Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

15
PolitikEdisi 1, Vol. I, N0.1, 2010 Bisnis dan Politik di Tingkat Lokal dalam Era Otonomi Daerah: Studi Perbandingan Batam dan Kutai Kartaneqara Rosa Evaquarta, PhD Departemen Ilmu Politik, FISIP UI Abstract l.e;;':=c-*ic;-o4. :n mon\' 'third u'orld counffies' of Asia qnd Af-rica, os with ciemxratisotion. does not olu'cy's leod to the efficient and 'good governance' proposed. bS' their proponents. For countries with relatively short or no history of democracy, then clean, efficient governqnce has hardly emerged. Instead, the confusing transfer of political power has led to centralised locql politics, mounting power abuse and corruption at the locallevel. The qrticle discusses these conf'licting outcomes through q. compqrqtive study of two qreqs in Indonesia, Batam city and Kutai Kartanegara regency. lt focusses on the effect of decentra.Iisation on local politics, particulorly the relationship between political and economic elites. General outcomes of decentralisation policies has witnessed various development, such a.s a low controlling capacity from below, the diverse interpretations of decentralisation by local elites and recentralisation tend"encies from the central government. Decentralisqtion, particularly of a devolutionqry type, hcrs widened not only the scope of political authority of local governmentbut slso has resulted" in changes to the pattern of relationships between entrepreneurs and politicat elites. Wth policy making and implementqtion partly transferred to the local level, but without sufficient control either fromthe'top' or from'below', this levelhqs become exceptionally vulnerable to the emer g ence of ' localising p atrimonialism' . Keywords: Decentralisqtion, qccountqbiliLy, patrimonia.lism, deepening democracy *** Desentralisasi, seperti juga demokratisasi di banyak 'negara dunia ketiga' di Asia dan Afrika, tidak selalu bermuara pada terciptanya 'good governqnce' yang efisien seperti yang didengungkan oleh para pendukungnya.Bagi negara-negarayana kurang memiliki pengalaman berdemokrasi yang mapan, fenomena ini jarang Uisa dicapai. pada kenyataannya, pemindahan kekuasaan politik yang tidak menentu dan tergesa-gesa malah berujung pada politik lokal yang tersentralisir, meningkatnya penyele*engart kekuasaan dan tindak korupsi pada tingkat lokal. Artikel ini membahas kontradiksi ini melalui studi perbandingan antara dua daerah di Indonesia, kotamadya Batam dan kabupaten Kutai Kartanegara. Studi ini terfokus pada dampak desentralisasi pada politik lokal, terutama hubungan antara elit politik dan ekonomi. Hasil umum kebijakan desentralisasi menunjukkan perkembangan yang bervariasi, seperti kapasitas pengawasan masyarakat yang rendah, interpretasi terhadap desentralisasi yang beragam dari elit lokal dan kecenderungan resentralisasi dari pemerintah pusat. Desentralisasi, terutama devolusi, tidak hanya memperbesar lingkup pada perubihan

Transcript of Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Page 1: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

PolitikEdisi 1, Vol. I, N0.1, 2010

Bisnis dan Politik di Tingkat Lokal dalamEra Otonomi Daerah:

Studi Perbandingan Batam dan Kutai Kartaneqara

Rosa Evaquarta, PhDDepartemen Ilmu Politik, FISIP UI

Abstract

l.e;;':=c-*ic;-o4. :n mon\' 'third u'orld counffies' of Asia qnd Af-rica, os withciemxratisotion. does not olu'cy's leod to the efficient and 'good governance' proposed.bS' their proponents. For countries with relatively short or no history of democracy, thenclean, efficient governqnce has hardly emerged. Instead, the confusing transfer of politicalpower has led to centralised locql politics, mounting power abuse and corruption at thelocallevel. The qrticle discusses these conf'licting outcomes through q. compqrqtive studyof two qreqs in Indonesia, Batam city and Kutai Kartanegara regency. lt focusses on theeffect of decentra.Iisation on local politics, particulorly the relationship between politicaland economic elites. General outcomes of decentralisation policies has witnessed variousdevelopment, such a.s a low controlling capacity from below, the diverse interpretationsof decentralisation by local elites and recentralisation tend"encies from the centralgovernment. Decentralisqtion, particularly of a devolutionqry type, hcrs widened not onlythe scope of political authority of local governmentbut slso has resulted" in changes to thepattern of relationships between entrepreneurs and politicat elites. Wth policy makingand implementqtion partly transferred to the local level, but without sufficient controleither fromthe'top' or from'below', this levelhqs become exceptionally vulnerable to theemer g ence of ' localising p atrimonialism' .

Keywords: Decentralisqtion, qccountqbiliLy, patrimonia.lism, deepening democracy***

Desentralisasi, seperti juga demokratisasi di banyak 'negara dunia ketiga' di Asiadan Afrika, tidak selalu bermuara pada terciptanya 'good governqnce' yang efisienseperti yang didengungkan oleh para pendukungnya.Bagi negara-negarayana kurangmemiliki pengalaman berdemokrasi yang mapan, fenomena ini jarang Uisa dicapai. padakenyataannya, pemindahan kekuasaan politik yang tidak menentu dan tergesa-gesamalah berujung pada politik lokal yang tersentralisir, meningkatnya penyele*engartkekuasaan dan tindak korupsi pada tingkat lokal. Artikel ini membahas kontradiksiini melalui studi perbandingan antara dua daerah di Indonesia, kotamadya Batamdan kabupaten Kutai Kartanegara. Studi ini terfokus pada dampak desentralisasipada politik lokal, terutama hubungan antara elit politik dan ekonomi. Hasil umumkebijakan desentralisasi menunjukkan perkembangan yang bervariasi, sepertikapasitas pengawasan masyarakat yang rendah, interpretasi terhadap desentralisasiyang beragam dari elit lokal dan kecenderungan resentralisasi dari pemerintah pusat.Desentralisasi, terutama devolusi, tidak hanya memperbesar lingkup pada perubihan

Page 2: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Rosa Evaquafta, Bisnis dan Politik di Tingkat tokal

pada pola hubungan anrara pengusaha dan elit politik. Dengan adanya perpindahanotoritas pembuatan kebijakan dan implementasinya pada pemerintah daerah, tetapiranpa kontrol yang memadai baik dari 'atas' maupun 'bawah', politik lokal yang menjadibegitu lernah terhadap fenomena munculnya'patrimonialisme lokal'.

Katqkunci: Desentraliscsi, akuntabilitas, patrimoniqlisme, pendalamqn demokra.si.

atu dekade 'sudah dilalui sejakprogram Otonomi Daerah (Otda)diperkenalkan dalam sistem

politik Indonesia. Dana perimbangan,pemekaran daerah, dan pemilihan kepaladaerah secara langsung (Pilkada) adalahbeberapa fitur yang diperkenalkandalam program Otda. Sejalan denganmakin dekatnya batas waktu evaluasipelaksanaan program tersebut, semakinbanyak studi yang dilakukan untukmelihat dampak Otda pada perkembanganefektMtas pembangunan di daerah.Sebuah studi seputar pemekaran daerah]'ang terkait langsung dengan pelaksanaanOtda, misalnya menunjukkan hasil yangtidak cukup menggembirakan. Hasilsurvei Litbang Kompas terhadap 143daerah pemekaran menunjukkan sekitar15% memiliki potensi perkembanganpembangunan yang sangat rendah.Sementara ttu 34/" dari 89 daerah induk]'ang dievaluasi juga menunjukkan potensi

]-ang serupa (Litbang Kompas 10 Maret2007).

Pengenalan skema dana perimbangan]-ang awalnya merupakan sebuah upayapemberian kesempatan pembangunandaerah yang disesuaikan dengan potensidaerah seringkali malah menjadi pintukesempatan bagi sebagian elit daerahuntuk mendulang bocoran dana.Hipotesis beberapa studi mengarahpada pemanfaatan isu pengembangansilayah oleh sebagian elit daerah yangdikecewakan dalam proses politik daerahinduk (Nugraha 10 Maret 2007). Dalampembahasan yang lebih luas, Hadizjuga menegaskan tren "korupsi yangsangat tersebar dan mewabah" dalam

perkembangan politik lokal setelah Otdayang masih terfokus pada permainan paraelit dan penggunaan strategi serupa padatingkat nasional, yaitu antara elit politikdan pengusaha (Hadiz20O5, hal. 296).

Dalam artikel ini akan dibahashubungan dua diantara tiga pilar utamaelit dalam politik lokal Indonesia, yaitu:aktor politik, baik yang berkuasa maupuntidak, dan pengusaha dalam Otda.Ulasan berikut adalah hasil penelitianawal hubungan kedua aktor ini dankecenderungan yang terbentuk sejakpenerapan Otda, khususnya dalam kasusBatam dan Kutai Kartanegara. Artikel inimengeksplorasi peran pengusaha dalampembentukan dan perubahan konstelasikekuasaan lokal dalam Otda. Sebaliknyaakan dibahas juga peran elit politikdalam pengkondisian investasi daerahserta pemberian kemudahan-kemudahanusaha di daerah. Desentralisasi dalamhal ini dipandang tidak serta mertaakan melahirkan good-governance jlkakondisi dan kemampuan politik lokaluntuk mendukung tujuan akhir Otdadikesampingkan. D alam kaitannya denganTahun Kebangkitan Nasional, artikel inijuga mempertanyakan komitmen danpartisipasi pengusaha dan politisi lokaldalam pembenahan politik lokal danpenerapan Otda sebagai langkah lanjutankonsolidasi demokrasi di tingkatan lokal.

Desentralisasi dan Asumsi DemokrasiPartisipatif

Literatur-literatur umum yangmempromosikan program desentralisasiseringkali mengacu pada ketimpanganhubungan pusat-daerah, salah satu

Page 3: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Studi Politik Edisi 1, Vol, I, N0,1, 2010

ciri khas pemerintahan sentralistis,sebagai salah satu penyebab gejolakketidakpuasan di daerah. Hal ini terutamaberkaitan dengan perencanaan danpelaksanaan pembangunan di daerahyang dikendalikan oleh pemerintahpusat dengan memarjinalkan kebutuhansebenarnya yang diinginkan daerah.Ketimpangan' hubungan pusat-daerahinilah yang ingin diperbaiki melaluiprogram desentralisasi.

Beberapa organisasi internasionalseperti IMF dan Bank Dunia menjadisponsor terbesar promosi programdesentralisasi pada negara-negara dibelahan bumi selatan Asia dan Afrikapada tahun 1980-an dan 1990-an.Dalam beberapa artikel Bank Dunia,desentralisasi dianggap sebagai programperpanjangan yang integral dengandemokratisasi. Dengan mengalihkansebagian kewenangan pemerintahandan fiskal pada daerah, kehidupan arenapolitik lokal dan partisipasi masyarakatsetempat diasumsikan lebih aktif karena'mendekatnya' pembuat kebijakan padapolicy-user yang ikut dilibatkan dalampenentuan pembuat kebijakan selainsecara tidak langsung terlibat dalamproses pembuatan dan implementasikebijakan itu sendiri.

Program desentralisasi Indonesiabisa dianggap sebagai program palingambisius (the big b ang of decentr alization)yang tidak hanya melibatkan pengalihankekuasaan pengelolaan fiskal tetapijuga kekuasaan politik pada daerahdalam bentuk pemilihan kepala daerah(Savirani 2004, hal. 7). Terlebih lagi,program ini disiapkan dalam waktu yangbegitu singkat sebagai buah ketergesaandi tengah konflik dan tarik menarikkekuasaan di tahun 1998.' Sosialisasi

I M"troi menggarisbawahi kenyataan ini dalam des-kripsinya tentang keterlibatan tokoh-tokoh Irama-suka (Irian, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan)yang sebagian besar tergabung dalam Golkar danoembentukan Direktorat Tenderal PUOD dan

awal yang berlangsung sejak 1999sampai 2001 masih menyisakan masalah-masalah implementasi dan efek sampingyang sampai saat ini masih mengganjal(Matsui 2000).' Hal yang seringkalimenyulitkan adalah konflik prinsip dalamUU Otda dengan aturan perundanganlain yang belum direvisi dan menyangkutkewenangan institusi-institusi nasionalyang terkait dengan perekonomian daerahseperti kementerian ESDM, Kehutanandan Perdagangan (Jamalluddin 2007).

Tidak siapnya suatu negara dalampenerapan desentralisasi seringkalimengakibatkan tidak tercapainya tujuanutama pemberdayaan masyarakat lokaldan penciptaan good governance.'Tersedianya struktur Otda dan demokrasitidak otomatis akan berjalan sesuaifungsinya jika tidak didukung oleh dasarhukum pelaksana ataupun sumber dayamanajerial yang sepaham dengan tujuanakhir program desentralisasi (Matsui2000, hal 42-3; Hidayat 2005).4 Smithmenegaskan program desentralisasi

Pembangunan Daerah dalam Depdagri yang sebagianbesar berasal dari kawasan timur Indonesia KTD.Kondisi tersebut diperberat juga dengan tuntutantarik menarik kekuasaan menjelang pemilu 1999sehingga tidak melibatkan diskusi dengan kekuatanparpol-parpol lain dan temtama perwakilan daerahsebagai stake-holders kebijakan terpenting.

Rencana amandemen lanjutan terhadap LfU Otda2004 masih terus dilakukan oleh jajaran Depdagripada tahun 2007.

Hal ini juga diakui oleh Bank Dunia. Walaupun tidaksedramatis perubahan dan penerapan desentralisasidi Indonesia, banyak kasus di Afrika dan Filipinabahkan Rusia menunjukkan penyebaran politikrente dan korupsi sejalan dengan adaptasi strukturdesentralisasi dan demokrasi. Prosram devolusidalam Republik Federasi Rusia ba'hkan berbalikarah oada tahun 2004 setelah lebih dari 10 tahunditerapkan dengan dipilihnya kembali para gubernuroleh presiden.

Matsui menegaskan ketidaksiapan SDM dan rendah-nya pemahaman tentang otda di tingkat lokal untukmendukung implementasi program sebagai salahsatu masalah krusial yang membayangi tahun-tahunpertama otda. Bahkan di tingkat lokal, pemahamanini lebih rendah dibandingkan di tingkat provinsisecafa umum,

Page 4: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

)99rh-ngjalalirman.utralah1n

mrlitnalt.tsililr,a

nrih;i

Rosa Evaquarta, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal

malah dapat memunculkan pemerintahan dari pusat.' Karena itu, banyak pemda

daerah yang tidak demokratis jika kondisi kemudian masih merasa perlu untukpotitik

" lolial, seperti budaya politik, mendapatkan pendapatan tambahan di

iendahnya komitmen elit politik dan luar transfer dana dari pusat ini.bisnis lokal, ketidakjelasan fungsi kontrol Di satu sisi memang Otda membukadan evaluasi serta lemahnya civil society pintu yang lebih lebai bagi partisipasidi tingkat lokal, dimana kesemuanya masvaiakut tot ul untuk ikut serta dalammendukung demokrasi malah T"lrylt pem"buatan kebijakan publik. Namun dikarena adanya program ini (Smith 1980, ,iri luir, tidak biia dinafikan asumsi par-hal. 145). tisipasi masyarakat ini harus berhadapan

penerapan Otda awalnya mencatat dengan realitas pembuatan kebijakanpeningkaian jumlah produksi dan kuali- yang masih elitis, baik dalam artian ke-

ias ori-entasi perda yang mengindikasikan bijakan publik oleh elit maupun untukkecenderungan elit, terutama saat

mbengkokon birok civil sociery yang

ser,/rs teriodi don f,5llt-tT.,$;ff1penggunAAn APBD secara merata

hun 2002 menun- (Anggoron Pendapq

besor dori tronsfer ternatif yang lebih1999, dimana dari dono pe4mbangan dori pusot. ll baik untuk meng-

1.500 perda yang '- -..v gantikan proses

diteliti. sekitar pemilihan kepala

30%-nya menun- daerah secara ter-jukkan potensi distorsi investasi dengan tutup oleh para anggota dewan yang lebihpenerapan pajak berganda. Hal ini teru- rentan terhadap politik uang. Namun, me-

iu*u teriaAi pada daerah-daerah yang kanisme penentuan langsung top policy

berpotenii sebagai sentra perdagangan maker juga harus disertai dengan me-

tetapi tidak -"-itit i potensi alam yang kanisme pengawasan yang lebih efektifUisa aietsploitasi untuk meningkatkan dan mampu membatasi kemungkinan ter-pAD. Sebiliknya, daerah-daerah yang bentuknya kerjasama korup antara lem-

memitiki potenii alam besar seperti sek- baga eksekutif dan legislatif ataupun elittor kehutanan dan pertambangan, yang berkuasa dengan kelompok-kelompokmemiliki permintaan pasar internasional kepentingantertentu.yang tinggi, berlomba-lomba memberi-kan-insentif guna mengundang masuknya Kontrol dan Batas Kewenangan dalaminvestasi tetapi dengan mengesamping- Desentralisasikan potensi kerusakan lingkungan akibatover-eksploitasi.

Sentimen negatif terhadap pemerintahan sentralis dan otoriter selama

Kecenderungan pembengkakan birok era Orde Baru seperti mendapatkanrasi daerah yang sering terjadi dan jugapeningkatan penggunaan APBD untuk

E ^ | t: --,-,- - l-^---^l L^-^-*: l.',n"-duyur honorarium anggota dewan t t'"1'19"11'Xi:l;f:?ji"?,iiif3*"mlJ;t1,1

untuk anggota dewansetempat menghabiskan porsi yang cukupbesar dari transfer dana perimbangan

beberapa daerah, tidak hany.a untuk anggota dewansetempat tetapi juga peiabat teras dan pegawaisetempat tetapl

'|lloga pela

pemda.

Page 5: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Studi Politik Edisi 1, Vol. I, N0.1, 2010

kesempatan untuk berkibar sejakmerdekanya Timor Leste pada tahun1999 dan menerbitkan harapan baru bagidaerah-daerah konflik dan kaya SDA(Sumber Daya Alam) seperti Aceh, Papuadan Riau. Walaupun kemunculan programOtda pada 1999 bisa dianggap sebagaijalan kompromi terbaik, kenyataan bahwacetak biru program Otda tidak disiapkandengan baik menyisakan masalah-masalah interpretasi Otda dan kontrolyang krusial dalam perkembangan otdapasca implementasi tahun 200I.

Salah satu masalah tersebut berkaitandengan kontrol struktural yang sebel-umnya menjembatani antara pemerintahpusat dan lokal. UU No. 22 tahun 1999mehilangkan peran pengawasan provin-sial sehingga pemda lokal tidak lagi men-jadi bawahan pemda provinsi. Peralihanhak penilaian tanggung jawab lembagaeksekutif daerah pada DPRD meningkat-

pengelolaan SDA, perdagangan danpajak daerah. Tidak jarang perda yangsudah dibuat kemudian dianulir karenadinyatakan tidak sesuai dengan peraturannasional yang berada di atasnya.u Dalamkasus pajak daerah minuman beralkohol@erda No. 19/ 2001) yang ditarik PemkotBatam misalnya, terjadi tarik menarikantara Pemkot Batam dan Pemprov Kepri.T

Batam berhasil mendapatkan tambahanPAD sekitar 8,8 milyar rupiah lebih padatahun 2002 yang sangat signifikan darisekitar 140-an izin yang dikeluarkan.Namun tahun 2004, Perda tersebutdinyatakan tidak berlaku berdasarkan SKMendagri No. 40 dengan alasan perizinantersebut seharusnya dikeluarkan olehDinas Perindag Provinsi Kepri. Akibatnyaterjadi penurunan drastis PAD yangberasal dari retribusi izin usaha bidangindustri dan perdagangan (Iabel 1).

Tabel 1. Pendapatan Retribusi(Berdasarkan Perda No. 12, 13,

SIUP Total Pemda Kota Batam14 & 19 tahun 2001)

kan posisi dan keberadaan DPRD. UUNo. 3220At kemudian didesain untukmengembalikan sebagian hubungan danfungsi pengas'asan pusat-daerah padagubernur zrnurra Lain dalam penyu sunanAPBD lokal- RFE =i juga mengemba-likan fungsi pe n3 r:a= pusar 1-ang leb-ih ketat dalam p€mbsian dana perimbangan serta pem€liare dasail

Sempat hitaryat? :d-,.rr konrroldari prorinsi !81 rydai*an -ringterjadinl-a kdrt. irriltr****n anlarapemerintah loteL Frms du - .irgaPusat teruanra I"@El ba' -

,{g'g-n

Kasus lainnya berkaitan dengan kebijakan pembentukan Kawasan WisataTerpadu Ekslusif (IilV'TE) di pulauRempang pada tahun 200I - 2003. Selainuntuk menyaingi popularitas pusat

6 P.ose, penilaian ini seringkali berlangsung lama diDepdagri sehingga melewati batas waktu 6 bulanscreening. Tidak jarang perda-perda tersebut barubelakangan dinl'21rprtr ridak berlaku oleh Jakarta':\-ggr mendatangkan protes dari pemda yangodul-uns DPRD setempat.

- B<r,irsarkan \ra\\'ancara dengan responden M, DinasPcrrndusrrian dan Perdagangan Kota Batam, 26\l-a:=r lt_tO-

Year Target (Rp) Realisation (Rp)2002 [ 0,600,000,000,00 8,881,613,647,00r003 6,3 15,985,000,00 6,510,672,097 ,00100+ 7 00,000,000,00 5+5,479,570,00100; 7 00,000,000,00 839,4I1,250,001006 1,000,000,000,00 NA

Sumber: Dispenda Kota Batam ,2007

Page 6: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

dan,ang"ena

lranlamrholrkotrrik>ri.7

1anrdalarian.lutSKranehYangng

rl

It

:-:'curan dan perjudian Tanah Genting:- \lalaysia, I(WTE diproyeksikan akan: ampu meningkatkan PAD Pemkot::tam dalam waktu singkat dengan:-enjaring banyak wisatawan asing.?=r-judian sendiri walaupun dilarang:=cenarnya sudah berkembang di Batam:=cara klandestin sehingga pemda saat-rj dalam justifikasinya mengharapkan:ranya pemasukan pajak dari legalisasi:engusahaan perjudian yang dilokalisir di:alam wadah KIMTE.

Dengan berbekal persetujuan DPRD,

:.eng notabene didominasi oleh PDIP:rat itu, pemda langsung membangunta\-TE yang untuk sementara dilokalisir di\ongsa. Tidak adanya wewenang kontrol-.eh pemda provinsi menyebabkan-<.eberadaan I(MTE menjadi ambigu: engan perundangan pusat yangmelarang::alcek perjudian. Pemkot Batam:ersikukuh dengan'keistimewaan' posisi:intu gerbang' Batam sebagai justifikasi<eberadaan I{\MTE, walaupun rencana:=rsebut banyak mengundang pro- tes dari::asvarakat Melayu setempat dan sarat.su kroniisme dalam pengelolaannya.Setidaknya keluarga dekat SR, politisi

=enior PDI-P setem- pat yang saat itu::--enjabat wakil ketua DPRD disinyalirsangat diuntungkan lewat penunjukkan-angsung PT Dewa Menara Wisata (DMW):nruk mengelola I{\MTE di Nongsa.?ersiapan pulau Rempang seluas 13.000 ha-uga melibatkan pemilik PT Makmur Eloklraha (MEG), T'W tokoh pengusaha besar:i Jakarta (Suarjana & Syahril 3 MaretI .r03).' Keberadaan I{\MTE saat ini belum:esmi dibekukan tetapi otomatis terhentisetelah rentetan Pilkada provinsi Kepri

Rosa Evaquarla, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal

dan kota Batam (2005 - 2006) mengubahkonstelasi politik setempat.

Simpang siurnya peran supervisi Pemdajuga menyebabkan konflik tarik menarikkekuasaan antara bupati Kutai, SyaukaniHR dan gubernur Kaltim, Suwarna AESyaukani yang juga adalah ketua APKASIdan orang kuat Golkar di Kalimantansejak awal dikenal sebagai tokoh populisdan berkedudukan kuat di antara para elitse-Kaltimn. Konflik muncul ke permukaansaat Suwarna AF merekomendasikanpengganti Syaukani yang masa jabatanpertamanya selesai tahun 2004 padaDepdagri.'o Rekomendasi Suwarna, yangdidukung PDIB dianggap membahayakanposisi Syaukani menjelang Pilkada. Untukmencegah berlarut-larutnya konflik yangmenyebar luas di masyarakat, Moch.Ma'ruf, Mendagri saat itu menunjukpejabat bupati baru dan menugaskanpenyiapan penyelenggaraan Pilkada.Persaingan pengamh di antara keduanyamakin mengemcut ketika baik Suwarnamaupun Syaukani harus menghadapitudingan korupsi yang diajukan KPK padatahun 2006 - 2007 atas kasus-kasus yangberbeda."

:en klub malam.

n qt""oan s

diKdi tingkatan nasional. Perannya sebagai ketuaAPKASI terus mendorong pemberian kewenanganyang lebih besar sehingga seringkali bertentangandengan usaha pusat untuk mempertahankan sisa-sisa kewenangannya di daerah melalui UIJ No.32/ 200+. Setelah berhasil dipilih menjadi bupatiKutai I(artanegara melalui musyawarah DPRDtahun 1999, ia juga berhasil menang kedua kalinyamelalui PilkadaJuli 2005. Sejak berkuasa, Syaukanipraktis menjadi orgaPrsaslkemasyarakatan, engaruhnYayang sangat kua di lingkuPKutii tetipi juga nasional'

pada PilkadaJuni 2005.

11 Kutor konflik lainnyayangmelibatkan Syaukani dan

Page 7: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Studi Politik Edisi 1, Vol. I, No.l, 2010

Permainan Elit (Lokal) dan proyekfnfrastruktur APBD

Fitur otda yang diperkenalkan lewatUU No. 22 tahun 1999 dengan tegasmengaktifkan kembali peran politikelit di tingkat lokal dengan pemberiankewenangan politis dan administratifyang lebih besar pada pemerintah daerah.Dalam hal ini, arena kompetisi distribusisumber-sumber ekonomi dan politik yangsebelumnya selalu terpusat di Jakartasebagian besar berpindah ke tingkatlokal. Setidaknya tahun-tahun awal Otdadiwarnai dengan kemunculan "konflik-konflik" internal daerah yang mayoritasterkait dengan penggunaan dana APBDdalam proyek-proyek infrastruktur dantarik menarik kekuasaan baik di dalampemerintahan sendiri maupun antarkelompok masyarakat setempat.

APBD sejak penerapan Otda menjadikomoditas politik yang begitu diperde-batkan, diperebutkan bahkan diperda-gangkan antara lembaga eksekutif danperwakilan daerah. Baik lembaga ekse-kutif maupun legislatif masing-masingmerasa berkepentingan untuk mengaju-kan proyek-proyek yang dipandang pent-ing dengan menggunakan da na APBD.Akses publik atas informasi ApBD yangseharusnya dibebaskan karena menyang-kut kepentingan masyarakat tetap sangatterbatas dengan alasan 'sangat sensitif,.Akibatnya, masyarakat seringkali sulitmemonitor kinerja pemda.

APBD Batam adalah contoh yangmenarik unruk dibahas. WalaupunBatam sebagai sebuah kota industri vang

sebelumnya dikendalikan penuh olehJakarta melalui BIDA (Bqtqm IndustrialD ev elopment Authority), struktur Pemkotbaru yang lebih kuat berdasarkan UUNo. 53 tahun 1999 masih belum lengkap.Proyek pembangunan gedung DPRDpada tahun 2002, misalnya dikritisi olehbeberapa LSM dan ormas seperti DPOD(Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah)dan Gapensi (Gabungan pelaksanaKonstruksi Nasional Indonesia) Batamkarena dugaan penggelembungan nilaiproyeknya dan penyimpangan prosestender yang melibatkan pimpinan-pimpinan DPRD saat itu.',

Tidak adanya keharusan kontrol dariotoritas yang lebih tinggi menyebabkanpenyusunan penggunaan APBD daerahsempat berjalan tanpa panduan,cenderung tidak efisien jika dilihat darisisi kegunaan bagi masyarakat setempatdan rentan terhadap kepentingan pihaktertentu. Tidak jarang yang terjadibahkan adalah kerjasama antara lembagaeksekutif dengan para wakil rakyat untukpembangunan proyek yang didanai APBD,masing-masing berperan sebagai',broker,,untuk kelompok-kelompok tertentuyang ingin memenangkan tender proyektersebut. Pengusaha yang ikut dalamtender harus mengalokasikan biaya-biayaekstra dalam perencanaan pembiayaanproyek sebesar potongan yang dikenakanoleh oknum-oknum tertentu dalampemerintahan." Bagi pengusaha atau

S ur.'erni t< :-ii:: --;:- ;€1-i: =.: --:i:r r< =i..-uan Lrrr d g

tan ggn S -rs- ;-=-: ---

:--r =--, i =: -i;:: : z::r L-:n i un g;n

r_tke luer i:-ia:-- :ri-:: i.-:-:r=---. i-=1-;1; ;rLr.]].rgmen\-3l-l;::-j:=jj: = a= :-- j--j :j--- ::--.=:---;:--:f.: :'.l:-ittertentrl ;:l;::: Ls.-.1= :t=:=-:-.i.t--- r-=;- l::--.::- -::.::i

13 Potong^n tidak resmi yang sering dialami terutama

:g+ J-- +- .

KaSUS-LASUS IO:=S ::-:<a r=-

Page 8: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

htl)tJ).

)h

))I1

il

ter:jadi pada proyek-proyek yang didanai APBD.l,Ienurut sebuah sumber dari akademisi lokal,

jurnalis, 28 Maret 2007 .

pengelolaannya dialihkan dari Perusda TunggangPr."ttg"n tahott 2005 pada dinas-dinas pemdaterkait.

OL, staf perwakilan LSM lokal, dalam wawancara

16

DH, 8 Januari 2008. Mekanismepartis biasanya dengan memberikand".r" ertentu yang kemudian dikelolaoleh dengan rencana Pembangunantahunan. Vico biasanya mempercayakan penggunaandana berdasarkan hasil audit internal Pemda, tanpabisa menentukan jenis proyek pembangunan yangingin diikuti.terjadi, berdadengan FW[,Maret 2008.

te nder horus me ng a I okosrkon b i oY o - b i oY aekstro dolam perencanaan pernbiaYaon

-S\l yang tidak ll:1au mengikuti-:iuran main'.:::. kemungkinan:3sar tidak akan::sa mendapatkan-resempatan un::k berpartisipasi:alam pengerjaanf,ro\rek lainnya.

Pengerjaanproyek pembanSunan jalan dansekolah di daerahpesisir dan ter-pencil kabupatenKutai Kartanega-ra tidak berbedajauh, seringkali menyisakan infrastrukturl-ang tidak selesai atau berguna.'* Proyekinfrastruktur bermuatan politis ini banyak

]'ang tidak berlanjut karena para kontrak-tor tidak mendapatkan pelunasan biayapembangunan sesuai yang direncanakanoleh pemda setempat, antata lain karenakorupsi." Daerah pesisir di timur Kutai

pembangunan ProYek Yang didonoi

R.osa Evaquafia, Bisnis dan

Tidok jorong yang teriodi bohkonodoloh keriosomo antara lembogoeksekutif dengon paro wakil rawot untuk

" broker" u ntuk kelompok-kelonpok tertentuyong ingin memenlngkon tender proYek

fersebuf. Pengusoho YanE ikut dqlom

proYek sebesor potongqn yangtertentudikenakon oleh oknum-oknum

dalom pemerintqhqn..., 11

Politik di Tingkat tokal

memiliki posisisignifikan bagiKutai karenakekayaan minyak bumi dangas. Beberapaperusahaan mi-gas besar, seperti Total, Vico,dan Unocal, su-dah sejak lamaberoperasi dibagian pesisirKukar terse-but. Ironisnyawalaupun sa

ngat kaya danperusahaanpertambangan

berskala besar diwajibkan untuk ikut ber-partisipasi dalam program pembangunanmasyarakat (ComDev), pembangunan in-frastruktur dasar di daerah pesisir ini tetapsangat minim.'u Akibatnya, tokoh-tokohpesisir aktif menyuarakan pemekaran dae-rah dan pemisahan diri dari Kukar karenamerasa tidak diperhatikan sebagai penyum-bang terbesar pendapatan kabupaten.

Bupati Kukar sendiri sejak akhir 2006dikaitkan dengan tuduhan korupsi yang

APBD, mosing-rnoslng berperon sebogoi

Page 9: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Srudi Politik Edisi 1, Vol. I, No.1, 2010

dilayangkan KPK dengan jumlah kerugiannegara _mencapai lebih dari 120 milyarrupiah." Tuduhan dikaitkan dengan empatkasus krusial yaitu: pengadaan lahan danuji kelayakan proyek bandara Loa Kulu,penggunaan dana bantuan sosial untukmasyarakat, serta pemberian insentif dariDBH (Dana Bagi Hasil) migas. Tuduhankolusi dan nepotisme pada proyekbandara menyangkut peruntukkan lahanbandara yang notabene sebelumnyadimiliki oleh ketiga anak Syaukani.Demikian juga dengan. pengerjaan ujikelayakan yang melibatkan badan usahamilik bupati iUinahasa Utara, pT DMI,

mengindikasikan nepotisrne dan marh-upnilai proyek.'*

Program bantuan sosial pemda jugatidak luput dari sorotan massa karenaseringkali mengalami kebocoran dandistribusi yang kurang merata. Selainmeliputi program subsidi 2 milyar perdesa dan program pinjaman UKMdan koperasi, bantuan sosial itu jugadigunakan untuk subsidi pendidikan danguru. Salah satu kasus yang menarik

z--or

Page 10: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

r:a:ah pemberian bantuan pembelian

-;*eda motor untuk guru yangmelibatkan:€notongan subsidi yang diterima guru

-ragai cicilan atas sepeda motor tersebut.?'.da kenyataannya, pengimplementasianr r.r,ET&rn sukarela ini diwajibkan dan:=:indikasi marLz-up. Subsidi Pemda

;::1 sebagian besar akhirnya "kembali-=n- pada Pemda untuk melunasi sepeda:-,rtor tersebut, dan juga memberikan-i.untungan sampingan bagi para broker::ovek tersebut.

Permainan Elit (Lokal) dan PolitikBalas Budi Pilkada

Salah satu aspek Otda di Indonesia:.ang paling vital adalah kebijakan:emilihan Kepala Daerah (Pilkada).Proses ini menjadi sangat krusial tidak:.anva untuk pemerintah pusat yangrarus melepaskan "hak prerogatif "-r)'a tetapi juga membuka pintu bagi:eralihan aktivitas serta pendanaanrampanye ke tingkat regional dan lokalsehingga mengakselerasi dinamikaekonomi politik dan munculnya elit-elit kuat politik dan ekonomi di tingkatdaerah,

Kuatnya posisi Syaukani sebagaibupati Kukar selama dua periode tidakbisa dilepaskan dari suksesnya strategimobilisasi dukungan terstruktur yangsejakera Pra-Otda sudah dipupuk dankemudian berkembang pesat denganmemanfaatkan momen Otda." Pengaliranuang insentif dari DBH, yang kemudiandituduhkan KPK sebagai tindak korupsisecara tidak langsung berkontribusi padakemenangan Syaukani pada Pilkadatahun 2005 dan merupakan salah satustruktur mobilisasi dukungan financial

Rosa Evaquarta, Bisnis dan Politik di Tingkat Lokal

yang merugikan negara sekitar 93 milyarrupiah dalam kurun waktu 2001 - 2005.'o

Sumber dana politik lokal di Kutaiberasal dari sektor pertambangan sejakIama adalah andalan karena mampumenyrmbang lebih dari 75% PDRBtahunan Ookoh Indonesia 2007, hal.39). Walaupun terbatas untuk perizinanusaha pertambangan berskala keciltetapi monopoli keputusan akhir ditangan bupati membuka kesemPatanlobi dan praktek broher bagi para patronmenengah, terutama mereka yang adadi lingkungan dalam pendukung setiaSyaukani." Perizinan berskala besar yangharus dimiliki perusahaan besar tetapharus mendapatkan rekomendasi daribupati yang sangat krusial sebelum bisamemperoleh izin usaha dari pusat melaluiDepartemen ESDM.

Grafik di bawah menggambarkanpeningkatan dramatis jumlah izin usahayang dikeluarkan Pemkab pada tahun2004 - 2005, atau menjelang pelaksanaanPilkada, dan kembali menurun walaupuntidak drastis pada tahun 2006." Daripemberian izin tambang 2004 - 2005,Pemda Kutai menuai 3,14 milyar rupiah.Pemasukan ini belum termasuk pungutan

2oB"rrttry" bagian insentif dari transfer drnrperimbangan yang berkisar antara 1,5 - -i'.memberikan sambaran dan indikasi efektifnr a

oemberian inJentif ini untuk memelihara bri:.

Sl"S"S."l yang solid terutama dalam birokrasi c:-,institusi-institusi yang seharusnya bias menqinth.::.kekuasaan Syaukani sebagai bupati, terlep.r. ::.peruntukkan insentif sebagai penunj ang pe nin l.:= :-,PAD. Ironisnva. institusi-institusi vane lebi h I -lr.'.' I r,

mendapat aliran insentif ini tidak berhu:':..==.langsung dengan sektor-sektor penehrsi-perimbangan, terutama dari bagi hasii pertarn':'=:

ZrWu*^n ^ra

dengan MY, staf Dinas Pertan:-',-Kukar, Januari 2007 .

221{J., aktivis, dalam wawancara Januari I 'data dari JATAM Kaltim menguatkan .i:-'. - .-kedekatan para pemilik KP (Kuasa Pen.:::- --.batubara dengan oknum-oknum Per-.:, :sejalan dengan pemberian begitu bar'.'-:..dan meluasnya lahan yang rusak ;.--.- -' ' , -- -

pertambangan baik legal maupun ile:-:

t4#6Hl!:i

F€

;3-i*{t:

#&

:n4€67flil,#

,qf

frEfitIF

I

r

Page 11: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

t

Studi PolitikEdisi 1, Vol. I, N0,1, 2010

resmi sebesar 50 sen USD per ton hasilproduksi sesuai Perda No. 2 tahun2001 pasal 2I. Implementasi perda initidak berlangsung secara efektif untukmeningkatkan pendapatan daerah dan lebihbanyak bermuara pada insentif-insentifekstra yang harus dikeluarkan pengusahauntuk mengisi kantong oknum-oknumpemda untuk menghindari kewajibanpungutan tambang." Ironis bahwa perdatersebut dikeluarkan untuk mendongkrakpendapatan daerah kemudian sengajatidak diimplementasikan dengan tegas olehpara oknum pejabat untuk memperkayadiri dan kelompoknya (McChesney lgg7,hal.38-41).'n

Kuatnya dukungan terhadap Syaukani,baik dalam bentuk sumber danakampanye Pilkada 2005 maupun pada saatia menghadapi tuntutan kasus korupsiyang dilayangkan KPK, dapat dikatakansebagai petunjuk keberhasilan strategimobilisasi dukungan dan akomodasimodal yang bermanfaat bagi kepentinganpolitik Syaukani." Dalam pilkada 2005,dibandingkan dengan dua pasangankandidat lainnya, kampanye yang

dilakukan Syaukani diduga melibatkanpenggunaan dana yang sangat besar.'uPilkada 2005 menjadi tolok ukur bagi usahaSyaukani untuk maju lebih jauh dalamPilkada Provinsi 2008, sebelum akhirnyatersandung kasus korupsi tahun 2007.

Sementara itu studi kasus lain di Batammenunjukkan bahwa kesimpangsiuranregulasi ekonomi dan status setelahOtda justru mendorong elemen-elemenekonomi di Batam untuk melakukan lobi-lobi khusus tidakhanyapadatingkat DpRDdan Pemkot saja tetapi juga di tingkatyang lebih tinggi dan berwenang, dalamhal ini Jakarta. Hal ini tampak jelas padainisiatif pemerintah pusat untuk meninjauulang keistimewaan posisi ekonomi Batamsebagai sebuah pulau yang bebas dariPPnBM dan PPh selama masa Orde Barudan kembali pada implementasi tegasatas PP No. 41l 1978 tentang kawasanbebas perdagangan (Free Trade ZonelFTZ) yang seharusnya berlaku enclaveatau terlokalisir pada kawasan-kawasan

23Produksi batubara Kukar lebih banyak dieksporke.Taiwan, Jepang dan Cina daripada digunalanoleh pasar domestik. Produksi batubari tahun

Tltq kuan S, anggotaDPRD 2008, pemdalldakpernah aerah1arj setoranproduk

24M.Ch"rtrey menggarisbawahi mekanisme rente iniyang disebutnya sebagai 'money for doing nothing',dimana pejabat mendapat rente karen"a berhaiiimengancam p_emb erl akuan suaru kebijakan / lan gkah(tidak melakukan apapun)

I

Page 12: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Rosa Evaquafia, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal

kanat.tu

ahaam:rya

amranIahrenbi-iD<atlmdaaulrnrriruAS

lnel/eln

-lo^btiiisiN).arto-blrh

nnhii0h

);ij)ri

I

-00

90BO

70

r5O

..,1 4u302010

0

Grafik. Perkemb angan Jumlah Izin Usaha Pertamban gan 2002 - 2006

Nurnbers of Mining Licences Produced 2OO2 - 2OAB

2002

il. ill

2003 2o04

tl

2006

berkepanj angan, strategi yang digunakanadalah menempatan tokoh-tokoh BIDA didalam struktur Pemkot dilakukan denganagenda pemenangan Pilkada Gubernurtahun 2005 dan Pilkada Walikota tahun2006'n.

pusat untuk menerapkan PPnBM dan PPh, banyakdiskusi artt^r^ Pemkot dan asosiasi-asosiasi bisnisdiselenggarakan di Batam untuk mengagregasikaninput kebijakan.

29\\-r., tr,.rrr denqan YD, pengusaha, pejabat terasK{Df\- Pror insi & ketua tim sul.<ses salah satu pasa

ngan k:.-rcidar pada Pilkada walikota 2007 ,26 Maretl0O-: r.r.:apJ pejabat BIDA, 23 -24Jantari 2008.\\-:-r-:-r \D menvebutkan tidak ada preferensi

te.i.r.:. ::ri kalangan pengusaha tentang iiapa ytngn'r;::---: ::l:;n Pilkada walikota tahun 2006' halyangb.::.:: :,:loak pada Pilkada g'ubernur tahun 2005.

:ieterangal: Pedzrnan ini tidak termasuk sektot migas yang halmya drkuasai oieh pemerrrtah pusat.

S,rn-rber: LaponnReahsasi Periztnat& Penerimaan Pt1ak2002_2006,Dinas Pertambangan & Energi

Ifubup aten I{utar l(artanegara.

Tabel 2. Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Kutai Kartanegara, Juli 2005

No. Umt Nama Pasangan Suara Sah Suara tidak Sah

Aji Softan AlexMuhammad Irkham

73.054 17 4)o/^

3.246 1,49y"2 Tajuddin Noor

Abdul Diabar Bukrant2.199 5,58y"

3 Syaukani HRSvamsuri fupar

130.068 59,5Iy"

Total Q18.567\ 215.32r 98,51"/"

Sumber: Laporan Pilkada & Wakada tahun 2005 Kabupaten Kutai Kartanegara, Pokja Pelaporan KPUKabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong

:ndustri saja." Hal ini tidak hanya menjadiDerhatian elit politik lokal-provinsi-pusatretapi juga meresahkan dunia usahaBatam dan regional Asia Tenggara.

Proses perundingan dan lobi politik)'ang berlarut-larut karena pergantiankekuasaan dan ketidaktegasan di:ingkat pusat menyebabkan status FTZBatam mengalarni kerancuan sejakOtda diberlakukan sampai akhir tahun2007." {.Jntuk mengatasi konflik yang

:TPPtIBM meliputi produk elektronik, kendaraanbermotor dan rokok.

lSst"tor Batam yang masih terkatung-katung ini juga

berimbas pada rencana penerapan PPnBM dan

PPh yang sempat ditunda sejak tahun 2002 sampai2004. S;jak dikeluarkannya rencana pemerintah

Year in Quarterly

Page 13: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Studi PolitikEdisi 1, Vol.I, No.l, 2010

Tcbel 3. *I*sfl Fitlrads GtbernurTahun ?)05 dln Wallkota Tahun 2006Bceults in nurshe:s asd

200$ Gubematorial Ele*tion ?006 Mavoral ElectionI*meth AlrduHahIVfuh" S*n{309,11t f60)

Ahxnad DahlanRi* Saperil*a,3.6x6 {41.46}

N1,at *'"ar'lir

Scer','lr llesp:ttitxroI Tl,9?i i3,1.;

:\l':rr'incl I )ar:l'ilarr

,/"r.rilr*hri

-1.5.(i51 {i9..{jf-*ltizsl Zca1?irnran llisorvanro27,372 {,:1\

r\lrrt- llasuirll*ch*trl P;r.-:rriltu

+3,926 {1e.45}Nazief Soesila Dl:asmaS*hat Sianruti43,1r)3 fl9.13\

LoL Ntnkvuntr. Lrrca} Elecdons *nr'l= $u,mber: Ctrroi, l.Innkyunq,Wofting Papcr No.Indr.rstrj. dsaft buk*.

:cal lilections *nd f)crnocracy irl Indonesi*; The case of tl.lc Riau ;\rclripelago,91, Sirrgapore: IDSS, ?ft)5, p. 16; I(FL1D Baranr, Ditran:ika Der:rokmei di Xota

Lengsernya Nyat Kadir sebagaiwalikota Batam digantikan oleh pasangankepala daerah dari kubu pro OtoritaBatam/BIDA (smeth Abdullah dan AhmadDahlan), yang notabene masih menjadiperpanjangan tangan pusat, baik di tingkatprovinsi dan kotamadya secara signifikanmengubah dan mengharmoniskan arahpengelolaan Batam (Choi 200b). IsmethAbdullah (mantan ketua BIDA) terpilihsebagai gubernur Kepri pada tahun Z00Edan Ahmad Dahlan (mantan kepalaDinas Pendidikan BIDA) sebagai walikotaBatam pada tahun 2006. Walaupundemikian, kemenangan kepala daerahdengan patron pusat dan BIDA tidaksepenuhnya menghapuskurn persainganpolitik patronase lain yang masih tetapeksis, termasuk dalam DPRD.

Dalam konteks Eliatam, berbagai patronpolitik tersebut memiliki posisi tawar yangrelatif imbang dalam era Otda- Dalam halstafus Batam, sintesis antar patronasepolitik diaffiafkan para pengusalla yangtergabrrng dalam KADIN memiliki agendayang soli4

'raitu kejdasan status dan

perundang-rmdangrn rrsaha di Batam.Bahkan uffift nengEplkatr status FTZ,keseluruhan wilaFh Batan, banyakdana dihimlrm pila pqabat teras Apindodan KADIN yilg Aigrmakan untuk

mengadakan lobi-lobi khusus dengananggota dewan di Jakarta.'o

Setidaknya untuk agenda ini, baikPemkot maupun BIDA bisa menjalinkerjasama untuk mendukung I(ADINdalam lobi di tingkat pusat karenabagaimana pun hal ini sangat terkaitdengan inflow PAD. Walaupun demikian,tarik menarik wewenang antara pemkotdan BIDA dalam pengelolaan Batamyang terjadi sejak penerapan Otda danpembentukkan Pemkot Batam tahun200I tidak hanya mempengaruhi danmembingungkan jalannya bisnis secaraumum tetapi juga mempengaruhikesuksesan lobi-lobi pengusaha tentangstatus Batam.

Lobi FTZ yang lebih solid tersebutmenampakkan hasil pada tahun 2007setelah secara maraton DPR-RI danpemerintah pusat sepakat mengeluarkanUU No. 4412007 dan serangkaian peraturanpemerintah (No. 46 - 48) yang mengaturF'IZ di seluruh kawasan kepulauanBarelang @atam, Rempang dan Galang)dan Bintan serta Karimun. Pada tahun 2009Pemerintah Pusat juga terus melakukankoordinasi penyesuaian regulasi denganpara elit yang berkepentingan di Batam.

30 }V"*-ora dengan SMN, jurnalis, 28Marct2007..

Page 14: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

fr

ta

nnn'a

lig

IN

ikinNIA

iitn,

)tn

rt7nn

n

r1

))1

1

Sesimpulan

Paparan beberapa kasus di atas yang::1adi di kota Batam dan kabupaten Kutaiitartanegara menggarisbawahi dinamika:konomi politik lokal yang terakselerasi.r€ngan penerapan Otda yang beragam.?engalaman Batam memperlihatkansadasi pergumulan kekuasaan yang lebih3lural dan dinamis dibandingkan apa yang:erjadi di Kukar. Batam lebih diwarnai olehkepentingan pluralis antara begitu banyakselompok yang saling bersaing untuk

=endominasi kekuasaan, tidak hanyaxrtara BIDA dengan Pemkot (2001 - 2006):etapi juga Pemkot dengan DPRD setelahPrlkada 2006. Dukungan pebisnis terkesan:erbagi-bagi di antara kelompok-kelompokni walaupun sebenarnya siapapun yangrerhasil mendominasi, mereka tetapakan diuntungkan karena kondisi usaha

]-ang kondusif dan jelas menjadi agendautzuna semua kelompok. Kooptasi ormas-orrnas di Batam terlihat lebih elegan jikadibandingkan dengan Kutai.

I^ain halnya dengan kabupatenKutai yang memperlihatkan dominasikelompok tertentu saja dalam konstelasipolitik lokal setelah penerapan Otda.Usaha-usaha untuk mengontrol lembagaeksekutif baik dari dalam struktur pemdamaupun dari luar menjadi tidak efektif.Hal ini disebabkan karena kecenderungankooptasi elit berkuasa atas organisasi-organisasi massa dan institusi-institusipemerintahan yang ada, termasuk duniabisnis, sehingga menj adi sangat tergantungpada sang patron utama. Jikapun adaorganisasi yang tidak terkooptasi, peranmereka sendiri terlalu lemah untuk dapatmemobilisasi dukungan untuk mengkritikkinerja elit berkuasa.

Rosa Evaquafta, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal

Referensi

Choi, N. 2005. "Local Elections &Democracy in Indonesia", WorhingPaper, No. 91, Institute of Defence &Strategic Studies Singapore.

Dalle, R. 2003, "Kejaksaan PeriksaPenggelembungan Dana Gedung DPRDBatarn". Tempo lnteraLztif .

Hadiz, V R.. (2005) DinamiLzaKehuqsaan,Ehonomi PolitiLz. Indonesia pqsca-Soeharto, J akarta, LP3ES.

Hidayat, S. 2005. "'Hidden Autonomy':Understanding the Nature ofIndonesian Decentralization on a day-to-day Basis" dalam Regionalism inPost-Suharto Indonesia. M.S. Erb,Priyambudi, Faucher, Carole, NewYork, RoutledgeCurzon: 54 - 74.

Jamalluddin (2007), Konflih Emas Hitamdan upqya Membangun Kemitrqqndalam Pengeloloqn Sumber doya Alom,Seminar Nasional XXI AIPI, Manado,14-15 Agustus 2007.

KPUD Batam, Dinamika Demokrasi diKota Industri, draft buku

Matsui, K. (2000) "Decentralization:Seeking a New Central-RegionalRelationship" dalam AbdurrahmanWqhid government and its Challenge,Indonesia Entering a New Era,Y. Sato.Tokyo, IDE-JETRO.

McChesney, E S. (1997), Money forNothing: Politicians, Rent Extraction,and Politicql Extortion, Cambridge:Harvard University Press.

Nugraha, P, "Akal-akalan Pemekaratf',Kompas,l0 Maret 2007

Octarevia, D. (2003) Tinjauan suatu ModelFTZ di lndonesia. FTZ Khas Bqtam:Berp enduduh dan B erp emerintah Kota,Jakarta: UI Press.

Peraturan Daerah Kabupaten KutaiNo. 2 tahun 2001 tentang Izin UsahaPertambangan Umum Daerah.

Page 15: Bisnis Politik di Tingkat Lokal Otonomi Daerah

Serdi PolitikEdisi l, Vol. I, No.l, 2010

Peraturan Daerah Kota Batam No. I 9 tahun2001 tentang Pengaturan, Pengawasandan Pengendalian Minuman BeralkoholKota Batam.

Prasojo, E., Maksum, IR & Kurniawan, T.(2006) Desentralisosi & PemerintahanDaerah: Antara Model DemohrasiLohal & Efisiensi Struhtural, Depok:Departemen Ilmu Admirqistrasi FISIPUI.

Savirani, A. Q004) I-ocal Strongmen inNew Regional Politics in Indonesia,Thesis, Amsterdam: Universiteit vanAmsterdam,''International School ofHumanities and Social Sciences.

Smith, B. (1980) Meqsuring Decentrali-sotion, dalam New Approaches to theStudy of Central-Local Government Re-lationships, G. Jones (ed.) Hampshire,Gower Publ. Comp. Ltd., hal. 137-51.

Suarjana, I M. & Syahril, S. (3 March2003)"Bakin Menentang Judi Batam",Gatra.

Tokoh Indonesia, Edisi Khusus 2l2007, "Selayang Pandang Kukar", www.tokohindonesia.com.