Im yours - jason mraz - cifra para cantar e tocar violão by- vagner
BOBROK
-
Upload
anggitanicolaseptiana -
Category
Documents
-
view
81 -
download
5
description
Transcript of BOBROK
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 1/32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan salah satu binatang perantara penular
penyakit. Kelompok serangga yang di anggap paling penting dalam
kesehatan masyarakat, adalah nyamuk. Nyamuk adalah serangga yang
menyebabkan gangguan pada manusia, karena selain kebiasaannya dalam
menggigit dan menghisap darah juga peranannya sebagai vektor biologis
berbagai agen penyakit. Beberapa jenis nyamuk di kenal sebagai vektor
penyakit yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting seperti malaria, demam berdarah dengue, dan filariasis. Ketiga
macam penyakit tersebut di tularkan dari orang yang satu ke orang lain
oleh nyamuk.1
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah
penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk . Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan.
Dapat menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki
gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis,
terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi.
Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 2/32
2
11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten atau kota. Hasil laporan
kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten atau kota yang ditindaklanjuti
dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat
337 kabupaten atau kota endemis dan 135 kabupaten atau kota non
endemis.2
. Pada saat ini pemberantasan penyakit – penyakit yang di
sebabkan oleh nyamuk Culex hanya di lakukan dengan pengendalian
vektor nyamuk dewasa. Metode pengendalian telah di lakukan bermacam
– macam cara baik secara kimiawi maupun bukan kimiawi yaitu
pengendalian vektor nyamuk dewasa dengan pengelolaan
lingkungan,secara genetik dan pengendalian vektor secara hayati.
Pengendalian hayati sebagai suatu teknik pengendalian organisme
pengganggu termasuk nyamuk vektor, pada dasarnya adalah keinginan
memanfaatkan potensi alam untuk menggendalikan organisme
pengganggu. Penggunaan teknik musuh alami untuk mengendalikan
organisme pengganggu telah banyak di lakukan sebelum teknik
penggunaan pestisida.
Sampai saat ini pemberantasan vektor masih di titik beratkan pada
penggunaan insektisida kimia, karena efektif dan hasilnya dapat di ketahui
dengan cepat. Akan tetapi sebagai akibat penggunaan insektisida di dalam
pengendalian vektor, menyebabkan matinya musuh – musuh alami,
resistensi vektor, menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu
kesehatan manusia. Dengan timbulnya masalah tersebut perlu di cari cara
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 3/32
3
lain yaitu dengan cara pengendalian vektor berwawasan lingkungan yaitu
pengendalian hayati atau biologi. Jasad hayati yang mempunyai potensi
untuk pengendalian vektor nyamuk antara lain : ikan - ikan predator jentik
nyamuk, bakteri thuringiensis, nimfa capung (labellula sp).3
Pemanfaatan ikan pemakan jentik nyamuk adalah salah satu cara
pengendalian nyamuk secara biologi kontrol, dimana jenis ikan tertentu di
manfaatkan sebagai musuh alamiah atau sebagai predator nyamuk pada
stadium larva. Metode ini di nilai ampuh, karena untuk memberantas
nyamuk lebih baik dan lebih mudah di lakukan pada saat nyamuk masih
dalam stadium larva serta tidak menimbulkan resiko pencemaran
lingkungan.
Menurut Ima nurisa1 dalam Artikelnya tentang peranan ikan nila
sebagai pengendali vektor malaria, bahwa ikan nila merah pernah di coba
di Lampung, ternyata sangat efektif menurunkan kepadatan larva nyamuk
malaria, Anopheles sundaicus di kolam rakyat. Dari penelitian sebelumnya
yang di lakukan oleh Desty elliana4 tentang Studi komparasi banyak jentik
yang dimakan ikan kepala timah ( Aplocheilus panchax) antara jentik
Anopheles aconitus dan jentik Culex spp tahun 2007 di dapatkan hasil
bahwa ikan kepala timah mempunyai kemampuan memakan jentik
nyamuk Anopheles aconitus lebih banyak daripada jentik nyamuk Culex.
Dengan demikian untuk memberantas jentik nyamuk dapat di
gunakan jenis ikan tertentu, harus di pilih jenis ikan yang mampu hidup di
perairan yang keruh sebagai habitat terbanyak Culex quinquefasciatus.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 4/32
4
Maka untuk hal itu peneliti ingin menggunkan ikan sepat (Trichogaster
trichopterus) dan ikan guppy (Poecilia reticulata). Ikan – ikan tersebut
merupakan ikan yang punya vegetasi alami di got dengan air keruh dan
kotor di mana tempat ini merupakan tempat berkembang biak nyamuk
Culex quinquefasciatus.5
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini di lakukan untuk
mengetahui perbandingan efektivitas dari ikan sepat dan ikan guppy
sebagai predator larva Culex quinquefasciatus dalam rangka untuk
mengurangi penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk Culex
quinquefasciatus.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah di uraikan
sebelumnya, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :
“Adakah perbedaan efektivitas dari ikan sepat dan ikan guppy sebagai
predator larva nyamuk Culex quinquefasciatus“ .
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan ikan sepat dan ikan guppy sebagai predator
larva Culex quinquefasciatus
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 5/32
5
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui jumlah larva Culex quinquefasciatus yang mampu di
makan ikan sepat dalam 2 hari.
2. Untuk mengetahui jumlah larva Culex quinquefasciatus yang mampu di
makan ikan guppy dalam 2 hari.
3. Untuk membandingkan perbedaan ikan sepat dan ikan guppy dalam
memakan larva Culex quinquefasciatus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Sebagai bahan masukan dalam menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.
1.4.2
Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efektivitas ikan sepat
dan ikan guppy sebagai pembunuh larva Culex quinquefasciatus.
1.4.3 Bagi institusi pendidikan
Menunjang kualitas peserta didik dan menambah perbendaharaan di
perpustakaan Malahayati, Bandar Lampung.
1.4.4
Bagi peneliti
Penelitian ini selain di harapkan dapat meningkatkan kualitas dan
wawasan keilmuan peneliti, juga dibuat untuk memenuhi tugas dan
melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1
Pendidikan dokter umum.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 6/32
6
1.4.5
Bagi penelitian selanjutnya
Di harapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan lebih lanjut
mengenai jenis ikan lain yang dapat di jadikan predator larva nyamuk jenis
lain.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1.
Judul penelitian : Perbandingan efektifitas antara ikan sepat
(Trichogaster trichopterus) dengan ikan guppy (Poecilia reticulata)
sebagai predator larva Culex quinquefasciatus.
2. Subjek penelitian : Ikan sepat dan ikan guppy
3. Objek penelitian : Variabel independen (ikan sepat dan ikan guppy)
dan variabel dependen (efektifitas sebagai predator).
4. Waktu penelitaian : Hingga selesai
5. Tempat penelitian : Laboratorium Entomologi Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan
6. Alasan penelitian : Melengkapi persyaratan dalam menempuh
program study Sarjana Strata-1 Pendidikan dokter umum.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 7/32
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyamuk Culex quinquefasciatus
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Culex menurut Romoser & Stoffolano (1998)
yang di kutip dari skripsi berjudul Uji Daya Bunuh Ekstrak Bunga
Kecombrang Terhadap Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus karya
Monica Anjar Wiji Astuti adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Sub Classis : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Culicianae
Genus : Culex
Spesies : Culex quinquefasciatus
2.1.2 Morfologi Culex quinquefasciatus
Nama lain nyamuk Culex quinquefasciatus adalah Culex pipiens
fatigans Wiedemann . Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan
memiliki sepasang mata, sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas
5 segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda
dengan Aedes, pada genus Culex tidak terdapat rambut pada spiracular
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 8/32
8
maupun pada post spiracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan
sama dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu
protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan
terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter.
Abdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di tiap segmen. Ciri lain
dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan
yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang
yang sedikit terangkat.
Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus,
ujung abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik.
Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain
adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku
diujung kaki nyamuk. Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat,
berukuran sedang, dengan bintik-bintik putih di bagian dorsal abdomen.
Sedangkan kaki dan proboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik
putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.6
Gambar 2.1 : Culex quinquefasciatus 22
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 9/32
9
2.1.3 Daur Hidup Culex quinquefasciatus
a. Telur
Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air secara
bergerombol dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat
bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.
Gambar 2.2 : Telur Culex quinquefasciatus
b. Larva
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon.
Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan
permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai
dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu : Larva instar I, berukuran
paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri
(spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum
jelas. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur
menetas. Duri - duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. Larva
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 10/32
10
instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas. Duri-
duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah
telur menetas, dan kepala yang timbul warna.
.
Gambar 2.3 : Larva Culex 6
c. Pupa (kepompong)
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa
membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil
tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan
ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk Culex.
Gambar 2.4 : Pupa Culex
Keterangan:
1. Antena
2. Kaki
3. Tabung pernapasan
d. Nyamuk Dewasa
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 11/32
11
Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-
belang putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada
bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva.
Gambar 2.5 : Culex dewasa 7
2.1.4 Perilaku Bionomik Nyamuk
Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia
serta hewan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang
dikeluarkan hewan, terutama CO2 dan beberapa asam amino. Berbeda
dengan nyamuk Anopheles, nyamuk genus Culex mempunyai kebiasaan
menghisap pada malam hari saja. Jarak terbang nyamuk Culicini sangat
pendek hanya beberapa puluh meter saja.6
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 12/32
12
2.2 Peranan Culex Sebagai Vektor Penyakit
2.2.1 Filariasis Limfatik
Nyamuk anophelini dan non-anophelini dapat berperan sebagai
vektor filariasis limfatik pada manusia dan binatang. Di indonesia di
temukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis limfatik pada
manusia, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
Parasit – parasit ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia oleh
berbagai spesies nyamuk yang termasuk ke dalam genus Aedes,
Anopheles, Culex, Mansonia. Beberapa spesies dari Anophles, Culex, dan
Aedes telah di laporkan menjadi vektor filariasis bancrofti di perkotaan
atau di pedesaan. Vektor utama filariasis di daerah perkotaan adalah Culex
quinquefasciatu, sedangkan di pedesaan filariasis bancrofti dapat di
tularkan oleh spesies Anopheles seperti Anopheles aconitus, Anopheles
bancrofti, Anopheles farauti, Anophles punctulatus, dan Anopheles
subpictus atau dapat pula di tularkan oleh nyamuk Aedes kochi, Culex
bitaeniorrhyncus, Culex annulostris dan Armigeres obsturbans. Vektor
utama filariasis malayi ialah berbagai spesies Anopheles, Mansonia dan
Coquilettidia, seperti Mansonia uniformis dan beberapa spesies Mansonia
lainnya, Coquilettidia crassipes, Anopheles barbirostris, Anopheles
nigerrimus, sedangkan vektor utama filariasis timori ialah Anopheles
barbirostris.5
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 13/32
13
Gambar 2.6 : Daur Hidup Filariasis Bancrofti
2.2.2 Penyakit Virus Ensefalitis Jepang
Penyakit virus Ensefalitis Jepang (Japanese Encephalitis Virus =
JEV) termasuk dalam kelompok penyakit Virus Ensefalitida
(Encephalitides Virus). Semua virus yang masuk dalam kelompok ini
berbentuk zoonotic yaitu virus yang ditularkan oleh hewan - hewan
rendah ke manusia dalam suatu kondisi yang bersifat alami dan dipelihara
dalam suatu siklus hidup yang melibatkan vertabrata sebagai inang utama
kecuali manusia. Vektor utama artropoda yang menularkan virus ini ke
manusia adalah nyamuk. Vektor utama dari virus ensefalitis Jepang di
Asia Tenggara adalah Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus dan Culex
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 14/32
14
vishnu. Nyamuk-nyamuk ini berbiak di sawah, tempat-tempat genangan
air dan tempat-tempat permandian. Jenis-jenis nyamuk Culicinae yang lain
seperti Aedes spp, Armigeres spp dan Anopheles spp juga dapat menjadi
vektor dari penyakit ini. Nyamuk, Culex tritaeniorrhynchus banyak
ditemukan pada persawahan di Sulawesi Utara. Berbeda dengan nyamuk
demam berdarah yaitu Aedes aegypti yang aktif pada waktu siang maka
nyamuk Culex spp. Ada yang aktif pada waktu siang dan ada yang aktif
waktu malam.
Masa inkubasi dari virus Japan Ensefalitis adalah 4-16 hari. Dalam
kasus yang serius gejala-gejala penyakit adalah demam, sakit kepala,
kesulitan berbicara dan disfungsi motor. Gejala awal pada anak-anak
adalah kehilangan nafsu makan (anorexia), mual, dan sakit perut. Di
Indonesia, virus ini belum dianggap serius karena kasus klinis yang
dikonfirmasi masih jarang dan lebih banyak dilaporkan di bagian Barat
Indonesia dan Bali sebagai tempat turis. Namun demikian, penelitian
seroprevalence menunjukkan bahwa Japan Ensefalitis memiliki prevelensi
tinggi untuk orang-orang Jawa, Kalimantan, Bali dan prevelensi rendah di
Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya.
8
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 15/32
15
2.3 Pengendalian Vektor
2.3.1 Definisi Pengendalian Vektor
Menurut Kusnoputranto dan Simanjuntak yang di kutip dalam
karya tulis ilmiah hijrawati tarihoran5 yang dimaksud dengan pengendalian
vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau
menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan
kesehatan masyarakat. Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang
dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi
vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan
kehidupan manusia.9
Tujuan pengendalian vektor adalah untuk mengurangi habitat
perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan populasi vektor,
menghambat proses penularan penyakit, mengurangi kontak manusia
dengan vektor sehingga penularan penyakit menular vektor dapat di
kendalikan secara lebih rasional, efektif, dan efisien.10
Pada pengendalian ini vektor di berantas atau di kendalikan atau di
pindahakan secara langsung oleh manusia dengan menggunakan alat, di
antara beberapa caranya adalah dengan memasang perangkap,
menangkap dan membunuh langsung telur, larva, imago, vektor yang di
temui.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 16/32
16
2.3.2 Metode Pengendalian Vektor
Ada beberapa pengendalian vektor terutama vektor nyamuk yaitu :10
1. Metode pengendalian fisik dan mekanis
Adalah upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat
perkembang biakan dari populasi vektor secara fisik dan mekanis,
Contohnya :
a). Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,
pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran atau
drainase, dan lain – lain); b). Pemasangan kelambu; c). Memakai baju
lengan panjang; d). Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle
barrier); e). Pemasangan kawat.
2. Metode pengendalian dengan agen biotik
Diantaranya adalah dengan cara menggunakan Predator pemakan larva
nyamuk (ikan pemangsa, mina padi, dan lain – lain), penggunaan Bakteri,
virus, fungi, dan Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul)
3. Metode pengendalian secara kimia
Dengan menggunakan zat – zat kimia seperti Surface spray (IRS),
Kelambu berinsektisida, Larvasida, Space spray (pengkabutan
panas/fogging), Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti
nyamuk bakar, liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol, dan lain –
lain).
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 17/32
17
2.4 Ikan Sebagai Predator Larva Nyamuk
Penggunaan ikan sebagai predator jentik nyamuk merupakan salah
satu cara pemberantasan vektor penyakit dengan metoda biologis.11
Penelitian tentang ikan sebagai predator jentik nyamuk sebelumnya sudah
banyak di lakukan dan hasilnya memberikan manfaat yang cukup baik
untuk memotong rantai pertumbuhan nyamuk.
Beberapa contoh ikan predator jentik nyamuk adalah ikan cupang,
ikan nila, ikan guppy, ikan sepat, ikan kepala timah, dan lain – lain yang
jumlahnya ±300 spesies.1
2.4.1. Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus)
Klasifikasi ikan sepatdalam dunia hewan adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster trichopterus
Secara morfologi, tubuh ikan ini kuat dan kekar, warna badannya
agak bervariasi sesuai lingkungan di mana ikan ini hidup. Umumnya
berwarna biru keperakan dengan punggung lebih gelap atau hijau kebiruan
sedangkan perut berwarna putih. Ciri khusus lainnya adalah terdapatnya 2
bintik pada tubuhnya. Yang pertama persis di bawah sirip punggung
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 18/32
18
sedangkan yang lain persis di batang ekor. Pada sirip punggung terdapat 6
– 8 jari keras dan 8 – 9 jari lunak. Sirip dubur mempunyai 10 – 12 jari
keras dan 33 – 38 jari lunak. Sirip perut mempunyai a jari keras yang
memanjang dan pada sirip dadanya terdapat 9 – 10 jari lunak. Sirip ekor
terbagi 2 oleh lekukan yang dangkal. Ikan ini panjangnya mencapai sekitar
15 cm.15Ikan ini mulai matang kelamin sekitar 6 – 7 bulan dengan ukuran
tubuh sekitar 7 – 10 cm. Ikan jantan mempunyai sirip punggung yang
lancip dan panjang. Sebaliknya, ikan betina sirip punggungnya pendek dan
agak membulat.12
Habitatnya ikan sepat biru di perairan tawar dan lebih menyukai air
yang sudah lama daripada air baru. Seperti kebanyakan ikan – ikan
anabantoid lainnya, mereka lebih toleran pada kualitas air, tetapi suhu
setidaknya berkisar antara 25 – 30 oc.Ikan yang berbentuk pipih dan
mempunyai sungut ini merupakan ikan yang tahan banting karena dapat
mengkonsumsi oksigen langsung dari udara.
Ikan sepat tidak terlalu sulit dalammasalah pemberian pakan.
Tetapi makanan kesukaannya adalah jentik nyamuk, kutu air dan cacing
sutera. Ia juga mau memakan pelet yang ukurannya masuk dalam mulut.
12
GAMBAR 2.7 : Ikan sepat
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 19/32
19
2.4.2 Ikan guppy (Poecilia reticulata)
Ikan Guppy dengan nama ilmiahnya Poecilia reticulata ditemukan
oleh Robert John Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris,
di Trinidad pada tahun 1850. Sejak saat itu nama Guppy digunakan
sebagai nama populer untuk ikan ini.
Klasifikasi Ikan guppy dalam dunia hewan adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Fium : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poecilidae
Genus : Poecilia
Spesies : Poecilia reticulata
Penampakan morfologi ikan guppy jantan sangat berbeda dengan
betina. Ikan guppy jantan mempunyai wama tubuh yang cemerlang dengan
pola wama yang beragam, sedangkan wama tubuh betina umumnya
monoton.21 Panjang total ikan betina 4 – 6 cm, sedangkan jantan 2 – 3 cm.
Guppy betina memiliki kantung yang berguna untuk menampung sperma.
Termasuk ikan livebleeder yaitu keturunan keluar dari induk dalam bentuk
larva.
Jenis liar ikan ini banyak mengisi selokan dan sungai – sungai di
kota dengan nama ikan seribu atau ikan cetul, sementara ikan hias nya
biasa hidup di perairan tawar atau payau dan biasa di pelihara di aquarium.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 20/32
20
Guppy berkembang biak dengan cara beranak. Anak guppy yang baru
lahir sudah langsung dapat berenang dengan baik. Hal ini terjadi karena
proses pembuahan guppy secara internal yaitu perkawinan terjadi pada
saat organ gondopodium yang terletak pada sirip anal dimasukkan ke
dalam organ telur betina. Guppy jantan yang akan mengejar betina siap
kawin. Setiap kali perkawinan dapat dijadikan 3 kali kelahiran. Waktu
kelahiran berkisar 3 minggu dan seekor betina dapat menghasilkan 60 ekor
burayak.Untuk pemberian makanan biasanya ikan guppy menyukai kutu
air, cuk atau jentik nyamuk, cacing darah.13,14
GAMBAR 2.8 : Ikan Guppy betina 20
2.4.3 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila berasal dari Afrika timur, yaitu di sungai nil (Mesir), danau
Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan tersebut di bawa orang ke
Eropa, Amerika, negara – negara timur tengah, dan Asia. Ikan nila
mempunyai kemampuan adaptasi di berbagai jenis air
Menurut klasifikasi yang terbaru yang di pelopori oleh DR.
Trewavas tahun 1980, nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 21/32
21
niloticus. Oreochromis niloticus yang berukuran kecil dari 150 mm
bersifat sangat karnivora. Sifat ini berkurang dengan bertambahnya
umur. Ikan ini di laboratorium memperlihatkan sifat sebagai predator
kuat terhadap larva nyamuk.1
2.4.4 Ikan Cupang (Betta splendens spp)
Ikan hias ini di temukan pertama kali di perairan Thailand,
Malaysia, atau Asia tenggara. Ikan cupang hias memerlukan protein
untuk kekuatan dan pembentukan tubuh, juga membutuhan vitamin dan
mineral penting lainnya untuk aktivitas dan menjaga daya tahan
tubuhnya.
Kebutuhan – kebutuhan tersebut cukup dapat di penuhi oleh
berbagai jenis pakan alami yang sangat cocok bagi perkembangan dan
pertumbuhan ikan cupang hias. Pakan alami tersebut antara lain : Larva
nyamuk, kutu air, cacing sutra dan insuforia, Ikan cupang mempunyai
kebiasaan makan hanya sekali dalam satu hari.3
2.4.5 Ikan Hias Maanvis (Pterophylium altum)
Ikan hias maanvis pertama kali di temukan di sungai orinoco,
venezuela. Ikan ini mempunyai ukuran maksimumnya sampai 15 cm.
Ikan ini bersifat damai dengan ikan – ikan lainnya. Hidup pada suhu air
dengan rata – rata 25 – 27 OC, dengan derajat keasaman air ph 6,8.
Habitat tempat hidupnya di temukan pada perairan tenang dan tergenang
banyak tumbuhan air. Ikan maanvis merupakan jenis ikan yang mudah
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 22/32
22
mencerna berbagai jenis makanan dengan berbagai bentuk dan berbagai
sumber makanan termasuk Larva nyamuk.3
2.5 Kerangka Teori
GAMBAR 2.9 : Kerangka teori
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 23/32
23
2.6 Kerangka Konsep
GAMBAR 2.10 : Kerangka konsep
2.7 Hipotesa
H0 : Tidak ada perbedaan antara ikan sepat dan ikan guppy dalam
memakan larva Culex quinquefasciatus
Ha : Ada perbedaan antara ikan sepat dan ikan guppy dalam
memakan larva Culex quinquefasciatus
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 24/32
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen, dimana ingin diteliti
perbandingan tingkat perbedaan ikan sepat dengan ikan guppy sebagai
predator Larva Culex quinquefasciatus.
3.2 Tempat dan Waktu penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Entomologi Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada tanggal 21 Januari sampai 23 Januari 2014.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti.15 Populasi dari penelitian ini adalah jumlah ikan sepat dan ikan
guppy yaitu sebanyak 10 ekor
3.3.2 Sample
Sample penelitian adalah semua populasi ikan Sepat (Trichogaster
trichopterus) dan ikan Guppy (Poecilia reticulata)
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 25/32
25
3.3.3 Kriteria sample
a) Kriteria inklusi
Ikan sepat : 16
- Ukuran 5 – 7 cm dari kepala sampai ekor
- Jantan : sirip dorsal yang meruncing
- Betina : sirip dorsal yang membulat
- Tubuhnya pipih
- Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut
Ikan guppy : 17
-
Ukuran 3 – 6 cm dari kepala sampai ekor
-
Ikan yang di pakai Jenis kelamin betina dengan ciri – ciri :
Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi
berupa sirip halus.
Tubuhnya gemuk.
Warnanya kurang cerah.
Sirip punggung biasa.
Kepalanya agak runcing.
Ikan sepat dan ikan guppy dalam keadaan tidak cacat secara
anatomi tubuhnya
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 26/32
26
b)
Kriteria eksklusi
Terjadi kecacatan anatomis pada kedua jenis ikan selama
penelitian
Mati selama masa aklimatisasi dan perlakuan berlangsung
Ukuran ikan sepat < 5 cm
Ikan nila, ikan cupang, ikan hias maanvis
Ukuran ikan guppy < 3 cm
Ikan guppy Jantan
3.3.4 Teknik sampling
Pengambilan sample di lakukan menggunakan metode Purposive Random
Sampling yaitu pemilihan sample berdasarkan atas sifat yang berkaitan
dengan kriteria yang telah di tentukan sehingga di dapatkan 10 sample.15
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Independent
Variabel bebas penelitian ini adalah ikan sepat, ikan guppy dan larva
nyamuk Culex quinquefasciatus.
3.4.2 Variabel Dependent
Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah larva nyamuk Anopheles
yang telah di makan.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 27/32
27
3.4.3
Variabel perancu
Variabel perancu penelitian ini adalah berat badan ikan sepat dan guppy,
berat badan larva nyamuk Culex quinquefasciatus,dan jenis kelamin ikan
sepat.
3.5 Bahan dan Alat – alat Penelitian
3.5.1 Bahan Penelitian
Objek penelitian ini adalah sebagai berikut :
a)
5 ikan sepat berukuran 5 – 7 cm
b) 5 ikan guppy berukuran 3 – 6 cm.
c) Larva Culex quinquefasciatus spp instar II dan IV
3.5.2 Alat – alat penelitian
Alat – alat yang di gunakan selama penelitian yaitu 4 buah toples bening
berukuran dengan Tinggi : 12 cm , Diameter : 15 cm , Mikroskop Monitor,
hygrometer termometer, saringan ikan, pipet, kain kasa, karet gelang,
baskom, aquades.
3.6 Cara kerja
3.6.1 Aklimatisasi Ikan
Ikan yang telah di pilih berdasarkan kriteria di masukan ke dalam
toples berukuran tinggi 12 cm dan diameter 15 cm yang telah di isi
aquades 1500 ml. Kemudian di Aklimatisasi dengan cara di biarkan
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 28/32
28
selama 1 malam dalam ruangan dengan suhu 24 – 250c, hal ini di lakukan
supaya suhu air tempat tinggal ikan sama dengan suhu lingkungan sekitar .
Lalu ikan sepat dan ikan guppy di pelihara di dalam toples tadi selama 2
hari untuk penelitian.
3.6.2 Penyediaan Larva Culex quinquefasciatus
Larva di dapat dari Laboratorium Entomologi Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan dengan jumlah 7200
ekor larva instar II dan IV. Di dapat dari perhitungan sebagai berikut :
300 X 4 X 3 X 2 = 7200
Keterangan :
300 = Jumlah larva yang di berikan tiap toples yang berisi ikan
4 = Jumlah toples
3 = Jumlah evaluasi yang di lakukan
2 = Jumlah hari
3.6.3 Prosedur percobaan
Taruh 4 Buah toples bening berukuran tinggi : 12 cm dan diameter
: 15 cm yang sudah terisi aquades dengan volume 1500 ml di tempat yang
sudah di sediakan lalu masukkan masing –
masing 1 ekor ikan pecobaan di
tiap toplesnya, untuk ikan sepat pertama di beri kode A1 dan yang kedua di
beri kode A2, sedangkan ikan Guppy di beri kode B1 dan B2, setalah ikan di
tempatkan di toples yang sudah berisi air kemudian di masukan larva
Culex quiquefasciatus instar II dan IV menggunakan pipet ke masing –
masing toples tadi dengan jumlah 300 ekor yang di hitung menggunakan
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 29/32
29
hand tally counter (sebelumnya larva sudah di pisahkan di toples kecil dan
sudah di hitung jumlahnya), kemudian tutup toples dengan kasa dan di ikat
dengan karet. Hitung berapa banyak larva yang di makan tiap Evaluasi
yang di lakukan mulai pukul : 06.00 – 11.30, 12.00 – 17.30, 18.00 – 06.00
wib. Tiap evaluasi, di hitung berapa banyak larva yang tersisa di toples,
lalu larva yang tersisa tadi di tambahkan lagi ke jumlah semula yaitu 300
ekor untuk evaluasi di jam selanjutnya. Evaluasi di lakukan supaya ikan
tidak di batasi dalam memakan jentik nyamuk. Percobaan di lakukan
selama 2 hari, dengan pengulangan yang sama.
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 30/32
30
3.7 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Skala
ukur
Variabel bebas :
Ikan sepat dan ikan
guppy
Ikan sepat : Ikan sepat
adalah salah satu jenis
ikan pemangsa jentiknyamuk di perairan
keruh seperti rawa,
dan sawah.
Ikan guppy : Ikanguppy adalah ikan hias
pemangsa jentiknyamuk sebagai pakan
di aquarium dan
merupakan ikan yang
mudah berkembang
biak di tempatmanapun seperti di
selokan – selokan.
Manual(Menggunakan
Jari)
Nominal
Variabel terikat :
Jumlah larva Culex
quinquefasciatus
instar II dan IVyang telah di
makan oleh kedua
jenis ikan dan di
bandingkan
Larva Culex
quinquefasciatus
adalah: bentuk
stadium kedua darinyamuk Culex yang
merupakan vektor
penyakit Filariasis.
Larva Culex
quinquefasciatus dapat
menjadi makanan bagi
ikan – ikan pemangsaatau predator.
Jumlah larva Culex
quinquefasciatus
adalah kemampuan
seekor ikan dalam
memangsa larva Culexquinquefasciatus
sebagai makanannya
atau banyaknya larva
Culex
quinquefasciatus yang
di makan atau di
mangsa selama
pengamatan.
Hand Tally
Counter
(Counter
tangan
manual)
Ikan secara
bersamaan akan
di beri larva
nyamuk Culexquinquefasciatus
masing – masing
sebanyak 300
ekor tiap
evaluasi pukul
06.00 – 11.30,
12.00 – 17.3018.00 – 06.00.
Di lakukan
selama 2 hari.
Lalu di hitung
larva yang
tersisa di masing- masing toples.
Nominal
Tabel 3.1 : Definisi operasional
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 31/32
31
3.8 Pengamatan
Pengamatan pada setiap ulangan percobaan ini di lakukan mulai
pukul : 06.00 – 11.30, 12.00 – 17.30, 18.00 – 06.00 wib. Di hitung berapa
ekor larva yang tersisa tiap kali evaluasi.
3.9 Alur Penelitian
Gambar 3.1 : Alur penelitian
7/18/2019 BOBROK
http://slidepdf.com/reader/full/bobrok 32/32
32
3.10 Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dari
lembar observasi, yaitu hasil pengamatan banyaknya jumlah larva Culex
quinquefasciatus yang di makan ikan Sepat (Trichogaster trichopterus)
dan ikan Guppy (Poecilia reticulata).
3.11 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui data primer, maka di lakukan tahap
pengolahan data. Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan
program software komputer.
3.12 Analisis Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil penelitian maka data di analisis
dengan uji-t (t-test). Uji-t di pergunakan untuk menganalisis data dengan
variabel bebas nominal ( 2 nilai ) dengan variabel tergantung berskala
numerik. Di bedakan 2 jenis uji-t, yaitu uji-t untuk kelompok independen
dan untuk kelompok berpasangan.
18
Dalam penelitian ini di gunakan uji-t
independent.