blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan...

10
Denudasi Dan Deposisi Terhadap Pembentukan Kabupaten Magetan Tugas Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Analisis Lahan Dosen Pengampu : Dr.Ir. SUDARTO,M.S. Kelas : C Disusun oleh : Naely Rohmah 115040200111038 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

Denudasi Dan Deposisi Terhadap Pembentukan Kabupaten Magetan

Tugas Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Analisis Lahan

Dosen Pengampu : Dr.Ir. SUDARTO,M.S.

Kelas : C

Disusun oleh :

Naely Rohmah 115040200111038

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

DENUDASI DAN DEPOSISI

Denudasi adalah pengikisan lapisan atas permukaan bumi oleh tenaga eksogen

sehingga menjadi kurang subur. Lapisan batuan yang lapuk pada lereng – lereng pegunungan

selalu dipengaruhi oleh gaya berat. Jika kecepatan pelapukan tidak dapat mengikuti

kecepatan runtuhnya lapisan batuan, maka batuan asli akan terkelupas dan terbuka.

Hilangnya lapisan atas batuan lapuk juga dipengaruhi oleh deflasi, yaitu tenaga yang berasal

dari air es dan angin.

Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite (bahan rombakan dari tanah)

2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut karena erosi

dan gerakan tanah

Sedimentasi merupakan proses tenaga eksogen yang merupakan proses kelanjutan

dari pengikisan atau pelapukan. Setelah lapisan batuan dikikis oleh tenaga eksogen (air,

gletsyer, angin) hasil pengikisan akan mengalami transportasi atau pengangkutan oleh air,

gletsyer, angina, dan apabila daya angkut tenaga berkurang material yang dibawanya akan

terendap (tersedimentasi). Sedimentasi batuan merupakan hasil dari pelapukan, erosi dan

denudasi dengan hasil biasanya berlapis-lapis. Apabila hasil pelapukan pada sedimentasi

tersebut terdiri dari batuan yang berupa hancuran kasar maka batuan tersebut disebut

konglomerat, sedangkan apabila batuan tersebut bersudut tajam, maka disebut breccie.

Struktur dan tektonika Madiun

Sebagian besar wilayah Kabupaten Magetan terbentuk dari hasil gunung api kuarter

muda yang terdiri dari lereccia, tuff, dan lakiri. Secara morfogenesis pebukitan di Kabupaten

Magetan dipengaruhi oleh struktur lipatan, sesar dan sifat litologi yaitu Bagian Barat Laut

yang ditempati Gunung Lawu termasuk dalam jalur gunung api kuarter yang masih

giat,Bagian Selatan termasuk dalam jalur Pegunungan Selatan.Perbukitan di utara sungai

Tirtomoyo merupakan pebukitan lipatan berarah Timur Laut - Barat Daya.Perbukitan tinggi

di sisi Selatan Sungai Tirtomoyo selain terlipat juga tersesarkan.

Kegiatan terktonika berikutnya diduga terjadi pda akhir Meiosen tengah yang

mengakibatkan ketiga formasi tersebut terlipat, tersesarkan dan terkekarkan. Bidang

lipatannya secara umum berarah barat-tenggara. Sejumlah kelurusan, baik berupa sesar

maupun kekar, umumnya berarah timurlaut-baratdaya, dan sebagian kecil baratlaut-tenggara

danutara-selatan. Bersamaan dengan kegiatan tektonika ini, terjadi pula kegiatan magmatik

dengan munculnya retas andesit, dasit dan mikrodiorit.

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

Di lembar ini kegiatan tektonika di lajur kendeng terjadi pada awal pleistosen akhir.

Kegiatan itu ditandau dengan terlipatnya Formasi Notopuro, walau sangat lemah. Dengan

lipatan timur-barat, dan miring ke selatan.

Pola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-

berat daya dan barat laut-tenggara, dan sedikit yang berarah utara-selatan. Pola ini sama

dengan pola kelurusan di pegunungan selatan. Sebagian kelurusan itu berkembang menjadi

sesar dan kekar. Sesar utama di daerah ini ialah sesar K. Kuncir dan sesar K. Klepon. Kedua

sesaar itu merupakan sesar turun, yang membentuk terban diantaranya.

Terbentuknya struktur di batuan gunung api kuarter itu diduga disebaban oleh penggiatan

kembali yang mengalasi batuan gunungapi, perkiraan ini didasarkan kepada pola struktur di

batuan gunungapi yangsama dengan pola struktur batuan ologosen-meiosen di pegunungan

selatan. Penggiatan kembali itu dduga berlangsung pada plistosen akhir, bersamaan dengan

perlipatan Formasi Notopuro.

Secara fisiografi daerah Magetan (Gambar 2.1) termasuk Zona Randublatung dan

Depresi Tengah Jawa serta Zona Gunungapi Kuarter meliputi G. Lawu (Bemmelen, 1949).

Bentang alam Kabupaten Magetan terdiri dari Perbukitan volkanik Kwarter dan Perbukitan

volkanik Tersier. Perbukitan volkanik Kwarter dengan sumber erupsi utamanya G. Lawu

mempunyai penyebaran terluas di wilayah Kabupaten Magetan, diawali dari puncak G.

Lawu, menyebar ke arah timur , timurlaut dan tenggara. Secara morfografi dan morfogenesa,

wilayah Kabupaten Magetan dapat dibagi menjadi lima satuan bentuklahan yaitu:

1. Dataran Aluvial melampar di sebelah utara sampai selatan di bagian timur Kabupaten

Magetan, ketinggian antara 50 sampai 100 m diatas permukaan laut.

2. Kaki Gunungapi melampar di bagian utara ke selatan sampai bagian tengah Kabupaten

Magetan, ketinggian antara 100-150 m diatas permukaan laut.

3. Lereng Gunungapi terdapat dibagian tengah wilayah yang melampar luas dari utara sampai

selatan Kabupaten Magetan dengan ketinggian antara 150-950 m diatas permukaan laut.

4. Kerucut Gunungapi terletak disebelah timur Kabupaten Magetan yang berketinggian antara

550-3265 m diatas permukaan laut dan G. Lawu merupakan puncak tertinggi.

5. Kerucut Parasiter terdapat di bagian tenggara G. Lawu, antara lain di G. Bancak, G.

Bungkuk dan G. Butak.

Berdasarkan karakteristik lereng, Kabupaten Magetan terdiri dari beberapa klas kelerengan, yaitu: 1. Kemiringan 0-5 % (0-3°), merupakan wilayah datar dengan luas 180.17 km2 atau 25.46%

dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

2. Kemiringan 5-30 % (3-17°), merupakan wilayah bergelombang halus-sedang dengan luas

146.56 km2 atau 20.71% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

3. Kemiringan 30-50 % (17-27°), merupakan wilayah bergelombang agak kasar dengan luas

189.90 km2 atau 26.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

4. Kemiringan 50-70 % (27-36°), merupakan wilayah bergelombang kasar dengan luas

wilayah 128.47 km2 atau 18,15% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

5. Kemiringan >70 % (36-90°), merupakan wilayah bergelombang sangat kasar dengan luas

wilayah 62.52 km2 atau 8.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

(Kabupaten Magetan, 2008, Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magetan,

Pemerintah Kabupaten Magetan, hal 2-3.)

Gambar. Peta tatanan fisiografi regional (Bemmelen, 1949).

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

Struktur geologi yang dijumpai di daerah pemetaan adalah sesar dan kekar yang

berupa sesar normal dan sesar geser, mensesarkan patahan yang lebih dahulu terbentuk. Pada

zona sesar merupakan daerah yang lemah, sehingga umumnya pada daerah ini banyak

berkembang peristiwa alam gerakantanah. Struktur sesar biasanya dicirikan oleh gawir-gawir

tegak memanjang seperti terdapat di daerah G. Cemoro Penganten dan G. Puncakdalang.

Oleh karena itu faktor geologi akan dipertimbangkan dalam pemetaan zona kerentanan

gerakantanah. Struktur kekar dijumpai pada lava andesit, yaitu berupa kekar tiang dan kekar

lembaran, seperti yang dijumpai di daerah G. Lawu. Sesar-sesar lain umumnya berarah barat-

timur, baratlaut-tenggara, dan baratdaya-timurlaut menempati komplek batuan volkanik

Lawu Tua dan sebagian kecil batuan volkanik Lawu Muda. Sesar atau kekar juga ditemui

pada batuan volkanik Tersier yang mepunyai arah barat daya-timurlaut, seperti didaerah G.

Bungku, G. Bancak dan G. Pacet. Adanya struktur sesar, kekar juga sangat berpengaruh

terhadap terjadinya gerakan tanah

Gambar.Struktur geologi Jawa Timur (Sudrajat, Untung, dkk, 1975).

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

Gambar. Peta kerangka tektonik Jawa Tengah-Jawa Timur bagian utara (Sutarso &

Suyitno, 1976).

Faktor-faktor penyebab gerakan tanah merupakan fenomena yang mengkondisikan

suatu lereng menjadi berpotensi untuk bergerak atau longsor, meskipun pada saat ini lereng

tersebut masih stabil (belum longsor). Lereng yang berpotensi untuk bergerak ini baru akan

bergerak apabila ada gangguan yang memicu terjadinya gerakan. Faktor-faktor penyebab ini

umumnya merupakan fenomena alam (meskipun ada yang bersifat non alamiah), sedangkon

gangguan pada lereng atau faktor penyebab dapat berupa proses alamiah atau pengaruh dari

aktivitas manusia ataupun kombinasi antara keduanya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan mengacu pula pada Varnes (1978) dan

Direktorat Geologi Tata Lingkungan (1996) mengidentifikasi faktor-faktor pengontrol

terjadinya gerakan tanah sebagai berikut:

1. Kondisi geomorfologi (kemiringan lereng)

2. Kondisi tanah/batuan penyusun lereng

3. Kondisi iklim

4. Kondisi hidrologi lereng

5. Erosi sungai

6. Getaran

7. Aktivitas manusia

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/nara/files/2014/04/Denudasi-Dan-Deposisi... · Web viewPola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timur laut-berat daya dan barat

Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah perbukitan dan

pegunungan, sehingga banyak dijumpai lahan yang miring. Lereng atau lahan yang miring ini

berpotensi atau berbakat untuk mengalami gerakan tanah. Semakin besar kemiringan suatu

lereng dapat mengakibatkan semakin besarnya gaya penggerak massa tanah/batuan penyusun

lereng.

Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua lahan yang miring selalu rentan

untuk bergerak. Jenis, struktur, dan komposisi tanah/batuan penyusun lereng juga berperan

penting dalam mengontrol terjadinya gerakan tanah. Sering kita jumpai di lapangan, lereng

batuan yang kompak dan masif akan tetap berciri tegak dan stabil, meskipun lereng tersebut

merupakan tebing yang curam. Hal ini disebabkan karena masif dan kompaknya batuan

penyusun lereng (kohesi dan kuat gesernya cukup besar untuk mempertahankan kestabilan

lereng)

Gerakan tipe luncuran dan nendatan cenderung terjadi pada lereng lebih curam dari

20°. Sebaliknya, gerakan tipe rayapan akan terjadi pada lereng dengan kemiringan landai

(20°).