BPH3

17
MAKALAH KMB III BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH) DI SUSUN OLEH: Ali Muktar Asdi Maidil Putra Devi Yuliana Muhamad Ahmadun Rubiah Siti Eni Suaidah Solawati Sulastri. A Wiwik Widia DOSEN PEMBIMBING : Ns. Lora Marlita S.kep AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA

description

bph

Transcript of BPH3

MAKALAHKMB IIIBENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)

DI SUSUN OLEH: Ali Muktar Asdi Maidil Putra Devi Yuliana Muhamad Ahmadun Rubiah Siti Eni Suaidah Solawati Sulastri. A Wiwik Widia

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Lora Marlita S.kepAKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA PEKANBARU T.A 2012-2013

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah KMB III yang berjudul Benigna Prostat Hipertropi (BPH).Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Ns. Lora Marlita S.kep selaku pembimbing dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Pekanbaru, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Ruang Lingkup BAB II PEMBAHASANA. DEFENISI B. ETIOLOGI C. ANATOMI FISIOLOGI D. PATOFISIOLOGI E. TANDA DAN GEJALA F. KOMPLIKASI................................................................................................................G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................................H. PENATALAKSANAAN.................................................................................................BAB III ASUHAN KEP.......................................................................................................BAB IV PENUTUPA. Kesinpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998). Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).Secara anatomi Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum :Agar mahasiswa/I dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentangBenigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) dan mampu melaksanakan asuhan Keperwatan.2. Tujuan Khusus :1.Mampu memahami konsep dasar dari Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) 2.Mampu mnjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya3.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) 4. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) 5.Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) 6. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) 7.Mampu mengevaluasi asuhan Keperawatan

C. Ruang LingkupBatasan pembahasan dalam makalah ini hanya sebatas menjelaskan hal - hal yang disebutkan dalam tujuan penulisan, dan segala sesuatu diluar hal - hal yang disebutkan dalam tujuan penulisan diatas hanya sebagai pelengkap dan sekedar informasi singkat saja.

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefenisiHipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998). Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).B. EtiologiPenyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hyperplasia,yaitu:1.Teori Sel Stem (Isaacs1984). Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

2.Teori MC Neal (1978) Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

C. Anatomi FisiologiKelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

D. Patofisiologi

Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

E. Tanda dan Gejala Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias) Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih. Rasa nyeri saat memulai miksi/ Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

F. Komplikasi Aterosclerosis Infark jantung Impoten Haemoragik post operasi Fistula Striktur pasca operasi & inconentia urine

G. Pemeriksaan Diagnosis1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.4. Prostatektomi Parineal

Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

H. Penatalaksanaan1. Non Operatif Pembesaran hormon estrogen & progesteron Massase prostat, anjurkan sering masturbasi Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan Pemasangan kateter.2. OperatifIndikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml TUR (Trans Uretral Resection) STP (Suprobic Transersal Prostatectomy) Retropubic Extravesical Prostatectomy) Prostatectomy Perineal

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Data subyektif : Pasien mengeluh sakit pada luka insisi. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual. Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.2. Data Obyektif : Terdapat luka insisi Takikardi Gelisah Tekanan darah meningkat Ekspresi w ajah ketakutan Terpasang kateterB. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahanC. Intervensi1. Diagnosa Keperawatan 1:Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincterTujuan :Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil : Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.Intervensi : Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10) Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi) Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang) Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi Lakukan perawatan aseptik terapeutik Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.2. Diagnosa Keperawatan 2 :Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi.Tujuan :Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan.Kriteria hasil : Klien akan melakukan perubahan perilaku. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan. Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan.Intervensi : Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan. Pemasukan cairan sekurangkurangnya 2500-3000 ml/hari. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.3. Diagnosa Keperawatan 3 :Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahanTujuan :Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhiKriteria hasil : Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup. Klien mengungkapan sudah bisa tidur. Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.Intervensi : Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri (analgesik).

BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.Secara umum penatalaksanaan Non Operatif : Pembesaran hormon estrogen & progesteronMassase prostat, anjurkan sering masturbasi,Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek,Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan,Pemasangan kateter. Operatif Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml.o TUR (Trans Uretral Resection)o STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)o Retropubic Extravesical Prostatectomy)

B. Saran1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan tambahan.2.Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKADoenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : PedomanUntuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.