bpbd.jatengprov.go.id filebpbd.jatengprov.go.id
Transcript of bpbd.jatengprov.go.id filebpbd.jatengprov.go.id
Modul Pelatihan Fasilitator
EDISI VII 2018
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dan Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa
Modul Pelatihan Fasilitator
EDISI VII 2018
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dan Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa
Modul Pelatihan Fasilitator Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Dan Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa EDISI VII 2018
Pengarah
B. Wisnu Widjaja – BNPB Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hari Wantoro – Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
2 0 1 8
Kata Sambutan “Datanglah kepada Rakyat, hiduplah bersama mereka, mulailah dengan apa yang mereka tahu, bangunlah dari apa yang mereka punya, tetapi Pendamping yang baik adalah ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan, Rakyat berkata,“Kami sendirilah yang mengerjakannya.” (Lao Tze, 700SM)
Lao Tze, seorang filusuf Cina sudah sejak 2700 tahun lalu telah mendefinisikan bagaimana seorang “pendamping masyarakat” bekerja. Seorang “pendamping masyarakat” yang baik tidak hadir sebagai superhero yang dapat menyelesaikan segala masalah masyarakat dengan ilmu pengetahuan maupun kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak pula datang sebagai orang yang menentukan pilihan untuk masyarakat dampingannya. Pendamping yang baik tidak hanya datang pada saat harus melaksanakan kegiatan dari suatu program yang diembannya dan setelah itu kembali ke kehidupannya sendiri ataupun hanya mengejar output tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sebenarnya. Pendamping yang baik adalah yang dapat menciptakan kemandirian masyarakat bukan menciptakan ketergantungan baru.
BNPB, melalui Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, sejak tahun 2012 telah menginisiasi suatu proses proses pembangunan dalam rangka pengurangan risiko bencana melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Program dengan tajuk Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) ini merupakan program pengelolaan risiko berbasis komunitas dengan harapan masyarakat tidak saja menjadi obyek dari proses tetapi dapat terlibat secara aktif dalam mengkaji, menganalisa, menangani, memantau dan mengevaluasi upaya-‐upaya pengurangan risiko bencana di daerahnya dengan memaksimalkan sumberdaya lokal yang ada. Untuk mendukung implementasi program dalam mencapai harapan tersebut di atas, diperlukan suatu modul dan/atau panduan yang dapat digunakan oleh fasilitator desa dalam proses pendampingan.
Proses penyusunan modul fasilitator ini merupakan hasil sinergitas antarpihak. Hasil paduan dan kerjasama multi lembaga yang secara bersama-‐sama berfikir dan berperan sebagai pekerja kemanusiaan. Modul ini disusun oleh para pelaku PRBBK di lapangan sehingga sarat akan pengalaman dan pembelajaran (best practice), untuk itu diharapkan dengan adanya modul ini kemandirian dan ketangguhan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat terwujud
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan – BNPB Ir. Bernardus Wisnu Widjaya, M.Sc
Sekapur Sirih
Menjawab kebutuhan sebagai upaya pengurangan risiko bencana, khususnya berbasis komunitas secara lebih komprehensif dan terintegrasi dengan pembangunan, BAPPENAS-‐UNDP mencoba menggagas pemaduan upaya PRBBK ke dalam pembangunan di tingkat desa. Rintisan melalui kegiatan “Pengembangan Model Desa Tangguh” pada tahun 2008 tersebut menghasilkan gambaran pelaksanaan PRBBK yang lebih komprehensif mungkin dilakukan. Upaya ini dilanjutkan dan dimatangkan dalam kegiatan “PRBBK – Desa Tangguh” dalam program kerjasama BNPB, BAPPENAS dan UNDP pada tahun 2009-‐2011. Kegiatan Desa Tangguh tersebut menjadi salah satu alternatif bentuk PRBBK. Inisiatif didukung BNPB melalui Peraturan Kepala BNPB No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana).
Penyelenggaraan program pengembangan Destana memiliki empat landasan: i) landasan empiris-‐faktual bencana yang menunjukkan realitas ancaman di Indonesia, ii) landasan filosofi kearifan lokal yang menunjukkan akar sosial-‐budaya dari pengurangan risiko bencana, iii) pembangunan berkelanjutan yang menempatkan pengurangan risiko bencana menjadi bagian penting, dan iv) otonomi desa yang memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur dirinya sendiri termasuk dalam hal pengurangan risiko bencana.
Upaya-‐upaya membangun masyarakat tangguh yang mampu beradaptasi dan berkembang berhadapan dengan risiko bencana menjadi sebuah keniscayaan. Kemampuan tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan sistem sosial-‐budaya masyarakat mengorganisir diri untuk meredam ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Oleh karena itu praktik rekayasa sosial-‐budaya untuk pengurangan risiko bencana penting untuk dilakukan.
Program Destana mulai diselenggarakan pada tahun 2013 di berbagai daerah melalui kerjasama BNPB -‐ BPBD. Ketiadaan modul yang memadai untuk memandu Fasilitator Destana saat itu, mendorong disusunnya modul bagi fasilitator ini. Modul ini adalah hasil memadukan pengalaman dan praktik penyelenggaraan Destana dan pengembangan ketangguhan masyarakat di berbagai wilayah oleh banyak lembaga/organisasi; pemerintah, organisasi non-‐pemerintah/LSM maupun individu. Dilengkapi dengan praktik-‐praktik fasilitasi desa tangguh maupun PRBBK, modul ini terbit pertamakali di tahun 2015 dan terus dikembang-‐sempurnakan hingga edisi ini.
Akhirnya, sebagai buah perenungan berbagai individu dari berbagai lembaga yang bersatu-‐padu, bergotong royong, Penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Dengan demikian, hadirnya modul ini dapat menjadi ruang dan bahan bagi pengembangan modul Fasilitator Destana di kemudian hari.
Tim Penyusun
Daftar Isi
Kata Sambutan
Sekapur Sirih
Daftar Isi
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan Pengurangan Risiko Bencana
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Tim Penyusun
Evaluasi dari Pengguna
MODUL 1 DASAR
PENANGGULANGAN
BENCANA DAN
PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
Modul ini membahas pengertian,
konsep dan konteks bencana,
penyelenggaraan penanggulangan
bencana di Indonesia serta komitmen-‐
komitmen global berkaitan dengan
penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 1 dari 26
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 2 dari 26
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL dan Lembar kerja ............................................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 6
Peta Kedudukan Modul ............................................................................................................ 7
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 8
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 8
B. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................... 8
C. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran .................................................... 8
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 8
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 8
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 10
A. Pengantar .................................................................................................................... 10
B. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................. 10
C. Indikator Pencapaian Tujuan ....................................................................................... 10
D. Uraian Materi .............................................................................................................. 10
D.1. Konsep dan konteks bencana di Indonesia ............................................................. 10
D.2. Penyelenggaraan PB Indonesia ............................................................................... 12
D.3. Komitmen PRB Global ............................................................................................. 13
E. Kegiatan Pembelajaran ................................................................................................ 18
E.1. Curah pendapat dan tugas kelompok tentang pengertian, konsep dan konteks
bencana di Indonesia ...................................................................................................... 18
E.2. Curah pendapat tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia 19
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 3 dari 26
E.3.Tugas kelompok tentang kebijakan PB/PRB global ................................................... 19
BAGIAN III PENUTUP .............................................................................................................. 23
A. Latihan/Kasus/Tugas ................................................................................................... 23
B. Umpan Balik ................................................................................................................ 23
C. Refleksi dan Tindak Lanjut ........................................................................................... 24
D. Kunci Jawaban ............................................................................................................. 25
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 26
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 4 dari 26
DAFTAR TABEL DAN LEMBAR KERJA
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ............................................................. 8
Tabel 2.1. Jenis dan ragam ancaman ..................................................................................... 11
Lembar kerja 1. Curah pendapat penyelenggaraan PB Indonesia ......................................... 19
Lembar kerja 2. Tugas kelompok pelaksanaan Kesepakatan Paris di desa/kelurahan .......... 19
Lembar kerja 3. Tugas kelompok tujuan pembangunan berkelanjutan desa/kelurahan ....... 20
Lembar Kerja 4. Tugas kelompok pelaksanaan kerangka kerja Sendai di desa/kelurahan .... 22
Tabel. 3.1. Penilaian latihan ................................................................................................... 24
Tabel 3.2. Refleksi dan tindak lanjut ...................................................................................... 24
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 5 dari 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus tahapan penanggulangan bencana ......................................................... 12
Gambar 2.2. Ikon tujuan pembangunan berkelanjutan ......................................................... 15
Gambar 2.3. Target SFDRR ..................................................................................................... 17
Gambar 2.4. Priotitas aksi SFDRR ........................................................................................... 18
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 6 dari 26
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 1. Dasar PB-‐PRB ini membahas tentang konsep dasar dan konteks bencana di
Indonesia, penyelenggaraan PB Indonesia dan komitmen PRB global .
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk membahas modul 2 hingga modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 4
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
pelaksanaan program atau kegiatan meningkatkan ketangguhan masyarakat di
daerah masing-‐masing.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 7 dari 26
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 1. Dasar PB-‐PRB.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 8 dari 26
BAGIAN I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanggulangan bencana di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari komitmen-‐komitmen
global. Keprihatinan masyarakat dunia terhadap dampak bencana telah melahirkan
keuputusan-‐keputusan bersama untuk bertindak bersama mengurangi dampak bencana.
Negara-‐negara penandatangan komitmen kemudian menindaklanjuti kesepakatan-‐
kesepakatan menjadi tindakan tingkat nasional sesuai konsep dan konteks masing-‐masing.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 1. Dasar PB/PRB, diharapkan peserta mampu memahami dan
menjelaskan dasar PB dan PRB. Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai
berikut:
1. Peserta memahami konsep dan konteks bencana di Indoesia
2. Peserta memahami penyelenggaraan PB Indonesia
3. Peserta memahami komitmen-‐komitmen global PRB
C. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) konsep dan konteks
bencana di Indonesia, 2) Penyelenggaraan PB Indonesia, 3) komitmen PRB Global. Setiap
pokok materi dibahas secara terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan pembelajaran.
Metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok
dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
dan mengerjakan tugas tentang pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat.
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 9 dari 26
No Kegiatan Waktu
(Menit)
1. Menjelaskan, curah pendapat dan tugas kelompok tentang pengertian, konsep dan konteks bencana di Indonesia 90
2. Menjelaskan dan curah pendapat tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia 45
3. Menjelaskan dan tugas kelompok tentang kebijakan PB/PRB global 45
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 10 dari 26
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaran
menggnakan metode curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara individu
maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana
fasilitasi untuk diterapkan di tempat tugas masing-‐masing.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 1. Dasar PB dan PRB, diharapkan peserta mampu memahami
menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan pengetahuan dasar PB dan PRB.
C. Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan dan menganalisis pengertian bencana, ragam bencana dan
jenis ancaman
2. Peserta mampu menunjukkan hasil analisis tahapan dan kegiatan penyelenggaraan PB
Indonesia
3. Peserta mampu menunjukkan hasil analisis komitment-‐komitmen PRB global
D. Uraian Materi
D.1. Konsep dan konteks bencana di Indonesia
1. Pengertian bencana di Indonesia
Pasal 1 ayat 1 UU 24/2007 menjelaskan: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
2. Jenis bencana di Indonesia
Pasal 1 ayat 2, 3 dan 4 UU 24/2007 menjelaskan:
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 11 dari 26
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror
3. Jenis ancaman
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana
(Psl 1 ayat 13 UUPB). Ancaman dapat berupa kejadian alamiah, hasil samping kegiatan
manusia atau gabungan keduanya. Ancaman alamiah seperti gempa bumi, letusan
gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor. Ancaman akibat hasil samping
kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan teknologi dan
kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan
transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara peristiwa alamiah dan
kesalahan manusia.
Tabel 2.1. Jenis dan ragam ancaman
Jenis Ancaman Ragam Ancaman
Ancaman geologi Gempa bumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
Ancaman Hidro-‐meterorologi
Banjir, topan, banjir bandang, kekeringan
Ancaman biologi Wabah, hama/penyakit tanaman, penyakit hewan
Ancaman kegagalan teknologi
Kecelakaan transportasi, pencemaran industri
Ancaman lingkungan Kebakaran, kebakaran hutan, penggundulan hutan.
Ancaman sosial Konflik, terrorisme
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 12 dari 26
D.2. Penyelenggaraan PB Indonesia
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (Pasal 1, ayat 5, UU No 24/2007).
Gambar 2.1. Siklus tahapan penanggulangan bencana
1) Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
2) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
3) Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 13 dari 26
4) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
5) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana.
6) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
7) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik
pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
dan berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana
D.3. Komitmen PRB Global
1. Kesepakatan Paris (Paris Agreement)
Persetujuan Paris adalah persetujuan dalam
kerangka UNFCCC yang mengawal reduksi emisi
karbon dioksida efektif berlaku sejak tahun 2020.
Persetujuan ini dibuat pada Konferensi
Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-‐Bangsa
2015 di Paris.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 14 dari 26
Tujuan kesepakatan Paris
(a) Menahan laju peningkatan temperatur global hingga di bawah 2 derajat celcius dari
angka sebelum masa Revolusi Industri, dan mencapai upaya dalam membatasi
perubahan temperatur hingga setidaknya 1.5 derajat Celcius, karena memahami
bahwa pembatasan ini akan secara signifikan mengurangi risiko dan dampak dari
perubahan iklim.
(b) Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap dampak dari perubahan
iklim, meningkatkan ketahanan iklim, dan melaksanakan pembangunan yang
bersifat rendah emisi gas rumah kaca tanpa mengancam produksi pangan.
(c) Membuat suplai finansial yang konsisten demi tercapainya pembangunan yang
bersifat rendah emisi gas rumah kaca dan tahan terhadap perubahan iklim.
2. Tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals’s)
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPD) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169
capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia
pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan
bersama oleh negara-‐negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan
pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030.
Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium
(MDGs) yang ditandatangani oleh pemimpin-‐pemimpin dari 189 negara sebagai
Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak
akhir 2015.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 15 dari 26
Gambar 2.2. Ikon tujuan pembangunan berkelanjutan
17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun [7 target]
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta
mendorong pertanian yang berkelanjutan [8 target]
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia [13 target]
4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang [10 target]
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan [9
target]
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi
semua orang [8 target]
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi
semua orang [5 target]
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 16 dari 26
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-‐menerus, inklusif, dan berkelanjutan,
serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua
orang [11 target]
9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif
dan berkelanjutan serta membina inovasi [8 target]
10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara [10 target]
11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan
berkelanjutan [10 target]
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan [11 target]
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya [5
target]
14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan [10 target]
15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang
berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati [12 target]
16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang
efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan [12 target]
17. Memperkuat perangkat-‐perangkat implementasi (means of implementation) dan
merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan [19 target]
Komitmen Indonesia tercermin dalam 20 prioritas pembangunan nasional. Di bawah
pimpinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan dengan
kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia memulai upaya-‐upaya intensif
untuk mengintegrasikan SDGs lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan nasional dan
subnasional dengan ketersediaan alokasi anggaran untuk pembangunan berkesinambungan
dan konsisten dengan konteks setempat.
1. Pembangunan Manusia, 2. Pertumbuhan Ekonomi, 3. Kependudukan & KB, 4. Pendidikan,
5. Kesehatan, 6. Gender, 7. Perlindungan Anak, 8. Pangan & Nutrisi, 9. Energi, 10. Maritim,
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 17 dari 26
11. Infrastruktur, 12. Air & Sanitasi, 13. Lingkungan Hidup, 14. Ketidaksetaraan, 15.
Pembangunan Perkotaan & Pedesaan, 16. Tata Kelola Pemerintahan, 17. Politik &
Demokrasi, 18. Keamanan & Pertahanan, 19. Kemiskinan, dan 20. Kemitraan Global.
3. Kerangka aksi Sendai untuk pengurangan risiko bencana (Sendai Framework for
Disaster Risk Reduction)
Kerangka Kerja Sendai juga merupakan kesepakatan dunia untuk mengurangi risiko
bencana. Kesepakatan Sendai ini hasil dari Konferensi PBB tentang pengurangan risiko
bencana yang diselenggrakan pada 14 hingga 18 Maret 2015 di kota Sendai, Provisi Miyagi,
Jepang. Indonesia menjadi salah satu negara penandatangan kesepakatan ini. Apa saja inti
kesepakatan Sendai ini?
Gambar 2.3. Target SFDRR
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 18 dari 26
Gambar 2.4. Priotitas aksi SFDRR
E. Kegiatan Pembelajaran
E.1. Curah pendapat dan tugas kelompok tentang pengertian, konsep dan konteks
bencana di Indonesia
Setelah mengikuti penjelasan tentang kosep dan konteks bencana di Indonesia, peserta
diminta membentuk kelompok dengan anggota 3 sampai 4 orang dan melakukan curah
pendapat tentang pengertian bencana dan jenis bencana di Indonesia. Hasil curah pendapat
dituliskan dalam tabel menggunakan lembar kerja 1 di bawah ini.
Lembar kerja 1. Curah pendapat kelompok pengertian dan jenis bencana di Indonesia
Pertanyaan? Uraian Jawaban? Apa pengertian bencana menurut kelompok Anda?
Apa pengertian jenis bencana alam menurut kelompok Anda?
Apa pengertian jenis bencana non alam menurut kelompok Anda?
Apa pengertian jenis bencana sosial menurut kelompok Anda?
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 19 dari 26
E.2. Curah pendapat tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
Setelah mengikuti penjelasan tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Indonesia, peserta diminta kembali ke kelompoknya dan melakukan curah pendapat
tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Hasil curah pendapat
dituliskan dalam tabel menggunakan lembar kerja 2 di bawah ini.
Lembar kerja 1. Curah pendapat penyelenggaraan PB Indonesia
Tahapan Penyelenggaraan PB Apa Bentuk Kegiatannya?
Kesiapsiagaan
Tanggap darurat
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
E.3.Tugas kelompok tentang kebijakan PB/PRB global
Setelah mengikuti uraian materi tentang kebijakan PB-‐PRB Global, peserta diminta kembali
ke kelompoknya dan melakukan curah pendapat tentang pelaksanaa Paris Agreement,
Tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals’s) dan Kerangka aksi
Sendai untuk pengurangan risiko bencana (Sendai Framework for Disaster Risk Reduction)
menggunakan lembar kerja 3, 4, dan 5 di bawah ini.
Lembar kerja 2. Tugas kelompok pelaksanaan Kesepakatan Paris di desa/kelurahan
Isi Kesepakatan Paris Bentuk Kegiatan
Pelaksanaan di Tingkat Desa/Kelurahan
Siapa Saja Pelakunya
1. Menahan laju peningkatan temperatur global
2. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap dampak dari perubahan iklim
3. Membuat suplai finansial yang konsisten demi
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 20 dari 26
Isi Kesepakatan Paris Bentuk Kegiatan
Pelaksanaan di Tingkat Desa/Kelurahan
Siapa Saja Pelakunya
tercapainya pembangunan yang bersifat rendah emisi gas rumah kaca dan tahan terhadap perubahan iklim.
Lembar kerja 3. Tugas kelompok tujuan pembangunan berkelanjutan desa/kelurahan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Bentuk Kegiatan di Tingkat Desa/Kelurahan Siapa Pelakunya?
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 21 dari 26
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Bentuk Kegiatan di Tingkat Desa/Kelurahan Siapa Pelakunya?
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 22 dari 26
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Bentuk Kegiatan di Tingkat Desa/Kelurahan Siapa Pelakunya?
Lembar Kerja 4. Tugas kelompok pelaksanaan kerangka kerja Sendai di desa/kelurahan
Prioritas Kerangka Kerja Sendai
Bentuk Kegiatan di Tingkat Desa/Kelurahan Siapa Pelakunya?
1. Memahami risiko bencana
2. Memperkuat tata kelola risiko bencana dan manajemen risiko bencana
3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketangguhan
4. Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif dan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 23 dari 26
BAGIAN III PENUTUP
A. Latihan/Kasus/Tugas
1. Tahapan penanggulangan bencana Indonesia a. Rehabilitasi-‐Rekonstruksi-‐Kesiapsiagaan b. Kesiapsiagaan-‐Tanggap Darurat-‐Pemulihan c. Pemulihan-‐Tanggap Darurat-‐Kesiapsiagaan d. Tanggap Darurat-‐Kesiapsiagaan-‐Pemulihan
2. Jenis bencana di Indonesia adalah a. Bencana alam b. Bencana non alam c. Bencana sosial d. Semua (a, b, c) benar
3. Gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung api temasuk jenis ancaman a. Geologi b. Hidrometeorologi c. Alam d. Kerusakan lingkungan
4. Banjir, angin puting beliung dan kekeringan termasuk jenis ancaman
a. Geologi b. Hidrometeorologi c. Alam d. Kerusakan lingkungan
5. Berapa jumlah prioritas aksi Sendai
a. 9 b. 17 c. 4 d. 10
6. Berapa jumlah indikator tujuan pembangunan berkelanjutan a. 9 b. 17 c. 4 d. 10
B. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban peserta dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban peserta yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta terhadap modul ini.
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 24 dari 26
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥100%
Tabel. 3.1. Penilaian latihan
Skor Keterangan Predikat 95 -‐ 100 Sangat baik A 85 -‐ 94 Baik B 70 -‐ 84 Cukup C 51 -‐ 69 Kurang D ≤50 Sangat kurang E
Apabila peserta mencapai tingkat penguasaan Baik (B) sampai dengan Sangat Baik (A),
peserta dapat dinyatakan berhasil, selanjutnya peserta dapat meneruskan mempelajari
modul berikutnya. Tetapi apabila tingkat penguasaan peserta masih di bawah Baik, peserta
harus mengulangi materi pada modul ini, terutama bagian yang belum peserta kuasai.
C. Refleksi dan Tindak Lanjut
Tabel 3.2. Refleksi dan tindak lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum
Tercapai Keterangan
1. Peserta mampu menjelaskan dan
menganalisis pengertian bencana,
ragam bencana dan jenis ancaman
2. Peserta mampu menunjukkan hasil
analisis tahapan dan kegiatan
penyelenggaraan PB Indonesia
3. Peserta mampu menunjukkan hasil
analisis komitment-‐komitmen PRB
global
Tindak lanjut
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 25 dari 26
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
D. Kunci Jawaban
Nomer Pertanyaan Jawaban 1 B 2 D 3 A 4 B 5 C 6 B
Modul 1. Dasar Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana | Halaman 26 dari 26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Undang Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Anonim, 2012, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2012 Tentang Pedoman Umum Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana
Anonim, 2014, Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Anonim, 2016, Undang Undang No 16 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Parisagreement To
The United Framework Convention On Climate Change (Persetujuan Paris Atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-‐Bangsa Mengenai Perubahan Iklim)
United Nations Framework Convention on Climate Change. List List of Annex I Parties to the
Convention. Diakses pada 09 Juni 2018, dari
http://unfccc.int/parties_and_observers/parties/annex_i/items/2774.php
Anonim, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Anonim, BNPB, 2015, Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 -‐ 2030
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 0 dari 35
MODUL 2
PENGKAJIAN
RISIKO BENCANA
PARTISIPATIF
Modul ini merupakan bagian kedua dari
enam modul dalam pelatihan fasilitator
Destana tingkat dasar. Modul ini membahas
langkah dan teknik pelaksanaan pengkajian.
Hasil pengkajian risiko bencana merupakan
bahan dasar dalam kegiatan-‐kegiatan
pengelolaan risiko bencana berikutnya.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 1 dari 35
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 2 dari 35
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 4
DAFTAR LEMBAR KERJA ........................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 6
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 7
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 8
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 8
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 9
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 9
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 9
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 9
D.Penilaian dan Kelulusan .................................................................................................. 10
D.1. Aspek Penilaian ....................................................................................................... 10
D.2. Kelulusan ................................................................................................................. 11
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 12
A.Pengantar ........................................................................................................................ 12
B.Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 12
C.Indikator Pencapaian Tujuan ........................................................................................... 12
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 12
D.1. Pengertian risiko bencana dan pengkajian risiko bencana ...................................... 12
D.2. Pendekatan Aset Penghidupan ............................................................................... 14
D.3. Penilaian ancaman .................................................................................................. 14
D.4. Penilaian risiko bencana dan penetapan rekomendasi aksi .................................... 15
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 3 dari 35
D.5. Pemetaan risiko bencana ........................................................................................ 15
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 16
E.1. Praktek penilaian ancaman ...................................................................................... 16
E.2. Praktek penilaian tingkat risiko bencana dan penetapan rekomendasi aksi ........... 19
E.3. Praktek penyusunan peta risiko bencana ................................................................ 26
BAGIAN III PENUTUP .............................................................................................................. 29
A.Latihan/Kasus/Tugas ....................................................................................................... 29
B.Rangkuman ...................................................................................................................... 29
C.Umpan Balik .................................................................................................................... 30
D.Refleksi dan Tindak Lanjut .............................................................................................. 30
E.Kunci Jawaban ................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 32
Lampiran. Salinan lembar kerja 4. Penilaian risiko bencana .................................................. 33
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 4 dari 35
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ........................................................... 10
Tabel 1.2. Nilai dan Predikat Kelulusan .................................................................................. 11
Tabel 2.1. Contoh matrik hasil pengkajian risiko bencana partisipatif .................................. 13
Tabel 2.2. Contoh jenis/ragam ancaman ............................................................................... 16
Tabel 2.3. Contoh pemeringakatan ancaman ........................................................................ 17
Tabel 2.4. Contoh deskripsi karakter ancaman ...................................................................... 19
Tabel 2.5. Contoh penilaian risiko bencana ........................................................................... 22
Tabel 2.6. Contoh penetapan rekomendasi kegiatan pengurangan risiko bencana .............. 26
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 5 dari 35
DAFTAR LEMBAR KERJA
Lembar Kerja 1. Jenis dan ragam ancaman di daerah asal peserta ........................................ 16
Lembar kerja 2. Pemeringkatan ancaman .............................................................................. 17
Lembar kerja 3. Deskripsi karakter ancaman ......................................................................... 18
Lembar kerja 4. Penilaian risiko bencana ............................................................................... 20
Lembar kerja 5. Penetapan rekomendasi kegiatan pengurangan risiko bencana ................. 25
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 6 dari 35
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 2 Pengkajian RisikoBencana Partisipatif ini membahas tentang konsep dasar
teknik pelaksanaan pengkajian risiko bencana oleh masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 3 hingga
modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 8
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 7 dari 35
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 8 dari 35
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (Pasal 1 ayat 17 UU PB).
Risiko bencana merupakan hasil interaksi dari faktor-‐faktor yakni (1) ancaman, (2)
kerentanan , dan 3) kapasitas.
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana
(Psl 1 ayat 13 UUPB). Ancaman dapat berupa kejadian alamiah, hasil samping kegiatan
manusia atau gabungan keduanya. Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis,
geografis, hukum, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk
mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak ancaman atau bahaya
tertentu (Perka BNPB No 1. Tahun2012 Tentang Desa Tangguh Bencana, Bagian D point 12).
Kapasitas adalah sumber daya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang dimiliki
seseorang atau masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, mencegah, dan memitigasi, menanggulangi dampak buruk, atau
dengan cepat memulihkan diri dari bencana (Perka BNPB No 1. Tahun 2012 Tentang Desa
Tangguh Bencana, Bagian D point 11).
Pola hubungan tiga faktor diatas sehingga menghasilkan risiko bencana dapat diekspresikan
dengan persamaan di bawah ini:
Ancaman X Kerentanan
Risiko Bencana = -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
Keapasitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 9 dari 35
Harap diingat, rumusan matematis di atas hanya merupakan ilustrasi untuk
menggambarkan pola hubungan ketiga faktor risiko bencana.
Tingkat risiko bencana akan semakin tinggi apabila ancaman dan kelemahan tinggi
sedangkan kekuatan rendah atau nilainya kecil. Mengurangi risiko bencana dapat dilakukan
dengan mengubah nilai faktor-‐faktor ancaman, kerentanan dan kapasitas. Risiko bencana
akan menjadi rendah/kecil apabila; 1) ancaman dikurangi, dicegah atau dihilangkan, 2)
kerentanan lemahan diturunkan, atau 3) kapasitas ditingkatkan. Ada jenis-‐jenis ancaman
dapat dicegah atau dihilangkan, misalnya wabah. Ada pula jenis ancaman tidak dapat
dicegah misalnya gempa bumi, tsunami dan letusan gunungapi.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif, diharapkan peserta
mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode,
pendekatan, pengkajian risiko bencana dalam memfasilitasi program Destana. Indikator
capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian ancaman
2. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian risiko bencana
3. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penyusunan peta risiko
bencana
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) Penilaian ancaman,
2) Penilaian risiko bencana, 3) Pemetaan risiko bencana. Setiap pokok materi dibahas
secara terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran
meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 10 dari 35
dan mengerjakan tugas tentang 1) Penilaian ancaman, 2) Penilaian risiko bencana, 3)
Pemetaan risiko bencana
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu yang akan saudara lakukan dalam modul ini
disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu (Menit)
1. Mempelajari, tanya jawab dan curah pendapat tentang pengertian dan ragam jenis ancaman 45
2. Mengerjakan tugas praktek penilaian ancaman 45
3. Mengerjakan tugas praktek penilaian tingkat risiko bencana dengan pendekatan aset penghidupan 90
4. Mengerjakan tugas praktek pemetaan risiko bencana 90
D.Penilaian dan Kelulusan
D.1. Aspek Penilaian
Aspek penilaian dalam proses pembelajaran modul ini meliputi 1) nilai sikap (NS), 2) Nilai
Keterampilan (NK), dan 3) Nilai Pengetahuan (NP).
1. Penilaian Sikap (NS)
Penilaian sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta diklat pada aspek kerja sama,
disiplin, tanggung jawab, dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Sikap-‐sikap tersebut
diamati pada saat menerima materi, mengerjakan tugas individu dan kelompok,
mengemukakan pendapat dan tanya jawab, serta saat berinteraksi dengan fasilitator dan
peserta lain.Penilaian dilakukan dengan cara pengamatan selama pembelajaran
berlangsung.
2. Penilaian Keterampilan (NK)
Penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta
dalam memahami, menginternalisasi, danmenerapkan pengetahuan yang diperoleh
maupun keterampilan yang mendukung kompetensi dan indikator. Penilaian aspek
keterampilan dilakukan oleh fasilitator melalui penugasan individu dan/atau kelompok
menggunakan pendekatan penilaian otentik berupa tes dan non tes.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 11 dari 35
3. Penilaian Aspek Pengetahuan (NP)
Penilaian pengetahuan bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta
diklat setelah mengikuti proses pembelajaran. Cara penilaian aspek pengetahuan ini
menggunakan tes tertulis pada akhir proses pembelajaran.
4. Nilai Akhir
Nilai Akhir (NA) merupakan gabungan dari seluruh aspek penilaian dengan formulasi
pembobotan nilai di bawah ini:
NA = [{(NS x40%)+(NK x60%)}x60%] + [NPx 40%]
NA = Nilai Akhir
NS = Nilai Sikap
NK = Nilai Keterampilan
NP = Nilai Pengetahuan
D.2. Kelulusan
Penentuan predikat kelulusan peserta ditetapkan dengan mengadaptasi Peraturan Kepala
Lembaga Administrasi Negara No 15. Tahun 2015 tentang Pedoman Diklat Prajabatan.
Tabel 1.2. Nilai dan Predikat Kelulusan
Nilai Predikat > 90,0 – 100 Amat Baik > 80,0 – 90,0 Baik > 70,0 – 80,0 Cukup > 60,0 – 70,0 Sedang
≤ 60 Kurang
Batas nilai kelulusan adalah perolehan nilai akhir > 70.5. Peserta diklat yang memperoleh
Nilai Akhir > 70 diberikan Sertifikat. Sedangkan peserta yang memiliki Nilai Akhir ≤ 70 hanya
menerima surat keterangan keikutsertaan dalam pelatihan.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 12 dari 35
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaran
pengkajian risiko bencana partisipatif. Kegiatan pembelajatan akan menggnakan metode
curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara individu maupun kelompok. Pada
akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana fasilitasi untuk diterapkan di
tempat tugas masing-‐masing.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif, diharapkan peserta
mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode,
pendekatan, dalam memfasilitasi pengkajian risiko bencana.
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian ancaman
2. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian risiko bencana
3. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penyusunan peta risiko
bencana
D.Uraian Materi
D.1. Pengertian risiko bencana dan pengkajian risiko bencana
1. Pengertian risiko bencana.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat (Pasal 1 ayat 17 UU PB).
Risiko bencana merupakan hasil interaksi dari faktor-‐faktor yakni (1) ancaman, (2)
kerentanan , dan 3) kapasitas.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 13 dari 35
2. Pengertian pengkajian risiko bencana
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda.
Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan
kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa
yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan (Perka BNPB No. 2 Tahun
2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, Bab 2; Konsepsi)
3. Pengertian pengkajian risiko bencana partisipatif
Pengkajian risiko bencana partisipatif merupakan suatu cara untuk menilai potensi
dampak negatif pada aset penghidupan suatu komunitas yang mungkin timbul akibat
kejadian ancaman. Pengkajian risiko bencana partisipatif dilaksanakan secara mandiri
oleh komunitas, pada lingkup ruang hidupnya, menggunakan ukuran-‐ukuran dan
pendekatan baik ilmiah, alamiah dan subyektif.
Tabel 2.1. Contoh matrik hasil pengkajian risiko bencana partisipatif
Desa/Kec : …………. Kabupaten : …………. Provinsi : …………. Jenis Ancaman : ………….
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan Penyebab
Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Manusia
Finansial
Fisik / Infrastruktur
Alam / Lingkungan
Sosial/Politik
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak membutuhkan dukungan dari luar desa.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 14 dari 35
D.2. Pendekatan Aset Penghidupan
Risiko bencana merupakan perkiraan kemungkinan kerugian pada satu atau lebih aset
penghidupan akibat suatu kejadian. Aset penghidupan adalah sumberdaya-‐sumberdaya
dimiliki, dapat diakses, dapat dikontrol oleh suatu unit sosial (individu, keluarga, komunitas)
untuk mempertahankan hidup. Jenis aset penghidupan dikelompokkan dalam katagori:
Jenis Aset Atribut Manusia keterampilan, pengetahuan, kesehatan,
sikap/perilaku dan motivasi Ekonomi/Finansial tabungan, ternak, pinjaman, harta benda, surat
tanah Fisik/Infrastruktur rumah, bangunan pemerintah, jalan, jembatan Alam/Lingkungan air, tanah/lahan, hutan, hewan buruan, sungai,
udara bersih, Sosial-‐Politik famili, teman, organisasi/lembaga, kebijakan
Hampir semua jenis aset penghidupan berpotensi rusak atau hilang akibat suatu kejadian
ancaman. Kerusakan atau kehilangan satu atau lebih jenis aset penghidupan dapat
mengganggu kemampuan suatu manusia mempertahankan hidup. Pendekatan aset
penghidupan digunakan dalam penilaian kerentanan, kapasitas dan kajian risiko.
D.3. Penilaian ancaman
1. Pengertian ancaman dan ragam jenis ancaman
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana
(Psl 1 ayat 13 UUPB). Ancaman dapat berupa kejadian alamiah, hasil samping kegiatan
manusia atau gabungan keduanya. Ancaman alamiah seperti gempa bumi, letusan
gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor. Ancaman akibat hasil samping
kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan teknologi dan
kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan
transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara peristiwa alamiah dan
kesalahan manusia.
Penilaian ancaman dilakukan dengan cara diskusi pleno dan kelompok. Penilaian
ancaman bertujuan meletakkan dasar pemahaman istilah ancaman dengan bencana,
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 15 dari 35
memahami jenis ancamannya, kemungkinan terjadi dan dampaknya, bagaimana
karakter atau ciri-‐ciri setiap ancaman.
2. Inventarisasi ragam ancaman
Setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi ancaman berbeda-‐beda tergantung kondisi
geografis, lingkungan, sosial, ekonomi, politik dan kependudukannya.
3. Pemeringkatan ancaman
Setiap jenis ancaman memiliki perbedaan dampak dan kemungkinan kejadian. Diperlukan
penilaian peringkat ancaman untuk memahami dampak dan kemungkinan kejadian.
4. Penilaian karakter ancaman
Setiap bentuk ancaman wajib dikenali karakter atau ciri-‐cirinya. Karakter atau ciri-‐ciri
tersebut dapat diekspresikan dengan ukuran-‐ukuran ilmiah maupun alamiah.
D.4. Penilaian risiko bencana dan penetapan rekomendasi aksi
Setelah penilaian ancaman, bisa ditentukan tingkat risikonya dengan memasukkan unsur
kerentanan dan kapasitas (lihat tabel 2.1). Tingkat risiko bencana bersifat subyektif. Sangat
tergantung pada latar belakang dan konteks individu atau komunitas.
Setelah penilaian risiko bencana dapat dilanjutkan dengan penentuan rekomendasi.
Rekomendasi ini merupakan pilihan-‐pilihan kegiatan yang terbagi menjadi fase, yakni; 1) Pra
bencana; pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas, 2) Pra bencana, kesiapsiagaan
atau saat terdapat potensi bencana, 3) Saat tanggap darurat, dan 4) Pasca bencana
D.5. Pemetaan risiko bencana
Peta risiko bencana dikembangkan dari pemetaan hasil PRA. Menggambar peta dan denah
merupakan proses "meniru dan memindahkan" keadaan nyata di suatu ruangan atau
kawasan (misalnya rumah, kampung, kota), secara tampak atas, ke atas kertas atau media
lainnya. Peta atau denah biasanya dibuat sebagai alat bantu memahami keadaan secara
menyeluruh dan kemudian mengelolanya agar menjadi lebih baik.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 16 dari 35
E.Kegiatan Pembelajaran
E.1. Praktek penilaian ancaman
Setelah mengikuti pembelajaran tentang penilaian ancaman menggunakan lembar kerja di
bawah ini.
Lembar Kerja 1. Jenis dan ragam ancaman di daerah asal peserta
Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten/Kota : ……………………… Provinsi : ………………………
Jenis Ancaman Ragam Ancaman Ancaman geologi Ancaman Hidrometerorologi Ancaman biologi Ancaman kegagalan teknologi Ancaman lingkungan Ancaman sosial
Tabel 2.2. Contoh jenis/ragam ancaman
Desa/Kelurahan :Pakansari Kecamatan :Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Jenis Ancaman Ragam Ancaman Ancaman geologi Gempa bumi, tsunami, gerakan tanah Ancaman Hidrometerorologi Kekeringan, angin putting beliung Ancaman biologi Wabah malaria Ancaman kegagalan teknologi -‐ Ancaman lingkungan -‐ Ancaman sosial Konflik tapal batas dengan tetangga desa
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 17 dari 35
Lembar kerja 2. Pemeringkatan ancaman
Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten/Kota : ……………………… Provinsi : ………………………
Ancaman Perkiraan Dampak
Kemungkinan Terjadi
Total Nilai
Gempa bumi
Tsunami
Banjir
Gelombang pasang
Konflik sosial Kemungkinan terjadi Perkiraan dampak Nilai 1 = Tidak mungkin terjadi Nilai 2 = Kemungkinan kecil terjadi Nilai 3 = Sangat mungkin terjadi Nilai 4 = Pasti terjadi
Nilai 1 = Tidak parah Nilai 2 = Agak parah Nilai 3 = Parah Nilai 4 = Sangat parah
Tabel 2.3. Contoh pemeringakatan ancaman
Desa/Kelurahan :Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Jenis Ancaman Kemungkinan Terjadi Perkiraan Dampak Total
Banjir 4 4 8 Putting Beliung 4 3 7 Kebakaran 3 3 6 Wabah DBD 4 3 7
Setelah menuliskan jenis dan ragam ancaman peserta diminta mendeskripsikan karakter 1
(satu) jenis ancaman dengan lembar kerja 3 di bawah ini.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 18 dari 35
Lembar kerja 3. Deskripsi karakter ancaman
Jenis ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten/Kota : ……………………… Provinsi : ………………………
KARAKTER KETERANGAN
Asal/Penyebab
Faktor Perusak
Tanda Peringatan
Sela Waktu
Kecepatan Hadir
Frekuensi
Perioda
Durasi
Intensitas
Posisi
Asal/Penyebab : Sumber atau penyebab ancaman Faktor Perusak : Bagian dari ancaman yang menyebabkan kerusakan Tanda Peringatan : Tanda-‐tanda yang dapat diketahui sebelum ancaman datang Sela Waktu : Lama waktu antara tanda-‐tanda dengan datangnya ancaman Kecepatan Hadir : Kecepatan ancaman Perioda : Masa atau siklus letusan Frekuensi : Jumlah perulangan kejadian ancaman setiap periode Durasi : Lama setiap kejadian letusan Intensitas : Kekuatan ancaman, luas daerah yang diperkirakan terkena ancaman Posisi : Jarak sumber ancaman dengan permukiman penduduk
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 19 dari 35
Tabel 2.4. Contoh deskripsi karakter ancaman
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
KARAKTER KETERANGAN
Asal/Penyebab • Curah hujan tinggi • Penyempitan sungai • Irigasi saluran air • Buang sampah sembarangan • Banyak perumahan • Kekurangan resapan • Pendangkalan sungai
Faktor Perusak Genangan air, Sampah, Wabah penyakit
Tanda Peringatan Hujan deras terus menerus dalam waktu 2-3 jam
Sela Waktu 3 jam
Kecepatan Hadir 3 jam
Frekuensi 6 hingga 8 kali sepanjang musim penghujan
Perioda Waktu musim hujan,bulan September s/d Februari, terjadi dua tahun berturut-turut
Durasi 2 X 24 jam
Intensitas Ketinggian banjir sekitar1 hingga 1,5 meter, berdampak pada 63 rumah/KK, 252 jiwa
Posisi Sungai di tengah permukiman (Wilayah Kelurahan Pakansari)
E.2. Praktek penilaian tingkat risiko bencana dan penetapan rekomendasi aksi
Setelah mengikuti pembelajaran tentang penilaian tingkat risiko bencana peserta diminta
melakukan penilaian risiko bencana dengan lembar kerja di bawah ini.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 20 dari 35
Lembar kerja 4. Penilaian risiko bencana
(table ukuran besar lihat pada lampiran)
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Manusia
Meninggal
Cacat
Luka-‐luka
Sakit
Kehilangan kemampuan/ keterampilan
Mengungsi
Tidak bisa bekerja
Tidak bisa sekolah
Ekonomi/ Finansial
Kehilangan penghasilan/upah kerja
Kehilangan pekerjaan
Kehilangan modal kerja
Gagal panen
Kerusakan/kehilangan harta benda
Kerusakan/kehilangan surat-‐surat penting
Pengeluaran tambahan keluarga
Fisik / Infrastruktur
Rumah rusak/hilang
Gangguan fungsi rumah
Kerusakan jaringan pipa air bersih
Kerusakan jaringan listrik/telepon
Kerusakan saluran air
Kerusakan tempat kerja
Kerusakan fasilitas umum
Gangguan fungsi jalan/jembatan
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 21 dari 35
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Kerusakan tanggul/bendungan
Alam / Lingkungan
Pencemaran air/udara/tanah
Kerusakan/kehilangan sumber air bersih
Kerusakan lahan pertanian
Gangguan fungsi irigasi
Kerusakan hutan/gambut/rawa
Kerusakan sempadan sungai/pantai
Kerusakan/kehilangan sumber pangan alam
Gangguan fungsi estetik tanaman
Sosial/Politik
Gangguan kerukunan warga
Gangguan fungsi organisasi sosial
Gangguan/hambatan partisipasi
Gangguan kekerabatan keluarga
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak membutuhkan dukungan dari luar desa.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 22 dari 35
Tabel 2.5. Contoh penilaian risiko bencana
Jenis Ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Aset Berisiko
Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk
mengurangi risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Manusia
Meninggal
Cacat
Luka-‐luka
Sakit 252 jiwa - Wabah DBD, Cikunguya dan flu
- Pengungsian kotor
Dekat Puskesmas Ada dokter/bidan jaga
Tinggi
Kehilangan keterampilan
Mengungsi 252 jiwa - Kurang pengetahuan penanggulangan bencana banjir
- Tempat tinggal di dataran rendah
Terdidik dan sehat Sikap mental positif
Sedang
Tidak bisa bekerja 63 KK
Tidak bisa sekolah 100 anak
Ekonomi/ Finansial
Kehilangan penghasilan/upah kerja
Kehilangan pekerjaan
Kehilangan modal kerja
Gagal panen 63 kolam lele Kolam di dataran rendah tepi sungai
Ada koperasi peternak lele
Sedang
Kerusakan/kehilangan harta benda
63 KK Tidak sempat menyelamatkan barang-‐barang dan surat berharga
Tenaga sukarela kader aktif dan warga masyarakat serta peran aktif pemerintah
Sedang
Kerusakan/kehilangan surat-‐surat penting
63 KK
Pengeluaran tambahan keluarga
Fisik / Infrastruktur
Rumah rusak/hilang
Gangguan fungsi rumah 63 KK Tempat tinggal di dataran rendah
Tenaga sukarela kader aktif dan warga masyarakat serta peran aktif pemerintah
Sedang
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 23 dari 35
Jenis Ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Aset Berisiko
Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk
mengurangi risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Kerusakan jaringan pipa air bersih
Kerusakan jaringan listrik/telepon
Kerusakan saluran air
Kerusakan tempat kerja
Kerusakan fasilitas umum
Gangguan fungsi jalan/jembatan
Kerusakan tanggul/bendungan
Alam / Lingkungan
Pencemaran air/udara/tanah
Kerusakan/kehilangan sumber air bersih
- 11 rumah di RT 01/04, - 12 rumah di RT 02/04, - 7 rumah di RT 03/04 - 6 rumah di RT 04/04 - 4 rumah di RT 05/04 - 23 rumah di RT 02/08,
- Sumur di dataran rendah
- Ada warga punya keahlian membuat sumur
- Gotong royong dan swadaya
Tinggi
Kerusakan lahan pertanian
Gangguan fungsi irigasi
Kerusakan hutan/gambut/rawa
Kerusakan sempadan sungai/pantai
Kerusakan/kehilangan sumber pangan alam
Gangguan fungsi estetik tanaman
Sosial/Politik
Gangguan kerukunan warga
63 KK Kurang kebersamaan dan gotong royong
Pertemuan Triwulan Rt dan Rw di kelurahan ( rutin )
Tinggi
Gangguan fungsi organisasi sosial
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 24 dari 35
Jenis Ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Aset Berisiko
Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk
mengurangi risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Gangguan/hambatan partisipasi
Gangguan kekerabatan keluarga
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak membutuhkan dukungan dari luar desa.
Setelah praktek menilai risiko bencana, pembelajaran dilanjutkan dengan praktek
penyusunan rekomendasi kegiatan untuk mengurangi tingkat risiko pada aset-‐aset. Bentuk
kegiatan yang diusulkan bertujuan mengurangi tingkat risiko.
Jenis-‐jenis kegiatan rekomendasi dapat berupa kegiatan-‐kegiatan:
1. Peningkatan kapasitas (pengorganisasian, penetapan aturan, pelatihan-‐pelatihan dan
simulasi), pencegahan/mitigasi ancaman, dan sebagainya.
2. Peningkatan kesiapsiagaan seperti; pemantauan ancaman, pengaktifan ronda,
persiapan evakuasi, penyiapan tempat pengungsian dan sebagainya.
3. Saat tanggap darurat, misalnya; melakukan evakuasi, melakukan kajian kerugian,
mengelola logistik pengungsian, pengamanan lokasi bencana, dan sebagainya.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 25 dari 35
Lembar kerja 5. Penetapan rekomendasi kegiatan pengurangan risiko bencana
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Fase/tahap Kegiatan
Lembaga Organisasi
Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas)
Pra bencana, saat terdapat potensi bencana (kesiapsiagaan)
Saat tanggap darurat
Pasca bencana
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 26 dari 35
Tabel 2.6. Contoh penetapan rekomendasi kegiatan pengurangan risiko bencana
Jenis Ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Fase Kegiatan
Lembaga/Organisasi Pelibat
Kelurahan
RW
RT
Dasa Wisma
Kel. Lele
Kel. Ternak
K. Tarun
a
Pustu
Tim Siaga
Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas)
1. Pembuatan Peraturan Penanggulangan Bencana 2. Pengajuan kegiatan RPB ke Musrenbang √ √ √ 3. Sosialisasi kesadaran bencana √ √ √ √ √ √ √ 4. Reboisasi dan penataan lingkungan √ √ √ √ √ √ 5. Pengerukan sungai √ 6. Pembuatan biopori √ √ √ √ √ √ √ 7. Pembentukan tim siaga bencana √ √ √ √ 8. Pelatihan evakuasi dan P3K √ 9. Simulasi bencana √ √ √ √ √ √ √ √ 10. Pengadaan perlengkapan kebencanaan √ 11. Pengelolaan tabungan siaga √ √ √ √ √ 12. Pengelolaan bank sampah √ √
Pra bencana, saat terdapat potensi bencana (kesiapsiagaan)
1. Sosialisasi kesiapsiagaan bencana √ √ √ √ 2. Pengaktifan Early Warning System (EWS) √ 3. Pemantauan bahaya √ 4. Penyiapan pos pengungsian √
Saat tanggap darurat
1. Menghidupkan EWS dan pengeras suara √ √ 2. Melakukan evakuasi √ √ 3. Mengaktifkan pos pengungsian √ √ √ 4. Melakukan kajian kerugian √ √ 5. Mengelola logistik pengungsian √ √ √ √ √ 6. Pengamanan lokasi bencana √ √
Pasca bencana 1. Sosialisasi tentang pemulihan mental √ √ 2. Rekontruksi/rehabilitasi √ √ √ √ √ 3. Pemulihan aktifitas √ √ √ √ √
E.3. Praktek penyusunan peta risiko bencana
Setelah mengikuti pembelajaran tentang penyusunan peta risiko bencana peserta diminta
mempratekkan penyusunan peta risiko bencana 1 (satu) jenis ancaman di daerah asalnya
dengan mengikuti prosedur berikut ini.
1. Mensepakati/menentukan unsur peta.
Peta risiko bencana biasanya memiliki unsur peta; 1) jalan, 2) rumah, 3) rumah dengan
penduduk rentan, 4) rumah memiliki kendaraan untuk evakuasi, 5) jalur aman evakuasi, 6)
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 27 dari 35
titik tujuan evakuasi, 7) daerah diperkirakan terkena ancaman, 8) arah kedatangan
ancaman, 9) kebun, 10) sumber air, 11) bangunan atau fasilitas umum seperti sekolah, balai
kampung, dan puskesmas, 12) letak alat tanda bahaya, 13) sungai, 14) bukit/lembah, 15)
garis batas wilayah kampung, 16) hutan, 17) data penduduk, dan sebagainya.
2. Mulai menggambar peta.
Setelah elemen peta disepakati proses menggambar dapat dimulai. Untuk mempermudah
proses, penggambaran dapat dimulai dari menggambar garis-‐garis dasar seperti batas
wilayah kampung, jalan, sungai. Baru kemudian memasukkan unsur-‐unsur peta lainnya.
Disarankan menggunakan simbol dan atau warna berbeda untuk setiap unsur peta.
3. Mengecek lapangan.
Usai menggambar, lakukan pengecekan lapangan bersama dengan membawa serta peta
hasil penggambaran. Catat temuan penting untuk ditambahkan atau diperbaiki pada peta.
Langkah ini perlu untuk memastikan bahwa tidak ada hal-‐hal penting terlewatkan. Akhiri
dengan memberikan apresiasi dan mendiskusikan langkah selanjutnya.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 29 dari 35
BAGIAN III PENUTUP
A.Latihan/Kasus/Tugas
1. Faktor-‐faktor risiko bencana paling sesuai diantara peryataan di bawah ini? a. Tingkat Pendidikan –Status Sosial – Kerentanan b. Ancaman – Kerentanan – Kapasitas c. Kapasitas – Tingkat Pendidikan – Ekonomi/Financial d. Ancaman – Ekonomi/Financial – Koordinasi parapihak
2. Pernyataan di bawah ini lebih sesuai dengan perngertian risiko bencana: a. Potensi kerugian akibat bencana berupa kematian, luka, sakit, mengungsi,
kehilangan harta b. Kematian, luka, sakit, mengungsi, kehilangan harta benda akibat bencana c. Dampak negatif pada masyarakat akibat bencana alam dan nonalam d. Kegagalan masyarakat mengantisipasi timbulnya dampak negatif akibat bencana
3. Berikut ini adalah cara mengurangi risiko bencana,kecuali? a. Mengurangi ancaman, meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan b. Meningkatkan kapasitas, mencegah ancaman dan mengurangi kerentanan c. Meningkatkan kerentanan, meningkatkan kapasitas dan meningkatkan ancaman d. Mengurangi tingkat ancaman, meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan
B.Rangkuman
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (Pasal 1 ayat 17 UU PB).
Risiko bencana merupan hasil interaksi dari faktor-‐faktor yakni (1) ancaman, (2) kerentanan
, dan 3) kapasitas.
Ancaman X Kerentanan
Risiko Bencana = -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
Kapasitas
Tingkat risiko bencana akan semakin tinggi apabila ancaman dan kelemahan tinggi
sedangkan kekuatan rendah atau nilainya kecil. Mengurangi risiko bencana dapat dilakukan
dengan mengubah nilai faktor-‐faktor ancaman, kerentanan dan kapasitas.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 30 dari 35
C.Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban peserta dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban peserta yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta terhadap modul ini.
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎; 𝑥100%
Skor Keterangan Predikat 95 -‐ 100 Sangat baik A 85 -‐ 94 Baik B 70 -‐ 84 Cukup C 51 -‐ 69 Kurang D ≤50 Sangat kurang E
Apabila peserta mencapai tingkat penguasaan Baik (B) sampai dengan Sangat Baik (A),
peserta dapat dinyatakan berhasil, selanjutnya peserta dapat meneruskan mempelajari
modul berikutnya. Tetapi apabila tingkat penguasaan peserta masih di bawah Baik, peserta
harus mengulangi materi pada modul ini, terutama bagian yang belum peserta kuasai.
D.Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian ancaman
2. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penilaian risiko bencana
3. Peserta memahami, mampu menjelaskan dan mempraktekkan penyusunan peta risiko bencana
Tindak lanjut
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 31 dari 35
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
E.Kunci Jawaban
Nomer Pertanyaan Jawaban 1 B 2 A 3 A 4 C 5 B
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 32 dari 35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Undang Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Anonim, 2012, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2012 Tentang Pedoman Umum Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana
Paripurno, ET & Purwanto, S (Ed.), 2010, Panduan Fasilitator Wajib Latih Penanggulangan
Bencana Gunungapi, PSMB UPN ’Veteran’ Yogyakarta.
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 33 dari 35
Lampiran. Salinan lembar kerja 4. Penilaian risiko bencana
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R) Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Manusia
Meninggal
Cacat
Luka-‐luka
Sakit
Kehilangan kemampuan/keterampilan
Mengungsi
Tidak bisa bekerja
Tidak bisa sekolah
Ekonomi/ Finansial
Kehilangan penghasilan/upah kerja
Kehilangan pekerjaan
Kehilangan modal kerja
Gagal panen
Kerusakan/kehilangan harta benda
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 34 dari 35
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R) Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Kerusakan/kehilangan surat-‐surat penting
Pengeluaran tambahan keluarga
Fisik / Infrastruktur
Rumah rusak/hilang
Gangguan fungsi rumah
Kerusakan jaringan pipa air bersih
Kerusakan jaringan listrik/telepon
Kerusakan saluran air
Kerusakan tempat kerja
Kerusakan fasilitas umum
Gangguan fungsi jalan/jembatan
Kerusakan tanggul/bendungan
Alam / Lingkungan
Pencemaran air/udara/tanah
Kerusakan/kehilangan sumber air bersih
Kerusakan lahan pertanian
Gangguan fungsi irigasi
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif | Halaman 35 dari 35
Jenis Ancaman : ……………………… Desa/Kelurahan :……………………… Kecamatan : ……………………… Kabupaten : ……………………… Provinsi : ………………………
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Kerentanan
Penyebab Aset Berisiko
Kapasitas Tersedia (untuk mengurangi
risiko)
Tingkat Risiko (T/S/R) Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Kerusakan hutan/gambut/rawa
Kerusakan sempadan sungai/pantai
Kerusakan/kehilangan sumber pangan alam
Gangguan fungsi estetik tanaman
Sosial/Politik
Gangguan kerukunan warga
Gangguan fungsi organisasi sosial
Gangguan/hambatan partisipasi
Gangguan kekerabatan keluarga
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak membutuhkan dukungan dari luar desa.
MODUL 3
PENGEMBANGAN
SISTEM
PERINGATAN DINI
INKLUSIF DI
MASYARAKAT
Modul ini berisi pembahasan pendekatan
dan teknis pengembangan sistem
peringatan dini inklusif di masyarakat yang
meliputi; pengertian dan prinsip-‐prinsip
dasar SPD inklusif, pengetahuan tentang
bahaya dan risiko, pemantauan dan layanan
peringatan, penyebarluasan dan
komunikasi, dan kemampuan merespon.
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 1 dari 20
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 2 dari 20
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... 4
DAFTAR LEMBAR KERJA ........................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 6
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 7
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 8
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 8
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 8
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 8
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 8
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 8
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 10
A.Pengantar ........................................................................................................................ 10
B.Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 10
C.Indikator Pencapaian Tujuan ........................................................................................... 10
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 10
D.1. Pengertian dan prinsip-‐prinsip dasar SPD inklusif ................................................... 10
D.2. Pengetahuan tentang bahaya dan risiko ................................................................. 12
D.3. Pemantauan dan layanan peringatan ...................................................................... 12
D.4. Penyebarluasan dan komunikasi ............................................................................. 13
D.5. Kemampuan merespon ........................................................................................... 14
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 15
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 3 dari 20
E.1. Curah pendapat pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD inklusif .................................... 15
E.2. Praktek penyusunan Sistem Peringatan Dini Inklusif ............................................... 16
BAGIAN III PENUTUP .............................................................................................................. 16
A.Latihan/Kasus/Tugas ....................................................................................................... 18
B. Umpan Balik ................................................................................................................... 18
C. Refleksi dan Tindak Lanjut .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 4 dari 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ............................................................. 9
Tabel 2.1. Contoh sistem peringatan dini inklusif .................................................................. 17
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 5 dari 20
DAFTAR LEMBAR KERJA
Lembar kerja 1. Curah pendapat pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD .................................... 15
Lembar kerja 2. Pemantauan dan peringatan bahaya ........................................................... 16
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 6 dari 20
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 3 Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif ini membahas tentang
konsep dasar teknik pelaksanaan pengembangan sistem peringatan dini inklusif oleh
masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 4 hingga
modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 3
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 7 dari 20
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 8 dari 20
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya (ancaman) bencana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007 Pasal 1 ayat 8).
Warga di daerah berpotensi ancaman / bencana akan merasa ingin tahu tentang jenis
peringatan seperti yang dapat dijadikan rujukan bersama sebagai pertanda waktu yang
tepat untuk menyelamatkan diri. Peringatan yang dimaksud dapat berupa tanda-‐tanda alam
atau peringatan resmi dari instansi pemerintah, seperti BMKG, BPPTKG, Dinas Kehutanan,
BPBD, Dinas Kesehatan dan sebagainya.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 3. Pengembangan sistim peringatan dini, diharapkan peserta
mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsepdasar, strategi, metode,
pendekatan, pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat dalam memfasilitasi
program Destana. Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami pengertian dasar dan prinsip-‐prinsip dasar SPD
2. Peserta mampu menyusun sistem peringatan dini inklusif di masyarakat
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) pengertian dan
prinsip-‐prinsip dasar SPD, 2) pengetahuan tentang bahaya dan risiko, 3) pemantauan dan
layanan peringatan, 4) penyebarluasan dan komunikasi, dan 5) kemampuan merespon.
Setiap pokok materi dibahas secara terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat,
diskusi kelompok dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 9 dari 20
dan mengerjakan tugas tentang 1) pengertian dan prinsip-‐prinsip dasar SPD, 2) pengetahuan
tentang bahaya dan risiko, 3) pemantauan dan layanan peringatan, 4) penyebarluasan dan
komunikasi, dan 5) kemampuan merespon.
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu (Menit)
1 Menjelaskan dan curah pendapat pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD inklusif 90
2 Praktek menyusun sistem peringatan dini di masyarakat 90
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 10 dari 20
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaran
pengembangan sistim peringatan dini. Kegiatan pembelajatan akan menggunakan metode
curah pendapat, diskusi, studi kasus, presentasi dan praktek secara individu maupun
kelompok. Pada akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana fasilitasi untuk
diterapkan di tempat tugas masing-‐masing.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Di Masyarakat,
diharapkan peserta mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar,
strategi, metode, pendekatan, dalam memfasilitasi pengembangan sistem peringatan dini di
masyarakat.
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dasar SPD dan prinsip SPD
2. Peserta mampu menunjukkan hasil pengembangan sistem peringatan dini di
masyarakat
D.Uraian Materi
D.1. Pengertian dan prinsip-‐prinsip dasar SPD inklusif
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya (ancaman) bencana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007 Pasal 1 ayat 8).
Pemerintah, melalui lembaga khusus telah menyediakan informasi peringatan dini bagi
masyarakat. Namun peringatan dini oleh lembaga berwenang tersebut sering kali gagal
dipahami masyarakat dan direspon menjadi langkah penyelamatan. Kegagalan ini karena
berbagai sebab yakni;
1. Ancaman berskala mikro sehingga luput dari pantauan lembaga berwenang. Contoh
misalnya ancaman tanah longsor skala kecil di suatu kampung.
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 11 dari 20
2. Ancaman bersifat lokal dan sanga tiba-‐tiba atau jeda waktu antara tanda-‐tanda dengan
kejadian sangat pendek (rapid-‐on set). Contoh misalnya ancaman seperti kebakaran,
angin puting beliung, banjir bandang.
3. Peringatan dini oleh lembaga berwenang gagal menjangkau desa-‐desa terpencil karena
tidak tersedia infrastruktur atau teknologi.
4. Rantai penyampaian peringatan dini terlalalu panjang atau berjenjang sehingga telat
sampai.
5. Isi peringatan dini terlalu abstrak, tidak tegas, sulit dipahami sehingga menghasilkan
tindakan keliru.
6. Peringatan dini peka terhadap kelompok disabilitas (tuna rungu, tuna grahita)
Membangun ketangguhan bencana pada masyarakat termasuk mengembangkan sistem
peringatan dini tepat guna. Suatu sistem peringatan dini tepat guna ditentukan oleh empat
unsur prinsip meliputi:
1. Pengetahuan tentang bahaya dan risiko
2. Pemantauan dan layanan peringatan
3. Penyebarluasan dan komunikasi
4. Kemampuan merespon
Gambar 2.1. Unsur sistem peringatan dini (UNISDR)
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 12 dari 20
D.2. Pengetahuan tentang bahaya dan risiko
Untuk mengembangkan SPD efektif terlebih dahulu perlu memahami karakter ancaman
secara menyeluruh dan potensi bentuk risikonya. Pemahaman tentang karakter ancaman
dan bentuk risiko telah dibahas pada Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif.
D.3. Pemantauan dan layanan peringatan
Sistem peringatan dini efektif memerlukan adanya pusat peringatan dini yang terpercaya,
rutin melakukan pemantauan ancaman, dan pada saat yang tepat mampu mengambil
keputusan untuk menyebarkan peringatan kepada masyarakat di kawasan berisiko.
Beberapa jenis ancaman semacam tsunami dan gunung api misalnya sudah dilakukan BMKG
dan BPPTKG. Namun untuk sebagian jenis ancaman yang lain masih bergantung pada upaya
pemantauan oleh masyarakat sendiri. Misalnya jenis ancaman kebakaran, puting beliung,
banjir genangan dan longsor.
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 13 dari 20
Hal ini menuntut warga masyarakat untuk membuat kesepakatan agar melakukan
pemantauan terhadap ancaman secara rutin, menentukan parameter atau ukuran tingkat
bahayanya untuk disampaikan kepada semua warga masyarakat saat bertindak waspada,
siaga atau evakuasi. Peringatan dini yang berpusat pada masyarakat merupakan
kesepakatan di antara warga mengenai 1) sumber informasi (alam dan resmi) sebagai
rujukan bertindak, 2) arti peringatan untuk memutuskan evakuasi mandiri secara tepat
waktu. Sumber informasi dapat berasal dari interpretasi umum yang mengartikan tanda-‐
tanda alam, pengalaman, kajian ilmiah, pusat peringatan dini pemerintah. Masing-‐masing
jenis bahaya mempunyai tingkatan dan arti peringatan. Beberapa contoh arti peringatan
dapat dilihat di lampiran.
D.4. Penyebarluasan dan komunikasi
Masyarakat perlu memiliki beragam alat penyebaran peringatan yang disepakati untuk
mengingatkan masyarakat di desa waktu yang tepat untuk melakukan evakuasi. Alat-‐alat
komunikasi untuk penyebaran peringatan kepada warga harus dijaga dan dirawat agar
selalu berfungsi. Jenis alat komunikasi untuk penyebaran peringatan ini perlu
mempertimbangkan kemudahan dalam pembuatan, pengoperasiaan dan perawatan yang
dapat dilakukan oleh warga secara mandiri. Karenanya alat yang berasal dari kearifan lokal
disarankan untuk digunakan, misalnya kenthongan, bedug, alat tiup / pukul lain. Alat
komunikasi berteknologi tinggi atau yang bergantung pada catu daya listrik PLN terkadang
tidak selalu handal, misalnya sirine. Alat dengan suku cadang yang didatangkan dari luar
daerah juga kadang membuat ketergantungan untuk perawatannya. Setiap warga haruslah
mempunyai pemahaman yang sama tentang isi dan arti peringatan yang disepakati untuk
dipatuhi bersama.
Di sisi lain, layanan peringatan dini dari pemerintah perlu menjangkau semua orang yang
berada di area berisiko bencana. Sistem komunikasi untuk menyampaikan peringatan dini
dari pusat peringatan (di bagian hulu) ke masyarakat area berisiko (di bagian hilir) harus
diidentifikasi – siapa saja pihak atau ‘perantara’ dalam rantai peringatan dari hulu ke hilir.
Konsep rantai peringatan dirancang sependek mungkin untuk mempercepat penyebaran
peringatan dari hulu ke hilir. Para perantara pemegang kewenangan penyebaran peringatan
di setiap rantai harus bersepakat dan dipastikan saling terhubung untuk memberi layanan
informasi / peringatan.
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 14 dari 20
Perlu diupayakan menggunakan beberapa jenis alat komunikasi penyebaran peringatan
untuk memastikan agar i) bila satu alat penyebaran peringatan gagal ada alat komunikasi
lain yang dapat digunakan, ii) peringatan dapat diterima oleh lebih banyak masyarakat, dan
iii) untuk memperkuat pesan peringatan. Alat penyebaran peringatan perlu ada di tempat-‐
tempat berkumpulnya warga di kawasan berisiko, antara lain permukiman, sekolah, kantor,
pasar, rumah sakit, lokasi wisata.
Perlu diperhatikan bahwa di beberapa tempat tertentu di desa juga ada aktivitas warga,
mempunyai kesulitan akses untuk menerima informasi / peringatan. Kesulitan akses dapat
disebabkan oleh keberadaan warga di area sangat dekat dengan ancaman atau
keterbatasan-‐keterbatasan menuju jalur evakuasi, kendala teknis teknologi komunikasi, atau
alasan lainnya. Kelompok-‐kelompok rentan ini tetap perlu strategi memahami peringatan
dini (alam atau berdasar kearifan lokal) untuk secara mandiri bersiap menyelamatkan diri
secara tepat waktu
Seberapa besar peringatan dapat mengurangi dampak suatu peristiwa bencana akan sangat
bergantung pada beberapa faktor, misalnya: jarak waktu yang tersedia antara keluarnya
peringatan sampai datangnya peristiwa yang dapat menimbulkan bencana, kebenaran
pesan peringatan, kesiapan perencanaan pra bencana dan kesiapsiagaan masyarakat,
termasuk memiliki rencana penyelamatan diri secara tepat waktu (Lihat Pedoman 6 -‐
Rencana Evakuasi), serta keputusan dan tindakan warga masyarakat untuk menyelamatkan
diri.
D.5. Kemampuan merespon
Setelah memperoleh informasi peringatan dini, masyarakat harus melakukan tindakan yang
sesua dengan ancaman. Untuk itu masyarakat harus memiliki prosedur yang mengatur
tentang;
1. Siapa menerima informasi peringatan dini,
2. Mekanisme menetapkan tindakan sesuai tingkat ancaman,
3. Rencana evakuasi dan strategi pemberian bantuan evakuasi apabila tingkat ancaman
membahayakan.
Prosedur ini harus desepakati dan dipatuhi. Tetapi prosedur yang tepat guna memiliki
syarat;
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 15 dari 20
1. Berbahasa tegas sehingga tidak menimbulkan kebingungan,
2. Sederhana sehingga mudah dipahami,
3. Mudah diingat dan
4. Masuk akal dilakukan.
5. Memiliki alternatif komunikasi bagi penyandang disabilitas (tuna runggu, tuna grahita)
E.Kegiatan Pembelajaran
E.1. Curah pendapat pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD inklusif
Setelah mengikuti penjelasan tentang pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD peserta diminta
mencurahkan pendapatnya tentang pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD menggunakan lembar
kerja 1 di bawah ini.
Lembar kerja 1. Curah pendapat pengertian dan pinsip-‐prinsip SPD
Apa pengertian SPD?
Apa pengertian SPD tepat guna di masyarakat?
Apa penyebab SPD lembaga pemerintah seringkali gagal dipahami
masyarakat?
APa saja 4 prinsip SPD efektif menurut UNISDR?
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 16 dari 20
E.2. Praktek penyusunan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Sistem peringatan dini inklusif merupakan rangkaian suatu rancangan tindakan memperoleh
peringatan, menyebarluaskan dan bentuk tindakan/respon.
Untuk menyusun sistem peringatan dini diperlukan dasar pertimbangan berupa karakter
ancaman. Gunakan tabel karakter ancaman hasil pengkajian risiko bencana. (Modul 2.
Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif).
Langkah penyusunan sistem peringatan dini meliputi:
1. Penetapan pemantauan dan peringatan bahaya; tatacara melakukan pemantauan atau
memperoleh informasi bahaya.
2. Penetapan penyebarluasan peringatan bahaya; menentukan tata cara penyebarluasan
peringatan bahaya kepada masyarakat.
3. Penetapan respon/tindakan terhadap peringatan.
Langkah penyusunan sistem peringatan dini dapat menggunakan lembar kerja di bawah ini:
Lembar kerja 2. Penyusunan sistem peringatan dini
Jenis ancaman : ……………….. Desa/Kel : ……………….. Kecamatan : ……………….. Kabupaten/Kota : ……………….. Provinsi : ……………….. Pemantauan dan peringatan bahaya Sumber peringatan bahaya
-‐
Bentuk peringatan bahaya -‐ Cara pemantauan bahaya Cara penyampaian peringatan bahaya
Cara memastikan kebenaran peringatan
-‐
Penyebarluasan peringatan bahaya Penyampai peringatan Sasaran peringatan Cara penyampaian peringatan umum dan khusus difable
-‐
Bentuk peringatan Respon/tindakan terhadap peringatan Tindakan RT/RW
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 17 dari 20
Tindakan masyarakat -‐
Tabel 2.1. Contoh sistem peringatan dini inklusif
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kel : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat Pemantauan dan peringatan bahaya Sumber peringatan bahaya
-‐ Pengelola situ Cikaret -‐ Masyarakat di bantaran sungai
Bentuk peringatan bahaya -‐ Informasi adanya peningkatan debit dan tinggi muka air situ
-‐ Informasi peningkatan tinggi muka air sungai Cara pemantauan bahaya Pengamatan pengukur tinggi muka air situ dan sungai Cara penyampaian peringatan bahaya
Pengelola situ atau masyarakat melaporkan tanda-‐tanda banjir ke Lurah/perangkat atau RT/RW di kawasan rawan banjir.
Cara memastikan kebenaran peringatan
-‐ Pengecekan sumber peringatan dengan telepon -‐ Pengamatan langsung di situ dan sungai
Penyebarluasan peringatan bahaya Penyampai peringatan Lurah/staf kelurahan dan RW/RT Sasaran peringatan RW 04: RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05
RW 08: RT 02, Cara penyampaian peringatan umum dan khusus difable
-‐ Melalui telepon, HT dan sarana lain -‐ Melalui pesan lisan kepada difable
Bentuk peringatan RW/RT mempersiapkan warga untuk melakukan evakuasi Respon/tindakan terhadap peringatan Tindakan RT/RW RW/RT mempersiapkan warga untuk melakukan evakuasi Tindakan masyarakat -‐ Menjauhi/tidak beraktifitas di sungai
-‐ Mengemas surat penting dan harta benda -‐ Mengevakuasi kelompok rentan (difable, lansia dan anak)
-‐ Melakukan evakuasi seluruh keluarga, harta benda dan surat penting
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 18 dari 20
BAGIAN III PENUTUP
A.Latihan/Kasus/Tugas
Contoh kasus yang diambil dari berita online
BMG: Early Warning System di Aceh Bunyi Karena Kesalahan Teknis
-‐ detikNews
Banda Aceh -‐ Sistem peringatan dini (early warning system) di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tiba-‐tiba berbunyi. Bunyi ini jelas membuat warga Aceh kalang kabut. Ternyata, sistem peringatan dini ini berbunyi karena kesalahan teknis. "Ini bunyi karena ada kesalahan teknis, " kata Kepala Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Matai Banda Aceh, Syahnan, kepada wartawan, Senin (4\/6\/2007). Namun, Syahnan tidak menjelaskan apa kesalahan teknis tersebut. Menurut Syahnan, sebenarnya hanya satu sistem peringatan dini yang berbunyi, yaitu yang terletak di kawasan Kajhu, Aceh Besar. "Yang bunyi tidak semua, hanya satu saja di Kajhu, " ujar dia. Sistem peringatan dini di Kajhu ini tiba-‐tiba berbunyi sekitar pukul 11.00 WIB. Bunyi sirine ini membuat warga Aceh Besar kalang kabut. Mereka berhamburan menuju ke tempat tinggi. Kabar sirine sistem peringatan dini ini pun menjalar ke Kota Banda Aceh melalui telepon dan SMS. Kontan saja, warga di Kota Banda Aceh juga panik. Mereka berhamburan keluar rumah dan gedung untuk menyelamatkan diri. Lalu lintas kendaraan di Kota Banda Aceh lumpuh akibat kepanikan masyarakat ini.
Peserta diminta melakukan diskusi kelompok menemukan penyebab kegagalan SPD di
kasus di atas
B. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban peserta dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban peserta yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta terhadap modul ini.
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎; 𝑥100%
Skor Keterangan Predikat 95 -‐ 100 Sangat baik A 85 – 94 Baik B
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 19 dari 20
Skor Keterangan Predikat 70 – 84 Cukup C 51 – 69 Kurang D ≤50 Sangat kurang E
Apabila peserta mencapai tingkat penguasaan Baik (B) sampai dengan Sangat Baik (A),
peserta dapat dinyatakan berhasil, selanjutnya peserta dapat meneruskan mempelajari
modul berikutnya. Tetapi apabila tingkat penguasaan peserta masih di bawah Baik, peserta
harus mengulangi materi pada modul ini, terutama bagian yang belum peserta kuasai.
C. Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta memahami pengertian dasar dan prinsip-‐prinsip dasar SPD Inklusif
2. Peserta mampu menyusun pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat
Tindak lanjut
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif di Masyarakat | Halaman 20 dari 20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, UN-‐ISDR, 2006, Membangun Sistem Peringatan Dini: Sebuah Daftar Periksa
Paripurno, ET & Purwanto, S (Ed.), 2010, Panduan Fasilitator Wajib Latih Penanggulangan
Bencana Gunungapi, PSMB UPN ’Veteran’ Yogyakarta
MODUL 4
PENYUSUNAN
RENCANA
EVAKUASI
Modul ini membahas keterampilan
menyusun perencanaan evakuasi yang
mencakup aspek pengertian dan prinsip-‐
prinsip evakuasi, analisis dan strategi
evakuasi serta penyusunan peta evakuasi.
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 1 dari 18
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 2 dari 18
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 4
DAFTAR LEMBAR KERJA ........................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 6
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 7
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 8
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 8
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 8
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 8
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 8
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 8
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 10
A.Pengantar ........................................................................................................................ 10
B.Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 10
C.Indikator Pencapaian Tujuan ........................................................................................... 10
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 10
D.1.Pengertian dan prinsip-‐prinsip evakuasi .................................................................. 10
1. Pengertian evakuasi .................................................................................................... 10
2. Prinsip-‐prinsip perencanaan evakuasi ........................................................................ 10
3. Terminologi dalam rencana evakuasi ......................................................................... 11
D.2. Penyusunan strategi evakuasi ................................................................................. 13
D.3. Penyusunan peta evakuasi ...................................................................................... 14
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 14
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 3 dari 18
E.1.Tugas kelompok menyusun rencana evakuasi .......................................................... 14
BAGIAN III PENUTUP .............................................................................................................. 16
A.Latihan/Kasus/Tugas ....................................................................................................... 16
B.Umpan Balik .................................................................................................................... 16
I.Refleksi dan Tindak Lanjut ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 4 dari 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ............................................................. 9
Tabel 2.1. Prinsip-‐prinsip perencanaan evakuasi ................................................................... 10
Tabel 2.2. Pengertian umum dan syarat, istilah dalam perencanaan evakuasi ..................... 11
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 5 dari 18
DAFTAR LEMBAR KERJA
Lembar kerja 1. Identifikasi penduduk kawasan rawan bencana .......................................... 14
Lembar kerja 2. Identifikasi kapasitas untuk evakuasi ........................................................... 15
Lembar kerja 3. Identifikasi kapasitas lokasi pengungsian ..................................................... 15
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 6 dari 18
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 4 Penyusunan Rencana Evakuasi ini membahas tentang konsep dasar teknik
pelaksanaan pengembangan rencana evakuasi oleh masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 5 hingga
modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 4
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 7 dari 18
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 8 dari 18
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masyarakat di kawasan rawan bencana wajib memiliki rencana penyelamatan diri beserta
harta bendanya ketempat lebih aman sebelum datang ancaman. Rencana penyelamatan
atau rencana evakuasi efektif dapat dikembangkan oleh masyarakat di kawasan rawan
bencana. Rencana evakuasi tersebut efektif dilandasi oleh informasi dan pengetahuan serta
pemahaman memadai pada karakter ancaman dan sistem peringatan dininya.
Dalam mengembangkan rencana evakuasi efektif akan digunakan istilah-‐istilah (terminologi)
yakni 1) tempat evakuasi, 2) jalur evakuasi, 3) peta evakuasi, dan 4) strategi atau
cara/tahapan/hirarki evakuasi. Setiap terminologi mengandung pengertian dasar serta
syaratnya masing-‐masing sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi, diharapkan peserta mampu
menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsepdasar, strategi, metode, pendekatan,
penyusunan rencana evakuasi di masyarakat dalam memfasilitasi program Destana.
Indikator capaianpembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami pengertian dasar dan prinsip-‐prinsip evakuasi
2. Peserta mampu menyusun rencana evakuasi
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang
Setiap pokok materi dibahas secara terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat,
diskusi kelompok dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
dan mengerjakan tugas tentang1
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 9 dari 18
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu
(Menit)
1. Menjelaskan, curah pendapat dan tugas kelompok tentang pengertian dan prinsip-‐prinsip dasar tentang evakuasi 90
2. Praktek penyusunan rencana evakuasi 90
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 10 dari 18
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaran
pengkajian risiko bencana partisipatif. Kegiatan pembelajatan akan menggnakan metode
curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara individu maupun kelompok. Pada
akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana fasilitasi untuk diterapkan di
tempat tugas masing-‐masing.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi, diharapkan peserta mampu
menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode, pendekatan,
dalam memfasilitasi pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat.
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dan prinsip-‐prinsip evakuasi
2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan rencana evakuasi
D.Uraian Materi
D.1.Pengertian dan prinsip-‐prinsip evakuasi
1. Pengertian evakuasi
Masyarakat di kawasan rawan bencana wajib memiliki rencana evakuasi untuk
penyelamatan diri beserta harta bendanya ketempat lebih aman sebelum datang
ancaman. Undang-‐undang PB No 24/2007 pada Pasal 45, ayat 2, butir e berbunyi
“Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui:” e. penyiapan
lokasi evakuasi.
2. Prinsip-‐prinsip perencanaan evakuasi
Tabel 2.1. Prinsip-‐prinsip perencanaan evakuasi
Prinsip Penjelasan Partisipatif Setiap keputusan dalam perencanaan evakuasi
merupakan kesepakatan bersama masyarakat
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 11 dari 18
Efektif Tidak membingungkan Mudah dipahami seluruh masyarakat Mudah diingat
Menjauhi ancaman Evakuasi bertujuan menjauhi ancaman, maka arah jalur evakuasi harus menjauhi ancaman
Memprioritaskan kelompok rentan dan penyandang disabilitas
Kelompok rentan menjadi prioritas dalam setiap pengambilan keputusan perencanaan evakuasi
Penyelamatan diri dan aset penghidupan
Evakuasi bertujuan menyelamatkan nyawa dan aset-‐aset penghidupan dari ancaman
Mandiri Evakuasi merupakan keputusan internal masyarakat suatu desa atas kesadaran risiko
3. Terminologi dalam rencana evakuasi
Tabel 2.2. Pengertian umum dan syarat, istilah dalam perencanaan evakuasi
Istilah/Terminologi Pengertian Umum Syarat
Tempat Evakuasi Ruang perlindungan berupa bangunan dan/atau lahan terbuka dengan perlengkapan untuk menampung warga masyarakat terdampak bencana (penyintas) selama masa tanggap darurat
1. Penentuannya disepakati dan diketahui oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
2. Merupakan lokasi paling aman dari segala bentuk ancaman utama maupun ancaman ikutan sebagai dampak dari ancaman utama
3. Merupakan lokasi terdekat dengan tempat asal warga masyarakat terdampak
4. Mudah dijangkau oleh bantuan kemanusiaan dari pihak luar
5. Luasannya cukup untuk menampung seluruh warga terdampak
6. Tersedia dan/atau dekat dengan sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar meliputi hunian/tempat tinggal, air bersih, santasi, layanan kesehatan, pangan dan gizi, dan pendidikan.
Tempat Evakuasi Sementara (TES)
Perlindungan penyintas bersifat sementara karena 1) ada potensi peningkatan intensitas ancaman dan/atau 2) sumberdaya tersedia terbatas/tidak memadai
Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
Tempat perlindungan penyintas bersifat permanen dengan sumberdaya lebih memadai dan aman dari segala bentuk ancaman
Jalur Evakuasi Jalan dan/atau arah disepakati untuk menghindari ancaman
1. Penentuannya disepakati dan diketahui oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 12 dari 18
Istilah/Terminologi Pengertian Umum Syarat
menuju TES atau TEA 2. Cukup luas untuk menampung arus penyintas dan kendaraan pengangkutnya
3. Arah jalan menjauhi sumber ancaman
4. Tidak terlanda oleh ancaman utama
5. Paling aman dari segala bentuk ancaman ikutan
6. Merupakan jalur terdekat menuju TES atau TEA
7. Dilengkapi rambu penunjuk arah menuju TES atau TEA
Peta Evakuasi Gambar dua dimensi atau instalasi multi dimensi (maket/miniatur) memuat informasi tentang daerah rawan bencana, sumber ancaman, perkiraan sebaran ancaman, jalur atau arah evakuasi, dan tempat-‐tempat evakuasi
1. Didasarkan pada informasi memadai tentang jenis ancaman dan karakternya
2. Disusun dan disepakati oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
3. Disosialisasika secara terus menerus ke seluruh warga masyarakat kawasan rawan bencana
4. Mudah dipahami semua golongan warga masyarakat
5. Mengandung pengertian tegas, tidak bermakna ganda
6. Disyahkan oleh otoritas pemerintah setempat
7. Ditaati oleh seluruh warga masyarakat
Strategi Evakuasi Serangkaian keputusan mengatur cara-‐cara evakuasi efektif dalam upaya penyelamatan diri warga berserta harta benda sebelum ancaman tiba
1. Disusun dan disepakati oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
2. Disosialisasika secara terus menerus ke seluruh warga masyarakat kawasan rawan bencana
3. Memuat pembagian peran dan penggunaan alat pengangkut
4. Mengutamakan penyelamatan kelompok rentan (berkemampuan beda, sakit, lansia, anak, ibu hamil, balita
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 13 dari 18
Istilah/Terminologi Pengertian Umum Syarat
dan ibu menyusui) 5. Didasarkan pada analisis
intensitas (kekuatan, sebaran/luasan) ancaman
6. Memuat cara-‐cara penyelamatan harta benda
7. Memuat cara-‐cara pengamanan harta benda ditinggalkan di lokasi rawan bencana
Dalam mengembangkan rencana evakuasi efektif akan digunakan istilah-‐istilah (terminologi)
yakni 1) tempat evakuasi, 2) jalur evakuasi, 3) peta evakuasi, dan 4) strategi atau
cara/tahapan/hirarki evakuasi. Setiap terminologi mengandung pengertian dasar serta
syaratnya masing-‐masing sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini.
D.2. Penyusunan strategi evakuasi
Strategi evakuasi merupakan serangkaian keputusan mengatur cara-‐cara evakuasi efektif
dalam upaya penyelamatan diri warga berserta harta benda sebelum ancaman tiba.
Pasal 55, ayat (1) Perlindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf e dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Maka dalam penyusunan strategi evakuasi, beberapa prinsip penting adalah
1. Kecepatan, keamanan, menghidari ancaman
2. Jumlah penduduk yang akan dievakuasi serta jenis harta bendanya yang akan dibawa
3. Ketersediaan alat angkut, peralatan dan operatornya
4. Pembagian tugas dan tanggungjawab dalam evakuasi
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 14 dari 18
D.3. Penyusunan peta evakuasi
Peta evakuasi disusun menggunakan peta risiko hasil pengkajian risiko bencana. Setelah
strategi evakuasi di tetapkan, selanjutnya peta jalur evakuasi harus digambar. Tujuan
menggambar peta evakuasi agar perencanaan evakuasi menjadi bentuk visual/gambar dan
mudah dipahami seluruh masyarakat.
E.Kegiatan Pembelajaran
E.1.Tugas kelompok menyusun rencana evakuasi
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diminta menyusunan rencana evakuasi. Dengan
langkah di bawah ini.
1. Penetapan jalur evakuasi
Gunakan peta hasil pengkajian risiko bencana untuk menentukan jalur evakuasi
2. Identifikasi penduduk kawasan rawan bencana
Lembar kerja 1. Identifikasi penduduk kawasan rawan bencana
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 15 dari 18
Jenis ancaman : …………………………………………………….. Desa/Kelurahan : …………………………………………………….. Kecamatan : …………………………………………………….. Kabuptaen/Kota : …………………………………………………….. Provinsi : ……………………………………………………..
RT/RW/Dusun Jumlah Kk
Jumlah Jiwa
Laki2 Perempuan Balita Jompo Bumil Difable
01
02
03
04
3. Identifikasi kapasitas untuk evakuasi
Lembar kerja 2. Identifikasi kapasitas untuk evakuasi
Jenis ancaman : …………………………………………………….. Desa/Kelurahan : …………………………………………………….. Kecamatan : …………………………………………………….. Kabuptaen/Kota : …………………………………………………….. Provinsi : ……………………………………………………..
RT/RW/Dusun Ht Megaphone Speaker Kentongan Truk Mobil Motor Perahu
01
02
03
04
Lembar kerja 3. Identifikasi kapasitas lokasi pengungsian
Jenis ancaman : …………………………………………………….. Desa/Kelurahan : …………………………………………………….. Kecamatan : …………………………………………………….. Kabuptaen/Kota : …………………………………………………….. Provinsi : ……………………………………………………..
Lokasi Pengungsian
Ht Megaphone Speaker Kentongan Truk Mobil Motor Perahu
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 16 dari 18
BAGIAN III PENUTUP
A.Latihan/Kasus/Tugas
Peserta diminta untuk menjelaskan 1. Pengertian rencana evakuasi dan prinsip-‐prinsipnya 2. Strategi rencana evakuasi yang aman 3. Menyebebutkan wilayah aman dan rawan bencana 4. Perlakuan terhadap kelompok rentan
B.Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban peserta dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban peserta yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta terhadap modul ini.
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎; 𝑥100%
Skor Keterangan Predikat
95 – 100 Sangat baik A
85 – 94 Baik B
70 – 84 Cukup C
51 – 69 Kurang D
≤50 Sangat kurang E
Apabila peserta mencapai tingkat penguasaan Baik (B) sampai dengan Sangat Baik (A),
peserta dapat dinyatakan berhasil, selanjutnya peserta dapat meneruskan mempelajari
modul berikutnya. Tetapi apabila tingkat penguasaan peserta masih di bawah Baik, peserta
harus mengulangi materi pada modul ini, terutama bagian yang belum peserta kuasai.
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 17 dari 18
I.Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta memahami pengertian dasar dan prinsip-‐prinsip evakuasi
2. Peserta memahami dan mampu menerapkan penyusunan strategi evakuasi
3. Peserta mampu menyusun peta evakuasi
Tindak lanjut
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi | Halaman 18 dari 18
DAFTAR PUSTAKA
Paripurno, ET & Purwanto, S (Ed.), 2010, Panduan Fasilitator Wajib Latih Penanggulangan
Bencana Gunungapi, PSMB UPN ’Veteran’ Yogyakarta
MODUL 5
PENYUSUNAN
RENCANA
KONTINJENSI
Modul ini membahas perencanaan
kontinjensi sebagai suatu rencana sistematis
menangani situasi darurat bencana.
Pembahasan meliputi pengertian dasar
rencana kontinjensi serta teknis-‐teknis
penyusunan skenario kejadian bencana,
penetapan tujuan, kebijakan dan startegi
penanganan darurat bencana, penetapan
struktur komando tanggap darurat,
perencanaan bidang operasi.
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 1 dari 39
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 2 dari 39
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 4
DAFTAR LEMBAR KERJA ........................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 7
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 8
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 9
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 9
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 9
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 9
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 9
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ............................................................................... 10
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 11
A.Pengantar ........................................................................................................................ 11
B.Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 11
C.Indikator Pencapaian Tujuan ........................................................................................... 11
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 11
D.1. Pengertian, tujuan dan landasan perencanaan kontinjensi .................................. 11
D.3. Penyusunan skenario ............................................................................................... 14
D.4. Penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana ................................ 15
D.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat ....................................................... 15
D.6. Perencanaan bidang operasi/sektor ........................................................................ 15
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 16
E.3. Praktek penyusunan skenario .................................................................................. 16
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 3 dari 39
E.4. Praktek penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana ................... 18
E.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat ....................................................... 20
E.6. Praktek perencanaan bidang operasi ....................................................................... 21
BAGIAN III PENUTUP .............................................................................................................. 37
A.Latihan/Kasus/Tugas ....................................................................................................... 37
C.Refleksi dan Tindak Lanjut ............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 39
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 4 dari 39
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ........................................................... 10
Tabel 2.1. Prinsip-‐prinsip penyusunan rencana kontinjensi desa .......................................... 13
Tabel 2.2. Sistematika dokumen rencana kontinjensi ........................................................... 13
Tabel 2.3. Contoh Skenario kejadian ...................................................................................... 17
Tabel 2.4. Contoh skenario dampak ....................................................................................... 18
Tabel 2.5. Contoh kebijakan dan strategi ............................................................................... 19
Tabel 2.6. Contoh struktur komando tanggap darurat .......................................................... 20
Tabel 2.7. Contoh perencanaan bidang operasi Sekretariat .................................................. 22
Tabel 2.8. Contoh proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat ....................................... 22
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 5 dari 39
DAFTAR LEMBAR KERJA
Lembar kerja 1. Tugas kelompok penyusunan skenario kejadian .......................................... 16
Lembar kerja 2. Tugas kelompok penyusunan skenario dampak .......................................... 17
Lembar kerja 3. Penyusunan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana .................. 18
Lembar kerja 4 . Tugas kelompok penetapan struktur komando tanggap darurat ............... 20
Lembar kerja 6. Perencanaan bidang operasi Sekretariat ..................................................... 23
Lembar kerja 7. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat .......................................... 23
Lembar kerja 8. Perencanaan bidang operasi Peringatan Dini .............................................. 24
Lembar kerja 9. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Peringatan Dini ................................... 24
Lembar kerja 10. Perencanaan bidang operasi Evakuasi ....................................................... 24
Lembar kerja 11. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Evakuasi ............................................ 25
Lembar kerja 12. Perencanaan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) ................ 25
Lembar kerja 13. Proyeksi kebutuhan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) ..... 26
Lembar kerja 14. Perencanaan bidang operasi Layanan Kesehatan ...................................... 26
Lembar kerja 15. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Layanan Kesehatan ........................... 27
Lembar kerja 16. Perencanaan bidang operasi Barak Pengungsian ....................................... 27
Lembar kerja 17. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Barak Pengungsian ............................ 28
Lembar kerja 18. Perencanaan bidang operasi Dapur Umum ............................................... 29
Lembar kerja 19. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Dapur Umum .................................... 29
Lembar kerja 20. Perencanaan bidang operasi Bantuan non Pangan .................................... 31
Lembar kerja 21. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Bantuan non Pangan ......................... 31
Lembar kerja 22. Perencanaan bidang operasi Air dan Sanitasi ............................................ 32
Lembar kerja 23. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Air dan Sanitasi ................................. 33
Lembar kerja 24. Perencanaan bidang operasi Pendidikan ................................................... 34
Lembar kerja 25. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pendidikan ........................................ 34
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 6 dari 39
Lembar kerja 26. Perencanaan bidang operasi Keamanan .................................................... 35
Lembar kerja 27. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Keamanan ......................................... 35
Lembar kerja 28. Perencanaan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian ............ 36
Lembar kerja 29. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian . 36
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 7 dari 39
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 5 Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa ini membahas tentang konsep dasar
teknik pelaksanaan penyusunan rencana kontinjensi desa oleh masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 6 hingga
modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 8
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 8 dari 39
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 9 dari 39
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-‐benar terjadi.
Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu peristiwa
yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi.
Adanya unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi akibat
yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011).
Perencanaan Kontinjensi adalah suatu proses perencanaan ke depan untuk kesiapan
tanggap darurat bencana. Rencana kontinjensi memastikan warga dalam menyelamatkan
diri, serta mendapatkan hak-‐hak dasar serta upaya untuk memulihkan kembali kehidupan
dan penghidupannya secara mandiri. Masyarakat desa sangat perlu mempunyai modalitas
pengetahuan risiko yang benar dan rencana-‐rencana kesiapan yang memadai dan disepakati
bersama untuk mengantisipasi kemungkinan kejadian bencana.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa, diharapkan peserta
mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsepdasar, strategi, metode,
pendekatan, penyusunan rencana kontinjensi. Indikator capaian pembelajaran modul ini
dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi
2. Peserta mampu menerapkan keterampilan menyusun rencana kontinjensi
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) pengertian, tujuan
dan landasan perencanaan kontinjensi, 2) penyusunan skenario, 3) penetapan kebijakan dan
strategi, 4) penetapan struktur komando tanggap darurat, 5) perencanaan bidang
operasi/sektor,. Setiap pokok materi dibahas secara terperinci dan berurutan pada bagian
kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, curah
pendapat, diskusi kelompok dan presentasi.
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 10 dari 39
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
dan mengerjakan tugas tentangpengembangan sistem peringatan dini di masyarakat.
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu (Menit)
1 Menjelaskan dan diskusi kelompok tentang pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi 90
2 Menjelaskan dan tugas kelompok menyusun rencana kontinjensi 90
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 11 dari 39
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan
pembelajaranmenggnakan metode curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara
individu maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun
rencana fasilitasi untuk diterapkan di tempat tugas masing-‐masing.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa, diharapkan peserta
mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode,
pendekatan, dalam memfasilitasi pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat.
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi
2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan rencana kontinjensi
D.Uraian Materi
D.1. Pengertian, tujuan dan landasan perencanaan kontinjensi
Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-‐benar terjadi.
Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu peristiwa
yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi.
Adanya unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi akibat
yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011).
Perencanaan Kontinjensi adalah suatu proses perencanaan ke depan untuk kesiapan
tanggap darurat yang di dalamnya terdapat situasi potensi bencana, di mana skenario,
kebutuhan sumber daya (analisa kesenjangan) kesepakatan jumlah sektor dan tujuan
disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan
pengarahan potensi disetujui bersama, untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih
baik dalam situasi darurat.
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 12 dari 39
Rencana Kontinjensi disusun untuk satu ancaman, dan kemungkinan ancaman ikutan bila
ada. Penentuan ancaman yang diprioritaskan dilakukan dengan menilai bobot pada
Kemungkinan Kejadian dan/atau Skala Dampak. Rencana Kontinjensi disusun untuk satu
periode waktu yang disepakati. Perencanaan kontinjensi menggunakan asumsi skenario dan
dampak yang disepakati.
Beberapa butir penting bahwa perencanaan kontinjensi:
1. Dilakukan sebelum keadaan darurat berupa proses perencanaan ke depan.
2. Lebih merupakan proses daripada menghasilkan dokumen.
3. Merupakan suatu proses partisipasi membangun kesepakatan skenario dan tujuan yang
akan diambil.
4. Merupakan suatu kesiapan untuk tanggap darurat dengan menentukan langkah dan
sistem penanganan yang akan diambil sebelum keadaan darurat terjadi.
5. Mencakup upaya-‐upaya pencegahan risiko yang lebih tinggi
6. Aktivasi dari perencanaan kontinjensi beralih ke rencana operasi tanggap darurat
7. Rencana Kontinjensi memetakan sumberdaya yang dimiliki oleh Desa/Kelurahan untuk
melakukan tanggap darurat
Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana sebagai turunan dari Undang-‐undangPenanggulangan Bencana No 24 Tahun 2007
menyatakan pentingnya rencana kontinjensi disusun untuk memberikan arah dan panduan
dalam operasi tanggap darurat ketika bencana terjadi. Sejalan juga dengan amanat UU PB
No 24 tahun 2007 tentang perbaikan sistem penanggulangan bencana pada setiap tingkatan
baik nasional, provinsi, kabupaten/kota bahkan di tingkat masyarakat, maka untuk
percepatan perbaikan sistem tersebut, Pemerintah dengan dukungan kuat DPR RI melalui
BNPB memberikan prioritas peningkatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah
melalui kegiatan Penyusunan Rencana Kontinjensi.
Beberapa prinsip dalam penyusunan rencana kontinjensi desa dijelaskan dalam tabel di
bawah ini:
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 13 dari 39
Tabel 2.1. Prinsip-‐prinsip penyusunan rencana kontinjensi desa
Prinsip Penjelasan
1. Dasarnya jelas Setelah ada kajian risiko bencana, setelah ada peringatan bahaya, memasuki musim hujan/kemarau
2. Hanya untuk satu jenis ancaman
Rencana kontinjensi disusun untuk satu jenis ancaman saja
3. Disusun secara partisipatif
Melibatkansemuapihakbaikpemerintah, masyarakat, organisasidanlembaga-‐lembagadengan proses terbukasertatidakadakeputusan-‐keputusantertutup
4. Berdasarkan kesepakatan
Skenario, tujuan, prosedur ditentukan berdasarkan kesepakatan bersana
5. Harus bisa dioperasionalkan
Semua prosedur dalam rencana kontinjensi harus masuk akal, bias dijalankan, mudah dipahami, bias dijadikan dasar rencana operasi
6. Tidak menimbulkan keresahan
Penyusunanrencanakontinjensiharusmenggunakankehati-‐hatianekstra agar tidakdiartikansebagaiusahamenakut-‐nakutisehinggamemicukeresahan
7. Mengutamakan sumberdaya lokal
Kebutuhan sumberdaya dalam rencana kontinjensi sebisa mungkin dipenuhi dengan mengerahkan sumberdaya setempat
8. Dipatuhi oleh semua pihak
Setiap kesepakatan dalam rencana kontinjensi bersifat mengikat
9. Selalu dimutakhirkan
Rencana kontinjensi harus selalu diperbaiki secara berkala agar selalu sesuai dengan perkembamgan ancaman, penduduk dan perkiran dampak
10. Tujuan kemanusiaan
Penyusunan rencana kontinjensi ditujukan semta untuk kepentingan kemanusiaan
Sistematika dokumen rencana kontinjensi. Perlu ditegaskan bahwa penyusunan rencana
kontinjensi tidak semata-‐mata untuk menghasilkan dokumen, tetapi lebih untuk menata
kesiapan menghadapi bencana. Untuk apa dokumen indah, rapi, bagus tetapi tidak bisa
diterapkan.
Tabel 2.2. Sistematika dokumen rencana kontinjensi
Bagian Isi
1. Latar Belakang Berisi penjelasan latar belakang mengapa dibutuhkan rencana kontinjensi, ruang lingkupnya, serta ladasan-‐landasan formal dan pengertian rencana kontinjensi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 14 dari 39
Bagian Isi
2. Tujuan Berisi penjelasan tujuan umum dan khusus perencanaan kontinjensi
3. Pengkajian risiko bencana /penilaian ancaman
Berisi deskripsi hasil pengkajian risiko atau penilaian ancaman sebagai dasar pengembangan skenario
4. Pengembangan skenario Berisi skenario kejadian ancaman dan kerugian-‐kerugian pada aspek manusia, sosial, ekonomi, politik, infrastruktur dan lingkungan/alam
5. Kebijakan dan strategi Berisi pernyataan kebijakan untuk mengurangi risiko becana akibat ancaman serta strategi-‐strategi untuk melaksanakan atau mencapai hasil dari pernyataan kebijakan
6. Perencanaan sektoral Berisi pemetaan aktor/stakeholder/pelaku, kebutuhan jumlah dan nama sektor, penjelasan situasi, tujuan, sasaran, proyeksi kebutuhan sumberdaya dan analisa kesenjangan (kebutuhan vs ketersediaan sumberdaya) per sektor
7. Rencana tindak lanjut Menjelaskan rencana-‐rencana untuk melakukan perbaikan, formalisasi, pelatihan
D.3. Penyusunan skenario
1. Skenario kejadian ancaman
Skenario kejadian ancaman adalah perkiraan-‐perkiraan masuk akal tentang kejadian
ancaman. Dapat menggunakan skenario kejadian terburuk atau skenario kejadian paling
mungkin (seperti pernah terjadi sebelumnya). Pengembangan skenario harus berpedoman
pada hasil kajian karakter ancaman dan peta risiko bencana. Penyusunan skenario kejadian
ancaman meliputi:
a. Waktu kejadian, misalnya ancaman terjadi pada tengah malam atau dini hari saat semua
masyarakat sedang terlelap tidur (ini contoh skenario terburuk).
b. Kecepatan datangnya ancaman, misalnya melebihi dari kecepatan dalam karakter
ancaman.
c. Lama kejadian, misalnya sampai 4 jam atau 4 hari.
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 15 dari 39
d. Perulangan kejadian, misalnya setelah kejadian ancaman pertama disusul kejadian
berikutnya dengan jeda waktu sempit.
e. Luas daerah terdampak, bisa satuan luas (hektar) atau unit wilayah (dusun, RT/RW).
f. Ketersediaan jalur dan alat evakuasi
g. Potensi bencana ikutan, misalnya banjir menyebabkan aliran listrik arus pendek sehingga
menyebabkan korban dan membahayakan penolong.
2. Skenario dampak
Dengan skenario kejadian disepakati, maka dapat diperkirakan kemungkinan apa saja
bentuk dampak ancaman. Perkiraan dampak menggunakan hasil kajian risiko bencana.
D.4. Penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana
Tujuan dimaksud disini adalah tujuan-‐tujuan khusus dan indikatif yang hendak dicapai dari
adanya penanganan darurat bencana. Sedangkan strategi merupakan cara spesifik yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Tujuan dan strategi penanganan darurat bencana
harus merupakan hasil kesepakatan bersama dalam penyusunan rencana kontinjensi.
Tujuan penanganan darurat bencana diekspresikan dengan kalimat-‐kalimat pernyataan
tegas (tidak bermakna ganda) serta mudah dipahami. Sedangkan strategi penanganan
darurat bencana diekspresikan dengan kalimat-‐kalimat pernyataan tegas dan bersifat
mengatur bagaimana suatu hal harus dilakukan.
D.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat
Setelah semua seksi membuat perencanaan kegiatan, proses lokakarya dapat dilanjutkan
dengan menyusun struktur komando tanggap darurat (SKTD). Struktur ini akan
menggambarkan secara jelas hirarki, rantai komando dan rantai koordinasi antar sektor,
pengambilan keputusan dan alur pertanggungjawaban. Struktur komando tanggap darurat
dapat disusun menggunakan organogram seperti di bawah ini.
D.6. Perencanaan bidang operasi/sektor
Perencanaan sektoral dimaksud disini adalah perencanaan sektor atau bidang yang perlu
ditangani, siapa menangani, bagaimana dan kapan menanganinya serta kebutuhan
sumberdayanya. Jenis dan jumlah sektor untuk ditangani selaran dengan pernyataan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 16 dari 39
kebijakan. Beberapa sektor atau bidang paling umum ada dalam rencana yakni, SAR,
penampungan pengungsi, layanan kesehatan, air-‐sanitasi.
Rencana satu sektor biasanya selalu terhubung dengan sektor lainnya. Maka hal terpenting
harus diperhatikan dalam penyusunan rencana sektor adalah keterkaitan dan sinergi antara
sektor satu dengan lainnya. Agar mempermudah melihat keterhubungan dan kerpaduan
antar sektor, maka rencana tiap sektor sekurang-‐kurang harus memuat 6 penjelasan di
bawah ini:
1. Situasi. Menjelaskan dalam situasi seperti apa sektor bersangkutan mulai bekerja
2. Sasaran. Menjelaskan rincian dan ukuran-‐ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas sektor
3. Kegiatan dan Pelaku. Menjelaskan bentuk kegiatan dan pelakunya (dalam bentuk tabel)
4. Proyeksi Kebutuhan Sumberdaya. Menjelaskan kebutuhan-‐kebutuhan sumberdaya oleh
sektor agar dapat melaksanakan tugasnya
5. Analisa Kesenjangan Sumberdaya. Menjelaskan perbedaan atau selisih sumberdaya
antara yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Penjelasan ini menjadi alat untuk
mengukur kemampuan serta sebagai acuan dalam pengembangan rencana kontinjensi.
E.Kegiatan Pembelajaran
E.3. Praktek penyusunan skenario
1. Skenario kejadian
Setelah mengikuti penjelasan tentang penyusunan skenario maka peserta diminta
mencurahkan pendapat tentang aspek-‐aspek dalam penyusunan skenario kejadian dan
dampak menggunakan lebar kerja berikut ini.
Lembar kerja 1. Tugas kelompok penyusunan skenario kejadian
Jenis ancaman : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : …………………
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 17 dari 39
Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Karakter Keterangan Waktu kejadian Lama kejadian Luas daerah terdampak Potensi bencana ikutan
Tabel 2.3. Contoh Skenario kejadian
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Karakter Keterangan Waktu kejadian Peringatan bahaya diterima pukul 00.00 Lama kejadian 3 X 24 Jam Luas daerah terdampak -
Potensi bencana ikutan Longsor
2. Skenario dampak
Setelah mengikuti penjelasan tentang skenario dampak, peserta diminta menyusun skenario
dampak dengan menggunakan hasil penilaian risikobencana hasil dari praktek Modul 2.
Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif.
Lembar kerja 2. Tugas kelompok penyusunan skenario dampak
Jenis ancaman : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Aset Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Bentuk Risiko Jumlah
Manusia Sosial Ekonomi/ Finansial
Fisik/ Infrastruktur
Alam/ Lingkungan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 18 dari 39
Tabel 2.4. Contoh skenario dampak
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Aset Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Bentuk Risiko Jumlah
Manusia Kena penyakit (diare, gatal-gatal, ISPA, DBD, Cikugunya),
252 jiwa
Depresi stres 252 jiwa Tidak bisa bekerja 63 KK
Tidak bisa sekolah Sekitar 100 anak Sosial Kerukunan sosial hilang/menurun 63 KK Ekonomi/ Finansial
Harta benda hilang dan rusak atau hancur
63 KK
Dokumen dan surat berharga rusak/hilang
63 KK
Kolam lele/ikan jebol tanggulnya 63 KK Fisik/ Infrastruktur
Rumah rusak/tidak bisa ditinggali 63 KK
Alam/ Lingkungan
- Kesulitan air bersih karena sumur tercemar banjir.
- ,
RW 04: RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 RW 08: RT 02
E.4. Praktek penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana
Lembar kerja 3. Penyusunan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana
Jenis ancaman : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Tujuan Strategi
1. Pengerahan seluruh sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana
1. Menetapkan situasi darurat bencana dengan……….
2. Menetapkan masa tanggap darurat bencana selama……….hari
2. Korban meninggal dunia……….jiwa 1…………………………………. 2…………………………………. 3…………………………………. 4………………………………….
3. Korban hilang………..jiwa 1…………………………………. 2…………………………………. 3………………………………….
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 19 dari 39
4………………………………….
4. Korban luka-‐luka………….jiwa tertangani hingga ke Puskesman/rumah sakit
1…………………………………. 2…………………………………. 3…………………………………. 4………………………………….
5. Kebutuhan dasar pengungsi tercukupi 1…………………………………. 2…………………………………. 3…………………………………. 4………………………………….
6. Dihasilkannya data kerusakan dan kerugian untuk digunakan pada tahap paska bencana
1…………………………………. 2…………………………………. 3…………………………………. 4………………………………….
Tabel 2.5. Contoh kebijakan dan strategi
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Kebijakan Strategi
Pengerahan seluruh sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana
• Menetapkan kondisi tanggap darurat bencana dengan SK Lurah
• Menetapkan masa tanggap darurat 7 hari
Korban meninggal/hilang 0 jiwa
• Monitoring tanda-‐tanda banjir • Memberitahukan kepada warga yang terkena rawan banjir
dengan pengeras suara • Berkoordinasi dengan RT,Rw,dan Kelurahan • Menyediakan tempat pengungsian dan tenda pengungsian
bila terjadi banjir • Menyiapkan dapur umum dan obat-‐obatan
Korban luka tertangani sampai dirumah sakit
• Menyediakan kendaraan siaga • Menyiapkan surat-‐surat untuk pengurusan
kesehatan/JAMKESMAS
Kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi
Sandang,pangan,papan,posko kesehatan,pendidikan,kebutuhan rohani,menyediakan MCK,sarana permainan anak
Memastikan adanya kegiatan pemulihan awal
Menyediakan alat kebersihan yaitu : cangkul,ember,skop,dll
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 20 dari 39
E.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat
Lembar kerja 4 . Tugas kelompok penetapan struktur komando tanggap darurat
Jenis ancaman : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Penaggungjawab/Komandan: Koordinator Umum/Wakil komandan:
Bidang Operasi Koordinator Anggota
1. Sekretariat
2. Peringatan Dini
3. Evakuasi
4. SAR (Pencarian dan Pertolongan)
5. Layanan Kesehatan
6. Barak Pengungsian
7. Dapur Umum
8. Bantuan non Pangan
9. Air dan Sanitasi
10. Pendidikan
11. Keamanan
12. Pengkajian kerusakan dan kerugian
Tabel 2.6. Contoh struktur komando tanggap darurat
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kec : Pakansari, Cibinong Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Penaggungjawab: Asnari S.Sos (08128400xxx) Koordinator Umum: Sigit Murjati (082127744xxx)
Bidang Operasi Koordinator Anggota
Sekretariat Bp.Maksum (085925148xxx)
Adi Suyono (081316428xxx), Ade Rustandi, Syahrofi Warsito (081382281xxx), Suryana Hadi (08128827xxx)
Peringatan Dini Eko Waluyo R 087775033xxx
Yayang, Budi, Deden, Saimin, Sugeng
Evakuasi Bapak Idris RH Adiyansyah 089638280839, Firdaus Arif S 081398052xxx,
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 21 dari 39
087770941xxx
Undang Darma 08787040xxx, Imam Turmudi 085211931xxx, Asep Sopiyan 081814980xxx
SAR (Pencarian dan Pertolongan)
Tidak ada Tidak ada
Layanan Kesehatan Bidan Yeti 081318326xxx
Jomanssen, Bidan Sukami, Dahlia
Barak Pengungsian Tanu Wahyudin 087872142xxx, Syaipudin, Suharto, Atim, H.Natsir
Dapur Umum Ibu Atikah 081384550xxx
Ibu Nani 085714823xxx, Ibu Halimah 081218272xxx, Ibu Yayah 085780444xxx, Arpah, Nahrudin muhamad
Bantuan non Pangan Riyadi Adiyansyah 089638280839, Firdaus Arif S 081398052xxx, Undang Darma 08787040xxx, Imam Turmudi 085211931xxx, Asep Sopiyan 081814980xxx
Air dan Sanitasi Jumadi 087872151xxx
M.Yusuf, Pujianto 085714823xxx, Ramlan, Iskandar
Pendidikan Budiningsih 081399713xxx
Ibu Nita 087874513xxx, Ibu Rus 08571643xxx, Ibu Yanti 087870186xxx, Ibu Marsih 081384482xxx, Ibu Nurhayati 087770375xxx
Keamanan Suharman 085524xxx Seluruh anggota Hansip Kel Pakansari dibackup Satpol PP, TNI dan Polri
Pengkajian kerusakan dan kerugian
Eko Waluyo R 087775033xxx
Yayang, Budi, Deden, Saimin, Sugeng
E.6. Praktek perencanaan bidang operasi
Perencanaan bidang operasi meliputi;
1. Rencana kegiatan berdasarkan situasi dan sasaran
2. Proyeksi atau perkiraan kebutuhan sumberdaya baik personil, alat dan bahan untuk
pelaksanaan kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 22 dari 39
Tabel 2.7. Contoh perencanaan bidang operasi Sekretariat
Bidang operasi : Skretariat Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
Situasi Telah terjadi banjir. Masyarakat terdampak sudah berkumpul di lokasi aman/pengungsian dan membutuhkan bantuan makanan, pakaian, selimut, dan hunian
Sasaran
- Tersedianya data masyarakat terdampak - Tesedianya data kerusakan/kerugian - Tersedianya ketersediaan dan kebutuhan bantuan - Terkelolanya bantuan dari berbagai pihak
Kegiatan
- Mengolah data (Warga, Pengungsi, Korban dan kerugian) - Melakukan koordinasi dengan Pihak-‐pihak terkait( Pemda, Organisasi/lembaga LSM, Media Masa
- Membuat laporan situasi (kondisi terkini,kebutuhan dan ketersediaan) - Mengelola bantuan dari berbagai pihak (menampung, mencatat keluar-‐masuk, dan mendistribusikan ke bidang operasi terkait)
Tabel 2.8. Contoh proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat
Bidang operasi : Skretariat dan pendataan Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Laptop/PC 2 Unit 2
2 Printer 2 Unit 1 1
3 UPS 2 Unit 1 1
4 Kertas kuarto/folio 4 Rim 3 1
5 Papan tulis 2 Unit 1 1
6 Spidol 20 Buah 10 10
7 Buku tulis 10 Buah 10 0
8 Ball point 20 Buah 20 0
9 Personil 6 Org 6 0
10 Konsumsi 6 Pax/hari 0 6
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 23 dari 39
Lembar kerja 6. Perencanaan bidang operasi Sekretariat
Jenis ancaman : Sekretariat Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 7. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat
Jenis ancaman : Sekretariat Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Laptop/PC Unit
2 Printer Unit
3 UPS Unit
4 Kertas kuarto/folio Rim
5 Papan tulis Unit
6 Spidol Buah
7 Buku tulis Buah
8 Ball point Buah
9 Personil Org
10 Konsumsi Pax/hari
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 24 dari 39
Lembar kerja 8. Perencanaan bidang operasi Peringatan Dini
Jenis ancaman : Peringatan Dini Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 9. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Peringatan Dini
Jenis ancaman : Peringatan Dini Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1. Personil
2. HT/handy talkie
3. Senter
4. Megaphone
Lembar kerja 10. Perencanaan bidang operasi Evakuasi
Jenis ancaman : Evakuasi Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 25 dari 39
Lembar kerja 11. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Evakuasi
Jenis ancaman : Evakuasi Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
Personil
HT/handy talkie
Senter
Megaphone
Mobil
Truk
Lembar kerja 12. Perencanaan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan)
Jenis ancaman : SAR (Pencarian dan Pertolongan) Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 26 dari 39
Lembar kerja 13. Proyeksi kebutuhan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan)
Jenis ancaman : SAR (Pencarian dan Pertolongan) Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2 HT/handy talkie
3 Senter
4 Megaphone
5 Pelampung
6 Tali
7 Perahu karet
8 P3K
9
10
11
Lembar kerja 14. Perencanaan bidang operasi Layanan Kesehatan
Jenis ancaman : Layanan Kesehatan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 27 dari 39
Lembar kerja 15. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Layanan Kesehatan
Jenis ancaman : Layanan Kesehatan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2 HT/handy talkie
3 Tandu
4 Perban/kassa
5 Pembalut luka
6 Obat luka
7 Spalek/bidai
8 Mobil
9 Tenda peleton
10
11
Lembar kerja 16. Perencanaan bidang operasi Barak Pengungsian
Jenis ancaman : Barak Pengungsian Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 28 dari 39
Lembar kerja 17. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Barak Pengungsian
Jenis ancaman : Barak Pengungsian Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2 HT/handy talkie
3 Tenda peleton
4 Tikar/alas tidur
5 Selimut
6 Bantal
7 Kasur
8 Kipas angin
9 Lampu
10 Kabel
11 Selotip
12 Genset
13 BBM genset
14 Oli mesin genset
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 29 dari 39
Lembar kerja 18. Perencanaan bidang operasi Dapur Umum
Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 19. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Dapur Umum
Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil Org
2 Tenda peleton Unit
3 Kompor gas Unit
4 Gas 3 Kg Tabung
5 Panci besar Unit
6 Dandang besar Unit
7 Wajan besar Unit
8 Baskom Unit
9 Meja Unit
10 Piring Buah
11 Gelas Lusin
12 Sendok makan Lusin
13 Beras Kg
14 Minyak goreng Kg
15 Ikan asin Kg
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 30 dari 39
Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
16 Telur Kg
17 Mie instan Dus
18 Sayuran Kg
19 Bawang merah Kg
20 Bawang putih Kg
21 Tomat Kg
22 Cabe Kg
23 Garam Kg
24 Gula merah Kg
25 Kecap Botol
26 Daging ayam Kg
27 Kacang tanah
28 Semangka
29 Pepaya
30 Ikan segar
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 31 dari 39
Lembar kerja 20. Perencanaan bidang operasi Bantuan non Pangan
Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 21. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Bantuan non Pangan
Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2 Pakaian anak
3 Pakaian dewasa
4 Pakaian dalam pria
5 Pakaian dalam perempuan
6 Sarung
7 Mukena
8 Sajadah
9 Sabun mandi
10 Sampo
Sikat gigi
Pasta gigi
Handuk
Sandal
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 32 dari 39
Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
Seragam sekolah
Sepatu
Tas sekolah
Buku pelajaran
Sabun cuci
Ember cuci
Lembar kerja 22. Perencanaan bidang operasi Air dan Sanitasi
Jenis ancaman : Air dan Sanitasi Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 33 dari 39
Lembar kerja 23. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Air dan Sanitasi
Jenis ancaman : Air dan Sanitasi Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2 Mesin pompa
3 Selang
4 Pipa paralon
5 Keran
6 Penampung air
7 WC
8 Bak mandi
9 Gayung
10 Terpal
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 34 dari 39
Lembar kerja 24. Perencanaan bidang operasi Pendidikan
Jenis ancaman : Pendidikan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 25. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pendidikan
Jenis ancaman : Pendidikan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 35 dari 39
Lembar kerja 26. Perencanaan bidang operasi Keamanan
Jenis ancaman : Keamanan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 27. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Keamanan
Jenis ancaman : Keamanan Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 36 dari 39
Lembar kerja 28. Perencanaan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian
Jenis ancaman : Pengkajian kerusakan dan kerugian Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Lembar kerja 29. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian
Jenis ancaman : Pengkajian kerusakan dan kerugian Bidang operasi : ………………… Desa/Kelurahan : ………………… Kecamatan : ………………… Kabupaten/Kota : ………………… Provinsi : …………………
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket
1 Personil
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 37 dari 39
BAGIAN III PENUTUP
A.Latihan/Kasus/Tugas
Hitunglah kebutuhan dasar pengungsi berjumlah 2.000 jiwa (dewasa) dengan masa
pengungsian selama 14 hari
Kebutuhan Dasar Satuan Total Kebutuhan Beras Minyak goreng Hunian sementara Pakaian/sandang Sabun mandi Air bersih Jamban/WC
C.Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi
2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan rencana kontinjensi
Tindak lanjut
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi | Halaman 39 dari 39
DAFTAR PUSTAKA
Paripurno, ET & Purwanto, S (Ed.), 2010, Panduan Fasilitator Wajib Latih Penanggulangan
Bencana Gunungapi, PSMB UPN ’Veteran’ Yogyakarta
MODUL 6
PENGEMBANGAN
FORUM
RELAWAN PRB
DESA
Modul ini membahas proses pengembangan
dan penguatan kapasitas forum relawan
PRB desa sebagai organisasi dengan tugas
dan fungsi mengawal kegiatan pengelolaan
risiko bencana di desa.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 1 dari 16
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 2 dari 16
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL dan LEMBAR KERJA .......................................................................................... 4
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 5
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 6
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 7
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 7
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 8
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 8
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 8
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 8
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 9
A.Pengantar .......................................................................................................................... 9
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 9
C.Indikator Pencapaian Tujuan ............................................................................................. 9
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 10
D.1. Pemahaman dasar forum relawan PRB .................................................................. 10
D.2. Tahapan pembentukan Forum Relawan PRB .......................................................... 10
D.3. Penguatan Kelembagaan dan Jejaring Forum Relawan PRB ................................... 12
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 13
E.2. Praktek pembentukan Forum Relawan PRB Desa .................................................... 13
E.3. Menjelaskan dan tugas kelompok tentang penguatan kelembagaan dan jejaring
Forum Relawan PRB Desa ............................................................................................... 13
BAGIAN III PENUTUP ............................................................................................................. 15
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 3 dari 16
A.Latihan/Kasus/Tugas ...................................................................................................... 15
B.Refleksi dan Tindak Lanjut ............................................................................................. 15
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 4 dari 16
DAFTAR TABEL dan LEMBAR KERJA
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ............................................................. 9
Lembar kerja 2. Tugas kelompok tahapan pembentukan Forum Relawan PRB Desa ............ 13
Lembar kerja 3. Penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB Desa ................ 14
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 5 dari 16
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 6 Pengembangan Forum Relawan PRB Desa ini membahas tentang konsep
dasar teknik pelaksanaan pembentukan forum relawan PRB desa oleh masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 6 hingga
modul 7.
4. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 2
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
8. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 6 dari 16
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 7 dari 16
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemerintah telah menyusun berbagai regulasi yang mengatur upaya penanggulangan
bencana, seperti Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) yang
merupakan amanah UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan
Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana beserta peraturan-‐peraturan turunannya. RAN PRB menjadi arahan bagi para
pengambil keputusan untuk memberikan komitmennya secara lintas sektor dan membuat
prioritas program secara sistematis. Dokumen RAN PRB juga menyebutkan secara specifik
tentang diperlukannya suatu wadah atau mekanisme untuk memfasilitasi kerjasama para
pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui suatu Platform/Forum. Inisiasi dan
pembentukan forum juga menjadi kebutuhan baik di tingkat nasional maupun lokal yang
meliputi; tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota hingga tingkat Desa/Kelurahan.
Forum sebagai sebuah mekanisme koordinasi dalam pengarusutamaan PRB dan berperan
dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB yang menyeluruh diberbagai tingkatan.
Diharapkan Forum PRB akan dapat mengawal kerja kerja PRB, termasuk penyusunan
Rencana Aksi – PRB, dan melakukan monitoring-‐evaluasi pencapaian Rencana Aksi tersebut
untuk menilai manfaat dan hasil bagi pengelolaan risiko.
Di tingkat Desa/Kelurahan, forum mewadahi, mewakili dan menyuarakan berbagai elemen
masyarakat. Dalam proses pembentukan Forum PRB tingkat desa/kelurahan harus
memperhatikan partisipasi/keterwakilan dari berbagi unsur meliputi; pemerintah, lembaga
usaha, organisasi masyarakat, kelompok-‐kelompok profesi, kategori-‐kategori lain, termasuk
kelompok difabel, kelompok perempuan, dan keterwakilan dari wilayah. Hal ini penting,
agar cakupan partisipasi masyarakat bisa lebih luas dan pemerataan partisipasi sekaligus
mendukung promosi PRB ke semua wilayah yang ada di Desa/Kelurahan. Terbentuknya
forum akan lebih menjamin keterlibatan, integrasi dan kesinambungan PRB termasuk
implementasi Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Komunitas menuju
Desa/Kelurahan yang tangguh bencana yang berakar pada masyarakat.
Peran strategis yang lain ialah mengembangkan jejaring lintas wilayah serta jejaring
multipihak untuk menciptakan sinergi kerja yang saling menguntungkan. Sinergi kerjasama
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 8 dari 16
antar wilayah dapat mewujudkan sinergi pada sistem peringatan dini antar wilayah,
pengelolaan pengungsi, latihan bersama, pembentukan usaha bersama, dan lain
sebagainya. Jejaring dengan pihak ketiga (perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga kemasyarakatan, dan lembaga usaha) dapat tercipta transfer pengetahuan dan
teknologi serta pembelajaran dalam bidang peningkatan kapasitas kelembagaan dan
pemerintahan, peningkatan pelayanan publik, pengelolaan sumberdaya yang lestari,
peningkatan pendapatan, dan sebagainya.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB, diharapkan peserta
mampu memahami dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode, pendekatan,
Pengembangan/Pembentukan Forum Relawan PRB di masyarakat dalam memfasilitasi
program Destana. Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta memahami pengertian dasar Forum Relawan PRB
2. Peserta memahami dan mampu menerapkan keterampilan merancang tahap inisiasi
Forum Relawan PRB
3. Peserta memahami dan mampu menerapkan keterampilan merancang kegiatan
penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) pemahaman dasar
forum relawan PRB, 2) tahap inisiasi pembentukan forum relawan PRB, 3) penguatan
kelembagaan dan jejaring forum relawan PRB. Setiap pokok materi dibahas secara terperinci
dan berurutan pada bagian kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran meliputi
ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan
kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat,
dan mengerjakan tugas tentang pengembangan/pembentukan forum relawan PRB.
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 9 dari 16
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu
(Menit)
1. Menjelaskan dan curah pendapat pengertian dasar forum relawan PRB 90
2. Menjelaskan dan tugas kelompok tentang tahapan pembentukan Forum PRB 90
3. Menjelaskan dan tugas kelompok tentang penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB Desa 90
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan metode curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara individu
maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana
fasilitasi untuk diterapkan di tempat tugas masing-‐masing.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul 6. Pengembangan/Pembentukan Forum Relawan PRB Desa,
diharapkan peserta mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar,
strategi, metode, pendekatan, dalam memfasilitasi Pengembangan/Pembentukan Forum
Relawan PRB di masyarakat.
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dasar Forum Relawan PRB
2. Peserta mampu menunjukkan hasil rancangan tahap inisiasi Forum Relawan PRB
3. Peserta mampu menunjukkan hasil rancangan kegiatan penguatan kelembagaan dan
jejaring Forum Relawan PRB
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 10 dari 16
D.Uraian Materi
D.1. Pemahaman dasar forum relawan PRB
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No.21
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana beserta peraturan-‐
peraturan turunannya menyebutkan secara spesifik tentang diperlukannya suatu wadah
atau mekanisme untuk memfasilitasi kerjasama para pihak dalam upaya pengurangan risiko
bencana melalui suatu Forum PRB. Pembentukan Forum PRB dapat dilakukan di tingkat
nasional maupun lokal yang meliputi; tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota hingga tingkat
Desa/Kelurahan.
Forum PRB merupakan suatu mekanisme koordinasi dalam pengarusutamaan PRB dan
berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB menyeluruh. Diharapkan
Forum PRB akan dapat mengawal pencapaian upaya-‐upaya kerja PRB. Pembentukan Forum
PRB tingkat desa/kelurahan harus memperhatikan partisipasi/keterwakilan dari berbagi
unsur meliputi; pemerintah, lembaga usaha, organisasi masyarakat, kelompok-‐kelompok
profesi, kategori-‐kategori lain, termasuk kelompok difabel, kelompok perempuan, dan
keterwakilan dari wilayah. Terbentuknya forum akan lebih menjamin keterlibatan, integrasi
dan kesinambungan PRB termasuk implementasi Rencana Penanggulangan Bencana dan
Rencana Aksi Komunitas menuju Desa/Kelurahan yang tangguh bencana yang berakar pada
masyarakat.
D.2. Tahapan pembentukan Forum Relawan PRB
Tahapan pembentukan forum dimulai dengan merujuk pada hasil kajian risiko bencana.
Hasil kajian yang menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat Desa/Kelurahan, dan wadah
atau kelompok untuk menjamin pelaksanaan pengurangan risiko bencana di tingkat
Desa/Kelurahan. Hasil dari kajian tersebut kemudian dibawa dalam rembug Desa/Kelurahan,
dan disepakati adanya wadah seluruh elemen masyarakat desa/kelurahan. Wadah tersebut
selanjutnya disebut Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa/Kelurahan.
Tahapan pembentukan Forum PRB bisa sangat fleksibel dengan kondisi setempat. Tetapi
sebagai gambaran di bawah ini disajikan tahapan proses pembentukan Forum PRB di tingkat
desa/kelurahan.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 11 dari 16
1. Persiapan (Inisiasi)
a. Pertemuan dengan Tokoh-‐Tokoh Kunci di Tingkat Desa/Kelurahan untuk
menjelaskan perlunya forum untuk menyatukan berbagai pihak, meliputi; pemangku
kepentingan, tokoh masyarakat dan elemen dalam masyarakat yang memiliki
perhatian dalam pengurangan risiko bencana di tingkat Desa/Kelurahan.
b. Mengidentifikasi keberadaan semua kelompok masyarakat yang dapat menjadi
pendukung pembentukan Forum di Desa/Kelurahan yang dapat berfungsi sebagai
wahana untuk kegiatan pengurangan risiko bencana bagi masyarakat.
c. Dalam identifikasi ini bisa juga dilakukan dengan mengisi formulir yg berisi informasi
dasar dari setiap kelompok masyarakat. Apabila menggunakan formulir harus
dilakukan di dalam kelompok-‐kelompok kecil.
2. Pelaksanaan (Pembentukan)
Pembentukan Draft Struktur Organisasi Forum, termasuk personil dan tugas-‐tugasnya:
Kelompok Kerja memutuskan untuk menguatkan Forum yang sudah ada (yang belum ada
Forum membentuk Forum lebih dahulu) atau memperbarui forum yang ada sesuai dengan
potensi dan elemen-‐elemen yang ada dalam masyarakat. Dalam pembentukan ini termasuk
memilih pengurus dan menentukan strukturnya dan unit-‐unit (Pokja) yang diperlukan.
Kepengurusan forum ini harus merepresentasikan semua unsur perwakilan masyarakat
desa/kelurahan termasuk keterwakilan perempuan minimal 30% dan keterwakilan
kelompok difabel.
Pemilihan pengurus bisa melalui musyawarah maupun dengan melalui voting, tergantung
kesepakatan bersama.
Setelah Forum PRB disepakati, Forum merumuskan AD/ART (termasuk visi dan misi) serta
tugas pokok dan fungsi masing-‐masing bagian, sebagai pedoman perjalanan Forum.
Merumuskan rencana kerja forum, paling tidak untuk satu tahun. Membuat rencana tindak
lanjut termasuk rencana legalisasi forum (SK atau Perdes). Perlu ada analisis (walau
sederhana) tentang kekuatan dan kelemahan bentuk legal Forum, baik berbentuk SK atau
Perdes.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 12 dari 16
D.3. Penguatan Kelembagaan dan Jejaring Forum Relawan PRB
1. Penguatan kelembagaan Forum PRB
a. Relevansi. Apakah keberadaan forum dan program kerjanya sudah
memenuhi/berkontribusi kebutuhan kegiatan-‐kegiatan PRB di desa?
b. Output/Hasil. Melihat kembali hasil capaian program kerja forum apakah dapat
dirasakan manfaatnya baik berupa berkurangnya kerentanan maupun meningkatnya
kapasitas?
c. Partisipasi. Melihat kembali apakah pencapaian-‐pencapaian program kerja forum
telah mengakomodasi semua kelompok masyarakat?
2. Penguatan jejaring Forum PRB
Jejaring kerjasama dalam pengelolaan risiko bencana dengan pihak ketiga sangat
mungkin dilakukan untuk melaksanakan program dan aksi PRB. Selain ruang lingkup
diatas, Desa dapat merumuskan ruang lingkup dan kerja sama bidang lain yang bersifat
strategis sesuai kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat.
Peran Forum PRB dalam menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak ketiga
berperan sebagai delegasi desa. Selanjutnya kerjasama diatur dalam kesepakatan
kerjasama secara tertulis antara Desa dan pihak ketiga.
a. Kerjasama Antar Desa
Kerjasama Antar Desa yang lazim dilakukan saat ini pada aspek perkuatan perekonomian
desa, kerjasama diwujudkan dalam pembentukan Badan Usaha Milik 2 (Dua) Desa atau
lebih. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Trasmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawah Desa, terutama pada Pasal 73 dijabarkan, bahwa
ruang lingkup kerjasama antar desa yaitu:
a) Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing;
b) Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat antar-‐Desa;
c) Keamanan dan ketertiban.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 13 dari 16
b. Kerjasama dengan Pemerintah dan/atau Pihak Ketiga
Kerjasama dengan pihak ketiga seringkali diartikan dengan kemitraan antara pihak eksternal
desa dengan desa. Kerjasama idealnya saling berbagi sumber daya dan saling
menguntungkan. Maka sebelum Desa menjalin kemitraan, kedua belah pihak harus
menyepakati nilai-‐nilai (1) kesamaan perhatian/kepentingan (common interest); (2) adanya
sikap saling mempercayai dan saling menghormati; (3) tujuan yang jelas dan terukur; (4)
kesediaan untuk berbagi waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. Kedua belah pihak
juga harus berkomitmen menerapkan prinsip-‐prinsip kemitraan yaitu (1) kesamaan
kedudukan (equality); (2) keterbukaan (transparancy), (3) saling menguntungkan (mutual
benefit).
E.Kegiatan Pembelajaran
E.2. Praktek pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Setelah mengikuti penjelasan tentang tahapan pembentukan Forum Relawan PRB peserta
diminta bekerja dalam kelompok menyelesaikan tugas penyusunan tahapan kegiatan
pembentukan Forum Relawan PRB dengan menggunakan lembar kerja 2 di bawah ini.
Lembar kerja 2. Tugas kelompok tahapan pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Tahapan Kegiatan Hasil Kegiatan
E.3. Menjelaskan dan tugas kelompok tentang penguatan kelembagaan dan jejaring
Forum Relawan PRB Desa
Setelah mengikuti seluruh pembelajaran tentang penguatan kelembagaan dan jejaring
Forum Relawan PRB Desa peserta diminta bekerja dalam kelompok menyusun rencana
penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB Desa menggunakan lembar kerja
3 di bawah ini.
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 14 dari 16
Lembar kerja 3. Penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB Desa
Penguatan Kelembagaan Penguatan Jejaring
Relevansi
Otput
Partisipasi
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 15 dari 16
BAGIAN III PENUTUP
A.Latihan/Kasus/Tugas
Organisasi masyarakat yang sehat, termasuk Forum PRB, harus memiliki relevansi, output
dan partisipasi yang kuat di tengah masyarakat. Jelaskan ketiganya dengan tabel di bawah
ini.
Relevansi,
Otput,
Partisipasi
B.Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dasar Forum Relawan PRB
2. Peserta mampu menunjukkan hasil rancangan tahap inisiasi Forum Relawan PRB
3. Peserta mampu menunjukkan hasil rancangan kegiatan penguatan kelembagaan dan jejaring Forum Relawan PRB
Tindak lanjut
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Modul 6. Pengembangan Forum Relawan PRB Desa | Halaman 16 dari 16
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
MODUL 7
PENYUSUNAN
RENCANA
PENANGGULANGAN
BENCANA
Modul ini membahas pengertian-‐
pengertian dasar, tujuan dan kegunaan
penyusunan RPB serta pendekatan
teknik –strategi penyusunannya.
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 1 dari 21
Pengarah B. Wisnu Widjaja – BNPB
Penanggungjawab
Lilik Kurniawan – BNPB Pangarso Suryotomo – BNPB
Penyunting Eko Teguh Paripurno – Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
Penyusun Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Yugyasmono – Perkumpulan LIngkar Sumino – LPTP Solo Wahyu Heniwati – Daya Annisa Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran “ Yogyakarta Henricus Hariwantoro -‐ Desa Lestari Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit
Anggoro Budi Prasetyo – Perkumpulan Aksara
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 2 dari 21
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 4
DAFTAR LEMBAR KERJA ........................................................................................................... 5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .......................................................................................... 6
PETA KEDUDUKAN MODUL ...................................................................................................... 7
BAGIAN I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 8
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 8
B.Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 9
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ........................................................ 9
C.1.Ruang lingkup ............................................................................................................. 9
C.2.Pengorganisasian pembelajaran ................................................................................. 9
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................... 10
A.Pengantar ........................................................................................................................ 10
B.Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 10
C.Indikator Pencapaian Tujuan ........................................................................................... 11
D.Uraian Materi .................................................................................................................. 11
D.1.. Pengertian dan kegunaan rencana penanggulangan bencana ............................... 11
D.2. Penyusunan dan penyajian data RPB ...................................................................... 11
E.Kegiatan Pembelajaran .................................................................................................... 12
E.1. Praktek penyusunan RPB (lihat juga contoh terlampir) ........................................... 12
BAGIAN III PENUTUP ............................................................................................................. 16
A.Refleksi dan Tindak Lanjut ............................................................................................. 16
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 17
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 3 dari 21
Lampiran 1. Contoh identifikasi kegiatan dan pelaku ............................................................ 18
Lampiran 2. Contoh rekap kegiatan ....................................................................................... 20
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 4 dari 21
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ............................................................. 9
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 5 dari 21
DAFTAR LEMBAR KERJA
Lembar kerja 1. Identifikasi kegiatan dan pelaku ................................................................... 13
Lembar kerja 2. Rekap kegiatan pra bencana (peningkatan kapasitas) ................................. 14
Lembar kerja 3. Rekap kegiatan pra bencana (kesiapsiagaan) ............................................... 14
Lembar kerja 4. Rekap kegiatan tanggap darurat .................................................................. 14
Lembar kerja 5. Rekap kegiatan paska bencana .................................................................... 15
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 6 dari 21
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul 7. Penyusunan RPB ini membahas tentang konsep dasar teknik pelaksanaan 7.
Penyusunan RPB oleh masyarakat.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Pembelajaran dan (3) Penutup.
3. Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 8
Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran
sesuai ketersediaan waktu.
4. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan
memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar
modul ini, mengikuti tahapan-‐tahapan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
5. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh
fasilitator.
6. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan
latihan soal dan penugasan lainnya.
7. Peserta disarankan membaca sumber-‐sumber relevan lain untuk melengkapi
pemahaman.
8. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam
program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing-‐
masing.
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 7 dari 21
PETA KEDUDUKAN MODUL
Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita
sedang membahas Modul 7. Penyusunan RPB.
Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif
Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi
Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa
Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa
Pelatih
an Fasilitator D
estana
Modul 7. Penyusunan RPB
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 8 dari 21
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa disusun pemerintah desa bersama
masyarakat secara partisipatif. RPB Desa tersebut memuat rencana tindakan yang bersifat
programatik selama 5 (lima) tahun) berdasarkan profil risiko bencana pada desa/kelurahan
dalam waktu tertentu. Dalam arti luas RPB merupakan program strategis pada seluruh
bidang/cakupan pengurangan risiko bencana, baik dalam bidang pencegahan,
kesiapsiagaan, kedaruratan, rehabilitasi, maupun rekonstruksi untuk seluruh ancaman
bencana prioritas.
Sebagai dokumen perencanaan, dokumen ini selain memuat data dan informasi tentang
risiko bencana, juga mengandung strategi, kebijakan dan langkah-‐langkah teknis yang
dibutuhkan untuk mewujudkan kesiapsiagaan terhadap bencana (Perka BNPB No 4 Tahun
2008).
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 9 dari 21
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul Penyusunan Rencana Penanggulangan ini diharapkan peserta
memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar,
prinsip, metode, pendekatan dalam memfasiitasi penyusunan rencana penanggulangan
bencana di masyarakat. Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai
berikut:
1. Peserta memahami dan mampu menerapkan pengertian dasarRPB serta kegunaannya dalam perencanaan pembangunan desa/kelurahan
2. Peserta memahami dan mampu menerapkan keterampilan menyusun RPB 3. Peserta mampu menyusun rencana fasilitasi penyusunan RPB
C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran
C.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) pengertian dan
kegunaan rencana penanggulangan bencana, 2) Penyusunan dan penyajian data RPB dan 3)
penyusunan rencana fasilitasi penyusunan RPB. Setiap pokok materi dibahas secara
terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran
meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, dan presentasi.
C.2.Pengorganisasian pembelajaran
Dalam proses pembelajarannya, peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat, dan mengerjakan tugas tentang penyusunan dokumen rencana penanggulangan bencana di masyarakat.
Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu
(Menit)
1. Menjelaskan dan diskusi keopok pengertian dasarRPB serta kegunaannya dalam perencanaan pembangunan desa/kelurahan
90
2. Penjelasan dan tugas kelompok menyusun RPB 270
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 10 dari 21
No Kegiatan Waktu
(Menit)
3. Penjeasan dan tugas kelompok menyusun rencana fasilitasi penyusunan RPB
180
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.Pengantar
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan dokumen yang tidak terpisah dari
dokumen perencanaan desa baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa
maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa. RPB adalah sebuah rencana prioritas bagi
usaha masyarakat desa untuk melindungi warganya dari ancaman dan risiko bencana. RPB
memuat Rencana Aksi atau dukungan yang dilakukan oleh berbagai pihak di semua tahapan
atau siklus PB (pra bencana, saat bencana dan pasca bencana). Sebagaimana dokumen
perencanaan desa, maka RPB dibuat secara partisipatif dalam musyawarah desa yang
diinisiasi dan dipimpin oleh Badan Perwakilan Desa(BPD). Dokumen inilah yang nantinya
akan menjadi rujukan bagi penyusunan RPJM Desa maupun RKP Desa.
Integrasi PRB dalam perencanaan pembangunan desa diharapkan akan menjamin program
Desa Tangguh Bencana dilakukan secara berkelanjutan. Kerangka waktu integrasi PRB dalam
RPJMDesa dalam Destana dilakukan secara bertahap; 1) tahun pertama; adalah Integrasi
PRB ke dalam RKP/RPJMDesa, 2) tahun kedua; Perlindungan Aset Penghidupan dan
Perencanaan Kawasan, 3) tahun ketiga; Implementasi PRB-‐RAK dan Rencana Berkelanjutan.
Pendanaan dari kegiatan Destana ini pada tahun pertama lebih banyak didukung dan
dibiayai oleh BNPB dan BPBD. Pada tahun kedua dan ketiga diharapkan sudah bisa
terintegrasi dalam perencanaan desa dan dibiayai dari Dana Desa dan Anggaran Dana Desa.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Modul Penyusunan Rencana Penanggulangan ini diharapkan peserta
memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar,
prinsip, metode, pendekatan dalam memfasilitasi penyusunan rencana penanggulangan
bencana di masyarakat.
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 11 dari 21
C.Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator pencapaian pembelajaran dari modul ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dasarRPB serta kegunaannya dalam
perencanaan pembangunan desa/kelurahan
2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan RPB
3. Peserta mampu menujukkan hasil penyusunan rencana fasilitasi penyusunan RPB
D.Uraian Materi
D.1.. Pengertian dan kegunaan rencana penanggulangan bencana
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan (pra-‐saat-‐pasca) bencana dan bidang kerja kebencanaan (Perka BNPB No 4 2008). Dalam arti luas, RPB merupakan program strategis pada seluruh bidang/cakupan pengurangan risiko bencana, baik dalam bidang pencegahan, kesiapsiagaan, kedaruratan, rehabilitasi, maupun rekonstruksi untuk seluruh ancaman bencana prioritas dalam suatu wilayah administratif.
D.2. Penyusunan dan penyajian data RPB
Prinsip dalam melakukan penyusunan RPB adalah paradigma pengelolaan risiko bencana secara menyeluruh sejak sebelum, pada saat, dan setelah kejadian bencana serta seluruh ancaman bencana yang ada.
Sebagai kebijakan dan aras penanggulangan bencana, dokumen ini bertujuan untuk upaya melindungi warga masyarakat. Berbasis hasil kajian risiko bencana—pengenalan dan pengkajian bahaya, pengenalan kerentanan, dan analisis risiko (dampak bencana)—ditentukan upaya-‐upaya tindakan penanggulangannya.
Sistematika penyusunan dokumen RPB. Dokumen RPB disusun dengan sistematika (outline) sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Landasan Hukum E. Pengertian F. Sistematika
II. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Fisik B. Kondisi sosial ekonomi C. Kebijakan Penanggulangan Bencana (Legislasi, kelembagaan)
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 12 dari 21
III. PENILAIAN RISIKO BENCANA A. Ancaman B. Kerentanan C. Analisis Kemungkinan Dampak Bencana.
IV. PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA A. Pra-‐bencana B. Saat Tanggap Darurat C. Pasca Bencana
V. MEKANISME PENANGGULANGAN BENCANA A. Pra Bencana B. Saat Tanggap Darurat C. Pasca Bencana D. Mekanisme Penanggulangan Bencana
VI.ALOKASI TUGAS DAN SUMBERDAYA. A. Kegiatan-‐kegiatan yang dilakukan B. Pelaku Kegiatan C. Sumber dana
VII. PENUTUP
Program dan kegiatan prioritas. Perencanaan program yang baik menggunakan kata kerja dan haruslah menerapkan prinsip SMART, yakni:
S = Specific. Spesifik tujuan, lokasi, sasaran
M = Measurable. Terukur capaiannya
A = Achievable. Realistis dapat dicapai
R = Relevant. Penting untuk mencapai tujuan
T = Time-‐bound. Target waktu
E.Kegiatan Pembelajaran
E.1. Praktek penyusunan RPB (lihat juga contoh terlampir)
1. Identifikasi kegiatan dan pelaku
Gunakan penetapan rekomendasi hasil dari Modul 2 Pengkajian Risiko Bencana.
Perhatikan kelengkapan usulan kegiatan.
2. Rekap kegiatan dan perencanaan
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 13 dari 21
Uraikan kegiatan-‐kegiatan per fase penanggulangan bencana dengan menggunakan
lembar-‐lembar kerja di bawah ini.
Lembar kerja 1. Identifikasi kegiatan dan pelaku
Jenis ancaman : Desa/Kec : Kabupaten : Provinsi :
Fase/tahap Kegiatan
Lembaga Organisasi
Keluraha
n
RW
RT
Dasa W
isma
Kel. Lele
Kel. Ternak
Karang
Tarun
a
DLL
Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas)
Pra bencana, saat terdapat potensi bencana (kesiapsiagaan)
Saat tanggap darurat
Pasca bencana
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 14 dari 21
Lembar kerja 2. Rekap kegiatan pra bencana (peningkatan kapasitas)
Jenis ancaman : Fase : Pra bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas) Desa/Kec : Kabupaten : Provinsi :
No Kegiatan Tujuan Indikator Capaian Pelaku Waktu Biaya
(Rp) Sumber Biaya
Lembar kerja 3. Rekap kegiatan pra bencana (kesiapsiagaan)
Jenis ancaman : Fase : Pra bencana (kesiapsiagaan) Desa/Kec : Kabupaten : Provinsi :
No Kegiatan Tujuan Indikator Capaian Pelaku Waktu Biaya
(Rp) Sumber Biaya
Lembar kerja 4. Rekap kegiatan tanggap darurat
Jenis ancaman : Fase : Tanggap darurat Desa/Kec : Kabupaten : Provinsi :
No Kegiatan Tujuan Indikator Capaian Pelaku Waktu Biaya
(Rp) Sumber Biaya
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 15 dari 21
Lembar kerja 5. Rekap kegiatan paska bencana
Jenis ancaman : Fase : Paska bencana Desa/Kec : Kabupaten : Provinsi :
No Kegiatan Tujuan Indikator Capaian Pelaku Waktu Biaya
(Rp) Sumber Biaya
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 16 dari 21
BAGIAN III PENUTUP
A.Refleksi dan Tindak Lanjut
Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum Tercapai Keterangan
1. Peserta memahami dan mampu menerapkan pengertian dasarRPB serta kegunaannya dalam perencanaan pembangunan desa/kelurahan
2. Peserta memahami dan mampu menerapkan keterampilan menyusun RPB
Tindak lanjut
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 17 dari 21
Daftar Pustaka
Anonim, BNPB, 2008, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4
Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 18 dari 21
Lampiran 1. Contoh identifikasi kegiatan dan pelaku
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kec : Pakansari/Cibinong Kabupaten : Kab. Bogor Provinsi : Jawa Barat
Fase Kegiatan
Lembaga/Organisasi Pelibat
Keluraha
n
RW
RT
Dasa W
isma
Kel. Lele
Kel. Ternak
K. Tarun
a
Pustu
Tim Siaga
Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas)
1. Pembuatan Peraturan Penanggulangan Bencana √ √ √ 2. Pengajuan kegiatan RPB ke Musrenbang √ √ √ 3. Sosialisasi kesadaran bencana √ √ √ √ √ √ √ 4. Reboisasi dan penataan lingkungan √ √ √ √ √ √ 5. Pengerukan sungai √ 6. Pembuatan biopori √ √ √ √ √ √ √ 7. Pembentukan tim siaga bencana √ √ √ √ 8. Pelatihan evakuasi dan P3K √ 9. Simulasi bencana √ √ √ √ √ √ √ √ 10. Pengadaan perlengkapan kebencanaan √ 11. Pengelolaan tabungan siaga √ √ √ √ √ 12. Pengelolaan bank sampah √ √
Pra bencana, saat terdapat potensi bencana (kesiapsiagaan)
1. Sosialisasi kesiapsiagaan bencana √ √ √ √ 2. Pengaktifan Early Warning System (EWS) √ 3. Pemantauan bahaya √ 4. Penyiapan pos pengungsian √
Saat tanggap darurat
1. Menghidupkan EWS dan pengeras suara √ √ 2. Melakukan evakuasi √ √ 3. Mengaktifkan pos pengungsian √ √ √ 4. Melakukan kajian kerugian √ √ 5. Mengelola logistik pengungsian √ √ √ √ √
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 19 dari 21
Jenis ancaman : Banjir Desa/Kec : Pakansari/Cibinong Kabupaten : Kab. Bogor Provinsi : Jawa Barat
Fase Kegiatan
Lembaga/Organisasi Pelibat
Keluraha
n
RW
RT
Dasa W
isma
Kel. Lele
Kel. Ternak
K. Tarun
a
Pustu
Tim Siaga
6. Pengamanan lokasi bencana √ √
Pasca bencana 1. Sosialisasi tentang pemulihan mental √ √ 2. Rekontruksi/rehabilitasi √ √ √ √ √ 3. Pemulihan aktifitas √ √ √ √ √
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 20 dari 21
Lampiran 2. Contoh rekap kegiatan
Jenis ancaman : Banjir Fase : Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas) Desa/Kec : Pakansari/Cibinong Kabupaten : Kab. Bogor Provinsi : Jawa Barat
No Kegiatan Tujuan Indikator Capaian/Keberhasilan
Pelaku Waktu Biaya (Rp)
Sumber Biaya
1 Pengajuan kegiatan RPB ke Musrenbang
Memasukkan kegiatan RPB dalam perencanaan pembangunan
Kegiatan-‐kegiatan RPB masuk rencana pembangunan
Kelurahan, RT, RW, dan Karang Taruna
Setiap bulan Agustus
-‐ -‐
2 Sosialisasi kesadaran bencana
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Tersosialisasikannya RPB
Kelurahan, RT, RW, April – September
2 Juta APBDes Swadaya
3 Reboisasi dan penataan lingkungan sungai
Mencegah longsor bantaran sungai
Terlaksananya kegiatan reboisasi dan penataan lingkungan bantaran sungai
Kelurahan, RT, RW, dan Karang Taruna
April – September
36 Juta
APBDes Swadaya
4 Pengerukan sungai Mengurangi luapan sungai Terlaksananya pengerukan sungai
Kelurahan, RT, RW, dan Karang Taruna
April – September
60 Juta
APBDes Swadaya
5 Pembuatan biopori Mempercepat resapan air Tersedianya biopori (5.000 per RT)
Kelurahan, RT, RW, dan Karang Taruna
April – September
2 Juta APBDes Swadaya
6
Pembentukan tim siaga bencana
Menyediakan tenaga terampil dalam penanggulangan bencana
-‐ Terbentuknya lembaga tim siaga bencana
-‐ Terbentuknya struktur organisasi tim siaga bencana
-‐ Tersedianya statuta/aturan tim siaga bencana
-‐ Adanya program/kegiatan tim siaga bencana
-‐ Terselenggaranya pertemuan rutin tim siaga bencana
Kelurahan, RT, RW, dan Karang Taruna
Maret 2 Juta APBDes Swadaya
7 Pelatihan evakuasi dan P3K Meningkatkan keterampilan tim siaga bencana dan
-‐ Terselenggaranya pelatihan evakuasi dan P3K diikuti tim
Tim siaga, Pustu dan masyarakat
Juni -‐ Juli 2 Juta APBDes Swadaya
Modul 7. Penyusunan Rencana Penanggulangan Desa | Halaman 21 dari 21
Jenis ancaman : Banjir Fase : Pra bencana, saat tidak terjadi bencana (pencegahan, mitigasi dan peningkatan kapasitas) Desa/Kec : Pakansari/Cibinong Kabupaten : Kab. Bogor Provinsi : Jawa Barat
No Kegiatan Tujuan Indikator
Capaian/Keberhasilan Pelaku Waktu Biaya (Rp)
Sumber Biaya
masyarakat siaga bencana dan masyarakat
-‐ Tim siaga bencana mampu mempraktekkan evakuasi dan P3K dengan benar
Sponsor
8 Simulasi bencana -‐ Meningkatkan keterampilan tim siaga bencana dan masyarakat
-‐ Uji sistem kesiapsiagaan -‐ Memperbaiki rencana kontijensi
-‐ Terselenggaranya simulai diikuti tim siaga bencana dan masyarakat
-‐ Masyarakat mengetahui tata cara penyelamatan diri
Tin siaga bencana Agustus 2 Juta APBDes Swadaya Sponsor
9 Pengadaan perlengkapan kebencanaan
Menyediakan peralatan penaggulangan bencana
Tersedianya peralatan penanggulangan bencana
Kelurahan dan tim siaga bencana
Setiap bulan
30 Juta
APBDes
10 Pengelolaan tabungan siaga Mempersiapkan dana pada saat bencana
Adanya tabungan siaga masyarakat
Tim siaga bencana Setiap bulan
-‐ Swadaya
11 Pengelolaan bank sampah -‐ Mengurangi sampah -‐ Meningkatkan ekonomi
Terkelolanya sampah Dasa wisma Setiap bulan
-‐ Swadaya
Tim Penyusun
Eko Teguh Paripurno, di kalangan kawan-‐kawan aktivis lebih akrab dipanggil “Kang ET”. Pria ini semula dikenal sebagai aktivis lingkungan, melalui organisasi Komunitas Pencita Alam Pemerhati Lingkungan (KAPPALA) Indonesia yang didirikannya. Menyelesaikan doktor di Universitas Padjadjaran Bandung, dengan judul disertasi “Kajian Karakter Lahar G. Merapi sebagai Respon Perbedaan Jenis Erupsi dari Holosen sampai Resen”. Penerima Sasakawa Award dari UNISDR atas usaha-‐usaha dalam pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat ini, sehari-‐hari mengajar di Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta. Saat ini mempunyai mandat sebagai Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) dan Ketua Program Magister Manajemen (MMB) di universitas yang sama, serta sebagai Presidium Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Pria ini aktif sebagai konsultan manajemen bencana di berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah, serta konsultan probono bagi komunitas berisiko bencana ekologis.
Sigit Purwanto, kelahiran Yogyakarta 26 Juli 1968, sekarang tinggal bersama seorang istri dan tiga anak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Menyelesaikan studi bidang teknik lingkungan tahun 1996 dilanjutkan dengan menulis laporan kegiatan alam bebas. Mulai menjadi aktifis di Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Yogyakarta sejak 2005 hingga sekarang. Pengalaman berkegiatannya telah banyak dituangkan dan dikontribusikan dalam banyak buku, modul, dan panduan tentang Pengkajian Risiko Bencana, Penyusunan Rencana Kontinjensi, Pengkayaan Teknik Fasilitasi dan Participatory Rural Appraisal.
Sumino, pria ini sehari-‐hari aktif sebagai praktisi lingkungan dan pengurangan resiko bencana ini lahir di Sukoharjo, 20 Januari 1972. Sejak tahun 1998 mulai aktif melakukan pendampingan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan, pangan, dan energi terutama mengembangkan tehnologi tepat guna ditingkat masyarakat. Mulai belajar bersama masyarakat untuk melakukan pengurangan resiko bencana sejak bergabung dengan Lembaga Pengembangan Tehnologi Pedesaan (LPTP) tahun 1999 sampai sekarang. Sejak tahun 2010 mendapatkan mandat dari LPTP sebagai program direktur. Lelaki ini juga aktif di jejaring, yaitu Steering Committee JKGEI (Jaringan Kerja Gender dan Energi Indonesia) 2009-‐2013, Badan Pengurus di Jaringan Kerja Pertanian Organik/Jaker-‐PO hingga 2016. Ia juga aktif dalam penyusunan-‐penyusunan dokumen kebijakan baik di tingkat daerah.
Indra Baskoro Adi. Pria kelahiran Trenggalek ,Jawa Timur ini lulusan S1 Psikologi dari Universitas Wisnuwardhana Malang, Jawa Timur. Semenjak tahun 2007 dalam keseharian aktif di Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta (PSMB-‐UPN). Sekarang pria yang sering disapa Indra ini menetap tinggal di Lereng Merapi tepatnya RT 03/02 Dusun Turgo,Purwobinangun,Pakem. Kerja-‐kerja dan praktik baik Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas didapatkan melalui proses panjang kurang-‐lebih selama 10 tahun. Selain aktif di PSMB-‐UPN, ia juga aktif di Perkumpulan Kappala Indonesia, sebagai pendamping masyarakat dan praktisi Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat. Pengalaman-‐pengalamannya antara lain adalah memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas desa melalui program Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB) dan memfasilitasi program-‐program Sekolah Siaga Bencana di kawasan Merapi, menjadi Relawan Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi 2010, menjadi Supervisor Disaster Risk Reduction di Jayapura, dan aktif menjadi Trainer PRBBK dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB 2015 dan 2016. Email: [email protected] / kontak : 085-‐742-‐418-‐528
Wahyu Heniwati. Berawal dari pemberdayaan usaha mikro kecil berbasis kelompok perempuan dan kawasan sejak 2005 melalui Daya Annisa, perempuan yang akrab dipanggil Heny ini menilai bahwa salah kunci ketangguhan masyarakat antara lain peningkatan lifeskill dan kebijakan yang berkeadilan. Aktif dalam kegiatan organisasi sejak mahasiswa hingga sekarang menggeluti isu ekonomi pedesaan dan kebencanaan khususnya terkait dengan penghidupan berkelanjutan. Melalui Daya Annisa, lembaga yang dipimpinnya telah melakukan kemitraan program CBDRM terintegrasi dengan livelihood dengan berbagai mitra, antara lain GTz/GIZ, AIFDR-‐Ausaid, UNDP-‐SCDRR, RHK, Caritas Swizrtland, ASB dan BPBD Kab.Cilacap untuk Replikasi Destana. Lulusan MM UII Yogyakarta ini selain menjadi anggota pengurus di MDMC, juga di Dewan Pimpinan Nasional Assosiasi Bussiness Development Services Indonesia (ABDSI) periode 2015-‐2019. Telah menyusun Modul Pembelajaran atas Refleksi pengalaman pendampingan Perempuan Usaha Mikro. Menjadi trainer pembekalan Fasilitator Destana BNPB tahun 2015 dan tahun 2016. Dapat berkorespondensi melalui email: [email protected].
Arnice Agustina Ajawaila. Wanita kelahiran 5 Agustus 1980 yang selama ini beraktivitas di Lembaga YAKKUM Emergency Unit Yogyakarta dan sebagai Koordinator Respon Emergency. Aktif dalam pendampingan PRBBK sejak tahun 2007 hingga sekarang. Dimulai di Nabire (2007), lalu berlanjut di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara (2007-‐2009), Padang Pariaman dan Mentawai (2009-‐2011), Kabupaten Teluk Wondama (2011-‐2012), Kabupaten Aceh Tengah (2014-‐2015), Kabupaten Manokwari Papua Barat (2015), sampai saat ini menjadi fasilitator YEU untuk Pengurangan Risiko Bencana. Untuk korespondensi dapat menghubungi lewat email : arniceajawaila@gmail. com atau nomor kontak : 0813-‐2971-‐4339
Henricus Hari Wantoro. Sejak 2001 hingga sekarang, pria kelahiran Kulon Progo ini menekuni bidang pemberdayaan masyarakat. Kerja-‐kerja tersebut telah dilakukan sejak 2005 di beberapa wilayah Indonesia, antara lain di Aceh, Nias, Pacitan, Magelang, Yogyakarta, dan sebagainya. Ia juga aktif dan terlibat dalam kerja-‐kerja penelitian, evaluasi program, pelatihan dan pendampingan. Saat ini, lulusan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini bekerja di Desa Lestari, lembaga yang mengembangkan praktik pemberdayaan dan penghidupan masyarakat berkelanjutan, serta pengembangan usaha desa. Korespondensi dapat melalui email: [email protected] atau kontak di 081-‐125-‐111-‐75.
Anggoro Budi Prasetyo. Laki-‐laki ini lahir di Magelang pada tahun 1978, dan telah banyak beraktivitas dalam pengorganisasian masyarakat sejak tahun 2005. Sebelumnya banyak terlibat dalam penelitian di almamaternya UGM dan juga lulusan Magister Manajemen Bencana UGM ini mulai berkecimpung di dunia kebencanaan pasca Gempa Bumi DIY-‐Jateng Tahun 2006. Pernah menjabat sebagai Koordinator pengorganisasian masyarakat, Koordinator Gender Working Group Yogyakarta, dan juga sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana serta saat ini menjadi Direktur di lembaga yang terkait dengan isu gender dan kebencanaan. Selain itu juga menjadi anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY serta terlibat menjadi trainer dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB sejak 2016 dan Fasilitator Kota Tangguh BNPB sejak tahun 2015. Ia tertarik pada bidang kajian cultural studies, Gender dan Manajemen Bencana, serta Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Untuk korespondensi dapat menghubungi lewat email: [email protected]
Yugyasmono. Lahir di Yogyakarta, saat ini ia bekerja sebagai staf program di Perkumpulan Lingkar. Lulusan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini aktif dalam kerja-‐kerja pengorganisasian masyarakat sejak mahasiswa dengan tergabung sebagai relawan di Klub Indonesia Hijau 09 Yogyakarta (KIH-‐09) pada tahun 2000. Kerja-‐kerja dan praktik pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) maupun berbasis sekolah (PRBBS), dilakukan sejak tahun 2008. Saat ini, ia juga menjadi relawan aktif di Forum PRB DIY dan Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL), dan tergabung dalam associate facilitator di Pujiono Centre, serta terlibat menjadi trainer dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB sejak 2015.
Penyumbang pikiran dan tulisan:
Anggraini Puspitasari – Perkumpulan Lingkar Aris Susanto – Perkumpulan Lingkar Arnice Adjawaila – Yakkum Emergency Unit Banu Subagyo – Circle Indonesia Beni Usdianto – Circle Indonesia Fajar Nugroho – Perkumpulan Lingkar Frans Toegimin – FPRB DIY F. Asisi Widanto – Pujiono Centre Heniasih – Perkumpulan Paluma Nusantara Henricus Hari Wantoro – Desa Lestari Indra Baskoro Adi – PSMB UPN “ Veteran” Yogyakarta Johan D.B. Santosa – Perkumpulan Lingkar Juli E. Nugroho – FPRB Jawa Tengah Maskuri – YP2SU Ninil RM Jannah – Perkumpulan Lingkar Norma Sari – YP2SU Panggalih Joko Susetyo – Perkumpulan Lingkar Pudji Santosa – Perkumpulan Lingkar Rahmat Subiyakto – Perkumpulan Lingkar Riana WL – Daya Annisa Ruhui Eka Setiawan – Perkumpulan Lingkar Sigit Purwanto – PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta Saptono Tanjung – DAMAR Sigit Sugiarto – Perkumpulan Kappala Sigit Widdiyanto – Perkumpulan Kappala Siti Mulyani – Perkumpulan Paluma Nusantara Slamet Tri Usaha – Perkumpulan Lingkar Sutrisno – Perkumpulan Kappala Sumino – LPTP Solo Umi Azizah – Perkumpulan Paluma Nusantara Untung Tri Winarso _ Perkumpulan Lingkar Wahyu Heniwati – Daya Annisa Wana Kristanto – Perkumpulan Kappala Wawan Andriyanto – YP2SU Widanarti –Daya Annisa Yugyasmono – Perkumpulan Lingkar
Evaluasi dari Pengguna
Penyusun buku Panduan untuk Fasilitator ini menyadari benar bahwa cara-‐cara, materi dan alat-‐alat peraga yang digunakan oleh para Pendamping Masyarakat untuk memandu proses diskusi warga hingga menghasilkan dokumen-‐dokumen yang diinginkan dan benar-‐benar bermanfaat sangatlah beragam. Adalah penting juga untuk memandu diskusi warga dengan berorientasi pada cara-‐cara yang memudahkan agar warga masyarakat dapat i) memahami pengetahuan dan persoalan yang dibahas, ii) memicu keingintahuannya untuk menanyakan hal-‐hal penting bagi masyarakat dan desanya, iii) merasa bebas dan nyaman terlibat untuk berpendapat dan memberikan sumbangsih dalam bentuk apa pun, serta iv) mempunyai rasa memiliki terhadap proses dan hasil kerja mereka.
Demikian halnya pendekatan yang ditawarkan dalam buku Panduan edisi ini pun disadari masih mempunyai banyak kekurangan. Karenanya saran dan masukan dari para pengguna buku Panduan ini sangat diharapkan untuk tujuan meningkatkan kemanfaatan dan kemudahan pemakaian buku ini.
Tuliskan saran dan masukan anda di bawah. Anda dapat memberi masukan pada setiap Panduan. Kirimkan masukan anda ke alamat email [email protected] atau [email protected].
Saran dan Masukan
Modul No: ……… Judul: ………………………………………………………………………………………………………
Tuliskan saran dan masukan anda secara spesifik yang berkaitan dengan: 1. Isi materi bahasan …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
2. Alat bantu: tabel, daftar pertanyaan, skema, dll.
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
3. Metode / tehnik melaksanaannya
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
4. Apa saja yang menjadi kesulitan anda selama memfasilitasi kegiatan ini?
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
5. Bila anda mempunyai contoh-‐contoh lain, mohon dilampirkan.
Terima kasih.
Catatan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………