Bishop Score

3
Bishop Score Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan “BISHOP SCORE”. Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan serviks yang paling baik dengan angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi. Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang tidak “favourable” ( Skoring Bishop) System scoring Bishop yang digunakan untuk menilai derajat kematangan serviks: Score Faktor Dilata si (cm) Pendatar an (%) Stasion -3 sampai +3 Konsiste nsi serviks Posisi serviks 0 Tertut up 0-30 -3 Kaku Posterior 1 1-2 40-50 -2 Medium Pertengah an 2 3-4 60-70 -1 Lunak Anterior 3 ≥5 >80 +1, +2 - - Mekanisme timbulnya HIS

description

Bishop Score

Transcript of Bishop Score

Page 1: Bishop Score

Bishop Score

Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi

persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan “BISHOP

SCORE”. Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan serviks yang paling baik dengan

angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi. Umumnya induksi persalinan yang

dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik lunak

dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian

besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang

tidak “favourable” ( Skoring Bishop)

System scoring Bishop yang digunakan untuk menilai derajat kematangan serviks:

Score

Faktor

Dilatasi

(cm)

Pendataran

(%)

Stasion -3

sampai +3

Konsistensi

serviksPosisi serviks

0 Tertutup 0-30 -3 Kaku Posterior

1 1-2 40-50 -2 Medium Pertengahan

2 3-4 60-70 -1 Lunak Anterior

3 ≥5 >80 +1, +2 - -

Mekanisme timbulnya HIS

Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan

sifat-sifat: 1) kontraksi simetris, 2) fundus dominan, kemudian diikuti 3) relaksasi.

Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.

Cavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion kearah segmen

bawah rahim dan serviks.

Sifat-sifat lain dari his adalah: 1) involuntir, 2) intermiten, 3) terasa sakit, 4) terkoordinasi

dan simetris, serta 5) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan

psikis.

Pembagian his dan sifat-sifatnya:

1. His pendahuluan

- His tidak kuat, tidak teratur

- Menyebabkan “show”

2. His pembukaan (Kala I)

- His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10cm.

Page 2: Bishop Score

- Mulai kuat, teratur, dan sakit.

3. His pengeluaran (His mengedan) (Kala II)

- Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, dan lama.

- His untuk mengeluarkan janin.

- Koordinasi bersama antara: his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan

ligament.

4. His pelepasan uri (Kala III)

- Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.

5. His pengiring (Kala IV)

- Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), pengecilan rahim dalam

beberapa jam atau hari. (Mochtar, 1998)

Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba masuk kedalam

dinding uterus yang disebut pace maker tempat gelombang his berasal.Gelombang bergerak

ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke selurruh uterus.

His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi

terjadi silmutan di seluruh bagian uterus .Sesudah tiap his, otot-otot kroppus karena servik

skurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan); lebih-

lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras, umpamanya kepala. (Prawirohardjo,

2009)

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2 Jilid 1. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka