bioterorismeDEASY.docx

14
Tugas Terstruktur Bioteknologi Veteriner KEJAHATAN BIOTERORISME DENGAN MENGGUNAKAN Bacillus anthracis Oleh: Kelompok II/ 2012 A Fransiska Ike K.T. (125130100111009) Nisa Tazkiyah (125130100111010) Markzy Brondy L. (125130100111011) Febby Dewayanti S. (125130100111012) Bangun Dwi Yulian (125130100111013) Deasy Andini Ersya P. (125130100111014) Amelda Kurnia Esty V. (125130100111015) i

Transcript of bioterorismeDEASY.docx

Page 1: bioterorismeDEASY.docx

Tugas Terstruktur Bioteknologi Veteriner

KEJAHATAN BIOTERORISME DENGAN

MENGGUNAKAN Bacillus anthracis

Oleh:

Kelompok II/ 2012 A

Fransiska Ike K.T. (125130100111009)

Nisa Tazkiyah (125130100111010)

Markzy Brondy L. (125130100111011)

Febby Dewayanti S. (125130100111012)

Bangun Dwi Yulian (125130100111013)

Deasy Andini Ersya P. (125130100111014)

Amelda Kurnia Esty V. (125130100111015)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

i

Page 2: bioterorismeDEASY.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Kejahatan Bioterorisme dengan Menggunakan Bacillus anthracis” dalam rangka memenuhi

tugas terstruktur mata kuliah Bioteknologi Veteriner dengan dosen pengampu Prof. Dr.

Aulanni’am Aulani, DVM., DES. ; Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,

Universitas Brawijaya 2014.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dorongan dari teman-teman mahasiswa seangkatan tahun 2012 dan orang tua yang selalu

memberikan dukungan moral pada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Serta penulia

berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di masyarakat.

Malang, 06 Juni 2014

Penulis

ii

Page 3: bioterorismeDEASY.docx

DAFTAR ISI

HAL

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Brucellosis .............................................................................................. 4

2.2. Western Blot (WB) ................................................................................ 9

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Kultur Brucella abortus.......................................................................... 16

3.2. Inokulasi pada Tikus Percobaan ............................................................ 16

3.3. Perubahan Brucella abortus Biotype 1 ................................................... 17

3.4. Uji Klinis ................................................................................................ 18

3.5. Pemeriksaan Bakteriologis dan Koleksi Serum ..................................... 19

3.6. Western Blot Assay ................................................................................ 20

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 22

4.2. Saran ...................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 23

iii

Page 4: bioterorismeDEASY.docx

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak sekali terorisme yang sudah terjadi didunia ini. Pada pengujung tahun

1980-an, kegiatan terorisme tampak menurun. Akan tetapi, terorisme jenis baru telah

muncul. Ancaman teroris dewasa ini terutama berasal dari para ekstremis yang telah

mendirikan jaringan pendanaan mereka sendiri—melalui perdagangan obat bius,

bisnis swasta, kekayaan pribadi, kegiatan amal, serta dukungan finansial setempat

(Alibek, 2000).

Selain itu, ada juga kekhawatiran terhadap penggunaan bahan kimia dan senjata

biologi. Pada awal tahun 1995, dunia dikejutkan oleh berita tentang serangan gas

beracun oleh teroris di jalur kereta bawah tanah Tokyo. Tanggung jawab atas insiden itu

dibebankan kepada sebuah sekte hari kiamat (Alibek, 2000).

Sejarah penggunaan senjata biologi sendiri dimulai pada tahun 400 SM, ketika

orang Iran Kuno (scythians) menggunakan panah yang dicelupkan ke dalam feses

(kotoran) dan mayat makhluk hidup yang telah membusuk. Hal serupa juga dilakukan

oleh bangsa Roma yang mencelupkan pedangnya ke dalam pupuk dan sisa hewan yang

telah membusuk sebelum berperang dengan musuhnya. Apabila musuhnya terluka oleh

senjata tersebut, maka terjadi infeksi penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

Peristiwa penting dalam sejarah kuno penggunaan senjata biologi terjadi ketika bangsa

Mongol mengusir bangsa Genoa dari kota Kaffa di Laut Mati dengan memanfaatkan

mayat-mayat manusia yang terinfeksi wabah pes. Ketika bangsa Genoa menyingkir

hingga ke Venice, mereka tetap diikuti oleh kutu dan tikus yang terinfeksi pes sehingga

akhirnya menimbulkan "kematian hitam" (black death) di wilayah Eropa(Croddy,

2001).

Pada tahun 1754-1760, terjadi peperangan antara bangsa Britania Utara dan

bangsa Indian yang melibatkan penggunaan virus cacar. Ketika itu, Britania Utara

memberikan pakaian dan selimut dari rumah sakit yang merawat penderita cacar kepada

bangsa Indian untuk memusnahkan bangsa tersebut. Pada Perang Dunia I, Jerman

menggunakan dua bakteri patogen, yaitu Burkholderia mallei penyebab Glanders dan

Bacillus anthracis penyebab Antrax untuk menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.

1

Page 5: bioterorismeDEASY.docx

Pada tahun 1932-1935, Jepang mengembangkan program pembuatan senjata biologi di

Cina yang dinamakan Unit 731. Sebanyak 3.000 ilmuwan Jepang bekerja untuk

melakukan penelitian terhadap berbagai agen biologi yang berpotensi sebagai senjata,

misalnya kolera, pes, dan penyakit seksual yang menular.Eksperimen yang dilakukan

menggunakan tahanan Cina yang mengakibatkan ± 10.000 tahanan mati pada masa itu

Sejak saat itu, tidak hanya Jepang yang mengembangkan senjata biologi, namun juga

diikuti oleh negara-negara lain seperi Amerika Serikat dan Uni Soviet (Croddy, 2001)

Konon, antraks paling sering dipilih sebagai senjata biologi. Nama penyakit ini

berasal dari kata Yunani untuk batu bara—memaksudkan luka kering yang biasanya

terbentuk di bagian kulit yang sakit yang berkembang pada orang yang terkena kontak

dengan ternak yang terinfeksi antraks. Para pembuat keputusan di bidang pertahanan

lebih mengkhawatirkan infeksi paru akibat menghirup spora antraks. Pada manusia,

infeksi antraks memiliki angka kematian yang tinggi.

Mengapa antraks merupakan senjata biologi yang sedemikian efektif? Karena

bakterinya mudah dibiakkan dan memiliki tingkat kekebalan yang tinggi. Dibutuhkan

beberapa hari sebelum korban mengalami gejala pertama, yaitu malaise seperti flu dan

kelelahan. Gejala ini disusul oleh batuk dan ketidaknyamanan ringan di dada.

Kemudian, datanglah kesulitan bernapas yang parah, shock, dan, dalam beberapa jam,

kematian (Madigan, 2000). Untuk itu kami memilih untuk membahas secara detail

bagaimana perkembangan kasus bioterorisme dengan agen Bacillus anthracis yang

terjadi di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kasus bioterorisme dengan agen Bacillus anthracis yang terjadi di

dunia?

b. Bagaimana penyebaran, transmisi dan masa inkubasi agen Bacillus anthracis

sehingga dipakai sebagai bahan bioterorisme?

c. Dampak yang ditimbulkan akibat bioterorisme Bacillus anthracis?

d. Bagaimana pencegahan dan penanganan kasus bioterorisme dari Bacillus anthracis?

e. Bagaimana peran hukum dan Undang – Undang tentang bioterorisme?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui kasus bioterorisme Bacillus anthracis yang terjadi di dunia.

2

Page 6: bioterorismeDEASY.docx

b. Mengetahui penyebaran, transmisi dan inkubasi dari agen sehingga digunakan

sebagai bioterorisme.

c. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya bioterorisme.

d. Mengetahui pencegahan dan penanganan kasus bioterorisme Bacillus anthracis.

e. Mengetahui hukum dan undang – undang yang berperan dalam kasus bioterorisme.

3

Page 7: bioterorismeDEASY.docx

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioterorisme (AMELDA)

- Dijelasin tentang apa itu bioterorisme secara singkat dan lengkap.

- Agen2 apa saja yang bisa jadi bioterorisme, ditekankan pada agen bakteriologi

sesuai dg judul kita.

- Literature bisa diambil dari artikel, jurnal boleh kalo nemu, atau sumber lain.

2.2 Bacillus anthracis (SISKA)

- Dijelasin taksonomi, morfologi dan penjelasan singkat lainnya ttg Bacillus

anthracis.

- Literature bisa diambil dari artikel, jurnal kalo nemu, atau sumber lain.

4

Page 8: bioterorismeDEASY.docx

BAB III.

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Biterorisme dengan Bacillus anthracis (AMELDA)

- Dijelaskan kasus bioterorismee B. anthracis yang terjadi di dunia, kalo bisa

nemu yg tjd di Indonesia tp kalo gak nemu gpp.

- Yang sudah pasti kasus yang terjadi melalui surat pos.

- Literature bisa dari artikel, jurnal, atau sumber lain.

3.2 Penyebaran, Transmisi dan Inkubasi Bacillus antrhacis (NISA)

- Dijelaskan bagaimana penyebaran, transmisi dan masa inkubasi dr B.

anthracis.

- Disimpulkna kenapa B. anthracis yang dipakai sebagai bioerorisme dan

bukan agen yang lain.

- Literature bisa dari artikel, jurnal, atau sumber lain.

3.3 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Bioterorisme Bacillus anthracis (BANGUN)

- Bagaimana dampak yang muncul akibat bioterorisme B. anthracis.

- Bisa dilihat dari segi kesehatan, keamanan masyarakat, kesejahteraan,

ekonomi, social, hukum dll.

- Literature bisa dari artikel, jurnal, atau sumber lain.

3.4 Pencegahan dan Penanganan Bioterorisme Bacillus anthracis (FEBBY)

- Pencegahan yang dilakukan untuk mencegah kejadian bioterorisme.

- Jika sudah terjadi bioterorisme, penanganan apa yang harus segera

dilakukan agar mengurangi kerugian2 yang akan terjadi.

- Literature bisa dari artikel, jurnal, atau sumber lain.

3.5 Peran Hukum dan Undang – Undang dalam Bioterorisme (SISKA)

- Dijelasin tentang peranan hukum dan tindakan hukum tentang bioterorisme,

diusahakan ada perbandingan hukum Indonesia dg luar negeri.

- Undang2 yang mengatur bioterorisme bagaimana dan apakah terealisasi.

- Literature bisa dari artikel, jurnal, atau sumber lain.

5

Page 9: bioterorismeDEASY.docx

BAB IV.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan (MARKZY)

4.2 Saran (MARKZY)

6

Page 10: bioterorismeDEASY.docx

DAFTAR PUSTAKA

Alibek, K. and S. 2000. Handelman. Biohazard: The Chilling True Story of the Largest

Covert Biological Weapons Program in the World– Told from Inside by the Man Who

Ran it. Delta ISBN 0-385-33496-6

Eric Croddy. 2001. Chemical and Biological Warfare: A Comprehensive Survey for the

Concerned Citizen. Springer. ISBN 978-0-387-95076-1.Halaman: 219-224

Madigan MT, Martinko JM,. 2000. Brock Biology of Microorganisms. Prentice Hall. ISBN

978-0-13-081922-2.Page: 842-845

7