BOBROK

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan salah satu binatang perantara penular  penyakit. Kelompok serangga yang di anggap paling penting dalam kesehatan masyarakat, adalah nyamuk. Nyamuk adalah serangga yang menyebabkan gangguan pada manusia, karena selain kebiasaannya dalam menggigit dan menghisap darah juga peranannya sebagai vektor biologis  berbagai agen penyakit. Beberapa jenis nyamuk di kenal sebagai vektor  penyakit yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang  penting seperti malaria, demam berdarah dengue, dan filariasis. Ketiga macam penyakit tersebut di tularkan dari orang yang satu ke orang lain oleh nyamuk. 1 Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah  penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk . Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak

description

GOBLOK

Transcript of BOBROK

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 1/32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga merupakan salah satu binatang perantara penular

 penyakit. Kelompok serangga yang di anggap paling penting dalam

kesehatan masyarakat, adalah nyamuk. Nyamuk adalah serangga yang

menyebabkan gangguan pada manusia, karena selain kebiasaannya dalam

menggigit dan menghisap darah juga peranannya sebagai vektor biologis

 berbagai agen penyakit. Beberapa jenis nyamuk di kenal sebagai vektor

 penyakit yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

 penting seperti malaria, demam berdarah dengue, dan filariasis. Ketiga

macam penyakit tersebut di tularkan dari orang yang satu ke orang lain

oleh nyamuk.1

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah

 penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk . Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan.

Dapat menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.

Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki

gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.

Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis,

terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi.

Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 2/32

2

11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten atau kota. Hasil laporan

kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten atau kota yang ditindaklanjuti

dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat

337 kabupaten atau kota endemis dan 135 kabupaten atau kota non

endemis.2

. Pada saat ini pemberantasan penyakit  –   penyakit yang di

sebabkan oleh nyamuk Culex hanya di lakukan dengan pengendalian

vektor nyamuk dewasa. Metode pengendalian telah di lakukan bermacam

 –   macam cara baik secara kimiawi maupun bukan kimiawi yaitu

 pengendalian vektor nyamuk dewasa dengan pengelolaan

lingkungan,secara genetik dan pengendalian vektor secara hayati.

Pengendalian hayati sebagai suatu teknik pengendalian organisme

 pengganggu termasuk nyamuk vektor, pada dasarnya adalah keinginan

memanfaatkan potensi alam untuk menggendalikan organisme

 pengganggu. Penggunaan teknik musuh alami untuk mengendalikan

organisme pengganggu telah banyak di lakukan sebelum teknik

 penggunaan pestisida.

Sampai saat ini pemberantasan vektor masih di titik beratkan pada

 penggunaan insektisida kimia, karena efektif dan hasilnya dapat di ketahui

dengan cepat. Akan tetapi sebagai akibat penggunaan insektisida di dalam

 pengendalian vektor, menyebabkan matinya musuh  –   musuh alami,

resistensi vektor, menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu

kesehatan manusia. Dengan timbulnya masalah tersebut perlu di cari cara

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 3/32

3

lain yaitu dengan cara pengendalian vektor berwawasan lingkungan yaitu

 pengendalian hayati atau biologi. Jasad hayati yang mempunyai potensi

untuk pengendalian vektor nyamuk antara lain : ikan - ikan predator jentik

nyamuk, bakteri thuringiensis, nimfa capung (labellula sp).3

Pemanfaatan ikan pemakan jentik nyamuk adalah salah satu cara

 pengendalian nyamuk secara biologi kontrol, dimana jenis ikan tertentu di

manfaatkan sebagai musuh alamiah atau sebagai predator nyamuk pada

stadium larva. Metode ini di nilai ampuh, karena untuk memberantas

nyamuk lebih baik dan lebih mudah di lakukan pada saat nyamuk masih

dalam stadium larva serta tidak menimbulkan resiko pencemaran

lingkungan.

Menurut Ima nurisa1  dalam Artikelnya tentang peranan ikan nila

sebagai pengendali vektor malaria, bahwa ikan nila merah pernah di coba

di Lampung, ternyata sangat efektif menurunkan kepadatan larva nyamuk

malaria, Anopheles sundaicus di kolam rakyat. Dari penelitian sebelumnya

yang di lakukan oleh Desty elliana4 tentang Studi komparasi banyak jentik

yang dimakan ikan kepala timah ( Aplocheilus panchax) antara jentik

 Anopheles aconitus dan jentik Culex spp tahun 2007 di dapatkan hasil

 bahwa ikan kepala timah mempunyai kemampuan memakan jentik

nyamuk Anopheles aconitus lebih banyak daripada jentik nyamuk Culex.

Dengan demikian untuk memberantas jentik nyamuk dapat di

gunakan jenis ikan tertentu, harus di pilih jenis ikan yang mampu hidup di

 perairan yang keruh sebagai habitat terbanyak Culex quinquefasciatus.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 4/32

4

Maka untuk hal itu peneliti ingin menggunkan ikan sepat (Trichogaster

trichopterus)  dan ikan guppy (Poecilia reticulata). Ikan  –   ikan tersebut

merupakan ikan yang punya vegetasi alami di got dengan air keruh dan

kotor di mana tempat ini merupakan tempat berkembang biak nyamuk

Culex quinquefasciatus.5

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini di lakukan untuk

mengetahui perbandingan efektivitas dari ikan sepat dan ikan guppy

sebagai predator larva Culex quinquefasciatus  dalam rangka untuk

mengurangi penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk Culex

quinquefasciatus.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah di uraikan

sebelumnya, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :

“Adakah perbedaan efektivitas dari ikan sepat dan ikan guppy sebagai

 predator larva nyamuk Culex quinquefasciatus“  .

1.3 

Tujuan Penelitian

1.3.1 

Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan ikan sepat dan ikan guppy sebagai predator

larva Culex quinquefasciatus

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 5/32

5

1.3.2 

Tujuan Khusus

1. 

Untuk mengetahui jumlah larva  Culex quinquefasciatus yang mampu di

makan ikan sepat dalam 2 hari.

2.  Untuk mengetahui jumlah larva Culex quinquefasciatus yang mampu di

makan ikan guppy dalam 2 hari.

3.  Untuk membandingkan perbedaan ikan sepat dan ikan guppy dalam

memakan larva Culex quinquefasciatus.

1.4  Manfaat Penelitian

1.4.1 

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Sebagai bahan masukan dalam menunjang perkembangan ilmu

 pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.

1.4.2 

Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efektivitas ikan sepat

dan ikan guppy sebagai pembunuh larva Culex quinquefasciatus.

1.4.3  Bagi institusi pendidikan

Menunjang kualitas peserta didik dan menambah perbendaharaan di

 perpustakaan Malahayati, Bandar Lampung.

1.4.4 

Bagi peneliti

Penelitian ini selain di harapkan dapat meningkatkan kualitas dan

wawasan keilmuan peneliti, juga dibuat untuk memenuhi tugas dan

melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1

Pendidikan dokter umum.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 6/32

6

1.4.5 

Bagi penelitian selanjutnya

Di harapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan lebih lanjut

mengenai jenis ikan lain yang dapat di jadikan predator larva nyamuk jenis

lain.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. 

Judul penelitian : Perbandingan efektifitas antara ikan sepat

(Trichogaster trichopterus)  dengan ikan guppy (Poecilia reticulata) 

sebagai predator larva Culex quinquefasciatus.

2.  Subjek penelitian : Ikan sepat dan ikan guppy

3.  Objek penelitian : Variabel independen (ikan sepat dan ikan guppy)

dan variabel dependen (efektifitas sebagai predator).

4.  Waktu penelitaian : Hingga selesai

5.  Tempat penelitian : Laboratorium Entomologi Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan

6.  Alasan penelitian : Melengkapi persyaratan dalam menempuh

 program study Sarjana Strata-1 Pendidikan dokter umum.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 7/32

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Nyamuk Culex quinquefasciatus

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi nyamuk Culex menurut Romoser & Stoffolano (1998)

yang di kutip dari skripsi berjudul Uji Daya Bunuh Ekstrak Bunga

Kecombrang Terhadap Larva Nyamuk   Culex quinquefasciatus karya

Monica Anjar Wiji Astuti adalah sebagai berikut :

Phylum :  Arthropoda

Classis :  Insecta

Sub Classis : Pterigota

Ordo : Diptera

Familia : Culicidae

Sub Famili : Culicianae

Genus : Culex

Spesies : Culex quinquefasciatus 

2.1.2 Morfologi Culex quinquefasciatus 

 Nama lain nyamuk Culex quinquefasciatus adalah Culex pipiens

 fatigans Wiedemann . Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan 

memiliki sepasang mata, sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas

5  segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda

dengan  Aedes,  pada genus Culex tidak terdapat rambut pada  spiracular

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 8/32

8

maupun pada  post spiracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan

sama dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu

 protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan

terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter.

Abdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di tiap segmen. Ciri lain

dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan

yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang

yang sedikit terangkat.

Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus,

ujung abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik.

Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain

adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku

diujung kaki nyamuk. Nyamuk Culex quinquefasciatus  berwarna coklat,

 berukuran sedang, dengan bintik-bintik putih di bagian dorsal abdomen.

Sedangkan kaki dan proboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik

 putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.6

Gambar 2.1 : Culex quinquefasciatus 22

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 9/32

9

2.1.3 Daur Hidup Culex quinquefasciatus

a. Telur

 Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air secara

 bergerombol dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk

mengapung. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat

 bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.

Gambar 2.2 : Telur Culex quinquefasciatus

 b. Larva

Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon.

Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan

 permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai

dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu : Larva instar I, berukuran

 paling kecil yaitu 1  –   2 mm atau 1  –   2 hari setelah menetas. Duri-duri

(spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum

 jelas. Larva instar II, berukuran 2,5  –  3,5 mm atau 2  –  3 hari setelah telur

menetas. Duri - duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. Larva

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 10/32

10

instar III, berukuran 4  –  5 mm atau 3  –  4 hari setelah telur menetas. Duri-

duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.

Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5  –  6 mm atau 4  –  6 hari setelah

telur menetas, dan kepala yang timbul warna.

.

Gambar 2.3 : Larva Culex 6

c. Pupa (kepompong)

Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa

membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil

tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan

ramping, setelah 1  –  2 hari akan menjadi nyamuk Culex. 

Gambar 2.4 : Pupa Culex

Keterangan:

1. Antena

2. Kaki

3. Tabung pernapasan

d. Nyamuk Dewasa

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 11/32

11

Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-

 belang putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada

 bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva.

Gambar 2.5 : Culex dewasa 7

2.1.4 Perilaku Bionomik Nyamuk

 Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia

serta hewan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang

dikeluarkan hewan, terutama CO2 dan beberapa asam amino. Berbeda

dengan nyamuk  Anopheles, nyamuk genus Culex mempunyai kebiasaan

menghisap pada malam hari saja. Jarak terbang nyamuk Culicini sangat

 pendek hanya beberapa puluh meter saja.6

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 12/32

12

2.2 Peranan Culex Sebagai Vektor Penyakit

2.2.1 Filariasis Limfatik

 Nyamuk anophelini dan non-anophelini dapat berperan sebagai

vektor filariasis limfatik pada manusia dan binatang. Di indonesia di

temukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis limfatik pada

manusia, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.

Parasit  –   parasit ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia oleh

 berbagai spesies nyamuk yang termasuk ke dalam genus Aedes,

Anopheles, Culex, Mansonia. Beberapa spesies dari Anophles, Culex, dan

Aedes telah di laporkan menjadi vektor filariasis bancrofti di perkotaan

atau di pedesaan. Vektor utama filariasis di daerah perkotaan adalah Culex

quinquefasciatu, sedangkan di pedesaan filariasis bancrofti dapat di

tularkan oleh spesies Anopheles seperti  Anopheles aconitus, Anopheles

bancrofti, Anopheles farauti, Anophles punctulatus, dan Anopheles

 subpictus atau dapat pula di tularkan oleh nyamuk  Aedes kochi, Culex

bitaeniorrhyncus, Culex annulostris dan Armigeres obsturbans. Vektor

utama filariasis malayi ialah berbagai spesies Anopheles, Mansonia dan

Coquilettidia, seperti  Mansonia uniformis dan beberapa spesies Mansonia

lainnya, Coquilettidia crassipes, Anopheles barbirostris, Anopheles

nigerrimus, sedangkan vektor utama filariasis timori ialah Anopheles

 barbirostris.5

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 13/32

13

Gambar 2.6 : Daur Hidup Filariasis Bancrofti

2.2.2 Penyakit Virus Ensefalitis Jepang

Penyakit virus Ensefalitis Jepang (Japanese Encephalitis Virus =

JEV) termasuk dalam kelompok penyakit Virus Ensefalitida

(Encephalitides Virus). Semua virus yang masuk dalam kelompok ini

 berbentuk zoonotic yaitu virus yang ditularkan oleh hewan - hewan

rendah ke manusia dalam suatu kondisi yang bersifat alami dan dipelihara

dalam suatu siklus hidup yang melibatkan vertabrata sebagai inang utama

kecuali manusia. Vektor utama artropoda yang menularkan virus ini ke

manusia adalah nyamuk. Vektor utama dari virus ensefalitis Jepang di

Asia Tenggara adalah Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus dan Culex

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 14/32

14

vishnu. Nyamuk-nyamuk ini berbiak di sawah, tempat-tempat genangan

air dan tempat-tempat permandian. Jenis-jenis nyamuk Culicinae yang lain

seperti  Aedes spp, Armigeres spp dan Anopheles spp  juga dapat menjadi

vektor dari penyakit ini. Nyamuk, Culex tritaeniorrhynchus  banyak

ditemukan pada persawahan di Sulawesi Utara. Berbeda dengan nyamuk

demam berdarah yaitu  Aedes aegypti  yang aktif pada waktu siang maka

nyamuk Culex spp. Ada yang aktif pada waktu siang dan ada yang aktif

waktu malam.

Masa inkubasi dari virus Japan Ensefalitis adalah 4-16 hari. Dalam

kasus yang serius gejala-gejala penyakit adalah demam, sakit kepala,

kesulitan berbicara dan disfungsi motor. Gejala awal pada anak-anak

adalah kehilangan nafsu makan (anorexia), mual, dan sakit perut. Di

Indonesia, virus ini belum dianggap serius karena kasus klinis yang

dikonfirmasi masih jarang dan lebih banyak dilaporkan di bagian Barat

Indonesia dan Bali sebagai tempat turis. Namun demikian, penelitian

seroprevalence menunjukkan bahwa Japan Ensefalitis memiliki prevelensi

tinggi untuk orang-orang Jawa, Kalimantan, Bali dan prevelensi rendah di

Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya.

8

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 15/32

15

2.3 Pengendalian Vektor

2.3.1 Definisi Pengendalian Vektor

Menurut Kusnoputranto dan Simanjuntak yang di kutip dalam

karya tulis ilmiah hijrawati tarihoran5 yang dimaksud dengan pengendalian

vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau

menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan

kesehatan masyarakat. Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang

dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi

vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan

kehidupan manusia.9 

Tujuan pengendalian vektor adalah untuk mengurangi habitat

 perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan populasi vektor,

menghambat proses penularan penyakit, mengurangi kontak manusia

dengan vektor sehingga penularan penyakit menular vektor dapat di

kendalikan secara lebih rasional, efektif, dan efisien.10

Pada pengendalian ini vektor di berantas atau di kendalikan atau di

 pindahakan secara langsung oleh manusia dengan menggunakan alat, di

antara beberapa caranya adalah dengan memasang perangkap,

menangkap dan membunuh langsung telur, larva, imago, vektor yang di

temui.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 16/32

16

2.3.2 Metode Pengendalian Vektor

Ada beberapa pengendalian vektor terutama vektor nyamuk yaitu :10

 

1.  Metode pengendalian fisik dan mekanis

Adalah upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat

 perkembang biakan dari populasi vektor secara fisik dan mekanis,

Contohnya :

a). Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,

 pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran atau

drainase, dan lain  –   lain); b). Pemasangan kelambu; c). Memakai baju

lengan panjang; d). Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle

 barrier); e). Pemasangan kawat.

2.  Metode pengendalian dengan agen biotik

Diantaranya adalah dengan cara menggunakan Predator pemakan larva

nyamuk (ikan pemangsa, mina padi, dan lain  –  lain), penggunaan Bakteri,

virus, fungi, dan Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul)

3.  Metode pengendalian secara kimia

Dengan menggunakan zat  –   zat kimia seperti Surface spray (IRS),

Kelambu berinsektisida, Larvasida, Space spray (pengkabutan

 panas/fogging), Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti

nyamuk bakar, liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol, dan lain  –  

lain).

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 17/32

17

2.4 Ikan Sebagai Predator Larva Nyamuk

Penggunaan ikan sebagai predator jentik nyamuk merupakan salah

satu cara pemberantasan vektor penyakit dengan metoda biologis.11 

Penelitian tentang ikan sebagai predator jentik nyamuk sebelumnya sudah

 banyak di lakukan dan hasilnya memberikan manfaat yang cukup baik

untuk memotong rantai pertumbuhan nyamuk.

Beberapa contoh ikan predator jentik nyamuk adalah ikan cupang,

ikan nila, ikan guppy, ikan sepat, ikan kepala timah, dan lain  –  lain yang

 jumlahnya ±300 spesies.1

2.4.1. Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus) 

Klasifikasi ikan sepatdalam dunia hewan adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Osphronemidae

Genus : Trichogaster

Spesies : Trichogaster trichopterus 

Secara morfologi, tubuh ikan ini kuat dan kekar, warna badannya

agak bervariasi sesuai lingkungan di mana ikan ini hidup. Umumnya

 berwarna biru keperakan dengan punggung lebih gelap atau hijau kebiruan

sedangkan perut berwarna putih. Ciri khusus lainnya adalah terdapatnya 2

 bintik pada tubuhnya. Yang pertama persis di bawah sirip punggung

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 18/32

18

sedangkan yang lain persis di batang ekor. Pada sirip punggung terdapat 6

 –   8 jari keras dan 8  –  9 jari lunak. Sirip dubur mempunyai 10  –   12 jari

keras dan 33  –   38 jari lunak. Sirip perut mempunyai a jari keras yang

memanjang dan pada sirip dadanya terdapat 9  –  10 jari lunak. Sirip ekor

terbagi 2 oleh lekukan yang dangkal. Ikan ini panjangnya mencapai sekitar

15 cm.15Ikan ini mulai matang kelamin sekitar 6  –  7 bulan dengan ukuran

tubuh sekitar 7  –   10 cm. Ikan jantan mempunyai sirip punggung yang

lancip dan panjang. Sebaliknya, ikan betina sirip punggungnya pendek dan

agak membulat.12

Habitatnya ikan sepat biru di perairan tawar dan lebih menyukai air

yang sudah lama daripada air baru. Seperti kebanyakan ikan  –   ikan

anabantoid lainnya, mereka lebih toleran pada kualitas air, tetapi suhu

setidaknya berkisar antara 25  –   30 oc.Ikan yang berbentuk pipih dan

mempunyai sungut ini merupakan ikan yang tahan banting karena dapat

mengkonsumsi oksigen langsung dari udara.

Ikan sepat tidak terlalu sulit dalammasalah pemberian pakan.

Tetapi makanan kesukaannya adalah jentik nyamuk, kutu air dan cacing

sutera. Ia juga mau memakan pelet yang ukurannya masuk dalam mulut.

12

GAMBAR 2.7 : Ikan sepat

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 19/32

19

2.4.2 Ikan guppy (Poecilia reticulata) 

Ikan Guppy dengan nama ilmiahnya Poecilia reticulata ditemukan

oleh Robert John Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris,

di Trinidad pada tahun 1850. Sejak saat itu nama Guppy digunakan

sebagai nama populer untuk ikan ini.

Klasifikasi Ikan guppy dalam dunia hewan adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Fium : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Famili : Poecilidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticulata 

Penampakan morfologi ikan guppy jantan sangat berbeda dengan

 betina. Ikan guppy jantan mempunyai wama tubuh yang cemerlang dengan

 pola wama yang beragam, sedangkan wama tubuh betina umumnya

monoton.21 Panjang total ikan betina 4  –  6 cm, sedangkan jantan 2  –  3 cm.

Guppy betina memiliki kantung yang berguna untuk menampung sperma.

Termasuk ikan livebleeder yaitu keturunan keluar dari induk dalam bentuk

larva.

Jenis liar ikan ini banyak mengisi selokan dan sungai  –   sungai di

kota dengan nama ikan seribu atau ikan cetul, sementara ikan hias nya

 biasa hidup di perairan tawar atau payau dan biasa di pelihara di aquarium.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 20/32

20

Guppy berkembang biak dengan cara beranak. Anak guppy yang baru

lahir sudah langsung dapat berenang dengan baik. Hal ini terjadi karena

 proses pembuahan guppy secara internal yaitu perkawinan terjadi pada

saat organ gondopodium yang terletak pada sirip anal dimasukkan ke

dalam organ telur betina. Guppy jantan yang akan mengejar betina siap

kawin. Setiap kali perkawinan dapat dijadikan 3 kali kelahiran. Waktu

kelahiran berkisar 3 minggu dan seekor betina dapat menghasilkan 60 ekor

 burayak.Untuk pemberian makanan biasanya ikan guppy menyukai kutu

air, cuk atau jentik nyamuk, cacing darah.13,14

GAMBAR 2.8 : Ikan Guppy betina 20

2.4.3 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 

Ikan nila berasal dari Afrika timur, yaitu di sungai nil (Mesir), danau

Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan tersebut di bawa orang ke

Eropa, Amerika, negara  –   negara timur tengah, dan Asia. Ikan nila

mempunyai kemampuan adaptasi di berbagai jenis air

Menurut klasifikasi yang terbaru yang di pelopori oleh DR.

Trewavas tahun 1980, nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 21/32

21

niloticus. Oreochromis niloticus yang berukuran kecil dari 150 mm

 bersifat sangat karnivora. Sifat ini berkurang dengan bertambahnya

umur. Ikan ini di laboratorium memperlihatkan sifat sebagai predator

kuat terhadap larva nyamuk.1 

2.4.4 Ikan Cupang (Betta splendens spp) 

Ikan hias ini di temukan pertama kali di perairan Thailand,

Malaysia, atau Asia tenggara. Ikan cupang hias memerlukan protein

untuk kekuatan dan pembentukan tubuh, juga membutuhan vitamin dan

mineral penting lainnya untuk aktivitas dan menjaga daya tahan

tubuhnya.

Kebutuhan  –   kebutuhan tersebut cukup dapat di penuhi oleh

 berbagai jenis pakan alami yang sangat cocok bagi perkembangan dan

 pertumbuhan ikan cupang hias. Pakan alami tersebut antara lain : Larva

nyamuk, kutu air, cacing sutra dan insuforia, Ikan cupang mempunyai

kebiasaan makan hanya sekali dalam satu hari.3

2.4.5 Ikan Hias Maanvis (Pterophylium altum)

Ikan hias maanvis pertama kali di temukan di sungai orinoco,

venezuela. Ikan ini mempunyai ukuran maksimumnya sampai 15 cm.

Ikan ini bersifat damai dengan ikan  –  ikan lainnya. Hidup pada suhu air

dengan rata  –   rata 25  –   27 OC, dengan derajat keasaman air ph 6,8.

Habitat tempat hidupnya di temukan pada perairan tenang dan tergenang

 banyak tumbuhan air. Ikan maanvis merupakan jenis ikan yang mudah

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 22/32

22

mencerna berbagai jenis makanan dengan berbagai bentuk dan berbagai

sumber makanan termasuk Larva nyamuk.3

2.5 Kerangka Teori

GAMBAR 2.9 : Kerangka teori

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 23/32

23

2.6 Kerangka Konsep

GAMBAR 2.10 : Kerangka konsep

2.7 Hipotesa

H0 : Tidak ada perbedaan antara ikan sepat dan ikan guppy dalam

memakan larva Culex quinquefasciatus 

Ha : Ada perbedaan antara ikan sepat dan ikan guppy dalam

memakan larva Culex quinquefasciatus 

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 24/32

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen, dimana ingin diteliti

 perbandingan tingkat perbedaan ikan sepat dengan ikan guppy sebagai

 predator Larva Culex quinquefasciatus. 

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Entomologi Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan pada tanggal 21 Januari sampai 23 Januari 2014.

3.3  Subyek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti.15 Populasi dari penelitian ini adalah jumlah ikan sepat dan ikan

guppy yaitu sebanyak 10 ekor

3.3.2 Sample

Sample penelitian adalah semua populasi ikan Sepat (Trichogaster

trichopterus) dan ikan Guppy (Poecilia reticulata) 

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 25/32

25

3.3.3 Kriteria sample

a)  Kriteria inklusi

  Ikan sepat : 16 

-  Ukuran 5  –  7 cm dari kepala sampai ekor

-  Jantan : sirip dorsal yang meruncing

-  Betina : sirip dorsal yang membulat

-  Tubuhnya pipih

-  Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut

  Ikan guppy : 17 

Ukuran 3  –  6 cm dari kepala sampai ekor

Ikan yang di pakai Jenis kelamin betina dengan ciri  –  ciri :

 

Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi

 berupa sirip halus. 

  Tubuhnya gemuk. 

 

Warnanya kurang cerah. 

 

Sirip punggung biasa. 

 

Kepalanya agak runcing. 

  Ikan sepat dan ikan guppy dalam keadaan tidak cacat secara

anatomi tubuhnya

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 26/32

26

 b) 

Kriteria eksklusi

  Terjadi kecacatan anatomis pada kedua jenis ikan selama

 penelitian

  Mati selama masa aklimatisasi dan perlakuan berlangsung

  Ukuran ikan sepat < 5 cm

  Ikan nila, ikan cupang, ikan hias maanvis

  Ukuran ikan guppy < 3 cm

  Ikan guppy Jantan

3.3.4 Teknik sampling

Pengambilan sample di lakukan menggunakan metode Purposive Random

Sampling yaitu pemilihan sample berdasarkan atas sifat yang berkaitan

dengan kriteria yang telah di tentukan sehingga di dapatkan 10 sample.15

3.4  Variabel Penelitian

3.4.1  Variabel Independent

Variabel bebas penelitian ini adalah ikan sepat, ikan guppy dan larva

nyamuk Culex quinquefasciatus. 

3.4.2  Variabel Dependent

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah larva nyamuk Anopheles

yang telah di makan.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 27/32

27

3.4.3 

Variabel perancu

Variabel perancu penelitian ini adalah berat badan ikan sepat dan guppy,

 berat badan larva nyamuk Culex quinquefasciatus,dan jenis kelamin ikan

sepat.

3.5 Bahan dan Alat –  alat Penelitian

3.5.1 Bahan Penelitian

Objek penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) 

5 ikan sepat berukuran 5  –  7 cm

 b)  5 ikan guppy berukuran 3  –  6 cm.

c)  Larva Culex quinquefasciatus  spp instar II dan IV

3.5.2 Alat  –  alat penelitian

Alat  –  alat yang di gunakan selama penelitian yaitu 4 buah toples bening

 berukuran dengan Tinggi : 12 cm , Diameter : 15 cm , Mikroskop Monitor,

hygrometer termometer, saringan ikan, pipet, kain kasa, karet gelang,

 baskom, aquades.

3.6 Cara kerja

3.6.1 Aklimatisasi Ikan 

Ikan yang telah di pilih berdasarkan kriteria di masukan ke dalam

toples berukuran tinggi 12 cm dan diameter 15 cm yang telah di isi

aquades 1500 ml. Kemudian di Aklimatisasi dengan cara di biarkan

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 28/32

28

selama 1 malam dalam ruangan dengan suhu 24  –  250c, hal ini di lakukan

supaya suhu air tempat tinggal ikan sama dengan suhu lingkungan sekitar .

Lalu ikan sepat dan ikan guppy di pelihara di dalam toples tadi selama 2

hari untuk penelitian.

3.6.2 Penyediaan Larva Culex quinquefasciatus

Larva di dapat dari Laboratorium Entomologi Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan dengan jumlah 7200

ekor larva instar II dan IV. Di dapat dari perhitungan sebagai berikut :

300 X 4 X 3 X 2 = 7200

Keterangan :

300 = Jumlah larva yang di berikan tiap toples yang berisi ikan

4 = Jumlah toples

3 = Jumlah evaluasi yang di lakukan

2 = Jumlah hari

3.6.3 Prosedur percobaan

Taruh 4 Buah toples bening berukuran tinggi : 12 cm dan diameter

: 15 cm yang sudah terisi aquades dengan volume 1500 ml di tempat yang

sudah di sediakan lalu masukkan masing – 

 masing 1 ekor ikan pecobaan di

tiap toplesnya, untuk ikan sepat pertama di beri kode A1 dan yang kedua di

 beri kode A2, sedangkan ikan Guppy di beri kode B1 dan B2, setalah ikan di

tempatkan di toples yang sudah berisi air kemudian di masukan larva

Culex quiquefasciatus  instar II dan IV menggunakan pipet ke masing  –  

masing toples tadi dengan jumlah 300 ekor yang di hitung menggunakan

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 29/32

29

hand tally counter (sebelumnya larva sudah di pisahkan di toples kecil dan

sudah di hitung jumlahnya), kemudian tutup toples dengan kasa dan di ikat

dengan karet. Hitung berapa banyak larva yang di makan tiap Evaluasi

yang di lakukan mulai pukul : 06.00  –  11.30, 12.00  –  17.30, 18.00  –  06.00

wib. Tiap evaluasi, di hitung berapa banyak larva yang tersisa di toples,

lalu larva yang tersisa tadi di tambahkan lagi ke jumlah semula yaitu 300

ekor untuk evaluasi di jam selanjutnya. Evaluasi di lakukan supaya ikan

tidak di batasi dalam memakan jentik nyamuk. Percobaan di lakukan

selama 2 hari, dengan pengulangan yang sama.

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 30/32

30

3.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Skala

ukur

Variabel bebas :

Ikan sepat dan ikan

guppy

Ikan sepat : Ikan sepat

adalah salah satu jenis

ikan pemangsa jentiknyamuk di perairan

keruh seperti rawa,

dan sawah.

Ikan guppy : Ikanguppy adalah ikan hias

 pemangsa jentiknyamuk sebagai pakan

di aquarium dan

merupakan ikan yang

mudah berkembang

 biak di tempatmanapun seperti di

selokan  –  selokan.

Manual(Menggunakan

Jari)

 Nominal

Variabel terikat :

Jumlah larva Culex

quinquefasciatus 

instar II dan IVyang telah di

makan oleh kedua

 jenis ikan dan di

 bandingkan

Larva Culex

quinquefasciatus 

adalah: bentuk

stadium kedua darinyamuk Culex yang

merupakan vektor

 penyakit Filariasis.

Larva Culex

quinquefasciatus dapat

menjadi makanan bagi

ikan  –  ikan pemangsaatau predator.

Jumlah larva Culex

quinquefasciatus 

adalah kemampuan

seekor ikan dalam

memangsa larva Culexquinquefasciatus 

sebagai makanannya

atau banyaknya larva

Culex

quinquefasciatus yang

di makan atau di

mangsa selama

 pengamatan.

Hand Tally

Counter

(Counter

tangan

manual)

Ikan secara

 bersamaan akan

di beri larva

nyamuk Culexquinquefasciatus

masing  –  masing

sebanyak 300

ekor tiap

evaluasi pukul

06.00  –  11.30,

12.00  –  17.3018.00  –  06.00.

Di lakukan

selama 2 hari.

Lalu di hitung

larva yang

tersisa di masing- masing toples. 

 Nominal

Tabel 3.1 : Definisi operasional

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 31/32

31

3.8 Pengamatan

Pengamatan pada setiap ulangan percobaan ini di lakukan mulai

 pukul : 06.00  –  11.30, 12.00  –  17.30, 18.00  –  06.00 wib. Di hitung berapa

ekor larva yang tersisa tiap kali evaluasi.

3.9  Alur Penelitian 

Gambar 3.1 : Alur penelitian

7/18/2019 BOBROK

http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 32/32

32

3.10 Pengumpulan Data

Data yang di kumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dari

lembar observasi, yaitu hasil pengamatan banyaknya jumlah larva Culex

quinquefasciatus  yang di makan ikan Sepat (Trichogaster trichopterus)

dan ikan Guppy (Poecilia reticulata). 

3.11 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui data primer, maka di lakukan tahap

 pengolahan data. Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan

 program software komputer.

3.12 Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan hasil penelitian maka data di analisis

dengan uji-t (t-test). Uji-t di pergunakan untuk menganalisis data dengan

variabel bebas nominal ( 2 nilai ) dengan variabel tergantung berskala

numerik. Di bedakan 2 jenis uji-t, yaitu uji-t untuk kelompok independen

dan untuk kelompok berpasangan.

18

 Dalam penelitian ini di gunakan uji-t

independent.