botak

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Alopesia areata merupakan kelainan yang ditandai hilangnya rambut (kebotakan) pada satu atau beberapa area dimana rambut terminal tumbuh (rambut yang mengandung banyak pigmen. Terdapat dikepala, alis, bulu mata, ketiak dan genetalia eksterna) paling sering terjadi di kepala. Ditandai dengan lesi tunggal maupun multipel berbentuk bulat atau oval berbatas tegas yang mengalami kebotakan (kehilangan rambut secara total), permukaan licin, tidak didapatkan jaringan parut dan tanda inflamasi meski kadang-kadang tampak erithem ringan dan skuama halus. (Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit Kelamin, 2005). Alopesia areata mengenai 158 per 100.000 atau 0,2% populasi di dunia. 7 Prevalensi di Amerika Serikat 0,1% - 0,2%. Frekuensi terjadi alopesia areata lebih sering pada anak-anak (60%), usia kurang dari 20 tahun. Alopesia areata bisa terjadi pada semua ras. 6 insidensi alopesia areata sama banyak antara laki-laki dan perempuan. Di unit penyakit kulit dan kelamin RSCM Jakarta, dalam pengamatan selama 3 tahun (1983-1985) rata-rata sebanyak 20 orang pertahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 6 : 4. 1

Transcript of botak

Page 1: botak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Alopesia areata merupakan kelainan yang ditandai hilangnya rambut

(kebotakan) pada satu atau beberapa area dimana rambut terminal tumbuh (rambut

yang mengandung banyak pigmen. Terdapat dikepala, alis, bulu mata, ketiak dan

genetalia eksterna) paling sering terjadi di kepala. Ditandai dengan lesi tunggal

maupun multipel berbentuk bulat atau oval berbatas tegas yang mengalami

kebotakan (kehilangan rambut secara total), permukaan licin, tidak didapatkan

jaringan parut dan tanda inflamasi meski kadang-kadang tampak erithem ringan

dan skuama halus. (Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit Kelamin,

2005). Alopesia areata mengenai 158 per 100.000 atau 0,2% populasi di dunia.7

Prevalensi di Amerika Serikat 0,1% - 0,2%. Frekuensi terjadi alopesia areata lebih

sering pada anak-anak (60%), usia kurang dari 20 tahun. Alopesia areata bisa

terjadi pada semua ras.6 insidensi alopesia areata sama banyak antara laki-laki dan

perempuan. Di unit penyakit kulit dan kelamin RSCM Jakarta, dalam pengamatan

selama 3 tahun (1983-1985) rata-rata sebanyak 20 orang pertahun dengan

perbandingan laki-laki dan perempuan 6 : 4.

Belum diketahui jelas penyebab alopesia areata, namun sering

dihubungkan dengan adanya infeksi, keadaan atopi, kelainan endokrin, stres

emosional dan faktor genetik. Secara klinis, alopesia areata dapat

bermanifestasikan dalam pola yang berbeda-beda. Meskipun secara medis tidak

berbahaya, alopecia areata dapat menyebabkan gangguan emosi dan psikososial

yang luar biasa pada pasien yang terkena dan keluarga mereka.8 karena itu

penanganan alopesia areata yang tepat dapat memperbaiki keluhan estetik dan

mencegah penurunan tingkat kepercayaan diri pada penderita. walaupun belum

ada pengobatan yang bener-benar memberikan hasil yang pasti sehingga masih

tetap dicari jenis dan sistem pengobatan baru yang diharapkan memberi hasil yang

lebih baik.

1

Page 2: botak

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang

Alopesia Areata sehingga dapat menegakkan diagnosis dengan tepat serta

melakukan penalaksanaan pada pasien secara benar dan akurat.

2

Page 3: botak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Alopesia areata adalah peradangan kronis, berulang dari rambut terminal, yang

ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp dan

atau kulit berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau

lonjong dengan batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi,

skuamasi dan sikatriks.2,4

B. Epidemiologi

Insiden alopesia areata sebanyak 158 per 100.000 atau 0,2% dari populasi di

dunia.7 Prevalensi pada masyarakat umum di Amerika Serikat 0,1% - 0,2%.

Frekuensi terjadi alopesia areata lebih sering pada anak-anak (60%), usia kurang

dari 20 tahun. Alopesia areata bisa terjadi pada semua ras.6 Pada beberapa laporan

perbandingan insidens alopesia areata sama banyak antara laki-laki dan

perempuan. Di unit penyakit kulit dan kelamin RSCM Jakarta, dalam pengamatan

selama 3 tahun (1983-1985) rata-rata sebanyak 20 orang pertahun dengan

perbandingan laki-laki dengan perempuan 6 : 4. Umur termuda yang pernah

dicatat adalah 6 tahun, dan yang tertua umur 59 tahun. 7

C. Etiologi

Belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya infeksi fokal, kelainan

endokrin dan stres emosional.4 Beberapa faktor atau keadaan patologik yang

berasosiasi dengan penyakit ini :

1. Faktor genetik

Alopesia areata dapat diturunkan seara domain autosomal dengan penetrasi

yang variabel. Frekuensi alopesia areata yang diturunkan secara genetik adalah

10-50%. Insiden tinggi pada alopesia areata dengan onset dini 37% pada umur

30 tahun dan 7,1% pada onset lebih dari 30 tahun. Beberapa gen terangkai

3

Page 4: botak

erat, misalnya genetik HLA (Human Leucocyte Antigen) yang berlokasi di

lengan pendek kromosom-6 membentuk MHC ( Major Histocompatibility

Complex). Tiap gen pada sistem genetik HLA memiliki banyak varian (alel)

yang berbeda satu dengan lainnya. Komplek HLA pada penderita alopesia

areata diteliti karena banyak hubungan penyakit-penyakit autoimun dengan

peningkatan frekuensi antigen HLA.

2. Stigmata atopi (faktor alergi)

Beberapa penelitian adanya hubungan antara alopesia areata dengan atopi,

terutama pada alopesia areata berat. Frekuensi penderita alopeia areata yang

mempunyai stigmata atopis sebesar 10-52%. Kelainan yang sering dijumpai

berupa asma bronkhial, rinitis, dan dermatitis atopik.

3. Gangguan neurofisiologik dan emosional

Pada alopesia areata telah dibuktikan dapat terjadi vasokonstriksi yang

disebabkan oleh gangguan saraf autonom setelah tindakan ortodonik. Beberapa

penelitian melaporkan bahwa stres mungkin merupakan faktor presipikasi pada

beberapa kasus pada alopesia areata.

4. Gangguan organ ektoderm

Kerusakan kuku distropik dianggap berasosiasi dengan alopesia areata.

Demikian pula timbulnya katarak tipe subcapsular superior

5. Kelainan endokrin

Beberapa penyakit endokrin antara lain gangguan fungsi kelenjar dan diabetus

melitus banyak dihubungkan dengan alopesia areata. Tiroid, kelenjar yang

paling sering dijumpai kelainannya pada penderita alopesia areata

meperlihatkan gambaran penyakit goiter.

6. Faktor infeksi

Adanya laporan mengenai kemungkinan adanya infeksi cytomegato virus

(CMV) pada alopesia areata infeksi HIV juga berpotensi sebagai faktor

pencetus terjadinya alopesia areata. Tapi ada penyelidikan lain yang

menyebutkan tidak ada hubungan bukti keterlibatan virus atau bakteri belum

dapat disimpulkan.

7. Faktor neurologi

4

Page 5: botak

Perubahan lokal pada sistem saraf perifer pada level papila dermis mungkin

memegang peranan pada evolui alopesia areata karena sistem saraf perifer

dapat menyalurkan neuropeptida yang memodulasi proses inflamasi dan

proliferasi.

8. Bahan kimia

Bahan bahan kimia yang berpotensi untuk terjadinya alopesia areata adalah

acrylamide, formaldehyde, dan beberapa pestisida.

9. Faktor imunologi

Ada laporan hubungan alopesia areata dengan kelainan autoimun yang klasik

terutama pada penyakit tiroid dan vitiligo.9

D. Patogenesis

Kelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai oleh adanya rangsangan

yang menyebabkan folikel rambut setempat memasuki fase telogen lebih awal

sehingga terjadi pemendekan siklus rambut. Proses ini meluas, sedangkan

sebagian rambut menetap di dalam fase telogen. Rambut yang melanjutkan siklus

akan membentuk rambut anagen baru yang lebih pendek, lebih kurus, terletak

lebih superfisial pada middermis dan berkembang hanya sampai fase anagen IV.

Selanjutnya sisa folikel anagen yang hipoplastik ini akan membentuk jaringan

sarung akar dalam, dan mempunyai struktur keratin seperti rambut rudimenter.

Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang rambut

tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebih

menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih tipis di

banding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation mark

hairs atau exclamation point. Hal ini merupakan patognomosis pada alopesia

areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan berpigmen yang

disebut black dots.

Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan jumlah folikel.

Folikel anagen terdapat di semua tempat walaupun terjadi perubahan rasio anagen

dibandingkan dengan telogen. Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar

yang meruncing tetapi tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda

5

Page 6: botak

keratinisasi. Rambut yang tumbuh lagi pada lesi biasanya di dahului oleh rambut

velus yang kurang berpigmen.4,8,9

E. Gejala Klinis

Lesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak

kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus,

licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi lesi kadang-

kadang tampak exclamation-mark hairs yang mudah dicabut.

Pada awalnya gambaran klinis alopesia areata berupa bercak atipikal,

kemudian menjadi bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk karena

rontoknya rambut. Kulit kepala tampak berwarna merah muda mengkilat, licin

dan halus, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Kadang-kadang

dapat disertai dengan eritem ringan dan edema. Bila lesi telah mengenai seluruh

atau hampir seluruh scalp disebut alopesia totalis. Apabila alopesia totalis

ditambah pula dengan alopesia di bagian badan lain yang dalam keadaan normal

berambut terminal disebut alopesia universalis. Gambaran klinis spesifik lainnya

adalah bentuk ophiasis yang biasanya terjadi pada anak, berupa kerontokan

rambut pada daerah occipital yang dapat meluas ke anterior dan bilateral 1-2 inci

diatas telinga, dan prognosisnya buruk. Gejala subjektif biasanya pasien mengeluh

gatal, nyeri, rasa terbakar atau parastesi seiring timbulnya lesi.4,9

Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi alopesia

areata sebagai berikut :

1. Tipe umum

Meliputi 83% kasus terjadi diantara umur 20 – 40 tahun, dengan gambaran

lesi berupa bercak bercak bulat selama masa perjalanan penyakit. Penderita yang

tidak mempunyai riwayat stigmata atopi ataupun penyakit endokrin autonomic,

lama sakitnya biasanya kurang dari 3 tahun. Sebanyak 6% dari penderita alopesia

areata tipe umum akan berkembang menjadi alopesia totalis.

6

Page 7: botak

2. Tipe atopik

Meliputi 10% kasus, yang umumnya mempunyai stigmata atopi atau

penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini dapat menetap atau

mengalami rekurensi pada musim-musim tertentu (perubahan musim).

Biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan 75 % akan berkembang menjadi

alopesia totalis.

3. Tipe prehipertensif

Meliputi 4% kasus dengan riwayat hipertensi pada penderita maupun

keluarganya. Bentuk lesi biasanya reticular. Biasanya dimulai pada usia

dewasa muda dan 39% akan menjadi alopesia totalis.

4. Tipe kombinasi

Meliputi 5% kasus, pada umur > 40 tahun dengan gambaran lesi-lesi bulat

atau retikular. Penyakit endokrin autonomik yang terdapat pada penderita

antara lain berupa diabetes mellitus dan kelainan tiroid. Sekitar 10 % akan

menjadi alopesia totalis.

Klasifikasi tersebut sangat berguna untuk menjelaskan pathogenesis dan

meramalkan prognosis penyakit. Pada beberapa penderita terjadi perubahan

pigmentasi pada rambut di daerah yang akan berkembang menjadi lesi, atau

terjadi pertumbuhan rambut baru pada lesi atau pada rambut terminal disekitar

lesi. Hal ini disebabkan oleh kerusakan keratinosit pada korteks yang

menimbulkan perubahan pada rambut fase anagen III / IV dengan akibat

kerusakan mekanisme pigmentasi pada bulbus rambut.9

F. Pemeriksaan

Pemeriksaan pada kulit kepala yang berambut, alis, bulu mata dan jenggot

didapatkan bercak bulat atau oval bisa berwarna kemerahan atau seperti kulit

normal dan tidak lagi berambut. Tepi bercak yang berbatasan dengan daerah yang

masih berambut. Bila rambut dicabut tampak folikel rambut yang atrofi. Rambut

tanda seru (Exclamation mark hair) merupakan patognomonik yang tidak selalu

ada, gambarannya berupa batang rambut yang kerarah pangkal makin halus.

Rambut disekitar bercak tampak normal namun mudah dicabut.1

7

Page 8: botak

Penggolongan alopesia areata secara klinis. Alopesia areata unifokal

pada jenis ini hanya ada satu bercak bundar atau oval. Bisa terdapat rambut tanda

seru.

Alopesia areata multifokal pada jenis ini bercak melebar dan mempengaruhi

hampir seluruh kulit kepala.

8

Page 9: botak

Alopesia areata ophiastik jenis ini kerontokan rambut terjadi sepanjang garis

temporo-accipital. Sehingga menyebabkan area kebotakan yang luas di batas

inferior kulit kepala

Alopesia areata sisaifo (kebalikan alopesia opiasik)

pada jenis ini rambut rontok hampir semua kulit kepala kecuali pada garis

temporo-occipital

9

Page 10: botak

Alopesia areata retikular bercak-bercak kererontokan rambut dipisahkan oleh

rambut yang sehat sehingga membentuk gambaran retikuler

Alopesia areata difus hilangnya rambut secara akut dan meluas. Hal ini dapat

menjadi bentuk awal, terutama kalangan anak-anak dan remaja, atau berkembang

dari bentuk fokal. Sebagian besar kasus berkembang menjadi alopesia yang lebis

serius yaitu totalis atau bahkan universalis.

10

Page 11: botak

G. Histopatologi

Pada potongan kulit daerah yang tidak berambut, didapatkan rambut dalam

fase anagen. Folikel rambut kecil dan imatur. Bulbus rambut dalam dermis

dikelilingi sebuan sel radang konik, terutama limfosit.

11

Page 12: botak

H. Pemeriksaan Laboratorium

Sebaiknya diperiksa kerokan kulit untuk melihat adakah infeksi jamur atau

tidak. Pada pemeriksaan dermoskopi didapatkan bintik kuning, penyebaran

rambut putih dan rambut baru yang akan tumbuh juga tidak berpigmen.3,5

I. Diagnosis

Cara penegakan diagnosis

1. Anamesis

a. Keluhan utama

Tiba-tiba dapat timbul satu atau lebih daerah botak pada kulit kepala, alis

mata, jenggot, atau dimana saja.

b. Riwayat penyakit

2. Fisik

a. Lesi primer di kulit bagian : kepala, alis, bulu mata.

b. Sesuai dengan gejala diatas (sesuai tipe)

c. Terdapat bercak yang spesifik, berbentuk bulat atau oval. Kulit biasanya

tampak normal sama sekali, walaupun bisa juga didapatkan daerah eritema

ringan, dibeberapa temapt mungkin timbul bercak yang bersebelahan,

sehingga menimbulkan gambaran seperti dimakan ngengat. Pemeriksaan

yang teliti pada daerah tepi alopesia areata dapat memperoleh gambaran

yang patogmonik rambut yang serupa tanda seru (exclamation mark hair)

rambut-rambut pendek makin menipis ke arah dasar.

d. Wood lamp untuk menyingkirkan tinea capitis.3

J. Diagnosis banding

1. Tinea kapitis : terutama pada anak. Penyebabnya adalah jamur (Microsporum

dan Trichophton). Rambut dikelilingi oleh spora yang susunannya tidak

teratur. UKK: batas tegas, eritematous, hiperkeratosis dengan gejala klinis

terasa sangat nyeri, rambut kusam dan patah.

12

Page 13: botak

2. Lupus eritematosus discoid : juga menimbulkan alopesia areata, tapi dapat

ditemukan atrofi kulit, skuama dan teleangiektasia.10

K. Terapi

1. Kortikosteroid Topical

2. Injeksi intralesi : beberapa dan sedikit tempat infeksi dari alopesia areata bisa

di obati dengan triamcinolon intralesional, acetomide 3,5 mg/ml, yang

kadang-kadang sangat efektive.

3. Dapson dengan dosis 50mg 2 x 1 hari selama 6 bulan.

4. Kortikosteroid sistemik : biasanya mendorong pertumbuhan kembali, tapi

alopesia sering berulang setelah pengobatan dihentikan, risiko dari

penggunaan terapi jangka panjang oleh karena itu menghalangi penggunaan.

Obat oral yang sering digunakan prednison dengan dosis dan lama pemberian

prednison 80-120 mg/hari selama 8-42 bulan atau dosis denyut 300 mg yang

diberikan sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu.6

5. Cyclosporine sistemik : memiliki efek menghambat infiltrasi imunitas

kedalam dan sekitar folikel rambut. Dosis cyclosporine yang digunakan 6

mg/kgbb/hari selama 12 minggu.6,9

6. Vitamin B12 dosis 1mg/minggu secara intra muskular dilanjutkan dengan

1mg/bulan.9

7. PUVA (Photochemotherapy).6

L. PROGNOSIS

Umumnya baik, kadang-kadang dapat sembuh sendiri dalam beberapa

minggu tanpa pengobatan,10 namun perjalanan penyakit alopesia areata dan

rekurensi tidak dapat diramalkan yang mengalami remisi spontan sebelumnya,

sehingga evaluasi pengobatan menjadi sulit. Pada umumnya sulit untuk mengobati

alopesia areata yang berat, sehingga masih tetap dicari jenis dan sistem

pengobatan baru yang diharapkan memberi hasil yang lebih baik.9

13

Page 14: botak

BAB III

KESIMPULAN

Alopesia areata adalah peradangan kronis, berulang dari rambut terminal,

yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp

dan atau kulit berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat

atau lonjong dengan batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi,

skuamasi dan sikatriks. Etiologi alopesia belum diketahui namun dihubungkan

dengan faktor genetik, atopi, emosional, kelainan endokrin, infeksi, paparan bahan

kimia dan imunologi. Secara klinis digolongkan menjadi alopesia unifokal,

multifokal, ophiastik,sisaifo, retikular dan difus. Pengobatan dengan injeksi

triamchinolon intralesi memberikan hasil yang baik. Untuk mendorong

pertumbuhan rambut diberikan sistemik kortikosteroid atau cyclosporine.

Prognosis umumnya baik, kadang sembuh sendiri dalam beberapa minggu tanpa

pengobatan.

14

Page 15: botak

DAFTAR PUSTAKA

1. An. Bras. Dermatol. vol.80 no.1 Rio de Janeiro Jan./Feb. 2005

http://dx.doi.org/10.1590/S0365-05962005000100009 

2. Bag. SMF FK UNAIR. Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga

University Press.

3. Brown. R. G, Burns. T. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta:

Erlangga

4. Djuanda, A. Et al. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Finner, M.A. 2011. Alopecia areata: Clinical presentation, diagnosis, and

unusual cases. Dermatologic Therapi. DOI: 10.1111/j.1529-

8019.2011.01413.x

6. Fitzpatrick, T.B. 1997. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology

Common and Serious Diseases. New York: Mc Graw Hill.

7. Kane, M. et al. 2002. Color Atlas and Synopsis of Pediatric Dermatology.

New York: Mc Graw Hill.

8. Bolduc, M. 2012. Alopecia Areata. Available from

http://emedicine.medscape.com

9. Putra, Imam Budi. 2008. Alopesia Areata.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3427/1/08E00074.pdf.

Download 29 Mei 2012

10. Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

15