Bisnis Franchise.docx

38
A. Latar Belakang Franchising pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee. Fenomena yang menarik dibeberapa tahun ini yaitu makin tumbuh suburnya Bisnis Franchise, terutama pada bidang makanan. Kalau kita amati saat ini banyak sekali usaha baru yang sangat kreatip menawarkan berbagai jenis produk dan jasa, misalnya usaha makanan modern. Beberapa diantara mereka membuka gerainya di pusat-pusat pertokoan atau di jalan utama di lokasi yang strategis di tengah kota. Contoh yang sangat mudah adalah usaha makanan Mc Donald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Dunkin Donuts. Itupun disusul dengan sangat banyak lagi usaha franchise asing lain seperti Bread Story, Bread Talk, Wendys, Kafe Dome dan sebagainya. Beberapa pemilik usaha berada di luar negri seperti Mc Donald, Dunkin Donuts, Kentucky Fried Chicken, Pizza

Transcript of Bisnis Franchise.docx

Page 1: Bisnis Franchise.docx

A. Latar Belakang

Franchising pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka

memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise dianggap memiliki banyak

kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, kecuali kerelaan

pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai

jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya

melalui tangan-tangan franchisee.

Fenomena yang menarik dibeberapa tahun ini yaitu makin tumbuh suburnya

Bisnis Franchise, terutama pada bidang makanan. Kalau kita amati saat ini banyak

sekali usaha baru yang sangat kreatip menawarkan berbagai jenis produk dan jasa,

misalnya usaha makanan modern. Beberapa diantara mereka membuka gerainya di

pusat-pusat pertokoan atau di jalan utama di lokasi yang strategis di tengah kota.

Contoh yang sangat mudah adalah usaha makanan Mc Donald, Kentucky Fried

Chicken, Pizza Hut, Dunkin Donuts. Itupun disusul dengan sangat banyak lagi usaha

franchise asing lain seperti Bread Story, Bread Talk, Wendys, Kafe Dome dan

sebagainya.

Beberapa pemilik usaha berada di luar negri seperti Mc Donald, Dunkin

Donuts, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Wendys, Starbucks yang berasal dari

Amerika Serikat, Bread Story dari Malaysia dan Bread Talk dari Singapura dengan

pembeli yang cukup banyak. Pembeli rela untuk meluangkan waktu yang cukup lama

tertib dalam antrian untuk memilih produk dan membayarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perhatian adalah faktor-

faktor apa yang mendorong pertumbuhan Bisnis Franchise di Indonesia ? Selain itu

makalah ini memfokuskan pada dua hal. Yang pertama adalah untuk membeli

franchise. Yang lain adalah untuk membeli bisnis yang ada. Kedua kegiatan memiliki

peluang dibandingkan dengan memulai bisnis baru dan akan dikaji dalam makalah

ini, diawali dengan franchising.

Page 2: Bisnis Franchise.docx

Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa,

KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai

sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima

franchise di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena

terjadi krisis moneter. Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya

karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing

masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan

politik yang belum stabil ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada

2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine

Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh

perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan

bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya,

diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran

distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris franchise dirintis oleh J

Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an.

Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise rumah makan siap saji.

Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka

restaurant cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama

dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan

mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang

sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran

dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami

berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi

franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai

franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian pesat

terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan franchise digemari sebagai suatu

sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha

Page 3: Bisnis Franchise.docx

ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya franchise dirintis oleh J.

Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis franchise

tidak mengenal diskriminasi. Pemilik franchise (franchisor) dalam menyeleksi calon

mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama.

B. Pengertian Franchise

Masing-masing negara memiliki definisi sendiri tentang franchise. Amerika

melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai

hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor

berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang

dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang

sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana

franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.

Sedangkan menurut British Franchise Association, franchise sebagai garansi lisensi

kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:

1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode

tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.

2. Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama

periode perjanjian.

3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee

pada subjek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi

usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen

atau yang lainnya.

4. Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama franchise

untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau

service yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

Page 4: Bisnis Franchise.docx

Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap franchise. Campbell Black

dalam bukunya Black’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek

dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas

nama merek tersebut. David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah

sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil

(franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar

oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan

sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang

(franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk

menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang

disepakati.

Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang

definisi franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga

Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata

franchise. LPPM mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau

keuntungan sangat istimewa sesuai dengan kata tersebut yang berasal dari wara yang

berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan.

Sementara itu, menurut PP No.16/1997 franchise diartikan sebagai perikatan dimana

salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas

kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain

dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,

dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah

yang berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia.

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Franchise

merupakan sistem kerja sama dimana pihak pertama yang disebut pemberi waralaba

(franchiser) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima waralaba

Page 5: Bisnis Franchise.docx

(franchisee) untuk menyalurkan produk atau jasa secara selektif dalam lingkup area

geografis dan periode waktu tertentu dengan menggunakan merek, logo, dan sistem

operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak dituangkan

dalam bentuk perjanjian waralaba (franchisee agreement).

Pemilik usaha disebut franchisor atau seller, sedangkan pembeli “Hak

Menjual” disebut franchisee. Para pengusaha adalah franchisee. Isi perjanjian adalah

franchisor akan memberikan bantuan dalam memproduksi, operasional, manajemen

dan kadangkala sampai masalah keuangan kepada franchisee. Luas bantuan berbeda

tergantung pada policy dari franchisor. Misalnya beberapa franchisor memberikan

bantuan kepada franchisee dari awal usaha mulai dari pemilihan lokasi, mendesain

toko, peralatan, cara memproduksi, standarisasi bahan, recruiting dan training

pegawai, hingga negosiasi dengan pemberi modal. Ada pula franchisor yang

menyusun strategi pemasaran dan menanggung biaya pemasarannya. Sebaliknya

franchisee akan terikat dengan berbagai peraturan yang berkenaan dengan mutu

produk / jasa yang akan dijualnya. Franchisee juga terikat dengan kewajiban

keuangan kepada franchisor seperti pembayaran royalty secara rutin baik yang

berkenaan maupun yang tidak dengan tingkat penjualan yang berhasil dicapainya.

Keberhasilan franchising adalah bergantung pada kerja keras dari franchisee

dan nilai yang ditambahkan oleh franchisor. Franchisor dapat membuat uang dalam

berbagai cara termasuk:

menjual franchise kepada franchisee

menjual perlengkapan ke franchisee

mengumpulkan persentase penjualan

dalam beberapa kasus perusahaan menyediakan pelatihan khusus / bahan.

Beberapa keuntungan bagi Franchisor (perusahaan induk) :

Page 6: Bisnis Franchise.docx

Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya promosi

dan biaya investasi cabang baru.

Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama.

Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi.

Bisnisnya bisa berkembang dengan cepat di banyak lokasi secara bersamaan,

meningkatnya keuntungan dengan memanfaatkan investasi dari franchisee.

Bagi Franchisee (pemilik hak-jual) :

Popularitas produk atau jasa sudah dikenal konsumen, menghemat biaya

promosi.

Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu sesuai dengan training

yang dilakukan oleh franchiser.

Mendapatkan image sama dengan perusahaan induk.

Kerugian bagi franchisee (pemilik hak-jual) :

Biaya startup cost yang tinggi, karena selain kebutuhan investasi awal,

franchisee harus membayar pembelian franchise yang biasanya cukup mahal.

Franchisee tidak bebas mengembangkan usahanya karena berbagai peraturan

yang diberikan oleh franchisor.

Franchisee biasanya terikat pada pembelian bahan untuk produksi untuk

standarisasi produk /jasa yang dijual.

Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan franchisor,

karena bagaimanapun biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal /

franchisor dengan perbandingan 60:40.

Penghasilan yang terus mengalir ke franchisor dari royalti dan penjualan

masukan kepada franchisee yang lebih penting adalah sumber pendapatan dari biaya

awal untuk menjual waralaba. Dengan demikian, franchisor dan franchisee mencapai

sukses dengan membantu satu sama lain.

Page 7: Bisnis Franchise.docx

C. Pembelian Franchise

Pengusaha yang terbaik adalah yang paling siap untuk kemungkinan berhasil,

apakah fokus bisnis yang dimulai dari awal, membeli franchise, atau membeli bisnis

yang ada. Dengan memulai usaha kecil sebagai franchisee, pengusaha harus

mempersiapkan perusahaannya agar mampu mewakili sosok perusahaan induk dan

memiliki produk dan jasa yang mutu serta citranya sama dengan produksi perusahaan

induk. Selain itu, pengusaha harus pandai memilih perusahaan induk yang punya

potensi untuk dijual dan dikenal luas.

Franchise dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Franchise Asing dan

Franchise Lokal. Franchise asing adalah franchisornya berasal dari luar negri

cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima

diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Beberapa Franchise Asing yang

sukses di Indonesia misalnya dalam bidang usaha makanan, minuman dan cafe antara

lain Quickly, Baskin Robin, Starbucks, Mc Donalds, Pizza Hut, Wendy’s, Tony

Romas, Bread Story, Bread Talk, Kentucky Fried Chicken, Kafe Dome, Hard Rock

Café, Planet Hollywood, sedangkan bidang usaha lain misalnya Sogo Department

Store, Marks & Spencer, Ace Hardware, ERA Indonesia, Ray White, English First,

Future Kids, dan lain-lain. Dalam waktu yang singkat beberapa Franchise Asing ini

berkembang dibanyak kota di tanah air.

Franchise Lokal menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang

ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal

dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. Contohnya antara

lain Es Teler 77, Mr Celup, Ayam Bakar Wong Solo, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah dalam membeli franchise dapat dilihat sebagai masalah umum atau

masalah-masalah khusus untuk itu franchisor :

Page 8: Bisnis Franchise.docx

1. Dalam memilih satu atau beberapa industri yang akan dibeli franchise-

nya, franchisee harus hati-hati dalam mengevaluasi minat dan kemampuan

agar dapat menemukan industri yang tepat sehingga bisnis pun dapat

berjalan lancar.

2. Ketika akan menentukan industri mana yang akan dimasuki, setiap calon

franchisee harus meneliti industri tersebut, potensi kompetitor dalam

industri tersebut, dsb sebelum franchisee baru memasuki industri tersebut.

3. Hati-hati memeriksa kekuatan kompetitif waralaba di berbagai industri.

Misalnya, apakah mereka memiliki keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan di pasar?

4. Mengidentifikasi sebuah franchisor yang sesuai dengan potensi yang

terbaik dalam hal dukungan, sejarah, rencana ekspansi, dll

5. Franchisees menghubungi franchisor untuk mendiskusikan pengalaman

serta membandingkan franchisor lain kesempatan.

Kegiatan evaluasi juga perlu dilakukan setelah melakukan pembelian franchise ini.

Masalah-masalah yang perlu dipertimbangkan dalam membeli franchise meliputi: apa

saja yang termasuk dalam franchise, kewajiban franchisor dan franchisee, langkah

dalam memperoleh hak, dan kekhawatiran dalam membeli franchise. Setiap masalah

ini akan kami paparkan dalam bahasan di bawah ini:

a. Apa saja yang termasuk Franchise?

Ketika membeli franchise, biasanya konsisten pada beberapa item yang dibeli,

meskipun secara khusus tentang apa yang sedang dibeli dalam setiap kasus harus

diperiksa. Ini umumnya adalah sebagai berikut:

Membentuk sebuah nama, merek produk, dan pelayanan.

Kemampuan untuk beroperasi di bawah nama merek untuk jangka waktu

tertentu. Jangka waktu biasanya beberapa standar seperti 5, 10 atau 20 tahun.

Satu toko atau hak untuk memiliki lebih dari satu unit.

Page 9: Bisnis Franchise.docx

Memang memilih franchise saat ini lagi populer dan menjanjikan keuntungan, namun

ada pula franchisee yang terpaksa menutup usahanya. Jadi memilih franchisor berikut

produk/jasanya juga perlu dipertimbangkan dengan masak, terutama isi ikatan

perjanjian antara hak dan kewajiban serta prospek keberhasilan penjualannya.

b. Kewajiban Franchisor dan Franchisee

Unsur –unsur Franchise :

Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak

franshisor sebagai pihak yang memberikan franchise sementara pihak

franshisee merupakan pihak yang diberikan/ menerima franshise tersebut.

Adanya penawaran paket usaha dari franchisor.

Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan

pihak franchisee.

Dipunyainya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan

memanfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor.

Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak

franchisee.

c. Istilah dalam bisnis franchise

Fee. Fee merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima waralaba

(franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) yang umumnya dihitung

berdasarkan persentase penjualan.

Franchise Fee (Biaya Pembelian Hak Waralaba). Franchise Fee adalah biaya

pembelian hak waralaba yang dikeluarkan oleh pembeli waralaba (franchisee) setelah

dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai franchisee sesuai kriteria franchisor.

Umumnya franchise fee dibayarkan hanya satu kali saja. Franchisee fee ini akan

Page 10: Bisnis Franchise.docx

dikembalikan oleh franchisor kepada franchisee dalam bentuk fasilitas pelatihan

awal, dan dukungan set up awal dari outlet pertama yang akan dibuka oleh franchisee.

Hak Cipta (Copyright). Hak cipta adalah hak eklusif sesesorang untuk

menggunakan dan memberikan lisensi kepada orang lain untuk menggunakan

kepemilikan intelektual tersebut misalnya sistem kerja, buku, lagu, logo, merek,

materi publikasi dan sebagainya.

Initial Investment. Initial investment adalah modal awal yang harus disetorkan

dan dimiliki oleh franchisee pada saat memulai usaha waralabanya. Initial investment

terdiri atas franchise fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup

operasi selama bulan-bulan awal usaha waralabanya.

Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement). Perjanjian waralaba merupakan

kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitment yang dibuat dan dikehendaki oleh

franchisor bagi para franchisee-nya. Didalam perjanjian waralaba tercantum

ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya

hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-

biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan

dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketetentuan lain yang

mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor.

Outlet Milik Franchisor (Company Owned Outlet, Pilot Store). Franchisor

yang terpercaya adalah franchisor yang telah terbukti sukses dan mengoperasikan

outlet milik mereka sendiri yang dinamakan Company Owned Outlet atau Pilot Store.

Jangan pernah membeli hak waralaba dari franchisor yang tidak memiliki outlet yang

sejenis dengan outlet yang dipasarkan hak waralabnya.

Advertising Fee (Biaya Periklanan). Advertising Fee (Biaya Periklanan)

nerupakan biaya yang dibayarkan oleh penerima waralaba (franchisee) kepada

pemberi waralaba (franchisor) untuk membiayai pos pengeluaran/belanja iklan dari

Page 11: Bisnis Franchise.docx

franchisor yang disebarluaskan secara nasional/international. Besarnya advertising

fee maksimum 3% dari penjualan. Tidak semua franchisor mengenakan advertising

fee kepada franchiseenya. Alasan dari adanya advertising fee adalah kenyataan bahwa

tujuan dari jaringan waralaba adalah membentuk satu skala ekonomi yang demikian

besar sehingga biaya-biaya per outletnya menjadi sedemikian effisiennya untuk

bersaing dengan usaha sejenis. Mengingat advertising fee merupakan pos

pengeluaran yang dirasakan manfaatnya oleh semua jaringan, maka setiap anggota

jaringan (franchisee) diminta untuk memberikan kontribusi dalam bentuk advertising

fee.

d. Langkah dalam memperoleh hak

Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu aspek perlindungan hukum

kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan

perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan

hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak

yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang

berlaku. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) memuat kumpulan persyaratan,

ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para

franchisee-nya. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan

hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki

franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus

dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama

perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketetentuan lain yang mengatur

hubungan antara franchisee dengan franchisor.

Hal-hal yang diatur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das

sollen yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika para pihak

mematuhi semua peraturan tersebut, maka tidak akan muncul masalah dalam

pelaksanaan perjanjian waralaba. Akan tetapi sering terjadi das sein menyimpang dari

Page 12: Bisnis Franchise.docx

das sollen. Penyimpangan ini menimbulkan wanprestasi. Adanya wanprestasi dapat

menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Terhadap kerugian yang ditimbulkan

dalam pelaksanaan perjanjian waralaba ini berlaku perlindungan hukum bagi pihak

yang dirugikan, yaitu pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak

yang menyebabkan kerugian.

Seperti perjanjian pada umumnya ada kemungkinan terjadi wanprestasi di

dalam pelaksanaan perjanjian waralaba. Wanprestasi terjadi ketika salah satu pihak

tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tertera di dalam perjanjian waralaba. Jika

karena adanya wanprestasi, salah satu pihak merasa dirugikan, maka pihak yang

dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang wanprestasi untuk memberikan ganti

rugi kepadanya. Kemungkinan pihak dirugikan mendapatkan ganti rugi ini

merupakan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum positif di

Indonesia.

Bentuk-bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian

waralaba tergantung kepada siapa yang melakukan wanprestasi tersebut. Wanprestasi

dari pihak franchisee dapat berbentuk tidak membayar biaya waralaba tepat pada

waktunya, melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan franchisee, melakukan

pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem waralaba,

dan lain-lain. Wanprestasi dari pihak franchisor dapat berbentuk tidak memberikan

fasilitas yang memungkinkan sistem waralaba berjalan dengan sebagaimana

mestinya, tidak melakukan pembinaan kepada franchisee sesuai dengan yang

diperjanjikan, tidak mau membantu franchisee dalam kesulitan yang dihadapi ketika

melaksanakan usaha waralabanya, dan lain-lain.

D. Dasar Hukum Bisnis Franchise

Bahwa untuk lebih meningkatkan tertib usaha dengan cara Waralaba serta

meningkatkan kesempatan usaha nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah

tentang Waralaba;

Page 13: Bisnis Franchise.docx

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetboek, Staatblads 1847

Nomor 23);

3. Undang-Undang Penyaluran Perusahaan 1934 (Bedrijfs Reglementerings

Ordonantie 1934, Staatblads 1938 Nomor 86);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3611);

MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WARALABA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :

1. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau

badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat

dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian

waralaba.

2. Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang

dimilikinya kepada Penerima Waralaba.

Page 14: Bisnis Franchise.docx

3. Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang

perdagangan.

Pasal 2

Waralaba dapat diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia.

BAB II

KRITERIA

Pasal 3

Waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki ciri khas usaha;

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan;

c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan

yang dibuat secara tertulis;

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan

f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.

BAB III

PERJANJIAN WARALABA

Pasal 4

Page 15: Bisnis Franchise.docx

1. Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara Pemberi

Waralaba dengan Penerima Waralaba dengan memperhatikan hukum

Indonesia.

2. Dalam hal perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dalam

bahasa asing, perjanjian tersebut harus diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia.

Pasal 5

Perjanjian Waralaba memuat klausula paling sedikit :

a. Nama dan alamat para pihak;

b. Jenis Hak Kekayaan Intelektual;

c. Kegiatan usaha;

d. Hak dan kewajiban para pihak;

e. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang

diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;

f. Wilayah usaha;

g. Jangka waktu perjanjian;

h. Tata cara pembayaran imbalan;

i. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris;

j. Penyelesaian sengketa; dan

k. Tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian.

Pasal 6

1. Perjanjian Waralaba dapat memuat klausula pemberian hak bagi Penerima

Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba lain.

2. Penerima Waralaba yang diberi hak untuk menunjuk Penerima Waralaba lain,

harus memiliki dan melaksanakan sendiri paling sedikit 1 (satu) tempat usaha

Waralaba.

Page 16: Bisnis Franchise.docx

BAB IV

KEWAJIBAN PEMBERI WARALABA

Pasal 7

1. Pemberi Waralaba harus memberikan prospektus penawaran Waralaba kepada

calon Penerima Waralaba pada saat melakukan penawaran.

2. Prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memuat paling sedikit mengenai :

a. data identitas Pemberi Waralaba;

b. legalitas usaha Pemberi Waralaba;

c. sejarah kegiatan usahanya;

d. struktur organisasi Pemberi Waralaba;

e. laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir;

f. jumlah tempat usaha;

g. daftar Penerima Waralaba; dan

h. hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba.

Pasal 8

Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan

operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada Penerima

Waralaba secara berkesinambungan.

Pasal 9

1. Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba mengutamakan penggunaan

barang dan/atau jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar

mutu barang dan/atau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh Pemberi

Waralaba.

Page 17: Bisnis Franchise.docx

2. Pemberi Waralaba harus bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah

di daerah setempat sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang dan/atau

jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi

Waralaba.

BAB V

PENDAFTARAN

Pasal 10

1. Pemberi Waralaba wajib mendaftarkan prospektus penawaran Waralaba

sebelum membuat perjanjian Waralaba dengan Penerima Waralaba.

2. Pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain yang diberi kuasa.

Pasal 11

1. Penerima Waralaba wajib mendaftarkan perjanjian Waralaba.

2. Pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan oleh pihak lain yang diberi kuasa.

Pasal 12

1. Permohonan pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 diajukan dengan melampirkan dokumen :

a. fotokopi prospektus penawaran Waralaba; dan

b. fotokopi legalitas usaha.

2. Permohonan pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 diajukan dengan melampirkan dokumen:

a. fotokopi legalitas usaha;

b. fotokopi perjanjian Waralaba;

c. fotokopi prospektus penawaran Waralaba; dan

Page 18: Bisnis Franchise.docx

d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik/pengurus perusahaan.

3. Permohonan pendaftaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diajukan kepada Menteri.

4. Menteri menerbitkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba apabila permohonan

pendaftaran Waralaba telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2).

5. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

6. Dalam hal perjanjian Waralaba belum berakhir, Surat Tanda Pendaftaran

Waralaba dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

7. Proses permohonan dan penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba tidak

dikenakan biaya.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Waralaba diatur dengan

Peraturan Menteri.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 14

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan Waralaba.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa pemberian

:

a. pendidikan dan pelatihan Waralaba;

b. rekomendasi untuk memanfaatkan sarana perpasaran;

c. rekomendasi untuk mengikuti pameran Waralaba baik di dalam negeri dan

luar negeri;

d. bantuan konsultasi melalui klinik bisnis;

Page 19: Bisnis Franchise.docx

e. penghargaan kepada Pemberi Waralaba lokal terbaik; dan/atau

f. bantuan perkuatan permodalan.

Pasal 15

1. Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Waralaba.

2. Menteri dapat melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam

melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB VII

SANKSI

Pasal 16

1. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya masing-masing

dapat mengenakan sanksi administratif bagi Pemberi Waralaba dan Penerima

Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,

Pasal 10, dan/atau Pasal 11.

2. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda; dan/atau

c. pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.

Pasal 17

1. Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (2) huruf a, dikenakan kepada Pemberi Waralaba dan Penerima

Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,

Pasal 10, dan Pasal 11.

2. Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung

sejak tanggal surat peringatan sebelumnya diterbitkan.

Page 20: Bisnis Franchise.docx

Pasal 18

1. Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat

(2) huruf b, dikenakan kepada Pemberi Waralaba yang tidak melakukan

pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 atau Penerima Waralaba yang tidak melakukan pendaftaran

perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 setelah

diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.

2. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3. Sanksi administratif berupa pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba

sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf c, dikenakan kepada

Pemberi Waralaba yang tidak melakukan pembinaan kepada Penerima

Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 setelah diterbitkannya surat

peringatan tertulis ketiga.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

1. Perjanjian Waralaba yang dibuat sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini

harus didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1).

2. Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1

(satu) tahun sejak tanggal berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Page 21: Bisnis Franchise.docx

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 16

Tahun 1997 tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3690) dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan

yang merupakan peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997

tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3690) dinyatakan masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 22

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

E. Jenis Pajak Dalam Bisnis Franchise

Seperti diketahui pajak-pajak yang mungkin ditagih dalam berbisnis franchise

adalah PPN, Pajak Penghasil (PPh) perorangan dan Pajak penghasilan Badan dan

Bentuk Usaha Tetap . Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 yang menjadi

Subjek Pajak Pajak Penghasilan adalah orang pribadi, warisan yang belum terbagi,

badan dan bentuk usaha tetap. Pada tulisan ini penulis akan membahas tentang PPh

atas perorangan.

Pajak yang mungkin bisa dikenakan ketika memulai dan menjalan bisnis

franchise adalah Pajak Penghasilan atas perorangan. Yaitu Pajak Penghasilan Pasal

21 dan atau pasal 26. Subjek pajak dibedakan antara subjek pajak dalam negeri dan

Page 22: Bisnis Franchise.docx

subjek pajak luar negeri. Mengenai defenisi subjek pajak selengkapnya dapat dilihat

di Undang-Undang No. 36 tahun 2008.

Sebelumnya masuk kedalam bahasan PPh pribadi, mari kita lihat apa-apa

yang menjadi objek pajak PPh. Yang menjadi objek PPh adalah “penghasilan” yaitu

setiap tambahan kemapuan ekonomis yang diterima oleh subjek pajak baik yang

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dipakai untuk menambah

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan

nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

Imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa berupa gaji, upah, tunjangan,

honor, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya

Hadiah dari undian/pekerjaan/kegiatan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta seperti : penjualan saham,

persekutuan, penggabungan perusahaan dll

Bunga

Dividen

Royalti

Sewa dan penghasilan Lain sehubungan denganpenggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Premi asuransi

Surplus Bank Indonesia

Ada pengecualian juga terhadap objek PPh. Yang tidak termasuk objek PPh adalah:

Bantuan atau sumbangan termasuk zakat dan hibah yang tidak ada hubungan

dengan usaha/pekerjaan

Warisan

Page 23: Bisnis Franchise.docx

PPh atas orang pribadi

PPh Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek

Pajak dalam negeri. Sedangkan PPh Pasal 26 Pajak Penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek

Pajak luar negeri.

Tarif pajak penghasilan pribadi dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

yang diberlakukan sejak 1 Januari 2013, yang bisa Anda gunakan untuk menghitung

pajak penghasilan Anda sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36

tahun 2008 (Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan), maka tarif pajak

penghasilan pribadi adalah sebagai berikut.

1. Penghasilan sampai dengan 50 juta adalah 5%

2. Penghasilan di atas 50 juta sd 250 juta adalah 15%

3. Penghasilan di atas 250 juta sd 500 juta adalah 25%

4. Penghasilnan di atas 500 juta adalah 30%

Tarif pajak di atas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

dikurangi dari penghasilan bersih yang disetahunkan. PTKP berbeda untuk status

pekerja yang berbeda. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun

2008, yang besarnya kemudian dirubah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena

Pajak, misalnya bagi pekerja yang belum kawin, PTKPnya adalah Rp24.300.000. dan

tarifnya berbeda jika wajib pajak kawin dan memiliki anak satu, dua dan seterusnya.

Dan PTKP bagi karyawati juga berbeda dengan karyawan.

Penetapan tarif berbeda atas Pegawai Tidak Tetap Terdapat. Dimana misalnya uang

harian dibaah Rp. 200.000 tidak dikenakan PPh, sedangkan diatas Rp. 200.000 akan

Page 24: Bisnis Franchise.docx

dikenakan PPh 5 % setelah dikurangi Rp. 200.000. Besarnya tarif pasal 26 adalah 20

% berdasarkan pengahasilan bruto dengan memperhatiakn ketentuan P3B.

Berikut adalah jenis penghasilan yang dikenakan dengan PPh pasal 21 dan atau 26:

1. Penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur

2. Penghasilan penerima pensiun secara teratur

3. Uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang

dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas

5. Imbalan kepada bukan pegawai;

6. Imbalan kepada peserta kegiatan;

7. Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan pegawai

tetap pada perusahaan yang sama;

8. Imbalan kepada mantan pegawai;

9. Penarikan dana pensiun oleh pegawai.

Sedangkan yang tidak termasuk dalam kategori Pph pasal 21 dan atau 26 adalah :

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,

dwiguna dan bea siswa

• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah

• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran

THT/JHT yang dibayar pemberi kerja

Page 25: Bisnis Franchise.docx

• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang

dibentuk/disahkan pemerintah

• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh

Terdapat cara perhitungan PPh yang berbeda-beda antara Pegawai Tetap dan Tidak

Tetap, Bukan Pegawai, Mantan Pegawai, Pensiunan, Komisaris, dan Peserta

Kegiatan. Misalnya Pegawai Tetap dihitung dengan cara Pengahsilan Neto dikurangi

PTKP baru dikali dengan besarnya tarif PPh. Perhitungan ini berbeda dengan

Pegawai Tidak Tetap Bulanan yaitu Penghasilan Bruto dikurangi dengan PTKP baru

dikali dengan tarif PPh.

F. Kesimpulan

Bisnis secara franchising salah satu usaha yang diminati para pengusaha di

Indonesia Karena pasar yang sudah tersedia dan beberapa keuntungan yang diperoleh

dari bentuk franchise seperti operasional dan manajerialnya. Jika franchise makanan

pastinya memiliki ciri khusus dari produknya sehingga dapat bertahan dari ancaman

pasar. Budaya modern pun menjadi factor kesuksesan bisnis franchise makanan.

Karena kelas social tidak menjadi penghambat bisnis francise mkanan karena bisnis

francishe sudah membagi segmen pasarnya, antara menengah atas dan menengah

bawah.

Namun ada yang jadi penghambat misalnya manajerial yang rendah, lalai

ataupun kurang komitmen. Meskipun franchisor memberikan bantuan pengelolaan

atau bias disebut konsultan, sedangkan franchisee adalah pelaksana yang di tuntut

untuk kerja keras.

Peraturan tentang pelaksanaan bisnis franchise sudah jelas dipaparkan dalam

undang-undang, jadi untuk mencapai suatu usaha yang lancar dan baik haruslah

selalu berpedoman terhadap peraturan tersebut. Termasuk di dalamnya mengenai

pemenuhan perpajakan dalam bisnis franchise.

Page 26: Bisnis Franchise.docx