Biologi Laut

16
BIOLOGI LAUT ORGANISME BENTOS Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Laut Kelompok 8 Disusun oleh: Bagus Eka 230110110058 Novia Ratna 230110110071 Budi Susanto 230110110085 Arfan 230110110109 Kenny Doenanke 230110110124

Transcript of Biologi Laut

Page 1: Biologi Laut

BIOLOGI LAUT

ORGANISME BENTOS

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Laut

Kelompok 8

Disusun oleh:

Bagus Eka 230110110058

Novia Ratna 230110110071

Budi Susanto 230110110085

Arfan 230110110109

Kenny Doenanke 230110110124

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2012

Page 2: Biologi Laut

BENTOS

I. Ruang Lingkup Bentos

Salah satu kelompok organisme penyusun ekosistem laut adalah bentos. Bentos istilah

berasal dari Yunani untuk "kedalaman laut". Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut

dengan melekatkan diri pada substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal

di atau dekat sedimen laut lingkungan, dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai, ke

benua rak, dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah dan macam

organisme pada sistem muara-laut ialah daerah bentik, yang terbentang dari pasang naik sampai

suatu kedalaman di tempat tanaman sudah jarang tumbuh. Tubuh bentos banyak mengandung

mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau

kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan

membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong

Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu-batu

karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi,

sebagai bahan bangunan dan lain-lain. Sedangkan zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos

bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat dan kosmetika.

Organisme bentik, seperti bintang laut, kerang, teripang, bintang rapuh, dan anemon laut,

memainkan peran penting sebagai sumber makanan bagi ikan dan manusia. (Setiadi, 1989).

Gambar 1. ekosistem bentos

Page 3: Biologi Laut

II. Jenis Bentos

Berdasarkan Ukurannya

1.   Makrobentos

Makrobentos adalah lebih besar, lebih terlihat, bentos yang lebih besar dari 0,5 mm. Beberapa

contoh adalah cacing polychaete , bivalvia , echinodermata , anemon laut , karang , spons,

turbellarians dan lebih besar krustasea seperti kepiting, lobster dan cumaceans .

  2.   Meiobentos

Meiobentos adalah bentos kecil yang kurang dari 0,5 mm, tetapi lebih besar dari 32 μm dalam

ukuran. Beberapa contoh adalah nematoda, foraminiferans, gastrotriches dan lebih kecil

krustasea seperti copepoda dan ostracodes .

3.  Microbentos

Microbentos adalah bentos mikroskopis yang kurang dari 32 μm dalam ukuran. Beberapa contoh

adalah bakteri , diatom , siliata , amuba , Flagelata

Berdasarkan jenis

1.  Zoobentos, merupakan hewan milik bentos tersebut.

2.  Phytobentos merupakan tanaman milik bentos tersebut.

Menurut lokasi

1.  Epibentos, merupakan organisme yang hidup di atas sedimen

2.   Hyperbentos, merupakan organisme yang tinggal tepat di atas sedimen.

Cara Bentos Memperoleh Makanan

       Sumber makanan utama untuk bentos adalah alga dan organik limpasan dari tanah. Di

perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya mencapai bagian bawah, hewan bentik

seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat berkembang biak.

        Adapun cara dari setiap bentos untuk memperoleh makanannya adalah sebagai berikut :

1.  Filter feeder atau sering disebut suspension feeder, adalah hewan yang makan dengan menyaring

padatan tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan air melalui

struktur penyaringan khusus. Contohya seperti spons dan bivalvia yang memiliki tubuh yang

keras. Proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir.

Page 4: Biologi Laut

2.  Deposit feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa makanan pada

substratum di bagian bawah air. Seperti polychaetes yang memiliki permukaan tubuh yang lunak.

Ikan, bintang laut, siput, cumi, dan krustasea yang merupakan predator.

Berdasarkan morfologi dan cara makannya, benthos dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu

(1) benthos pemakan deposit yang selektif (selective deposit feeders) dengan bentuk

morfologi mulut yang sempit;

(2) benthos pemakan deposit yang tidak selektif (non-selective deposit feeders) dengan bentuk

morfologi mulut yang lebar;

(3) benthos pemakan alga (herbivorous feeders); dan

(4) benthos omnivora/predator (Heip et al. 1985; Gwyther & Fairweather 2002).

a. Grazers dan Serapers, adalah herbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton. Taksa yang

termasuk ke dalam golongan ini adalah Ecdyonurussp. (Ephemeroptera), Gastropoda, Elmis sp.

dan Latelmis sp. (Coleoptera).

b. Shredders adalah detritivor pemakan partikel organik kasar. Takson yang tergolong ke dalam

golongan ini adalah Tipula sp. (Diptera), Neumora sp. (Plecoptera).

c. Collector adalah detritivor pemakan organik halus. Berdasarkan cara pengambilan

makanannya collector dapat dibagi dua yaitu filter feederdan deposit feeder. Golongan filter

feeder adalah collector yang mengambil makanan dengan cara menyaring materi yang terlarut di

dalam air. Karakteristik collector dari golongan ini adalah mempunyai fila di daerah mulut atau

kaki sebagai alat pengumpul makanan. Taksa yang termasuk golongan filter

feeder adalah Simulidae (Diptera), Rheotanytarsus sp., Hydropsyche sp. Golongan deposit

feeder adalahcollector yang mengambil makanan yang ada di permukaan dasar perairan. Taksa

yang termasuk golongan ini adalah Chiromonidae, Orthoeladine, Diamesiae.

d. Predator adalah carnivor pemakan hewan lain. Taksa yang termasuk golongan ini adalah

Tanypodidae (Diptera), Perla sp.,(Plecoptera) dan Hirudinae.

Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan

kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran,

fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang

dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya

Page 5: Biologi Laut

organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan

kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi

lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun

organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat

mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan

berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai

di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap

berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh

bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat

pencemaran.

Staub et all. dalam Wilhm (1975) menyatakan bahwa berdasarkan indeks keragaman

zoobentos, kualitas air dapat dikelompokkan atas: tercemar berat (0<H'<1), setengah

tercemar (1<H'<2), tercemar ringan (2<H'<3) dan tercemar sangat ringan (3<H<4,5). Kisaran

nilai H' tersebut merupakan bagian dari penilaian kualitas air yang dilakukan secara terpadu

dengan faktor fisika kimia air. Sedangkan Lee et all. (1978) menyatakan bahwa nilai indeks

keragaman (H) pada perairan tercemar berat, kecil dari satu (H<1), tercemar sedang (1,0 - 1,5),

tercemar ringan (1,6 – 2,0), dan tidak tercemar H besar dari dua (H>2,0).

Pentingnya Bentos

Bentos sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem. Berikut ini akan

diuraikan pentingnya keberadaan bentos dalam suatu ekosistem.

1.   Bentos berfungsi dalam proses rantai makanan

Bentos merupakan bagian penting dari rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak invertebrata

memakan alga dan bakteri, yang berada di ujung bawah rantai makanan. Beberapa rusak dan

makan daun dan bahan organik lainnya yang masuk air. Karena kelimpahan mereka dan posisi

sebagai "perantara" dalam rantai makanan air, bentos memainkan peran penting dalam aliran

alami energi dan nutrisi. Invertebrata bentos yang sudah mati akan membusuk dan kemudian

meninggalkan nutrisi yang digunakan kembali oleh tanaman air dan hewan lainnya dalam rantai

makanan.

2.   Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairan

Page 6: Biologi Laut

Tidak seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu

menghindar dari efek sedimen dan polutan lain yang mengurangi kualitas air. Oleh karena itu,

bentos dapat memberikan informasi mengenai kualitas air sungai dan kualitas air danau. siklus

hidup lama mereka memungkinkan penelitian yang dilakukan oleh ahli ekologi akuatik untuk

menentukan setiap penurunan kualitas lingkungan. Bentos merupakan grup yang sangat beragam

hewan air, dan sejumlah besar spesies memiliki berbagai tanggapan terhadap stres seperti

polutan organik, sedimen, dan toxicants.  bentik makroinvertebrata Banyak berumur panjang,

yang memungkinkan deteksi peristiwa masa lalu seperti pencemaran tumpahan pestisida dan

ilegal dumping.

III. Distribusi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaaan Makrozoobentos Di

Perairan Pesisir

Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan biotik. 

Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor

fisika-kimia lingkungan perairan, diantaranya; penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu

air; substrat dasar; kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion hidrogen

(pH), dan nutrien.  Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus

hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas (Tudorancea et all.  1979).  Secara skematis,

Hawkes (1978) mengemukakan 14 faktor yang mempengaruhi keberadaan hewan bentos di

perairan, sembilan diantaranya merupakan faktor penentu kualitas perairan. 

Cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di perairan, karena cahaya matahari

yang diserap oleh badan air akan menghasilkan panas di perairan (Odum, 1993).  Di perairan

yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar

perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal.   Suhu

air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu atau

menghambat perkembangbiakan organisme perairan.  Pada umumnya peningkatan suhu air

sampai skala tertentu akan mempercepat perkembang biakan organisme perairan. 

Klein (1972) dalam Yusuf (1994), menyatakan bahwa suhu air yang tinggi dapat

menambah daya racun senyawa-senyawa beracun seperti NO3, NH3, dan NH3N terhadap hewan

akuatik, serta dapat mempercepat kegiatan metabolisme hewan akuatik.  Sumber utama senyawa

ini berasal dari sampah dan limbah yang mengandung bahan organik protein.

Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan zoobentos dan organisme-organisme

akuatik lainnya (Odum, 1993).  Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi

Page 7: Biologi Laut

kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi.  Tiap-tiap spesies biota

akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut di

suatu perairan.  Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar terhadap oksigen penyebarannya

luas dan spesies yang mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat

tertentu saja.  Berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO), Lee et al.  (1978) mengelompokkan

kualitas perairan atas empat yaitu; tidak tercemar (> 6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mg/l),

tercemar sedang (2,0 – 4,4 mg/l) dan tercemar berat (< 2,0 mg/l).

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan.  Pescod (1973)

menyatakan bahwa toleransi organisme air terhadap pH bervariasi.  Hal ini tergantung, pada

suhu air, oksigen terlarut dan adanya berbagai anion dan kation serta jenis dan stadium

organisme. 

Kehadiran spesies dalam suatu komunitas zoobentos didukung oleh kandungan organik

yang tinggi, akan tetapi belum tentu menjamin kelimpahan zoobentos tersebut, karena tipe

substratpun ikut menentukan (Welch, 1952; Santos dan Umaly, 1989 dalam Izmiarti, 1990;

Lowe and Thompson, 1997). 

Tipe substrat dasar perairan pesisir ditentukan oleh arus dan gelombang.  Disamping itu

juga oleh kelandaian (slope) pantai.  Menurut Sumich (1992), Nybakken (1997) dan Barnes and

Hughes (1999) substrat daerah pesisir terdiri dari bermacam-macam tipe, antara lain: lumpur,

lumpur berpasir, pasir, dan berbatu.  Pada daerah pesisir dengan kecepatan arus dan gelombang

yang lemah, subtrat cenderung berlumpur.  Daerah ini biasa terdapat di daerah muara sungai,

teluk atau pantai terbuka dengan kelandaian yang rendah.  Sedangkan pada daerah pesisir yang

mempunyai arus dan gelombang yang kuat disertai dengan pantai yang curam, maka substrat

cenderung berpasir sampai berbatu. 

Substrat lumpur, merupakan ciri dari estuaria dan rawa asin.  Perbedaan utama dengan

wilayah pesisir dengan substrat berpasir adalah pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan

hadirnya gerakan gelombang.  Oleh karena itu, daerah pesisir dengan pantai berlumpur hanya

terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindung dari aktivitas gelombang laut

terbuka.  Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasi bahan organik, sehingga cukup

banyak makanan yang potensial bagi bentos pantai ini.  Namun, berlimpahnya partikel organik

yang halus yang mengendap di dataran lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat

permukaan alat pernafasan. 

Bentos yang dominan hidup di daerah substrat berlumpur tergolong dalam “suspended

feeder”.  Diantara yang umum ditemukan adalah kelompok Polychaeta, Bivalva, Crustaceae,

Page 8: Biologi Laut

Echinodermata dan Bakteri.  Disamping itu juga ditemukan gastropoda dengan indeks

keanekaragaman yang rendah serta lamun yang berperan meningkatkan kehadiran bentos. 

Adapun substrat berpasir umumnya miskin akan organisme, tidak dihuni oleh kehidupan

makroskopik, selain itu kebanyakan bentos pada pantai berpasir mengubur diri dalam substrat. 

Produksi primer pantai berpasir rendah, meskipun kadang-kadang dijumpai populasi diatom

yang hidup di pasir intertidal.  Hampir seluruh materi organik diimpor baik dalam bentuk materi

organik terlarut (DOM) atau partikel (POM).  Pantai berpasir tidak menyediakan substrat yang

tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakkan

partikel substrat.  Kelompok organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir

adalah organisme infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam

pasir, dan organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1 – 1 mm) yang hidup di antara butiran pasir

dalam ruang interaksi.  Ditinjau dari kebiasaan makan (feeding habit) maka hewan bentos yang

banyak ditemukan adalah kelompok suspended feeder dan karnivor.  Organisme yang dominan

adalah polychaeta, bivalva dan crustacea. 

Daerah pesisir dengan substrat berbatu merupakan daerah yang paling padat

makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun

tumbuhan.  Komunitas biota di daerah pantai berbatu jauh lebih kompleks dari daerah lain

karena bervariasinya relung (niche) ekologis yang disediakan oleh genangan air, celah-celah dan

permukaan batu serta hubungan yang bervariasi terhadap cahaya, gerakan air, perubahan suhu

dan faktor lainnya.  Ditinjau dari kebiasaan makan (feeding habit) maka hewan bentos yang

banyak ditemukan termasuk kelompok herbivora, scavenger, suspended feeder dan predator. 

Organisme bentos yang dominan adalah kelompok epifauna, seperti gastropoda, crustacea,

bivalva dan echinodermata. 

Kedalaman air mempengaruhi kelimpahan dan distribusi zoobentos.  Dasar perairan yang

kedalaman airnya berbeda akan dihuni oleh makrozoobentos yang berbeda pula, sehingga terjadi

stratifikasi komunitas menurut kedalaman.  Pada perairan yang lebih dalam makrozoobentos

mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis yang lebih besar.  Karena itu makrozoobentos yang

hidup di perairan yang dalam ini tidak banyak.  Berdasarkan kedalaman laut Wright (1984),

mengelompokkan keberadaan hewan bentos dibagi atas tiga zone yaitu (1) zona intertidal

(intertidal zone), (2) zona paparan benua (continental shelf) dan (3) zona laut dalam (deep sea). 

Faktor fisika kimia lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberadaan

makrozoobentos di perairan pesisir adalah salinitas dan keterbukaan wilayah pesisir selama

Page 9: Biologi Laut

pasang surut serta buangan limbah, baik yang mengandung senyawa-senyawa beracun (toksin)

maupun logam berat. 

Daerah pasang surut khususnya pada daerah intertidal, memiliki kondisi kritis, dimana suhu

pada wilayah ini bisa berbeda sangat ekstrim sebagaimana halnya salinitas.  Pasang naik dan

turun menyebabkan hamparan intertidal terendam air atau kontak langsung dengan udara terbuka

selama interval waktu tertentu.  Pada saat pasang turun (terpapar), kondisi permukaan substrat

dasar yang menjadi habitat hidup bentos mengalami kering karena adanya penguapan yang

mengakibatkan terjadi peningkatan suhu dan salinitas yang cepat bahkan dapat mencapai batas

letal organisme.  Disamping itu, bentos juga dapat mati disebabkan oleh kehabisan air.  Disisi

lain, adanya genangan pasang-surut, dapat digenangi oleh air tawar yang mengalir masuk ketika

hujan deras sehingga terjadi penurunan salinitas yang mendadak. 

Buangan limbah, baik yang mengandung senyawa-senyawa beracun (toksit) maupun logam

berat, merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi keberadaan makrozoobentos di perairan

pesisir.  Bahan-bahan ini berasal dari daerah aliran sungai maupun areal pemukiman – kota

dipinggiran pantai serta kawasan atau industri yang membuang limbah ke laut.

Eisherth (1990) mengelompokkan empat kategori limbah yang dapat mencemari wilayah

pesisir, yaitu : (1) pencemaran limbah industri (industrial pollution) seperti industri pulp, kertas,

pengolahan makanan dan industri farmasi-kimia, (2) pencemaran sampah/limbah domestik

(sewage pollution) yang umumnya mengandung bahan organik, (3) pencemaran karena

sedimentasi (sedimentation pollution) akibat adanya erosi di daerah hulu sungai, dan (4)

pencemaran oleh aktifitas pertanian (agriculture pollution) yakni dengan adanya penggunaan

pestisida.

IV. Adaptasi Bentos

Masing-masing bentik memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap kondisi ekologi sejalan

dengan seberapa jauh keberhasilannya mengembangkan mekanisme adaptasi. Hal tersebut

memungkinkan faktor-faktor ekologik mengatur komposisi dan ukuran komunitas bentik. Dalam

menghadapi perubahan kondisi lingkungan di habitatnya, bentik telah mengembangkan berbagai

bentuk adaptasi morfologi. Adaptasi morfologi yang dimaksud adalah adaptasi ukuran tubuh,

adaptasi bentuk tubuh, penyederhanaan organ dan memperkuat dinding tubuh serta

mengembangkan alat pelekat. Semua organisme bentik berukuran sangat kecil. Adaptasi yang

sangat nyata terhadap lingkungan dinamis adalah ukuran dan bentuk tubuh. Ukuran tubuh bentik

berkisar 0.63– 1 mm (63–1.000 μm). Kebanyakan organisme bentik mempunyai bentuk tubuh

Page 10: Biologi Laut

memanjang atau seperti plat, dan ada juga berbentuk silinder. Umumnya bentik melakukan

pelangsingan tubuh dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Bentuk tubuh seperti flat, organisme

bentik dapat melekatkan dirinya pada ruang yang sempit pada butiran sedimen. Adaptasi ini agar

bentik dapat tetap tinggal dalam ruang sedimen yang sempit, sehingga terbebas dari pengaruh

selama proses suspensi kembali (resuspensi) ke atas. Dalam lingkungan sedimen yang gelap,

bentik melakukan adaptasi dengan mereduksi mata dan pigmen tubuhnya (Webber & Thurman,

1999).

V. Teknik Sampling

1.Grab Sampler

a. Bottom Sediment Grab Sampler

Pengambilan contoh (sampel) sedimen dasar laut biasa dilakukan dengan alat

yang dinamakan Grab sampler.

b. Benthic Sediment Bottom Sampler

Alat ini berguna untuk mengambil contoh (sampel) yang tepat dari sebuah

konstruksi/bentuk sedimen dasar. Bagian dalam dari sampler (alat pengambil sampel

sedimen dasar) harus masuk cukup dalam pada semua kedalaman sampel.

2.Core Sampler

a. Kapal Keruk Sederhana

Bucket dredger

Bucket dredger adalah jenis tertua dari suatu kapal keruk. Biasanya dilengkapi

dengan beberapa alat seperti timba / bucket yang bergerak secara simultan untuk

mengangkat sedimen dari dasar air. Varian dari Bucket dredger ini adalah Bucket Wheel

Dredger.

b.Kapal Keruk Modern

Kapal Keruk Berisi udara (Pneumatic Dredger)

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal

yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan.

Page 11: Biologi Laut

DAFTAR PUSTAKA

Mutia. 2012. Laporan Bentos. http://mutia-analiz40.blogspot.com/2012/08/laporan-bentos.html.

Diakses pada tanggal 28 Februari 2013

Anonym. 2011. Bentos. http://zonabawah.blogspot.com/2011/05/pengertian-tentang-

benthos.html. Diakses pada tanggal 28 Februari 2013

Cicilia. 2011. Laporan Praktikum Bentos. http://cyeciliapical.blogspot.com/2011/08/laporan-

praktikum-benthos.html. Diakses pada tanggal 28 Februari 2013

Santosa, doddy. 2010. Organisme Bentos.

http://doddysantosa-doddysantosa.blogspot.com/2010/11/organisme-benthos.html.

Diakses pada tanggal 28 Februari 2013

Mutiara. 2012. Laporan Bentos. http://mutia-analiz40.blogspot.com/search?q=laporan+bentos.

Diakses pada tanggal 28 Februari 2013