Blok 1 Modul2 (Komunikasi Pbl1)
-
Upload
sharon-rodriguez -
Category
Documents
-
view
29 -
download
15
description
Transcript of Blok 1 Modul2 (Komunikasi Pbl1)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan hubungan kerjasama antara dokter-pasien diperlukan
komunikasi yang efektif, perilaku, dan kepribadian yang baik agar dalam melakukan
hubungan kerjasama dokter-pasien dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga
antara dokter-pasien mendapatkan kepuasaan tertinggi, terutama bagi pasien yang harus
mendapatkan manfaat yang lebih banyak daripada dokter. Hal itu juga dapat mengurangi
malpraktik yang akhir-akhir ini sering terjadi akibat kurangnya komunikasi antara
dokter-pasien. Dengan menerapkan hal ini, antara dokter-pasien akan tercipta hubungan
yang baik apalagi jika dokter-pasien melakukan komunikasi dua arah yang saling
berganti peran antara pembicara dan pendengar yang tergolong efektif dan empati.
Komunikasi sudah terjadi saat pertemuan pertama antara dokter-pasien yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi dan data pasien maupun keluarga pasien.
Pada makalah ini, contohnya akan membahas kasus seperti, pasien laki-laki 35
tahun, datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdarah. Batuk seperti ini
pernah dialaminya 2 tahun yang lalu. Pasien berobat untuk sakitnya tersebut dan dan
stop obat karena boasan minum obat yang direncanakan dokter akan berlagsung minimal
6 bulan. Pasien saat ini masih merokok 20 batang rokok per hari.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini :
- Dokter-pasien saling mengetahui pentingnya komunikasi efektif dalam melakukan
pengobatan
- Dokter-pasien berperilaku yang baik dalam melakukan hubungan kerjasama
- Dokter-pasien berkepribadian baik dalam melakukan hubungan kerjasama
- Mampu memahami maksud medik yang dilakukan dokter untuk memberikan
informasi kepada pasien dan pasien mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.
1.3 Butir Penting
- Komunikasi dokter-pasien
- Perilaku
- Kepribadian
1
1.4 Manfaat
- Memahami komunikasi yang dilakukan dokter-pasien
- Memahami perilaku antara dokter-pasien
- Memahami kepribadian antara dokter-pasien
- Mampu menerapkan komunikasi, perilaku, dan kepribadian yang baik
1.5 Rumusan Masalah
- Pasien mengalami bstuk berdahak
- Pasien stop meminum obat
- Pasien merokok 20 batang per hari
1.6 Hipotesis
Pasien stop mengonsumsi obat dan tetap merokok karena dipengaruhi oleh perilaku,
kepribadian, dan komunikasi dokter-pasien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Dokter-Pasien
[1]Aplikasi ilmu kedokteran di dalam praktek kedokteran terletak pada
hubungan dokter dengan pasiennya. Komunikasi pasien ini diperlukan untuk mendapatkan
informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, agar dokter dapat membuat
diagnosis dan prognosis. Selain itu, komunikasi membantu pasien membantu kerjasama
penyembuhan pasien. Penggunaan komunikasi dokter-pasien sudah ada sejak zaman dahulu.
Saat itu, alat penunjang diagnosis sangat terbatas dan agama tertentu yang tidk mengijinkan
dokter pria untuk menyentuh wanita. [1] Komunikasi dokter-pasien ini sangat penting sehingga
disebut Art of Medicine.[1] Komunikasi ini sangat alamiah dan merupakan seni dalam
berkomunikasi praktik kedokteran.
Hubungan dokter-pasien ada yang bersifat khusus dan pribadi. Sifat khusus
dokter yaitu dokter merupakan profesi penyembuh dan menjadi kesediaan pasien untuk
menyerahkan sebagian rahasia pribadinya kepada dokter. Profesi dokter yang khusus ini pula
membuat pasien memiliki fantasi dan perasaan tertentu, yang dapat mempengaruhi sikapnya.
Sedangkan sifat pribadi dokter yaitu diperlukan adanya sikap saling hormat terhadap pribadi
orang lain dan keterampilan membangkitkan dan memelihara pasien supaya mau berkerja
sama dan mempunyai motivasi untuk sembuh.
Dalam komunikasi ada beberapa macam bentuk komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi berdasarkan sifat :
Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah proses interaksi penuh makna antara sesama manusia yang
dilakukan melalui kata-kata atau ucapan. Komunikasi ini memerlukan adanya
mendengar aktif yaitu adanya kontak mata, trampil berdialog, memahami perasaan,
mengendalikan emosi, dan empati. Contoh : Seorang dokter menjelaskan kapan
pasien minum obat secara jelas dengan kualitas suara yang lembut, tidak cepat dan
intonasinya tidak rendah dan tidak tinggi serta menatap pasien.
3
Komunikasi non nerbal
Komunikasi non verbal adalah cara memberi dan menerima pesan, baik secara verbal
maupun non verbal diantara individu tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi ini
ditujukan melalui isyarat, ekspresi wajah, gerakan tubuh, pakaian, gaya rambut dan
paralinguistik yang artinya kualitas suara, emosi, gaya bicara, ritme bicara, dan
intonasi.
2. Komunikasi berdasarkan arah pesan :
Komunikasi searah, yaitu komunikasi yang berasal dari satu sumber dan tidak ada
umpan balik.
Komunikasi dua arah, yaitu komunikasi timbal balik yang memungkinkan pemberi
dan penerima pesan mengatur tingkat pemahaman.
3. Komunikasi berdasarkan sasaran :
Komunikasi Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasaran kelompok orang
dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.
Komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang
pada umumnya dapat dihitung dan dikenal. Komunikasi kelompok merupakan
komunikasi langsung dan timbal balik.
Komunikasi perorangan, yaitu komunikasi dengan tatap muka
Faktor yang mempengaruhi komunikasi :
1. Latar belakang budaya[2]Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui
kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator
dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
2. Ikatan kelompok atau group[2]Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara
mengamati pesan.
3. Harapan[2]Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Pendidikan[2]Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam
menyikapi isi pesan yang disampaikan. Maka dari itu, pendidikan kesehatan saat
4
ini banyak memperkenalkan berbagai program baru untuk mengajarkan
kemampuan dalam melakukan komunikasi dokter-pasein
5. Situasi[2]Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.
2.2 Perilaku
[3]Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
merupakan aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
[3] Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku sehat, perilaku wajar, perilaku
dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam kedokteran perilaku
seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau
yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Faktor yang mempengaruhi perilaku :
a. Faktor individu
Kesadaran dan pengetahuan (tentang resiko kesehatan, cara mencegah
kesehatan,dsb)
Karakteristik biofisik (misalnya genetik dan kerentanan sistemik)
Sikap dan motivasi personal
Tahap-tahap perkembangan (misalnya remaja, dewasa, dsb)
Sosialisasi perilaku/kebiasaan (misalnya dari orangtua, keluarga)
b. Faktor social/budaya/kelompok
Pola hidup kelompok social/sebaya
Sikap/kepercayaan kultural (dan implikasinya terhadap kesehatan)
Tingkat dukungan social
c. Faktor social ekonomi dan struktural
Kemiskinan
Pendidikan
Akses ke layanan kesehatan dan pencegahan/informasi
Tekanan social, seperti perselisihan sipil, kekerasan dalam lingkungan sekitar,
diskriminasi rasial dan diskriminasi lainnya
5
Akses terhadap air bersih
d. Faktor politik
Kebijakan dan pendanaan untuk program promosi kesehata
Asuransi kesehatan (kebijakan, biaya, ketersediaan)
Perundang-undangan yang berdampak pada resiko kesehatan (misalnya
larangan menjual rokok pada anak di bawah umur)
e. Faktor lingkungan
Adanya resiko di lingkungan, seperti polusi udara dan air
Bencana alam
Kondisi yang memungkinkan penyebaran penyakit menular
Perubahan perilaku :
Perubahan perilaku mulai dipelajari pada perorangan melalui pendekatan ilmu
kejiwaan. Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik, psikis dan sosial
yang dapat menyangkut satu materi terbatas dan melibatkan banyak orang (kelompok atau
masyarakat). Perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.
Arahan perubahan bergantung pada besarnya pengaruh kekuatan-kekuatan pendorong
dan penahan yang berarti dapat positif atau negatif. Terbentuknya perilaku dapat terjadi
karena proses kematangan dan yang paling besar pengaruhnya dari proses interaksi dengan
lingkungan.
Tahapan perubahan perilaku :
1. Prekontemplasi
Belum ada niat perubahan perilaku
2. Kontemplasi
Individu sadar adanya masalah dan secara serius ingin mengubah perilakunya
menjadi lebih sehat
Belum siap berkomitmen untuk bertindak
3. Persiapan
Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan
Sudah pernah melakukan tapi mungkin masih gagal
4. Tindakan
6
Tindakan sudah melakukan perilaku sehat sekurangnya 6 bulan dari sejak
mulai usaha memberlakukan perilaku sehat
5. Pemeliharaan
Individu berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan
Mungkin berlangsung lama
2.3 Kepribadian
[4]Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.[4] Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Faktor penentu kepribadian :
1. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.[4] Tinggi fisik, bentuk wajah,
gender, temperamen, dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap,
dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu.[4] Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang
memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadian seseorang.[4] Dasar pertama berfokus pada penyokong
genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. [4] Dasar kedua berfokus pada anak-anak
kembar yang dipisahkan sejak lahir.[4] Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.[4]Penelitian ini memberi kesan bahwa lingkungan
pengasuhan pada anak tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian.
2. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter
adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan yaitu dalam norma dalam
keluarga, teman, dan kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia
dapat alami.[4] Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang.
BAB III
7
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dokter-pasien merupakan langkah pertama yang menentukan
kepercayaan dan kenyamanan dalam pengobatan yang dilakukan dokter. Dalam komunikasi
dokter-pasien, dokter harus bisa menyesuaikan perannya dalam komunikasi dan
menggunakan komunikasi empatik supaya komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Perilaku
dan kepribadian pasien juga dapat mempengaruhi komunikasi antara pasien dan dokter tetapi
semua itu dapat dikomunikasikan dengan baik jika segala faktor buruk yang mempengaruhi
pasien dapat diubah menjadi baik dan dapat meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
3.2 Saran
Komunikasi, perilaku, dan kepribadian antara dokter-pasien haruslah berjalan sangat
baik dengan menghilangkan sikap buruk yang ada pada diri dokter dan pasien supaya
mendapatkan kepuasaan antara dokter-pasien, terutama pasien yang harus lebih mendapatkan
manfaat dan kepuasaan lebih banyak.
8