Blended Learning

download Blended Learning

of 12

Transcript of Blended Learning

PAPER BLENDED LEARNINGGuna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pembelajaran

Oleh:Indra Budi SetiawanK2312035Pendidikan Fisika 2012 B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2013BLENDED LEARNING

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang mana banyak ditrmukan miskonsepsi baik pada peserta didik, maupun dari segi pendidik. Banyak hal yang menyebabkan mengapa bisa seperti itu, salah satunya materi fisika tidak disampaikan dengan cara yang tepat untuk mempermudah dalam mempelajarinya. Hal tersebut bisa dikarenakan masih memakai cara-cara pembelajaran yang tradisional setiap hari. Padahal perkembangan teknologi dalam bidang elektronik yang bisa mendukung dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif telah ada. Misalnya, computer, projector, digital camera, mobile phone, dan internet telah sampai pelosok desa, Banyak istilah yang digunakan dalam pembelajaran yang menggunakan media-media tersebut, seperti distance learning, e-learning, online learning dan web-based learning (pembelajaran berbasis web).Sekarang ini, istilah web-based learning begitu sering disuarakan dari istilah-istilah lain untuk sebuah pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien, terutama digunakan oleh unversitas atau perguruan tinggi. Banyak sekali studi yang sudah dilakukan oleh beberapa universitas di luar negeri. Begitu juga istilah tersebut sudah menjamur di sekolah-sekolah di Indonesia. Pemerintah juga telah mengatur pendidikan jarak jauh berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), dimana yang dimaksud dengan pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang pesertanya didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainnya. Dengan kata lain, pada hakekatnya pembelajaran diharapkan mampu memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran tersebut mampu membantu para guru dan para siswa yang ingin melakukan kegiatan belajar mengajar tetapi terkendala oleh waktu dan ruang. Selain itu pembelajaran tersebut bisa mengeskplor pengetahuan siswa secara luas dengan sendirinya.Akan tetapi ada beberapa penelitian mengungkapkan bahwa para siswa akan lebih memilih pembelajaran melalui tatap muka langsung di samping pembelajaran berabasis web. Berdasarkan Alessi dan Trollip (2001) dan Kerris dan De Witt (2003) bahwa web-based learning could be combined with face-to-face learning. Alessi and Trollip (2001) face-to-face learning atau web-based courses atau on-site learning adalah pembelajaran menggunakan sumber belajar web dengan tatap muka antara guru dan siswanya yang dilakukan di ruang kelas (Luik, 2006). Pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran berbasis web dan pembelajaran melalui tatap muka (face-to-face learning) dikenal dengan Blended Learning.Blended learningBlended learning merupakan metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tata muka (face-to-face). Beberapa ahli mendefinisikan blended learning sebagai berikut :1. Valiathan, Purnima (2002) blended learning is used to describe a solution that combines several different delivery methods, such as collaboration software, Web-based courses, EPSS (electronic performance support systems), and knowledge management practices.2. Rooney, (2003), Blended learning is a hybrid learning concept integrating traditional inclass sessions and e-Learning elements. Ahli lainnya memberikan definisi lebih luas lagi, seperti Whitelock & Jelfs (2003), memberikan tiga pengertian untuk blended learning, yaitu :a. The integrated combination of traditional learning with web-based online approaches (drawingon the work of Harrison); b. The combination of media and tools employed in an e-Learning environment;c. The combination of a number of pedagogic approaches, irrespective of learning technology use (drawing on the work of Driscoll).Martin Oliver dan Keith Trigwell dalam jurnal e-Learning, Volume 2, Number 1 tahun 2005, mendefinisikan blended learning :a. Combining or mixing web-based technology to accomplish an educational goal;b. Combining pedagogical approaches (e.g. constructivism, behaviorism, cognitivism) to produce an optimal learning outcome with or without instructional technology;c. Combining any form of instructional technology with face-to-face instructor-ledd. training; ande. Combining instructional technology with actual job tasks.Dari berbagai definisi diatas, para ahli secara umum setuju bahwa blended learning lebihmenekankan kepada penggabungan / penyatuan metode pembelajaran secara konvensional (face-to-face) dengan metode e-Learning.E-LearningPenggunaan apalikasi teknologi informasi (e-learning) sebagai media pembelajaran sudah semakin sering ditemui dalam pendidikan. Konsep e-learning tentunya memberi nuansa baru bagi proses pendidikan yang selama ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut Clark & Mayer (2008: 10) bahwa e-learning adalah pembelajaran yang disajikan dengan bantuan komputer. Huruf e dalam e-learning bermakna bahwa materi yang diberikan berbentuk digital sehingga dapat disimpan dalam perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran menjadi lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja, dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja di lokasi mana saja (distributed), berbasis komunitas. Menurut Castle and McGuire (2010: 36), e-learning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab siswa dapat belajar dimanapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face-to-face learning).E-Learning atau electronic learning merupakan suatu proses perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam hal penyampaian pengetahuan dalam proses belajar mengajar. e-Learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mengalami masalah dalam proses perataan pendidikan bagi masyarakatnya dikarenakan oleh jarak, oleh karena itu e-Learning merupakan pilihan yangdapat diterapkan.Dalam berbagai literatur, para ahli mendefinisikan e-Learning sebagai berikut:1) Soekartawi, Haryono dan Librero, (2002), e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses.2) Parker, Judith (2009) , e-learning is Learning in which technology plays a major role in the delivery of content and the communication between instructor and students and between students.Kemudian Cisco mendefinisikan filosofis e-Learning sebagai berikut:1) E-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.2) E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.3) E-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.4) Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Berdasarkan definisi dan filosofi diatas, dapat dijelaskan bahwa secara prinsip, e-Learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan media elektronik sebagai alat bantunya, media elektronik tersebut dapat saja berupa internet, TV, CD ROM, Radio, Teleconfrence, dan lain sebagainya. Konsep e-Learning harus mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional.E-Learning dalam Blended LearningDengan kata lain, Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat untuk belajar. Menurut Rovai and Jordan (2004: 3) model blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face-to-face learning) dan secara virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas tradisional yang menggunakan model tatap muka (face-to-face learning).Lewat model blended learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan (conventional) akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009: 82), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak.Menurut Carman (2005: 2), ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan blended learning, yaitu:1. Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda.2. Self-Paced Learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja secara online.3. Collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar.4. Assessment, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen online dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes.5. Performance Support Materials, pastikan bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun online.Profesor McGinnis (2005) dalam artikelnya yang berjudul Building A Successful Blended Learning Strategy, menyarankan 6 hal yang perlu diperhatikan manakala orang menyelenggarakan blended learning. Keenam hal tersebut adalah sebagai berikut:1. Penyampaian bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan yang lain (seperti pengumuman yang berkaitan dengan kebijakan atau peraturan) secara konsisten.2. Penyelenggaraan pembelajaran melalui blended learning harus dilaksanakan secara serius karena hal ini akan mendorong siswa cepat menyesuaikan diri dengan sistim pendidikan jarak jauh. Konsekuensinya, siswa lebih cepat mandiri.3. Bahan ajar yang diberikan harus selalu mengalami perbaikan (update), baik dari segi formatnya maupun ketersediaan bahan ajar yang memenuhi kaidah bahan ajar mandiri (self-learning materials) seperti yang lazim digunakan pada pendidikan jarak jauh.4. Alokasi waktu bisa dimulai dengan formula awal 75:25 dalam artian bahwa 75% waktu digunakan untuk pembelajaran online dan 25% waktu digunakan untuk pembelajaran secara tatap muka (tutorial). Karena alokasi waktu ini belum ada yang baku, maka penyelenggara pendidikan bisa membuat uji coba sendiri, sehingga diperoleh alokasi waktu yang ideal.5. Alokasi waktu tutorial sebesar 25% untuk tutorial, dapat digunakan khusus bagi mereka yang tertinggal, namun bila tidak memungkinkan (misalnya sebagian besar siswa menghendaki pembelajaran tatap muka), maka waktu yang tersedia sebesar 25% tersebut bisa dipakai untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami isi bahan ajar. Jadi semacam penyelenggaraan remedial class.6. Dalam blended learning diperlukan kepemimpinan yang mempunyai waktu dan perhatian untuk terus berupaya bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran. Tahapan perancanganSelanjutnya secara lebih spesifik Profesor Steve Slemer (2005) dan Soekartawi (2005b) menyarankan enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal. Keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:1. Tetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian ubah atau siapkan bahan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang memenuhi syarat untuk pendidikan jarak jauh. Karena medium pembelajarannya adalah blended - learning, maka bahan ajar sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan ajar, yaitu:a. Bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa,b. Bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi melalui cara tatap-muka, danc. Bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi melalui cara online/web-based learning.2. Tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Pada tahap ini diperlukanahli e-Learning untuk membantu. Intinya adalah bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang berisikan komponen pendidikan jarak jauh dan tatap-muka yang baik. Karena itu dalam membuat rancangan pembelajaran ini, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan antara lain:a. Bagaimana bahan ajar tersebut disajikan.b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan siswa.c. Bagaimana siswa bisa mengakses dua komponen pembelajaran tersebut.d. Faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya software apa yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok, apakah diperlukan learning resource centers (sumber pembelajaran) di daerah-daerah tertentu.e. Dan lain-lainnya.3. Tetapkan format dari on-line learning- apakah bahan ajar tersedia dalam format html (sehingga mudah di cut and paste) atau dalam format PDF (tidak bisa di cut and paste). Juga perlu di beritahukan ke siswa dan guru hosting apa yang dipakai, yaitu apakah on-line learning tersebut menggunakan internet link apa ?. apakah Yahoo, Google, MSN ataulainnya.4. Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Ini maksudnya apakah rancangan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim dipakai untuk uji seperti ini adalah melalui cara pilot test. Dengan cara ini penyelenggara blended learning bisa minta masukan atau saran dari pengguna atau peserta pilot test.5. Selenggarakan blended learning dengan baik sambil juga menugaskan instruktur khusus (dosen/guru) yang tugas utamanya melayani pertanyaan siswa, apakah itu bagaimana melakukan pendaftaran sebagai peserta, bagaimana siswa atau instruktur yang lain melakukan akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Instruktur ini juga bisa berfungsi sebagai petugas promosi (public relation) karena yang bertanya mungkin bukan dari kalangan sendiri, tetapi dari pihak lain.6. Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning. Memang banyak cara bagaimana membuat evaluasi ini, namun Semler (2005) menyarankan sebagai berikut:a. Ease to navigate, dalam artian seberapa mudah siswa bisa mengakses semua informasi yang disediakan di paket pembelajaran yang disiapkan di komputer. Kriterianya: makin mudah melakukan akses adalah makin baik.b. Content/substance, dalam artian bagaimana kualitas isi instruksional yang dipakai. Misalnya bagaimana petunjuk mempelajari isi bahan ajar, bagaimana bahan ajar itu disiapkan, apakah bahan ajar yang ada sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya: makin mendekati isi bahan ajar itu dengan tujuan pembelajaran adalah makin baik.c. Layout/format/appearance, dalam artian apakah paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar, atau informasi lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya: makin baik penyajian bahan ajar adalah makin baik.d. Interest, dalam artian sampai seberapa besar paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar, atau informasi lainnya) yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar. Kriterianya: bila paket pembelajaran yang disajikan mampu menimbulkan siswa untuk terus tertarik belajar adalah makin baik.e. Applicability, dalam artian seberapa jauh paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar, atau informasi lainnya) yang disajikan bisa dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah dipraktekkan adalah makin baik.f. Cost-effectiveness/value, dalam artian sampai seberapa murah biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya: semakin murah semakin baik.ManfaatBila saja blended learning ini dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka paling tidak ada tiga manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:1. Meningkatkan hasil pembelajaran melalui pendidikan jarak jauh2. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam belajar melalui pendidikan jarak jauh, dan3. Mengurangi biaya pembelajaran.ImplementasiBeberapa cara mengimplementasikan blended learning pada tahap permulaan diantaranya:1. Guru mengintegrasikan teknologi komputer dan informasi dalam materi pembelajarannya. Misalnya guru mendownload video, animasi, dan simulasi yang sesuai untuk dimanfaatkan di kelas. Berbagai media ini diintegrasikan dalam pembelajaran.2. Guru mengembangkan bahan ajar atau modul berbantuan komputer. Bahan ajar ini dapat diakses oleh siswa dan dapat dipelajari di luar jam tatap muka. Bahan ajar akan membantu siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran tatap muka3. Guru mengoptimalkan email dengan mengembangkan email group sebagai wahana diskusi guru-siswa-siswa. Group email juga dapat digunakan untuk berbagi file, mengumpulkan tugas dan sebagainya.4. Guru mempelajari moodle dan memanfaatkannya sebagai penunjang pembelajaran tatap muka. Guru memanfaatkan fitur yang tersedia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tatap muka. Penerapan dalam pembelajaran FisikaGuru dan sekolah dapat memilih model yang sesuai dengan sarana prasarana yang tersedia, kemampuan guru, dan kesiapan siswa. Implementasi model yang sesuai akan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Implementasi Blended LearningMata Pelajaran Fisika Kelas X Semester 1 di SMA Standar KompetensiMenerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.Kompetensi DasarMengukur besaran fisika ( panjang, massa, dan waktu).Materi Pengukuran* Besaran dan Satuan* Pengukuran Panjang, Massa, dan WaktuSkenario PembelajaranPertemuan Pertama diawali dengan pemberian informasi tentang proses pembelajaran menggunakan blended learning, aturan KBM (penggunaan BB, Mobile phone, digital camera, laptop dan media elektronik lainnya), tugas, evaluasi, web yang akan digunakan untuk pembelajaran, email, ID Yahoo messenger, MSN Messenger, Twitter, Facebook, mIRC (messenger for Internet Relay Chat), Skype, BB Messenger dan pembentukan kelompok belajar. Selain itu mengingtakan semua peserta didik untuk memiliki email account dan menjadi member di web yang sudah dibuat ntuk KBM.Pertemuan Kedua diisi dengan apersepsi mendengar tanggapan siswa baik yang sudah dikirim lewat web (forum) atau dari pertanyaan siswa pada waktu itu tentang akses ke web dan isi di web. Motivasi disampaikan setelah memberikan feeback pada peserta didik atas tanggapannya. Dalam kegiatan inti guru menyampaikan materi Besaran dan Satuan dengan menggunakan media power point, disertai software pembelajaran (offline dan online), dan juga CD Fisika Asyik dari Yayasan Yohannes Surya. Selain itu peserta didik dianjurkan untuk mengakses web yang sudah ditentukan (latihan soal 1). Pada kegiatan akhir, guru memberikan apresiasi kepada peserta didik secara individu atau kelompok atas partisipasinya. Selanjutnya dengan pemberian tugas kelompok yang bisa diakses tugasnya di web dan dikirim ke email. Diakhiri dengan pemberian informasi untuk pertemuan selanjutnya.Pertemuan Ketiga diisi dengan apersepsi mendengar tanggapan siswa baik yang sudah dikirim lewat web (forum) atau dari pertanyaan siswa pada waktu itu tentang tugas yang diberikan pertemuan sebelumnya. Selain itu apersepsi diisi dengan membawa alat ukur panjang (penggaris, micrometer skrup), massa (neraca timbang), dan waktu (jam, stopwatch). Motivasi disampaikan setelah memberikan feeback pada peserta didik atas jawaban tugas kelompoknya. Dalam kegiatan inti guru menyampaikan materi Pengukuran dan Alat Ukur dengan menggunakan media power point, disertai software pembelajaran (offline dan online), dan juga CD Fisika Asyik dari Yayasan Yohannes Surya, dan metode demonstrasi. Selain itu peserta didik dianjurkan untuk mengakses web yang sudah ditentukan (latihan soal 2). Pada kegiatan akhir, guru memberikan apresiasi kepada peserta didik secara individu atau kelompok atas partisipasinya. Selanjutnya dengan pemberian tugas kelompok , yang bisa diakses tugasnya di web (yakni membuat video dengan tema pengukuran). Diakhiri dengan pemberian informasi untuk pertemuan selanjutnya (praktikum yang mana LKS bisa diupload di web).Pertemuan Keempat diisi dengan apersepsi mendengar tanggapan siswa baik yang sudah dikirim lewat web (forum) atau dari pertanyaan siswa pada waktu itu tentang tugas mebuat vidoe (tugas sudah dikumpulkan sebelum KBM dimulai). Motivasi disampaikan setelah memberikan feeback pada peserta didik atas jawaban tugas kelompoknya. Dalam kegiatan inti guru menyampaikan materi Menggunakan Alat Ukur dan Mengolah Data Hasil Pengukuran dengan menggunakan media power point, disertai software pembelajaran (offline dan online), dan juga CD Fisika Asyik dari Yayasan Yohannes Surya, dan metode demonstrasi. Selain itu peserta didik dianjurkan untuk mengakses web yang sudah ditentukan. Kegiatn inti selanjutnya melakukan praktikum secara berkelempok. Pada kegiatan akhir, guru memberikan apresiasi kepada peserta didik secara individu atau kelompok atas partisipasinya. Selanjutnya guru menganjurkan anak untuk membuat laporan praktiuk dan hasilnya dikirim ke email. Diakhiri dengan pemberian informasi untuk pertemuan selanjutnya (materi baru/babbaru) dan ulangan secara individu yang soalnya sudah ada di web dan jawabannya dikirim sebelum pertemuan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://doely.pbworks.com/f/Pembelajaran+Fisika+dengan+Blended+Learning.docxhttp://eprints.utm.my/14929/1/Blended_Learning.pdfhttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/download/1779/1274http://technoedupreneur.itb.ac.id/wp-content/uploads/Blended-Learning.pdfhttp://fti.unand.ac.id/images/BlendedLearning.pdfhttp://dapurilmu.files.wordpress.com/2013/01/paper-blended-learning.dochttp://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/download/1034/835http://s3.amazonaws.com/ppt-download/isi-131020122856-phpapp02.docx http://s3.amazonaws.com/pptdownload/potensipengembanganblendedlearningdiindonesia-100628144521-phpapp02.ppt