Bn

26
Bab i Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD. EKG. Jakarta 1996. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalinan masih dtangani oleh petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah. Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron. Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selama kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan

description

ha

Transcript of Bn

Page 1: Bn

Bab iPendahuluan

A.    LATAR BELAKANG                        Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik> 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD. EKG. Jakarta 1996.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalinan masih dtangani oleh petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.

Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron.

Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selama kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.

B.RUMUSAN MASALAH  Apa yang Dimaksud Dengan Hipertensi dan Hipertensi pada kehamilan?  Apa Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil?  Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil dan Tingkat keamanan menurut FDA  Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” didasarkan pada tempat regulasi utama atau titik

tangkap kerjanya dan Tingkat  keamanan obat (FDA)C.TUJUANMahasiswa Diharapkan Mampu Mengetahui Tentang :

Page 2: Bn

  Mengetahui pengertian Hipertensi Pada Kehamilan.  Mengetahui Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil  Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.Memahami  Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan Penyebabnya  Memahami Pengobatan Farmakologis  Memahami Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” didasarkan pada tempat regulasi

utama atau titik tangkap kerjanya dan Tingkat  keamanan obat (FDA)

BAB IIPEMBAHASAN           

A.    Definisi

a.       Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-100

Hipertensi Tingkat 2 >160 >100

(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)

Masa kehamilan adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus akan kesehatan ibu

dan janin atau bayi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.Hipertensi

merupakan penyakit umum yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan

darah. Penyakit tersebut dapat menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik

pada ibu dan janin/ bayi yang dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi memiliki resiko

terjadinya komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah dan organ, sedangkan janin atau

bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu adanya

penatalaksanaan khusus pada ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil tidak menyadari bahwa

mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala yang

spesifik.

Oleh karena itu diperlukan monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur

menggunakan tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit berubah, sedangkan

Page 3: Bn

tekanan diastolik menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal kehamilan (minggu ke 13-20) dan

akan naik kembali pada trimester ketiga. Anief, Moh, 1996

Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan variasi tekanan darah

yang besar. Dalam melakukan penatalaksanaan ini, perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada

kehamilan. “Menurut laporan National High Blood Pressure Education Program Working

Group tahun 2000” tentang hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi pada ibu

hamil yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional, dan preeklamsia. Diagnosis hipertensi

kronik didasarkan pada riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau kenaikan tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/90 mmHg sebelum kehamilan minggu ke-20 dengan minimal dua

kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama.

Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan tekanan

diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan diastolik 110

mmHg atau lebih.

Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya

preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler dan

ginjal. Hipertensi gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah kehamilan minggu ke-

20. Umumnya tekanan darah akan kembali normal tanpa terapi obat. Preeklamsia digambarkan

sebagai kejadian hipertensi, udem, dan proteinuria (protein dalam urin) setelah kehamilan

minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia disebabkan

oleh kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi kerusakan pada

plasenta dan kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume plasma dan

penurunan resistensi pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan pengurangan perfusi

pada plasenta, ginjal, liver, dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil adalah kejang,

Page 4: Bn

hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem pada paru, gagal ginjal, hemoragi hati dan kematian.

Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat, hipoksemia, asidosis, prematur, dan

kematian. Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi preeklamsia atau lebih

parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan. Sasaran terapi dalam

pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah.

Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik

dibawah 110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden

preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan

kardiovaskuler. Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi

farmakologi. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan pada

wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg).

Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan aktivitas, banyak istirahat, pengawasan

ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak, tidak merokok, dan

menghindari minuman beralkohol.

Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan utama

untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang

dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk

golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-

adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak.

Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut

jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor.

Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan

belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

C.    Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya

1.      Hipertensi Esensial/ Primer

Usia, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%.

Page 5: Bn

2.      Hipertensi Sekunder

Kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit adrenal. Sekitar

10%.

D.    Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” dan berdasarkan pada tempat regulasi utama

atau titik tangkap kerjanya

1.      DIURETIKBekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan

ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.

  Khasiat antihipertensi diuretik :

adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga

mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah jantung,

sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume

plasma kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung

kembali mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer menurun.

Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi karena

adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma yang terus-

menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial berakibat

berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance)

vaskular.

A.    DIURETIK TIAZID

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang

menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros

kalium.1)      ( TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HTC ) )

Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah,

curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan

klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan

Page 6: Bn

Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya

GFR.

         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang

ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.

         Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal

kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.

Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah

menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah

garam)

         Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan,

hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi

sulfonamide, gangguan saluran cerna.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA :  Katagori C

         Dosis :

o   Dewasa 25 – 50 mg/hr

o   Anak 0,5  –  1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam

B.    LOOP DIURETIC

Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari

dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau

ketat. (Furosemid/Lasix)

1)      FUROSEMIDE

         Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.

         Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.

         Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium

pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa

henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.

         Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi.

Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk

menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung

kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.

         Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui

Page 7: Bn

         Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,

dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,

hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.

            Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila

diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas

silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

         Dosis : Dewasa 40 mg/hr

Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

C.     DIURETIK HEMAT KALIUM

            Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan

dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.

(Spirinolactone)

1)      AMILORID (MIDAMOR)

         Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam

tubulus kontortus distal.

         Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek

hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.

         Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes

militus dapat mengalami intoleransi glukosa.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

2)    SPIRONOLAKTON (ALDACTONE)

         Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki

jerja serupa dengan amilorid.

         Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan

sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak

diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit

berminyak, hirsutisme, ginekomastia).

Page 8: Bn

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

3)    TRIAMTERIN (DYRENIUM)

         Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+

dalam tubulus koligentes.

         Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.

         Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah

ginjal. Lain-lain seperti amilorid.

D.  DIURETIK OSMOTIK

Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal.

(Manitol/Resectisol)

1)    MANITOL (MIS. RESECTISOL)

         Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya

menaikkan volume plasma dan tekanan darah.

         Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan

kelebihan dosis beberapa obat.

         Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,

kebingungan, dan nyeri dada.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

2.    ANTI ADRENERGIK     Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor ß1)

dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada pasien hipertensi, efek

adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan

antagonisasi reseptor adrenergik.

a.        Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;

dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral mencegah aliran keluar

simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor α2 penghambat. Antiadrenergik

Page 9: Bn

perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal yang berakhir di jantung).

Obat-obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.

b.        Blocker alfa dan beta

bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor α1

oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor ß1 mencegah perangsangan

adrenergik pada jantung.

 A.  ANTAGONIS RESEPTOR BETA

Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.1)      ASEBUTOL (BETA BLOKER)

         Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.

         Sediaan obat : tablet, kapsul.

         Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka

outflow simpatetik perifer.

         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif

hipertropi, tirotoksitosis.

         Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.

         Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu

         Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic

tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi

nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium

          Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C2)      ATENOLOL (BETA BLOKER)

Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja

dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.

         Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor

adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.

Page 10: Bn

         Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia

         Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok

kardiogenik, anuria, asma, diabetes.

         Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,

impotensi.

         Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid

meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid

ergot.

         Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3)      METOPROLOL (BETA BLOKER)

         Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada

reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di

ginjal.

         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan

dapat diberikan beberapa kali sehari.

         Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga

menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier

plasenta dan dapat masuk ke ASI.

         Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris

         Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal

jantung tersembunyi

         Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare

         Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya

         Dosis : 50 – 100 mg/kg

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C4)      PROPRANOLOL (BETA BLOKER)

         Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral

Page 11: Bn

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat

pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.

         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan

dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing

dengan obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.

         Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga

menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier

plasenta dan dapat masuk ke ASI.

         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi,

miokard infark, feokromositoma

         Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II

dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita

haminl dan menyusui.

         Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.

         Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat

hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti

jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin

meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol

menurukan absorbsinya.

         Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

B.     ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA

Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap

rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.

OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL.

1)      METILDOPA

         Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma),

Hyperpax (Soho)

Page 12: Bn

         Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek

segera.

         Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas

         Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,

anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung

tersumbat

         Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,

disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi

         Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan

         Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus

intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

OBAT ANTIADRENERGIK  PERIFER

1)      RESERPIN (MIS. SERPASIL)

Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer

dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah

jantung.

Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada

kelainan psikiatri.

Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan

sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan

norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh

diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

2)      GUANETIDIN (MIS. ESIMEL)

Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan

norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan

norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks

takikardi karena kosongnya norepinefrin.

Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.

Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan

Page 13: Bn

pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah

jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3)      GUANEDREL (HYLOREL)

Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada

awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.

Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.

Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

4).  PARGILIN (EUTONYL)

Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat

pelepasan norepinefrin.

Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.

Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,

aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat

(pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik. ]

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

C. ANTAGONIS KALSIUM

Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks

kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.1)      DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)

         Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.

         Sediaan obat : Tablet, kapsul

         Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel

calcium.

         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.

         Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.

         Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.

Page 14: Bn

         Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap

konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin

meningkatkan efeknya.

         Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

2)      NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)

         Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.

         Sediaan obat : Tablet, kaplet

         Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.

         Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.

         Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.

         Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.

         Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi

angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan

bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.

         DOSIS : 3 X 10 MG/HR

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C3)      VERAPAMIL (ANTAGONIS KALSIUM)

         Nama paten : Isoptil

         Sediaan obat : Tablet, injeksi

         Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler

sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer

sehingga menurunkan penggunaan oksigen.

         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.

         Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II

dan III, hipersensivitas.

         Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia,

kulit kemerahan.

         Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut,

kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian

Page 15: Bn

bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar

karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas

jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi

bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.

         Dosis : 3 x 80 mg/hr

         ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3.    VASODILATORContoh vasodilator antara lain:

a.       Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)

Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE dapat

menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh. A. ACE INHIBITOR

Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk

mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara

langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron,

maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui  urine sehingga volume plasma dan

curah jantung menurun.1)      KAPTOPRIL

         Nama paten : Capoten, Zestril

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan

angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat

ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan

aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin,

prostaglandin).

         Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan

rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar

glukosa tidak dipengaruhi.

         Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan

wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,

ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.

Page 16: Bn

         Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.

         Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki

factor resiko kategori C pada  kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan

tiga

         Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur,

myalgia.

         Interaksi obat :  hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh

diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin

dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.2)      RAMIPRIL

         Nama paten : Triatec

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas

vasopressor dan sekresi aldosterone.

         Indikasi : hipertensi

         Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati – hati

pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

         Dosis : awal 2,5 mg/hr

         Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada  kehamilan trimester satu, dan

kategori D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi menyebabkan

tetatogenik.

         Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.

         Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin

menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

BLOCKER PINTU MASUK KALIUM

Mencegah influks kalsium ke dalam sel-sel otot dinding pembuluh darah. Otot polos

membutuhkan influks kalsium ekstrasel untuk kontraksinya. Blockade influks kalsium mencegah

kontraksi, yang menyebabkan vasodilatasi.

Page 17: Bn

C.    VASODILATOR LANGSUNG

Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme yang belum

jelas, tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote vascular.

1)      Hidralazin

         Nama paten : Aproseline

         Sediaan obat : Tablet

         Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,

meningkatkan denyut jantung.

         Indikasi : hipertensi, gagal jantung.

         Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.

         Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.

         Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :

         Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit kemerahan.

         Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

2)      DIAZOKSID (HYPERSTAT)

         Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis

kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan

meningkatkan pelepasan glukosa hati.

         Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat

hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.

         Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya.

Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.

         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

Page 18: Bn

5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARANTabel   (Deuritik)

GolonganObat

 Merek dagang

Indikasi Kontraindikasi Efek tak diharapkan

Tiazid HydrodiurilIdeal untuk hipertensi, dan edema-kronik

Ibu hamil, anuriaHipokalemia,Hiperglikemi,Oliguria, anuria, hiperkalsemia

Loop diureticLasik (furosemid)

Untuk darurat hipertensi, edema, dan edema paru

Kekurangan elektrolit, anuria

Dehidrasi, hipokalemia, hiperglikemi, hipovolemia

Antagonis reseptor aldosteron

Midamor (amilorid)

Dapat mengoreksi alkalosis metabolik

Hiperkalemia berat dengan suplemen kalsium

Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air

Page 19: Bn

Tabel     (Simpatolitik)

GolonganObat

Merek dagang indikasi kontraindikasiEfek tak diharapkan

α – blockerKlonidin (Catapresan)

Baik untuk hipertensi

Bradikardi,hipotensi,sindrom simpul sinus

Mulut kering, hipotensi, bradikardi, sedasi

β – blockerAtenolol (Tenormin)

Baik untuk hipertensi ringan dan sedang

Diabetes berat, bradikardi, gagal jantung, asma

Depresi dan sedasi susunan saraf pusat

Tabel     (Penghambat Angiotensin)

GolonganObat

  Merek  Dagang

indikasi kontraindikasiEfek tak diharapkan

ACE inhibitorKaptopril(Capoten)

Hipertensi dengan renin tinggi,

Hipotensi, pusing, ruam, takikardi

ARBLosartan  (Lozaar)

Hipertensi esensial

Gangguan fungsiginjal, anak-anak, kehamilan, masa menyusui

Vertigo, ruam kulit, gangguan ortostatik

 Tabel     (Vasodilatator) Golongan Merek  indikasi kontraindikasi Efek tak

Page 20: Bn

Obat dagang diharapkan

Hidralazin Apresoline Hipertensi sedangPenyakit jantung iskemik

Retensi cairan, palpitasi, refleks takikardi

Monoksidil LonitenHipertensi yang belum terkontrol

Penyakit jantung iskemik

Lesi otot jantung, hidralazin, hirsutisme,

Nitroprusid Nipride Krisis hipertensiHipotensi berat, hepatotoksisitas

BAB IIIPENUTUP

A.    KesimpulanHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan

tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.

Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.

Page 21: Bn

Pengobatan Farmakologis1.      Diuretik2.      Antagonis Reseptor- Beta3.      Antagonis Reseptor-Alfa4.      Kalsium Antagonis5.      ACE inhibitor6.      Vasodilator

B.     SaranAgar kiranya makalah ini digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu, terutama tentang obat antihipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

      Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Ed.8. Jakarta : Salemba

Medika Glance.

      Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed2.Jakarta : Media medika.

      Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.

      Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.

      Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi

      Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan penggunaan, UGM Press;

Yogakarta

      Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press; Jakarta

      http://www.docstoc.com/docs/7804134/DIURETIK; diakses hari selasa tanggal 20 maret

2012