yaitu bank perkreditan rakyat syariah pada tahun 1990. Diharapakan bahwa berdirinya bank perkreditan rakyat syariah menjadi salah satu solusi dalam rangka melayani jasa keuangan yang bebas dari praktek riba sehingga kesejahteraan masayarkat akan semakin meningkat. Oleh karenanya dalam makalah kali ini akan di bahas perkembangan perkembangan bank perkreditan rakyat syariah di Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan yang dikaji dalam makalah ini adalah:

14. Pengertian BPRS ?

15. Sejarah berdirinya?

16. Tujuan BPRS?

17. Usaha-usaha BPRS?

18. Ketentuan dalam mendirikan BPRS?

19. Organisasi/manajemen BPRS?

20. Kendala Perkembangan BPRS?

21. Strategi pengembangan BPRS?

22. Konsep dasar dan kegitan operasional BPR Islam di Indonesia ?23. Sejarah BPRS Al Salaam ?24. Visi misi BPRS Al Salaam ?25. Produk-produk BPRS Al Salaam ?26. Struktur organisasi BPRS Al Salaam ?3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami arti dari BPRS. 2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya BPRS.3. Untuk mengetahui tujuan BPRS.4. Untuk mengetahui usaha-usaha BPRS.5. Untuk mengetahui Ketentuan dalam mendirikan BPRS.6. Untuk mengetahui Organisa/manajemen BPRS.7. Untuk mengetahui Kendala Perkembangan BPRS.8. Untuk mengetahui Strategi pengembangan BPRS.9. Untuk meengetahui konsep dasar dan kegiatan operasional BPR Islam di Indonesia

10. Untuk mengetahui sejarah BPRS Al Salaam.

11. Untuk mengetahui visi misi BPRS Al Salaam.

12. Untuk mengetahui produk-produk BPRS Al Salaam.

13. Untuk mengetahui struktur BPRS Al Salaam.

BAB IIPEMBAHASAN1. PENGERTIAN BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.

BPR Syariah didirikan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.

2. SEJARAH BERDIRINYA BPR SYARIAH Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, BRI yang mempunyai tugas sebagai Bank Pembina lembaga lembaga keuangan lokal (dalam lingkup tertentu) seperti , Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Desa, Bank Pegawai dan bank bank lain yang sejenisnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI, seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1) pasal 4 UU. No. 14 tahun 1967 yang meliputi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan bank lainnya.

Dalam pakta tanggal 27 oktober 1988 Status hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali diakui , sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan perbankan. BPR adalah perwujudan dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Desa (BKPD) dan atau lembaga lain yang semacamnya. Sejak dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut status hukumnya diperjelas melalui ijin dari Menteri Keuangan.

Dalam perkembangannya muncul BPR yang berprinsip pada hukum islam. BPR tersebut di beri nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS). BPR Syariah yang pertama kali berdiri adalah adalah PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah mendapat ijin prinsip dari Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991. Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam dalam skala outlet retail banking (rural bank).

UU No.10 Tahun 1998 yang merubah UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan nampak lebih jelas dan tegas mengenal status perbankan syariah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C berbunyi : Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi BI No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat Edaran BI No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Perkembangan bank syariah dari awal keberadaannya hingga November 2001 terdapat 81 BPRS. BPRS tersebut distribusi jaringan kantor tersebar pada 18 provinsi yang berada di Indonesia.

3. TUJUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH.

Tujuan didirikannya BPR Syariah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah pedesaan.

b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

c. Membina semangat ukhuwah islamiyyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yg memadai.

Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut diperlukan strategi operasional sebagai berikut:

a. BPR Syariah tdk bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas melainkan bersifat aktif dgn melakukan sosialisasi/penelitian kpd usaha-usaha berskala kecil yg perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yg baik.

b. BPR Syariah memiliki jenis usaha yg waktu perputaran uangnya jangka pendek dgn mengutamakan usaha skala menengah & kecil.

c. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yg akan diberi pembiayaan.

Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Di bawah ini disampaikan tujuan-tujuan tersebut beberapa sumber hanya menyebutkan butir-butirnya saja (Sudarsono, 2004:85; Sumitro, 1997:111), keterangan tiap-tiap butir ditambahkan oleh penulis. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. Sasaran utama dari BPRS adalah umat Islam yang berada di pedesaan dan di tingkat kecamatan. Masyarakat yang berada di kawasan tersebut pada umumnya ternasuk pada masyarakat golongan ekonomi lemah.

Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahtertaan mereka.

Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. Kehadiran BPRS di kecamatan-kecamatan ikut memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang memiliki potensi perbankan, baik dalam permodalan maupun dalam hal tenaga ahli. Sehingga semakin banyaknya BPRS di kecamatan-kecamatan maka akan semakin banyak pula tenaga yang terserap disektor perbankan. Selain itu, pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan BPRS bagi masyarakat membuka peluang usaha dan kerja yang semakin luas, maka pada gilirannya kehadiran BPRS akan menjadi penghambat bagi lajunya urbanisasi.

Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Hal ini mengandung makna bahwa dalam BPRS ditumbuhkan nilai taawun (saling membantu) antara pemilik modal dengan pemilik pekerjaan. Dengan nilai taawun inilah akan tumbuh kebersamaan antara bank dan nasabah yang merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan Ukhuwah Islamiyah. Melalui kebersamaan tersebut usaha-usaha yang yang dilakukan masyarakat dengan modal yang diberikan oleh BPRS bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih tinggi akan pula meningkatkan perkapita baik lokal maupun nasional.

Djazuli dan Yadi Janwari menjabarkan tiga tujuan diatas menjadi lima tujuan, yaitu (Djazuli, 2002: 108)

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumya berada di daerah pedesaan.

b. Meningkatkan pendapatan per kapita

c. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan.

4. USAHA-USAHA BPRS

Pada dasarnya, sebagai lembaga keuangan syariah BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah. Dalam usaha anggaran dana mayarakat, BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan dalam berbagai bentuk, antara lain:

1) Simpanan Amanah

Disebut dengan simpanan amanah, sebab dalam hal bank menerima titipan amanah (trustee account) dari nasabah. Disebut dengan titipan amanah karena bentuk perjanjian adalah wadiah, yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Namun demikan, bank akan memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank melalui pembiayaan pada nasabahnya.

2) Tabungan wadiah

Dalam tabungan ini bank menerima tabungan (saving acount) dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedang akad yang diikat oleh bank dengan nasabah dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah tersebut tidak menanggung resiko kerugian, dan bank memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi hasil dan kegiatan pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. Bonus tabungan wadiah itu dapat diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kpada nasabah setiap bulannya.

3) Deposito wadiah mudharaah

Dalam peroduk di bank menerima deposito berjangka (time and investmen account) dari nasabahnya. Akad yang dilakukan dapat membentuk wadiah dan dapat pula berbentuk mudharabah. Lazimnya jangka waktu deposito itu adalah 1,2,3, 6, 12 bulan dan sterusnya sebagai bentuk penyertaan modal (sementara). Maka nasabah/ deposan mendapat bonus keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh bak dari pembiayaan /kredit yang dilakukan pada nasabah nasabah lainnya.

Fasilitas pegerahan dana tesebut, juga dapat dipergunakan untuk menitipkan sedekah, infak, zakat, tabungan haji, tabungan kurban, tabungan aqiqah, tabungan keerluan pendidikan, tabungan pemilikan kendaraan, abungan pemilikan rumah, bahkan bisa digunakan untuk sarana penitipan dana-dana masjid, dana pesantren, yayasan dan lain sebagainya. Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas BPR syariah dapat pula bertindak sebagai lembaga baitul maal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadakah, wakaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkan pada yang berhak alam bentuk santunan dan atau pinjaman kebjikan (qarddbul basan).

Semantara, dalam menyalurkan dana masyarakat BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan seperti :

1) Pembiayaan mudharabah

Dalam pembiayaan mudharabah bank mengadakan akad dengan nasabah (pengusaha). Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang di kelola oleh pengusaha. Keuntungan yang diperoleh akan di bagi (perjanjian bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut.

2) Pembiayaan musyarakah

Dalam pembiayaan muyarakah ini bank dengan pengusaha mengadakan perjanjian. Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiyai suatau proyek yang juga dikelola secara brsama-sama.

Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut adalah dibagi sesuai penyertaan masing-masing pihak.

3) Pembiayaan BaBithaman Ajil

Dalam bentuk pembiayaan ini, bank mengikat perjanjian dengan nasabah. Bank menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barang/aset yang dibutuhkan oleh nasabah guna unuk mendukung usaha atau proyek yang sedang diusahakan.

Namun begitu, sesuai UU Perbankan NO. 10 tahun 1998, BPR syariah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha ebagai berikut:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabugan dan atau bentuk lainnya yan dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit.

3) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

4) Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lainnya.

Pembiayaan usaha BPR syariah secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Derektur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan operasional BPR syariah adalah:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

a. Tabungan bedasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.

b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah .

2) Melakukan penaluran dana melalui:a. Transaksi jua-beli berdasarkan prinsip: Murabahah Istishna Ijarah Salam Jual-beli lainnyab. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: Mudharabah

Musyarakah Bagi hasil lainnya.

c. Pembiayaan lain berdasarkan prinsip: Ranh Qard.

3) Melakukan kegiatan yng lazim dilakukan BPR syariah sepanjang disetujui ole Dewan Syariah Nasional.

Dibanding bank umum syariah, kegiatan operasional yang dapat dilakukan BPR syariah lebih terbatas. Sebagaimana diatur oleh SK Direktur BI NO. 32/36/KEP/DIR/1999, BPR syariah tidak diijinkan untuk menerima dana simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah. Begitu pula, BPR syariah dilarang untuk:

a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing,

b. Melakukan penyertaan modal,

c. Melakukan usaha peransuransian.

Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah. Namun demikian, sesuai UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPR Syariah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

KEGIATAN YANG DILARANG (Berdasarkan pasal 14 UU No.17 tahun 1992)

a. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran

b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing

c. Melakukan penyertaan modal

d. Melakukan usaha perasuransian

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS

5. KETENTUAN PENDIRIAN BPRS

Adapun beberapa hal yang harus di ketahui dalam pendirian BPRS, yaitu :1. Persyaratan pendirian

Dalam mendirikan BPRS syariah harus mengacu dalam bentuk hukum BPR Syariah yang telah ditentukan dalam UU. 10 tahun 1999 pasal 2, Perbankan.Sebagaimana dalam UU Perbankan NO. 10 tahun 1999 pasal 2, bentuk suatu hukum BPR syariah dalam berupa:

Pemberin ijin pendirian BPR syariah, sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan dua tahap :

1) Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian BPR syariah.

2) Ijin usaha, yaitu ijn yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha BPR syariah setelah persiapan persetujuan prinsip dilakukan.

SK DIR BI NO. 32/36/1999 tidak memberikan kemungkinan bagi pihak asing untuk mendirikan BPR syariah. Menurut ketentuan pasal 15 SK DIR BI tersebut, yang dapat menjadi pemilik BPR syariah adalah pihak-pihak yang:

1) Tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Menurut penilaian Bank Indnesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik, antara lain:

Memiliki akhlah dan moral yang baik .

Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bersedia mengembangkan BPR syariah yang sehat.

Adapun syarat-syarat lain untuk pendirian BPR syariah adalah sebagai berkut:

1) BPR syariah hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan ijin Direktur Bank Indonesia.

2) BPR syariah hanya didirikan dan dimiliki oleh:

Warga Negara Indonesia

Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya oleh warga negara Indonsia

Pemerinta Daerah, atau

Dua pihak atau lebih sebagaimana dimakud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c.

Selain dari persyaratan diatas, khusus untuk menjadi anggota Dewan Komisaris BPR syariah ditentukan pula bahwa yang besangkutan wajib memiliki pengetahuan dan atau pengalaman di bidang perbankan. Ketentuan ini tidak mengharuskan yang bersangkutan memiliki pengetahuan dan atau pengalaman diperbankan syariah. Sedangkan Anggota Direksi sekurang-kurangnya berpendidikan formal setingkat Diplomat 111 atau Sarjana Muda. Berbeda dengan persyaratan anggota Dewan Komisaris dalam hal persyaratan bagi Anggota Direks ditegaskan bahwa yang bersangktan harus memiliki pengalaman dibidan perbankan syariah. Banhkan ditentukan pengalaannya sekurang-kurangnya 2 (dua ) tahun dan harus dibidang pendanaan dan atau pembiayaan. Bagi Anggota Direksi yang beum berpengalaman operasional dibidang perbankan syariah wajib mengikuti pelatihan perbankan syariah.

Direksi BPR syariah dilarang untuk merangkap jabatan sebagai Anggota Direksi atau pejabat eksikutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga lain. Hal ini untuk menghindari agar jangan smpai tugas Anggota Direksi yang besangkutan tidak efektif sebagai anggota Dewan Komisaris BPR syariah yang bersangkutan, karena terlalu banyaknya melakukan perangkapan jabatan sebagai anggoa Dewan Komisaris ditempat lain. Anggota Dewan Komisaris BPR syariah tidak dilarang merangkap jabatan lain, namun membatasi perangkapan itu sebagaimana ditentukan dalam pasal 22 ayat 3 (tiga) BPR syariah. Anggota Dewan Komisaris dilarang BPR syariah dilarang menjabat sebagai anggota Direksi Bank Umum. Anggota Dewan Komisaris BPR syariah tidak dilarang untuk dapat menjadi Anggota Dereksi BPR syariah yang lain. Dalam hal terjadi pergantaian anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi BPR syariah, calon pengganti jabatan tersebut wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya. Demikian juga kalau ada penggantian atau penambahan pemilik BPR syariah wajib terdahulu memperoleh perstujun dari Bank Indonesia.

Modal yang harus disetor untuk mendirikan BPR syariah ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:

1) Rp2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) untuk BPR syariah yang didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya dan Kabupaten/ Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi dan Karawang.

2) Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk BPR syariah yang didirikan di Wilayah Ibu kota Propinsi diluar wilayah seperti tersebut pada butir 1 diatas.

3) Rp 500.000.000,- (lma ratus juta rupiah) untuk BPR syariah yang yang didirikan diluar wilayah yang disebu dibutir 1 diatas.

Modal yang disetor tersebut, yang digunakan utuk modal kerja bagi BPR syariah, wajib sekurang-kurangnya berjumlah 50% (lima puluh persen). Dengan kata lain, biaya invetasi dalam rangka pendirian BPR syariah itu tidak boleh melebihi 50% dari modal yang disetor oleh pendirinya. Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan dilarang:

1) Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan atau pihak lain di Indonesia.

2) Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syarih, termasuk kegiatan-kegiatan yang melanggar hukum.Persyaratan pendirian secara umum

Mendapat izin dari Menkeu RI dengan pertimbangan BI

Bentuk badan hukum BPRS, perusahaan daerah, koperasi dan PT

Didirikan dan dimiliki oleh Pemda, koperasi dan PT

Usaha meliputi tabungan dan deposito berjangka

memberikan kredit pengusaha kecil

Penanaman modal aktiva tidak boleh melebihi 50% dari modal sendiri

BPRS hanya dapat didirikan melakukan kegiatan dengan berdasarkan prinsip syariah.

Didirikan dan dimiliki oleh Warga negara Indonesia

Perseroan terbatas,Koperasi atau Perusahaan daerah Permohonan Izin Arsip

Mengajukan permohonan tertulis ke Menkeu RI dengan melampirkan :

Rencana akte pendirian dan AD BPRS

Rencana kerja BPRS pada tahun pertama

Daftar calon direksi, dewan komisaris dan pengawas Syariah

Photocopy bukti setoran sebesar Rp 15.000.000,- pada rekening Menkeu pada bank pemerintah

Permohonan Izin Usaha

Mengajukan permohonan izin usaha dan diajukan ke Menkeu RI dengan melampirkan :

Photocopy bukti setoran sebesar Rp 35.000.000,- pada rekening Menkeu pada bank pemerintah

Copy AD BPRS yang telah disahkan Menteri Kehakiman RI

Photocopy NPWP BPRS

Menyampaikan prosedur dan sisitem tata kerja BPRS disertai warkat yang akan digunakan

Mengirimkan data pengurus BPRS

Photocopy situasi dan kondisi perkantoran dan peralatan BPRS

6. ORGANISASI/ MANAJEMEN BPRS

Kepengurusan

Menurut ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999, kepengurusan BPR syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi dan juga wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan BPR syariah. Jumlah anggota Dewan Komisaris BPR syariah sekurang kurangnya harus berjumlah 2 (dua) orang.

Anggota direksi dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan :

a. Anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua, termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar, suami/istri.

b. Dewan Komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak, dan suami/istri.

Dalam rangka menjaga konsistensi dan kelangsungan usaha BPR Syariah ditentukan bahwa :

a. BPR Syariah dilarang melakukan kegiatan usahasecara konvensional.

b. BPR Syariah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi BPR Konvensional

c. BPR Syariah yang semula izin usahanya sebagai BPR Konvensional tidak diperkenankan untuk mengubah status menjadi BPR Konvensional kembali.

Dilihat dari segi kepemilikannya BPR dapat dibedakan menjadi dalam 3 (tiga) golongan yakni :

1. Milik Pemerintah Daerah (PD)

Pengawasan dilakukan oleh Dewan Pengawas yang di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah/Peraturan Daerah

2. Milik Swasta (PT)

Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris yang di tetapkan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham/Anggaran Dasar.

3. Milik Anggota Koperasi (Koperasi)

Pengawasan dilakukan oleh badan Pemeriksa yang ditetapkan berdasarkan hasil rapat anggota / Anggaran Dasar

Untuk menjaga konsistenssi dan kelangsungan usaha BPR syariah, ditentukan bahwa:

1) BPR syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional

2) BPR syarah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi BPR konvensional.

3) BPR syariah yang semula memiliki ijin usahanya sebagai BPR konvensional dan telh memiliki ijin perubahan kegiatan usaha menjadi berdasarkan prinsip syariah, tidak diperkenankan mengubah status menjadi BPR konvensional.

Pembukaan kantor cabang

BPR Syariah dapat membuka kantor cabang hanya dalam wilayah propinsi yang sama dengan kantor pusatnya. Pembukaan kantor cabang BPR Syariah dapat dilakukan hanya dengan izin Direksi Bank Indonesia. Rencana pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan BPR Syariah.

BPR Syariah yang akan membuka kantor wajib memenuhi persyaratan tingkat kesehatan selam 12 (dua belas) bulan terakhir tergolong sehat. Dan di dalam pembukaan kantor cabang BPR Syariah wajib menambah modal disetor sekurang sekursngnya sebesar jumlah untuk mendirikan BPR Syariah untuk setiap kantor.

7. KENDALA PENGEMBANGAN BPRS

Dalam prakteknya BPR syariah mengalami berbagai kendala, antara lain adalah:

a. Kiprah BPR syariah kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang berprinsipkan syariah.

b. Upaya untuk meningkatkan profesionalitas kadang terhalang rendahnya sumber daya yang dimiliki BPR syariah sehingga cenderung lambat dan respon terhadap permasalahan ekonomi rendah.

c. Kurang adanya koordinasi di antara BPR syariah, demikian juga dengan bank syariah dan BMT.

8. STRATEGI PENGEMBANGAN BPR SYARIAH

Strategi pengembangan BPR syariah yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut:

1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR syariah,bukan saja produknya tapi juga sistem yang digunakan perlu diperhatikan.Upaya ini dapat dilakukan melalui BPR syariah sendiri dengan mengunakan pemasaran yang halal,seperti: melalui informasi mengenai BPR syariahdi media media masa. Hal lain yang di tempuh adalah perlunya kerja sama BPR syariah dengan lembaga pendidikan atau non pendidikan yang mempunyai relevansi dengan visi dan misi BPR syariah untuk mensosialisasikan BPR syariah.

2. Usaha usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pelatihan pelatihan megenai lembaga keuangan syariah serta lingkungan yang mempengarurihinya. Untuk itu diperlukan kerjasama di antara BPR syariah dengan lembaga pendidikan untuk membuka pusat pendidikan lembaga keuangan syariah atau kursus pendek (shortcourse) lembaga keuangan syariah.

Tujaan di dirikan shortcourse untuk menyediakan SDM yang siap kerja di lembaga keuangan syariah.khusus BPR syariah.

3. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan di ketahui berapa besar kemampuan BPR syariah dan lembaga keuangan syariah yang lain dalam mengelola sumber sumber ekonomi yang ada.Dengan cara itu pula dapat dilihat kesinambungan kerja di antar BPR syariah,demikian juga kesinambungan kerja BPRsyariah dengan bank syariah dan BMT lainnya yang ada di Indonesa.

4. BPR syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman masyarakat dimana BPR syariah tersebut berada. Maka perlu dilakukan kegiatan rutin keagamaan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan peran islam dalam bidang ekonomi. Demikian juga pola ini dapat membantu BPR syariah dalam mengetahui gejala gejala ekonomi sosial yang ada di masyarakat. Hal ini akan menjadikan kebijakan BPR syariah di bidang keuangan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat.

9. KONSEP DASAR DAN KEGIATAN OPERASIONAL BPR ISLAM DI INDONESIA

Konsep dasar operasional BPR Islam, sama dengan konsep dasar operasional pada Bank muamalat Indonesia yaitu:

Sistem simpanan murni ( al-wadiah)

Sistem bagi hasil

Sistem jual beli dan marjin keuntungan

Sistem upah (fee)

Kegiatan-Kegiatan operasional BPR Islam adalah sebagai berikut :

1. Mobilisasi Dana Masyarakat

BPR Islam akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti: menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungan, dan deposito berjangka.

2.

Simpanan Amanah

BPR Islam menerima titipan amanah berupa zakat , infaq , dan sedekah sebagai perpanjangan tagan dari baitul maal. Akad penerimaan titipan ini adalah Wadiah yaitu titipan yang tidak menanggung resiko, bank akan memeberikan kadar profit (berupa bonus) dari bagi hasil yang didapat bank melalui pembiayaan nasabah.

3.

Tabungan Wadiah

BPR Islam menerima tabungan dari nasabah bank, akad penerimaan ini yaitu titipan titipan yang tidak menanggung resiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang diperoleh bank dari pembiayaan kredit pada nasabah yang diperhitungkan secara harian dan di bayar setiap bulan.

4.

Deposito Wadiah atau Mudharabah

BPR Islam menerima deposito berjangka ( time and investment account) nasabah bank. Akad penerima deposito adalah Wadiah, atau Mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya. Sebagai penyertaan sementara pada bank Deposan yang akad deposito nya Wadiah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan yang lebih kecil dari pada Mudharabah dan bagi hasil yang diterima bank dalam pembiayaan / kredit nasabah, di bayar setiap bulan.

5.

Penyaluran Dana

a. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BPR Islam dengan pengusaha, dimana pihak BPR Islam menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh pihak pengusaha, atas dasar perjanjian bagi hasil.

b. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BPR Islam dengan pengusaha dimana baik pihak BPR Islam maupun pihak pengusaha secara bersama membiayai atau suatu usaha proyek yang dikelola secara bersama pula,atas dasar bagi hasil sesuai dengan penyertaan.

c. Pembiayaan Baiu Bithaman Ajil

Pembiayaan Baiu Bithaman Ajil adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BPR Islam dengan nasabahnya, dimana BPR Islam menyediakan dan untuk pembelian barang/asets yang dibutuhkan nasabah untuk mendukung suatu usaha atau proyek

d. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara BPR Islam dengan nasabah, dimana BPR Islam menyediakan pembiyaan islam menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya dibutuhkan nasabah, sebesar harga jual bank (harga beli bank plus marjin kkeuntungan pada saat jatuh tempo)

e. Pembiayaan Qardhul Hasan

Pemiayaan Qardhu Hasan adalah perjanjian pembiayaan antara BPR Islam dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang poitensial akan tyetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha, serta perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak.

Sasaran pembiayaan :

Pengusaha kecil dan sektor informal

Masyarakat lain menghadapi problem modal dengan prospek usaha yang layak. Jangka waktu pembiayaan / atau kreditJangka pendek, kurang dari satu tahun.

Jangka menengah, satu sampai tiga tahun

Jangka panjang, lebih dari tiga tahun.

f. Jaminan / Agunan

Jaminan diutamakan pada dasarnya adalah usaha / proyek yang di biayai oleh pembiayaan sendiri. Namun dalam beberapa hal mungkin disyaratkan adanya supporting collateral berupa:

a. Jaminan kebendaa atas barang yang dibiayai oleh BPR Islam.

b. Atau jaminan lainnya jika diperlukan antara lain : avalist, personal guarantied an lainnya.

10. SEJARAH BPRS ALSALAAM

PT. BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al Salmaan, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan ddahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salman.

Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengn nafas keislaman.Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (solidarity corporate) yang tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan retail banking bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto Maju Dalam Kebersamaan.

Kegiatan operasional BPR ini dimulai padda tanggal 29 februari 1992 berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latieff, Notaris di Jakarta, diubah dengan akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat keputusan No. C2-7937.HT.01.011.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada kantor pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92 serta diumumkan dalam tambahan No. 657 dari Berita Negara RI No.13 tanggal 14 februari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI No. 70 tanggal 1 september 2000.

Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 11991, sebesar Rp.69,8 juta dengan jumlah pemegang saham seberas 40 orang.

Pada tahun 2003, modal yang disetor telah mencapai Rp.1,28 milyar dengan jumlah pemegang saham sebesar 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp.1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM melalui SK nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004

Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk menjadikan BPR Al Salaam sebagai lembaga keuaangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman alhamdulillah sudah dapat kami wujudkan dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi perbankan syariah sejak tanggal 3 juli 2006.

11. VISI DAN MISI BPRS AL SALAAM

Visi :

Menjadi Bank Perkreditan Rakyat terbaik di Indonesia.

Misi :

Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan teerbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder.

Motto :Maju Dalam Kebersamaan

Tujuan :

1. Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal kualitas, kenyamanan, keamanan dan keuntungan dalam hal berinvestasi.

2. Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh keryawan.

3. Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.

12. PRODUK-PRODUK BPRS AL SALAAM

1. Tabungan a. Tabungan IB Amanah

Tabungan IB Amanah merupakan tabungan mudharabah yang meemiliki bagi hasil yang cukup tinggi dibandingkan dengan tabungan pada umumnya. Tabungan ini diberi nama amanah karena BPRS Al Salaam yang beropersi menggunakan sistem syariah sejak tahun 1998 selalu berkomitmen kuat untuk mengelola dana-dana yang didapatkan dari masyarakat secara amanah untuk sektor-sektor produktif dan sesuai syariah.Berbagai keunggulan fitur tabungan iB Amanah antara lain:

1. Minimalsetoran awal Rp. 100.000,-, setoran selanjutnya Rp. 50.000,-.

2. Bebas biaya administrasi.

3. Nisbah bagi hasil 25 (nasabah) : 75 (bank).

4. Bagi hasil setara 5,07% p.a. (Equivalen Rate Juni 2014)

5. Bebas tarik dana kapan saja. Biaya penutupan rekening Rp. 50.000,-.

6. Hadiah/insentif senilai Rp. 100.000,- (diberikan di bulan ke-12) untuk nasabah dengan saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp. 10.000.000,- (hadiah diberikan di akhir).

7. Hadiah undian menarik per kelompok (syarat pengundian perkelompok minimal 20 nasabah dengannominalkumulatif sudah mencapai minimal Rp. 20Juta).

8. Hadiah undian promosi untuk nasabah yang membuka tabungan baru di periodeAgustus2014 s.d. Desember 2014. Dengan nominal Rp. 100.000,- berhak mendapat satu kupon undian, berlaku kelipatan.

9. Layanan Pick-UpServicebagi nasabah individu yang akan melakukan penempatan dengan nominal Rp. 50.000.000,- (layanan sebatas dokumen, untuk uang melalui mekanisme transfer). Untuk penempatan tabungan iB Amanah

terdapat layanan trasaksi di tempat kelompok/grup nasabah dengan syarat nominal penempatan gabungan seluruh anggota kelompok/grup minimal Rp. 25.000.000,- (Pick Up dilakukan secara regular sesuai jadwal).

b. Tabernas PlatinumatauTabungan Berencana Al Salaam Platinummerupakan tabungan mudharabah berjangka yang dikhususkan bagi Anda yang memiliki rencana-rencana atau tujuan-tujuan tertentu, seperti ibadah umroh/haji, pernikahan, biaya pendidikan,travelling, dan rencana-rencana lainnya. Tabungan ini diharapkan dapat membantu para nasabah dalam mewujudkan impiannya bersama keluarga secara teratur dan terarah.

Tabernas Platinum semakin menarik dan menguntungkan karena dilengkapi dengan fitur-fitur, sebagai berikut:

1. Setoran awal minimal Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah). Setoran selanjutnya minimal Rp. 200.000,-.

2. Bebas biaya administrasi.

3. Nisbah bagi hasil menarik, yaitu 35 (nasabah):65 (bank)

4. Bagi hasil tinggi setara dengan 7,08% p.a. (Equivalen Ratebulan Juni 2014)

5. Dapat ditarik sesuai jatuh tempo tanpa biaya penalty.Bagi nasabah yang menarik sebelum tanggal jatuh tempo, maka tidak ada pembayaran bagi hasil.

6. Bebas biaya penutupan rekening untuk nasabah yang tidak menarik dananya minimal selama 12 bulan. (Biaya penutupan sebelum tanggal jatuh tempo dikenakan biaya Rp. 50.000,-).

7. Jangka waktu 12 bulan sampai dengan 120 bulan.

8. Hadiah/insentif senilai Rp. 500.000,- bagi nasabah yang memiliki saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp. 25.000.000,- (hadiah diberikan di akhir).

9. Bagi nasabah yang membuka tabungan baru di periode Agustus s.d. Desember 2014 berhak mendapatkan 1 kupon undian dan berlaku kelipatan.

10. LayananPick-Up Serviceuntuk nasabah individu dengan nominal penempatan minimal sebesar Rp. 50.000.000,- (layanan sebatas dokumen, sedangkan untuk uang melalui mekanisme transfer).

11. LayananPick-Up Servicedan transaksi di tempat untuk nasabah kelompok/grup yang memiliki nilai nominal penempatan minimal Rp. 25.000.000,- (total penempatan dari seluruh anggota).

2. Deposito Deposito Syariah Rakyat (DSR)Maximamerupakan produk deposito mudharabah BPRS AlSalaamyang memiliki keunggulan imbal bagi hasil tinggi dan bebas biaya penalty. Produk ini merupakan pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin berinvestasi di sektor syariah yang jelas menguntungkan dan bebas dari unsur riba.

DSR Maxima dapat Anda miliki dengan penempatanminimalsebesar Rp. 2,5 juta rupiah saja.

Beberapa fitur menarik DSR Maxima dapat Anda simak di bawahini:1. Minimal setoran awal Rp. 2.500.000,- (duajutalima ratus ribu rupiah).2. Bebas biaya administrasi.3. Nisbah bagi hasil 40 (nasabah) : 60 (bank)4. Bagi hasil menguntungkan setara dengan 8,84% (Eq. Rate Agustus 2014).5. Deposito DSR Maxima dengan nominal mulai dari >= Rp. 20 juta, bagi hasil dapat ditransfer ke rekening tabungan di Bank lain atas nama nasabah.6. Dapat ditarik sesuai jatuhtempo. Tidak ada pembayaran bagi hasil berjalan apabila dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo (mengikuti tanggal valuta penempatan deposito).7. Bebas biaya penutupan rekening.8. Jangka waktu 3, 6, atau 12 bulan.

9. Pick-UpServiceatau layanan transaksi ditempat nasabah dengan syarat nominal penempatan deposito minimal Rp. 100 juta (layanan hanya sebatas dokumen, adapun untuk transaksi uang dilakukan melalui mekanisme transfer).3. Pembiayaan a. Nama Produk :Pembiayaan AlSalaamSyariah (disingkat "PAS')Pengertian :Pembiayaan Al Salaam Syariah (disingkat "PAS ') adalah produk BPRS Al Salaam dalam hal penyaluran dana kepada masyarakat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan nasabah kecuali yang melanggar hukum, adat, budaya dan syariah.

PlafondPembiayaan :Plafond pembiayaan yang diberikanminimalsebesar Rp. 15 juta (lima belas juta rupiah) dan setinggi- tingginya sebesarRp. 150 juta (seratus lima puluh juta rupiah).Tingkat lmbalan :Tingkat imbalan dalam bentuk efektif per tahun yang ditentukan dalamMemorandumDireksi.

Apabila ada calon nasabah atau nasabah lama yang dianggap pembiayaannya beresiko kecil dan baik atau untuk tujuan penetrasi pasar/segmen pasar, maka spesialmargindapat diusulkan oleh cabang dan disetujui oleh Direktur Bisnis. Direktur Bisnis harus memperhatikan bahwa berapapun spesial margin yang diberikan, pada saat lunas dan lancar nasabah tetap akan mendapatkan IPTW. Pemberian IPTW mengikuti ketentuan yang berlaku.Jangka Waktu Pembiayaan :Jangka waktu pembiayaan maksimal 60 (enam puluh) bulan.

Akad :1. Jenis Akad yang digunakan adalah Murabahah dengan wakalah atau langsung dibayarkan kepada pemilik/supplieruntuk pembelian barang (aset berwujud);2. ljaroh Multijasa dengan wakalah atau langsung dibayarkan kepada pihak lain untuk kebutuhan jasa (aset yang tak berwujud).

Nasabah :1. Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PAS adalah nasabah yang memiliki usaha sendiri (pengusaha) ataupun karyawan;2. PAS dapat juga diberikan kepada nasabah yang masih mempunyai pembiayaan produk lain di BPRS Al Salaam, dengan tetap memperhatikan analisa kelayakan pemberian pembiayaan dan kemampuan membayar nasabah.

Persyaratan:1. Permohonan pembiayaan tertulis;2. Memiliki kemauan (niat) dan sumber pengembalian yang layak untuk melunasi seluruh hutangnya;3. Memberikan jaminan yang bankable, berupa tanah dan atau kendaraan bermotor;4. Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerjabank;5. Memenuhi syaratsahakad dan perikatanb. Nama Program :Pembiayaan Kepemilikan Sepeda Motor (PKSM).

Pengertian :PKSM adalah pembiayaan kepemilikan sepeda motor dengan skema murabahah tanpa wakalah yang diberihan kepada nasabah PT. BPRS Al Salaam Amal Salman.Tujuan :Tujuan PKSM adalah melayani masyarakat yang membutuhkan sepeda motor namun tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli secara tunai.

Nasabah :Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PKSM adalah nasabah umum atau nasabah kelompok yang memiliki sumber pengembalian pembiayaan (resource payment).

Persetujuan Prinsip :A/O sebagai petugas Bank dapat memberikan persetujuan prinsip apabila Nasabah memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. menyerahkan fotokopi KTP nasabah;2. menyerahkan :-fotokopi Kartu Keluarga/Surat Nikah dan fotokopi KTP suami/istri nasabah (jika nasabah telah menikah); atau-fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Pernyataan Balum Menikah (jika nasabah belum menikah); atau-fotokopi Kartu Keluarga, Akta Cerai dan Surat Pernyataan Status Duda/Janda (ika nasabah telah bercerai dan belum menikah lagi);3. menyerahkan fotokopi bukti kepemilikan rumah (sertifikat tanah/girik/AJB/SPPT PBB) dan aslinya diperlihatkan kepada Petugas Bank (selanjutnya fotokopi bukti kepemilikan rumah dilegalisir oleh Petugas Bank)4. menyerahkan fotokopi KTP atas nama di BPKB dan STNK fiika nasabah menghendaki sepeda motor atas nama pihak lain selain nasabah)5. Nasabah setuju dengan harga, besar angsuran, besar uang muka dan premi asuransi6. Nasabah memiliki sumber pengembalian yang layak

c. Nama Program :Pembiayaan Syariah Kepemilikan Kendaraan Bermotor (PSKKB).Pengertian :PSKKB adalah pembiayaan kepemilikan mobil dengan skema murabahah yang diberikan kepada nasabah PT. BPRS AlSalaamAmal Salman dengan jangka waktu maksimal43 (empat puluh delapan) bulan.

Tujuan :Tujuan PSKKB adalah melayani masyarakat yang membutuhkan mobil namun tidak memiliki danayang cukup untuk membeli secara tunai.

Nasabah :Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PSKKB adalah nasabah perorangan/individu atau perusahaan.

Persyaratan, Jaminan dan Dokumen-Dokumen :Nasabah yang berminat mendapatkan fasilitas Pembiayaan Mobil mengajukan permohonan kepadaBPRS Al Salaam dengan kondisi sebagai :

Persyaratan Nasabah.1. Warga Negara lndonesia2. Memiliki tempat tinggal tetap dan milik sendiri yang berada di wilayah kerja BPRS dibuktikandengan surat kepemilikan berupa fotokopi SHM/SHGB/AJB/SPPT PBB (khusus SPPT PBB minimal2 tahun terakhir)3. Memiliki sumber pengembalian pembiayaan (resourcepayment). 4. Melengkapi semuadokumen yang dipersyaratkan sebagai berikut:4. 1. Permohonan pembiayaan.4. 2. Fotokopi KTP nasabah.4. 3. Keterangan statusmaritalyang dibuktikan dengan :a. Fotokopi Kartu Keluarga (KK), Surat Nikah (apabila diperlukan komite pembiayaan) danfotokopi KTP pasangan nasabah (jika nasabah telah menikah).b. Fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Pernyataan Belum Menikah (jika nasabah belummenikah).c. Fotokopi Kartu Keluarga, Akta Cerai, Surat Kematian dari kelurahan yang dilegalisir danSurat Pernyataan Status Duda/Janda (jika nasabah telah bercerai dan belum menikahlagi).4.4. Slip Gaji/Surat Keterangan Gaji/LedgerGaji4.5. Fotokopi Rekening Listrik/telpon/PDAM minimal 3 bulan terakhir.4.6. Cek list berkas, Analisa usaha (jika memiliki usaha), formulir survey.4.7. Kwitansi Kosong Bermaterai, Kwitansi Penjualan Mobil, dan Faktur,.4 8. Formulir Taksasi Jaminan (termasuk gesekan nomor mesin dan nomor rangka), Surat Kuasaserta FEO.4.9. Formulir pengecekan kendaraan ke samsat dan sistim informasi debitur (SlD).4.10. Formulir surat prinsip persetujuan pembiayaan (SP3) dan formulir penawaran kendaraanbermotor.4.11.FotoJaminan (seluruh kendaraan & nopol) dan nasabah.4.12. Nomor telpon sendiri (rumah/HP), dan nomor telpon pihak terkait.

Persyaratan MobilYang Dibiayai :1. Mobil yang akan dibiayai dimiliki dan atas nama penjual sebagai pemilik langsung atau anak/istripenjual kecuali melalui dealer rekananBank.2.Mobil bekasyang merk ditentukan oleh Bank.3. Mobil bekas yang usia tidak lebih 15 tahun untuk jenis mobil penumpang/pribadi.4. Pajak kendaraan yang masih berlaku.5. Kepemilikan atas nama penjual harus balik nama atas nama pembeli sebelum pembayaran kepenjual.6. Mobil tidak dalam masalah hukum

d. Nama Produk :Pembiayaan Mitra Usaha (disingkat MITRA iB).

Pengertian :MITRA iB adalah produk BPRS Al Salaam dalam hal penyaluran dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk kebutuhan modal kerja dan investasi, terutama untuk pembelian bahan baku, barang-barang modal, alat atau mesin dan jasa dengan jaminan berupa kendaraan bermotor, tanah dan bangunan, rumah susun, emas (logam mulia) serta cash collateral di BPRS Al Salaam.

Tujuan dan Akad Pembiayaan :4.1 . Tujuan Pembiayaan4.1.1. Untuk pbmbelian barang dalam rangka kebutuhan bahan baku, barang modal, alat dan mesin (aset berwujud). Jenis Akad yang digunakan adalah Murabahah;4.1.2. Untuk kebutuhan pembayaran jaia, seperti kebutuhan bagi perusahaan untuk membayar jasa konsultan, luar dan-jasa lainya sebagai bagian dari usaha nasabah (aset yang tak berwujud), serta kebutuhan pembayaran sewa, seperti pembayaran sewa tempat usaha atau peralatan kerja. Jenis Akad yang digunakan adalah Multijasa/ljarah;4.2. Akad pembiayaan4.2.1. Akad pembiayaan yang digunakan adalah Murabahah dan Multijasalljarah;4.2.2. Untuk plafond pembiayaan sampai dengan Rp. 200 juta menggunakan akad pembiayaan secara bawah tangan dan untuk plafond diatas Rp. 200 juta menggunakan akad pembiayaan secara notariil .

Nasabah :5.1. Nasabah adalah perorangan, badan usaha dan Perseroan Terbatas yang sudah berbadan hukum, yang berdomisili diwilayah kerja BPRS Al Salaam;5.2. Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas Mitra iB adalah nasabah yang memiliki usaha sendiri (pengusaha) atau karyawan yang mempunyai usaha;5.3. Mitra iB dapat juga diberikan kepada nasabah yang masih mempunyai pembiayaan produk lain di BPRS Al Salaam, dengan tetap memperhatikan analisa kelayakan dan kemampuan membayar nasabah.

Persyaratan :Nasabah yang berminat mendapatkan fasilitas Mitra iB dapat mengajukan permohonan kepada BPRS AlSalaam dengan kondisi sebagai berikut :6.1. Nasabah mengajukan Permohonan Pembiayaan secara tertulis;6.2. Bagian admin Kantor Cabang melakukan penelitian terlebih dahulu kepada supplier (pemilik barang/jasa) selanjutnya disetujui oleh kepala cabang berkaitan dengan pembelian/penyewaan barang/jasa yang akan dibeli/disewa oleh nasabah. Sehingga dapat diyakini bahwa transaksi yang dilakukan nasabah benar dan wajar sesuai dengan tujuan pembiayaan,6.3. Untuk nasabah perorangan, suami lstri harus datang ke Bank pada waktu akad pembiayaan, apabila jaminan milik orang lain (bukan nasabah/pasangannya) maka pemilik jaminan dan pasangannya juga harus hadir ke Bank;6.4. Untuk nasabah berupa badan usaha dan Perseroan Terbatas (PT) berbadan hukum, yang harus datang ke Bank pada waktu akad pembiayaan adalah mengikuti Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang - Undangan yang berlaku;6.5. Nasabah membual Standing lnstruction (Sl) kepada Bank bahwa pencairan dana langsung ditransfer ke rekening Supplier/Pemilik;6.6. Pencairan dana langsung disetor/ditransfer ke rekening Supplier atas nama Supplier/pemilik yang ditunjuk oleh nasabah dan disetujui oleh Bank;6.7. Pembiayaan tidak termasuk hutang nasabah kepada Supplier;6.8. Pembayaran kembali kepada Bank dilakukan secara angsuran pokok dan margin perbulan (lnstallment)13. STRUKTUR ORGANISASI BPRS AL SALAAM

BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.

BPR Syariah didirikan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Tujuan didirikannya BPR Syariah sebagai berikut:

Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah pedesaan.

Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

Membina semangat ukhuwah islamiyyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yg memadai.

Dalam usaha anggaran dana mayarakat, BPR syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan dalam brbagai bentuk, antara lain:

1) Simpanan Amanah

2) Tabungan wadiah

3) Deposito wadiah mudharaah

Dalam prakteknya BPR syariah mengalami berbagai kendala, antara lain adalah:

Kiprah BPR syariah kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang berprinsipkan syariah.

Upaya untuk meningkatkan profesionalitas kadang terhalang rendahnya sumber daya yang dimiliki BPR syariah sehingga cenderung lambat dan respon terhadap permasalahan ekonomi rendah.

Kurang adanya koordinasi di antara BPR syariah, demikian juga dengan bank syariah dan BMT.BPRS Al Salaam

Visi BPRS Al Salaam Menjadi Bank Perkreditan Rakyat terbaik di Indonesia.

Misi BPRS Al SalaamMenjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan teerbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder.

Motto BPRS Al SalaamMaju Dalam Kebersamaan

Tujuan BPRS Al Salaam 1. Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal kualitas, kenyamanan, keamanan dan keuntungan dalam hal berinvestasi.

2. Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh keryawan.

3. Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.Produk-produk BPRS Al Salaam

1. Tabungan

a. Tabungan IB Amanah

b. Tabernas platinum

2. Deposito syariah rakyat

3. Pembiayaan

a. Pembiayaan AlSalaamb. Pembiayaan Kepemilikan Sepeda Motorc. Pembiayaan Syariah Kepemilikan Kendaraan Bermotord. Pembiayaan Mitra Usaha3.2 Saran

Semoga BPRS terus mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Dan masyarakat pun memahami tentang fungsi dan operasional BPR syariah.DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Ekonesia. Yogyakarta .2005.

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Islam. PT. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.2005.

MUI. Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. MUI. Jakarta : 2006.

SyafiI,Antonio Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta. 2001

30