blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian...

11
Pendahuluan Era globalisasi merupakan masa dimana batas-batas antar wilayah sudah menjadi samar. Jarak dan waktu sangat mudah menembus wilayah satu dengan wilayah lainnya dalam hitungan detik, kecepatan yang luar biasa. Dengan tekhnologi masa kini, dunia semakin mengglobal, dimana perubahan arus informasi semakin cepat. Globalisasi telah mengubah cara pandang, gaya hidup, interaksi, perilaku, nilai-nilai yang terkandung dalam tatanan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Perubahan ini memberikan dampak positif dan sekaligus negatif bagi perkembangan dunia mdern saat ini. Berbagai dampak positifnya adalah kemajuan tekhnologi dan informasi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk hidup lebih maju, prakmatis, dan efesien dalam berbagai bidang kehidupan. Berbagai dampak negatifnya adalah cara pandang, perilaku dan nilai-nilai yang bergeser maknanya. Terminologi pragmatis dan instant, fungsional membuat masyarakat cenderung menghalalkan segala cara. Selain itu pola-pola pergaulan yang bebas dan masyarakat yang individualis semakin menguat pada masa globalisasi ini. Oleh karenanya berbagai persoalan manusia dengan dirinya, manusia dan keluarga, dan manusia dengan lingkunganya mulai bermunculan. Mereka dikukung oleh masalah dan mereka membutuhkan bantuan. Konseling merupakan sebuah praktik yang berkembang sebagai repons terhadap kondisi social dan sebagai hasil dari kreatifitas praktisinya. Konseling dapat dipandang sebagi tipe hubungan tertentu antara orang-orang, yang akan terjadi ketika orang-orang memiliki kebutuhan untuk menceriterakan kisah mereka atau untuk memecahkan masalah dalam kehidupan dengan bantuan orang lain yang bukan keluarga mereka atau yang memiliki hubungan dekat dengan mereka. Dalam masyarakat industrial modern , konseling dan psikoterapi telah muncul sebagai arena penting dan digunakan secara luas untuk kisah teraputik dan kerja personal. Konseling terus dibentuk dan direkonstruksi untuk merefleksikan kebutuhan dan kondisi kelompok orang-orang yang berbeda dalam masyarakat yang kompleks, tidak teratur dan mudah berubah. Konseling hadir untuk menjawab berbagai persoalan dalam dunia yang semakin

Transcript of blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian...

Page 1: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Pendahuluan

Era globalisasi merupakan masa dimana batas-batas antar wilayah sudah menjadi samar. Jarak dan waktu sangat mudah menembus wilayah satu dengan wilayah lainnya dalam hitungan detik, kecepatan yang luar biasa. Dengan tekhnologi masa kini, dunia semakin mengglobal, dimana perubahan arus informasi semakin cepat. Globalisasi telah mengubah cara pandang, gaya hidup, interaksi, perilaku, nilai-nilai yang terkandung dalam tatanan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Perubahan ini memberikan dampak positif dan sekaligus negatif bagi perkembangan dunia mdern saat ini. Berbagai dampak positifnya adalah kemajuan tekhnologi dan informasi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk hidup lebih maju, prakmatis, dan efesien dalam berbagai bidang kehidupan. Berbagai dampak negatifnya adalah cara pandang, perilaku dan nilai-nilai yang bergeser maknanya. Terminologi pragmatis dan instant, fungsional membuat masyarakat cenderung menghalalkan segala cara. Selain itu pola-pola pergaulan yang bebas dan masyarakat yang individualis semakin menguat pada masa globalisasi ini. Oleh karenanya berbagai persoalan manusia dengan dirinya, manusia dan keluarga, dan manusia dengan lingkunganya mulai bermunculan. Mereka dikukung oleh masalah dan mereka membutuhkan bantuan. Konseling merupakan sebuah praktik yang berkembang sebagai repons terhadap kondisi social dan sebagai hasil dari kreatifitas praktisinya. Konseling dapat dipandang sebagi tipe hubungan tertentu antara orang-orang, yang akan terjadi ketika orang-orang memiliki kebutuhan untuk menceriterakan kisah mereka atau untuk memecahkan masalah dalam kehidupan dengan bantuan orang lain yang bukan keluarga mereka atau yang memiliki hubungan dekat dengan mereka. Dalam masyarakat industrial modern , konseling dan psikoterapi telah muncul sebagai arena penting dan digunakan secara luas untuk kisah teraputik dan kerja personal. Konseling terus dibentuk dan direkonstruksi untuk merefleksikan kebutuhan dan kondisi kelompok orang-orang yang berbeda dalam masyarakat yang kompleks, tidak teratur dan mudah berubah. Konseling hadir untuk menjawab berbagai persoalan dalam dunia yang semakin mengglobal ini. Di Indonesia, perkembangan dunia konseling cukup manarik untuk disimak. Melalui sejarah dan perjuangan yang panjang, maka terbentuklah Asosiasi Profesi Konseling Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan ABKIN. Organisai inilah yang setidaknya berusaha secara profesional menggerakkan kegiatan konseling di Indonesia. Cita-cita luhurnya adalah terwujudnya para konselor profesional yang dapat berperan dalam membantu masayarakat dan negara. Namun eksitensi konselor profesional mendapatkan berbagai tantangan harus terus dihadapi.

Page 2: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Tantangan-Tantangan yang Dihadapi Ada dua sisi tinjaun yang harus dihadapi yakni tantangan dari dalam konseling/ABKIN dan dari luar. Berbagai tantangan dalam Bimbingan dan Konseling dipaparkan secara singkat di bawah ini :

a. Tantangan Internal Konsep dasar yang harus ditegakkan adalah bagaimana eksistensi profesi konselor ditengan masyarakat modern Indonesia ini semakin diakui. Tanpa pengakuan masyarakat perkembangan konseling tentu akan angat lambat dan berat. Salah satu bagian yang krusial adalah bagaimana menciptakan konselor profesioanal melalui pendidikan konselor yang handal. Pendidikan profesi ini berarti sebuah usaha untuk memenuhi kompetensi dasar sebagai konselor profesional. Kompetensi diartikan sebagai sesuatu yang harus ada dan dimiliki serta melekat pada jiwa konselor. Kompetensi konselor menyangkut kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik konselor yakni S1 bidang konseling atau S2 konseling dan melanjutkan pendidikan profesi 1 tahun. Sedang kompetensi profesional konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai dalam kontek otentik di sekolah. Hal ini terentang dari observasi dalam rangka pengenalan lapangan, latihan ketrampilan dasar penyelenggaraan konseling, latihan terbimbing, latihan terstruktur dan latihan mandiri serta program pemagangan dan kesemuanya itu dibawah pengawasan dosen pembimbing dan konselor pamong. Berbagai isu tentang kompetensi ini, pendidikan profesi konselor tidak secara otomatis sepenuhnya dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan. Bahkan beberapa kenyataan ada konselor yang tidak memenuhi kompetensi di atas tetapi handal dalam praktek konselor karena mengikuti pelatihan dan pengalamanya. Tetapi sebaliknya konselor yang S1 BK dan menempuh program pendidikan konselor justru tidak berkompeten. Oleh karenanya penting bagi ABKIN untuk membuat sistem pendidikan bagi konselor yang terstandar. Mengejar kuantitas, tetapi kualitas tetap terjaga. Pekerjaan besar tantangan internal adalah bagaimana AKIN membangun etika profesi konselor yang didalamnya menyangkut pengembangan isi dan prosedur dalam penanaman etika profesi agar dimiliki oleh konselor. Pekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal merupakan tantangan yang berasal dari luar lingkungan pendidikan bimbingan dan kenseling yang petanya sangat rumit dan kompleks. Berkaitan dengan eksistensi konselor ada tantangan yang luar biasa dari bidang lain misalnya psikologi, kesadaran masyarakat akan kebutuhan konselor, lingkungan sekolah sebagai setting bidang garap yang lebih mempercayai psikolog, perubahan

Page 3: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

perilaku dan nilai-nilai dan perkembangan tekhnologi dunia yang semakin cepat, memaksa pendidikan konselor harus tetap bisa bertarung dan eksis dalam menyikapi berbagai situasi ini serta landasan hukum/kebijakan yang terkait dengan eksistensi konselor dengan segala atributnya. Salah satu fenomena yang sekarang muncul adalah masyarakat yang lebih memilih menggunakan tekhnologi sebagai alat bersosialisasi. Termasuk didalamnya adalah para remaja usia sekolah yang ada diperkotaan. Dari bertukar informasi, mencari teman, melakukan transaksi hingga mengekpresikan permasalahan kehidupan pribadinya sebagai bentuk meminta bantuan untuk memecahkan masalahnya. Secara tidak langsung peristiwa ini merupakan peristiwa konseling. Oleh karenanya, konseling sangat mungkin bergeser dan menyentuh wilayah ini. Tugas konseling adalah membuat konsep konseling melalui media ini. Contoh lain adalah adanya persinggungan wilayah bidang garap antara konselor dan psikolog dalam setting pendidikan. Kenyataannya terdapat masyarakat dan dunia pendidikan kita lebih memilih psikolog dibanding konselor. Pergeseran kepercayaan ini sebenarnya tidak lepas dari kualitas konselor sekolah yang rendah. Sisi lain adalah psikolog dapat masuk dalam setting pendidikan melalui bidang pengembangan potensi, pengetesan IQ, melakukan jasa psikologi dsb. Ini membuktikan ada persinggungan bidang garap yang kuat antara konselor dan psikolog. Oleh karenanya penting sekali mempertegas bidang garap ini secara yuridis formal/kebijakan. Jadi, secara garis besar ada dua masalah, pertama menyangkut aspek ineternal yakni sistem pendidikan profesi konselor, kompetensi konselor, etika profesi konselo dan sebagainya. Kedua menyangkut eksistensi ABKIN dan konselor dalam masyarakat, persaingan, menanggapi dunia yang bergerak dan berubah dengan cepat, hingga legalitas dan kebijakan yang memperkuat posisi ABKIN dan konselor di Indonesia.

Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu:a. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam

budaya dengan kompetensi multi bahasa.b. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna

(konsep)c. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktifd. Teaching and technology, mengajar dan teknologie. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru

mengenai kemampuanf. Teaching and choice, mengajar dan pilihang. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.

Page 4: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21 yaitu:(1)   Pendidikan yang berfokus pada character building(2)   Pendidikan yang peduli perubahan iklim(3)   Enterprenual mindset(4)   Membangun learning community(5)   Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills)

Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.

Solusi Menghadapi Tantangan Guru dalam Perkembangan Teknologi dan Informasi

Untuk menghadapi tantangan guru pada saat ini, maka sangat diperlukan guru yang profesional agar dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam konteks ini Makagiansar menawarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:

1.        Kemampuan antisipasi      Kemampuan antisipasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya masalah baik dalam proses pembelajaran maupun masalah yang mungkin timbul diluar pembelajaran. Misalnya kemampuan antisipasi dapat dilakukan dengan cara guru mempersiapkan sarana prasarana dan segala sesuatunya agar tidak terjadi kendala dalam proses KBM.

2.        Kemampuan mengenali dan mengatasi masalahSeorang pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya untuk dapat

mengenali dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik itu yang berkaitan dengan akademi maupun non akademi. Tidak hanya berhenti pada mengenali

Page 5: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

masalah saja, namun juga dilakukan follow up pemilihan solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan melaksanakan solusi tersebut sehingga masalah peserta didik dapat teratasi.

3.        Kemampuan mengakomodasiSeorang guru harus mampu mengakomodasi perbedaan yang terdapat pada peserta

didiknya. Perbedaan disini dapat berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu lain. Guru dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam kaitannya dengan pembelajaran seperti menyediakan kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila mampu.

4.        Kemampuan melakukan reorientasiSikap terhadap suatu hal. Guru perlu menentukan acuan-acuan apa saja yang akan

dicapai Sebagai pendidik, guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau kembali suatu wawasan dan menetukan dan membuat peserta didiknya yakin dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut.

5.        Kompetensi generic (generic competences)Kemampuan generik merupakan kemmapuan yang harus dimiliki seorang pendidik

yang didalamnya mencakup strategi kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan kemampuan kunci-kunci, kemampuan inti (core skill), kemampuan essensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik antara lain meliputi : keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecah masalah, inisiatif dan usaha (initiative dan enterprise), merencanakan dan mengorganisasi, menegemen diri, keterampilan belajar dan keterampilan teknologi (Gibb dalam Rahman, 2008)

6.        Keterampilan mengatur diri (managing self skills),Mendorong diri sendiri untuk mau mengatur semua unsur kemampuan pribadi,

mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Bagaimana seseorang guru bisa menjadi seorang guru yang professional dan berbudi luhur kalau ia tidak dapat mendorong, mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan semua sumber daya pribadinya. Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi seorang guru adalah sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan segala tugasnya dengan baik.

7.        Keterampilan berkomunikasi (communicating skills),Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk

mampu membina hubungan yang sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan perkantoran, di kebun atau dimana saja. Sebagian besar masalah yang timbul dalam kehidupan sosial adalah masalah komunikasi. Jika keterampilan komunikasi dimiliki maka

Page 6: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

akan sangat besar membantu meminimalisasi potensi konflik sekaligus membuka peluang sukses

8.       Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengelola peserta

didiknya sekaligus tugas keguruanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mengelola orang dengan mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Stephen Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. Dari segi tugas,guru berfungsi memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta pendidik.

9.       Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).

    Kemampuan mobilisasi perkembangan dan perubahan yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran agar pembelajaran bermakna dan melahirkan pendidikan yang berkualitas. Guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan dan guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.     Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semangat kompetitif juga meruapakan hal penting bagi guru-guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat membawa atau mengantarkan peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki era global yang melek ilmu pengetahuan dan teknolog, dan sangat kompetitif.

Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:a.       Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpunib.      Memiliki kepribadian yang kuat dan baikc.       Memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK

Setidaknya ada empat prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu:1.      Kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum,2.       Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan3.      Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri

Page 7: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.

4.      Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh (perlu adanya pembelajaran terpadu)

  Daftar Pustaka McLeod, John. (2003). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Open University Press. Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Jakarta : Refika Aditama Depdiknas (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta Natawidjaja, Rochman. (2009). Membangun Etika Profesi Konselor. Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia.

Page 8: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Page 9: blog.uad.ac.id · Web viewPekerjaan besar dalam membangun etika profesi konselor menjadi bagian penting untuk membangun ekistensi konselor agar diakui dan dibutuhkan oleh masyarakat.