BOTANI KARET

11
 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (  Hevea brasiliensis) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophy ta Subdivisi : Angi ospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis  Muell Arg. Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (menggunakan klon). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk  penyediaan batang bagian bawah harus sungg uh-sungguh baik (Setyamidjaja, 1993). Benih karet menghasilkan daun yang berturut-turut, salah satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah  panjangnya. Kemudian sistem cabang di bentuk dimana tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet sangat mudah roboh dikarenakan angin (William, dkk , 1987). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup  besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas. Dibeberapa Universitas Sumatera Utara

description

pertanian

Transcript of BOTANI KARET

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Tanaman

    Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea

    brasiliensis) adalah sebagai berikut :

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Euphorbiales

    Family : Euphorbiaceae

    Genus : Hevea

    Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.

    Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan

    vegetatif (menggunakan klon). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk

    penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

    (Setyamidjaja, 1993). Benih karet menghasilkan daun yang berturut-turut, salah

    satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah

    panjangnya. Kemudian sistem cabang di bentuk dimana tergantung pada klon

    karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet sangat mudah roboh dikarenakan

    angin (William, dkk, 1987).

    Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

    besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya

    tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas. Dibeberapa

    Universitas Sumatera Utara

  • kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah utara.

    Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

    (Anonimous, 2004).

    Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3

    anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian

    anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate,

    pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah

    agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).

    Daun karet berwarna hijau dan terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai

    anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun

    antara 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun

    yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk elips, memanjang

    dengan ujung runcing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Anonimus, 2004).

    Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia 4 tahun. Setiap buah

    terdiri dari tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan

    pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun, yaitu

    untuk daerah Sumatera Utara pada bulan Agustus dan November. Biji terdiri dari

    cangkang keras yang tipis dan sebuah kernel. Cangkang juga terdiri dari beberapa

    minyak kernel dan cangkang terkadang dicampur bersama, menghasilkan minyak

    dengan serat tinggi (www.agroindonesia.com, 2006).

    Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang

    berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai

    enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah

    dengan sendirinya. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji

    Universitas Sumatera Utara

  • biasanya tiga hingga enam biji, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar

    dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola

    yang khas (Anonimous, 2004).

    Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap

    karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,

    sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah

    bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk

    lonceng berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga

    jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan

    tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang

    berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan

    tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).

    Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat

    dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk

    lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4-8 mm.

    Bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan

    dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi

    dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh

    benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2

    karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah suatu

    bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (Anonimous, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • Syarat Tumbuh

    Iklim

    Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada

    tinggi 0-200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia

    terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet

    tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000-4000 mm per tahun.

    Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 250 hingga 350 C. Suhu terbaik

    adalah rata-rata 280 C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet

    adalah rata-rata berkisar diantara 75-90 %. Angin yang bertiup kencang dapat

    mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan

    intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah

    yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air,

    sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi

    pembatas (Anwar, 2006).

    Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 150

    Lintang Utara sampai 100 Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya

    tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman

    karet rata-rata 250 - 300 C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar

    matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5 7 jam (Anonimous,

    2004).

    Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak

    kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 4000 mm/tahun, yakni pada

    ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang

    baik memerlukan suhu antara 250 - 350 C, dengan suhu optimal rata-rata 280 C.

    Universitas Sumatera Utara

  • Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada

    musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang

    berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang

    (Setyamidjaja, 1993).

    Tanah Hasil karet yang maksimal akan di dapat pada tanah-tanah yang subur.

    Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan alluvial juga bisa

    dikembangkan untuk penanaman karet. Karet menyukai tanah yang mudah

    ditembus air. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk

    ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5 - 6. Batas toleransi

    pH tanah bagi tanaman karet adalah 4 - 8 (Anonimous, 2004).

    Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah-tanah

    yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang

    dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m,

    permukaan air tanah rendah, yaitu + 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,

    dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0 tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat

    menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).

    Karet menghendaki tanah dengan kedalaman, kegemburan dan

    kemampuan menahan air yang baik serta tidak memiliki lapisan padas di sekitar

    lapisan top soil. Nilai pH tanah yang ideal berkisar antara 5 6

    (www.fao.org, 2006).

    Universitas Sumatera Utara

  • Stum Mata Tidur Karet

    Biji

    Bahan tanaman stum mata tidur karet untuk batang bawah berasal dari biji

    karet propelligitim klon PB-260. Bahan tanaman karet dari biji PB-260

    merupakan klon anjuran yang dikembangkan di Indonesia umumnya dan

    Sumatera Utara khususnya.(Woelan, et all,1999).

    Tanaman karet PB-260 merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan

    untuk dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1991. Karakteristik klon PB-260

    adalah pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan dan telah

    menghasilkan sedang, tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora,

    Colletotrichum, dan Oidium). Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata

    produksi aktual 2.107 kg/ha/tahun selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon

    terhadap stimulan. Lateks berwarna kekuningan. Pengembangan tanaman dapat

    dilakukan pada daerah beriklim sedang dan basah (Woelan, et all, 1999).

    Batang Bawah

    Batang bawah pada stum mata tidur karet merupakan bagian yang

    terpenting dari keberhasilannya suatu proses okulasi. Batang bawah yang

    memiliki daya gabung yang baik dengan mata entres (scion) sangat diperlukan

    sehingga proses penempelan mata tunas dapat berlangsung dengan baik dan

    menghasilkan stum dengan mutu yang baik yang dapat dikembangkan secara

    massal di perkebunan baik skala kecil maupun skala besar. Batang bawah yang

    digunakan sebagai bahan tanaman memiliki ukuran yang beragam yang

    disesuaikan dengan umur dan jenis okulasi yang akan dilaksanakan. Ukuran

    Universitas Sumatera Utara

  • batang bawah yang banyak digunakan pemulia stum karet memiliki lilit batang

    yang berkisar antara 4,5 9 cm. (Sagay dan Omakhafe, 1997).

    Entris

    Entris (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon

    yang dianjurkan. Klon entris yang dianjurkan pada saat sekarang ini adalah klon

    yang berasal dari klon PB-260. Entris yang baik adalah entris yang memilii daya

    gabung (kompatibel) dengan batang bawah. Entris merupakan salah satu faktor

    yang penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang

    berproduksi (tanaman dewasa). (Lasminingsih. dkk, 2006)

    Okulasi

    Okulasi coklat adalah suatu teknik perbanyakan vegetatif pada tanaman

    karet. Pada okulasi coklat umur batang bawah yang digunakan adalah yang sudah

    berumur 8-18 bulan di pembibitan atau berdiameter lebih dari 1,5 cm dan

    berwarna coklat. Batang atas yang digunakan pada teknik okulasi coklat adalah

    yang berasal dari kebun entres yang berwarna hijau kecoklatan sampai coklat,

    berbatang lurus, dan bermata tunas dalam keadaan tidur pada saat pemotongan.

    Pemotongan ini biasanya dilakukan 10 hari sebelum okulasi dan dimaksudkan

    agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata tunas yang lebih banyak.

    (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005)

    Stum mata tidur karet merupakan hasil pembiakan vegetatif (okulasi) atau

    sering juga disebut bibit okulasi yang dibongkar setelah mata bengkak

    (Sianturi, 2001).

    Universitas Sumatera Utara

  • Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah di okulasi

    dengan mata okulasi terpilih.

    (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005)

    Okulasi atau penempelan mata tunas bertujuan untuk menyatukan sifat-

    sifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas

    (scion/entres) yang ditempelkan padanya. Dewasa ini dikenal tiga cara okulasi,

    yaitu okulasi dini, hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown budding)

    (Setyamidjaja, 1993). Dengan cara okulasi akan terjadi penggabungan sifat-sifat

    baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan

    pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar

    produksi bisa lebih tinggi. Stum yang layak dijual adalah stum yang telah berhasil

    diokulasi yang berumur 4 8 minggu. (Anonimous, 2004).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stum meliputi, faktor

    kompatibel antara batang atas dengan batang bawah, ukuran lilit batang bawah

    yang digunakan, umur entris (scion) yang sesuai dengan batang bawah. Untuk

    mengukur keberhasilan suatu stum yang telah siap dipindah tanamkan ke

    lapangan adalah yang telah berpayung satu atau yang telah berumur lebih kurang

    13 MST. (Lasminingsih. dkk, 2006)

    Pupuk Fosfat

    Pemupukan merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan tanaman.

    Dalam reaksi biokimia tanaman, pupuk fosfat mempunyai peranan penting

    sebagai penyimpan dan pemindahan energi kerja osmotis, reaksi fotosintesis dan

    Universitas Sumatera Utara

  • glikolisis serta pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga

    produksi tanaman. (Arifin dan Sugiono, 2010)

    Diharapkan dengan pemakaian pupuk fosfat alam dapat mengurangi

    ketergantungan terhadap pemakaian pupuk fosfat buatan pabrik. Salah satu cara

    yang dipandang mungkin untuk dilaksanakan dalam program pemupukan fosfat

    pada tanaman karet yang murah dan efisien. (Hardjono, 1992)

    Tindakan pemupukan P meliputi, pelapukan bahan mengandung P,

    serapan akar dan jasad renik, jerapan dan pelindian, merupakan pengendali pokok

    kesetimbangan antar bentuk-bentuk P yang ada dalam sistem larutan tanah.

    Pemahaman kimiawi tanah memudahkan peramalan ketersediaan atau

    pengangkutan P-alami dan P-pupuk dalam tanah. Pemahaman dan kemampuan

    meramal ketersediaan P dilakukan selama bertahun-tahun melalui penelitian dan

    pengkajian kimiawi tanah dan pengukuran pertumbuhan tanaman pada berbagai

    jenis keadaan tanah. (Poerwowidodo, 1992)

    Pupuk fosfat yang diserap oleh tanaman berbentuk ion H2PO4 atau ion

    (HPO4)2- . Jenis ion yang diserap tanaman tergantung pada pH sistem tanah, pupuk

    dan tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5 7. kepekatan

    H2PO4 yang tinggi dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam

    takaran besar. Kandungan unsur fosfat pada pupuk yang ada dijual di pasar yaitu :

    - Superfosfat Tunggal (ES) mengandung 18 sampai 19 persen P2O5

    - Superfosfat Rangkap (DS) mengandung lebih kurang 36 persen P2O5

    - Superfosfat Triple (TSP) mengandung lebih kurang 48 persen P2O5.

    ( Hasibuan, 2006)

    Universitas Sumatera Utara

  • Rootone F

    Pada umumnya campuran dari beberapa zat pengatur tumbuh lebih efektif

    dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh tunggal, seperti pada zat pengatur

    tumbuh rootone-f adalah formulasi dari beberapa zat : Napthalene Acetic Acid

    (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA yang berbentuk tepung berwarna

    putih kotor dan sukar larut dalam air. Komposisi bahan aktif rootone-f adalah

    Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %; 2-metil-1-Napthalene Acetatamida

    (MNAD) 0,013 %; 2-metil-1-naftalenasetat 0.33%; 3-Indol butyric Acid (IBA)

    0,057 % dan Thyram (Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA, DAN IBA

    merupakan senyawa organik yang dapat mempercepat dan memperbanyak

    perakaran stum. Thyram merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai

    fungisida. (Astuti,2006)

    Pada zat pengatur tumbuh Rootone-f Indodole Acetic Acid (IAA)

    berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar

    tanaman. Indole Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetamida (NAA) pada zat

    pengatur tumbuh Rootone-f mempunyai peran yang sangat penting dalam

    pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut-

    rambut akar. ( Salisbury dan Ross, 1995)

    Penggunaan Rootone-f pada stum tanaman karet digunakan untuk

    membantu mempercepat pertumbuhan sistem perakaran pada stump. Zat pengatur

    tumbuh yang dikandung oleh Rootone-f yaitu IAA, IBA dan NAA bekerja pada

    jaringan meristem akar sehingga membentuk sistem perakaran baru pada stum

    karet. ( Pusat Penelitian Karet, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • Rootone-f merupakan bahan paduan hormon tumbuh akar, fungisida,

    bubuk kalk (kapur). Rootone-f tampak berperan baik sebagai penghambat

    pertumbuhan jamur patogen pada tunas, sehingga menahan serangan patogen

    selama pertumbuhan tunas. Pada stum ditanam secara berdiri, dehidrasi terjadi

    lebih cepat pada batang stum di bagian atas permukaan tanah, sehingga tunas di

    bagian atas permukaan tanah mengalami penguapan berlebih, sementara akar

    sebagai alat pengambil air dari tanah belum tersedia. Ketidakseimbangan ini

    menyebabkan tunas tumbuh sebentar lalu layu (Chromaini, 2004).

    Universitas Sumatera Utara