Biokim Saliva

download Biokim Saliva

of 12

Transcript of Biokim Saliva

A. JUDUL PERCOBAAN SALIVA B. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menguli dan membuktikan adanya zat yang terdapat dalam saliva melalui tes musin dan ptialin, senyawa organik penyusun saliva dan efek senyawa yang menghammbat bakteri pada amilase saliva. C. LANDASAN TEORI Kelenjar akseseris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar ludah (salivary gland), pankreas dan hati (liver), dan organ penyimpananya. Kantung empedu (gallbladder) denagan manusia sebagai contoh, sekarang kita akan mengikuti makanan melalui saluran pencernaan dan melihat lebih rinci apa yang terjadi pada makananitu masing masing stasiun pengolahan disepanjang saluran pencernaan itu. Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dari mulut selama pengolahan giligi dengan berbagai macam bentuk akan memotong, melumat dan menggerus makanan dan membuat makanaan tersebut lebih mudah ditelan dan memproseses permukaannya (Capbell; 2004; 29-30) Bagian terbesar makanan yang kita makan terdiri dari kompleks karbohidrat, kompleks lipid, protein dan asam nukleat yang umumnya terlalu besar untuk diserap oleh jaringan tibuh tampa jaringan lebih lanjut. Organ dalam sistem pencernaan menghidrolisis bahan tersebut menjadi molekul lebih sederhana yang dapat diserap kedalam aliran darah dan diangkat kesel sel tubuh. Jika makanan diikunyah dengan benar, bahan ini bercampur sempurna dengan ludah yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah. Orang dewasa rata-rata mengeluarkan hampir 1,5 liter ludah perhari ludah tersebut terdiri dari sekitar 99% air dan PH nya sekitar diatas 7 ludah yang mengandung sedikit garam dan juga protein, yaitu musin amilase ludah (ptialin). Musin adalah glikopotein menjadi disakarida maltosa. Pencernaan lemak protien atau asam nukleat tidak berlangsung dimulut (Willbraham; 1992 ; 303). Kelenjar yang ada disekita mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu kelenjar parotid, kelenjar submandibular, kelenjar sublingual, Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil. Terletak dibawah lidah bagian depan. Kelenjar Parotid adalah kelenjar saliva paling besar dan terletak pada bagian atas mulut didepan telinga. Saliva adalahcairan yang lebih kental dari pada cairan lainnya. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion ion Ca+, Mg+, Na+, K+, PO, Cl+, HCO3, SO dan zat- zat organik seperti usin dan enzim amilase atau ptialin. Musin atau glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan kelenjar subman dibular, sedangakan ptialin dikeluarkan kelenjar parotid.Saliva mempunyai PH antara 5,75-7,05. Pada umumnya PH saliva adala dibawah 7 (Poedjiadi; 2007; 235) Pemecahan makanan polisakarida pada manusia dimulai didalam mulut, tempat amilase air liur menghidrolisiskan beberapa dari ikatan 1-4 glikosida. Sedikit pemecahan lebih lanjut dari karbohidrat, terjadi hingga makanan mencapai usus kecil, tempat bagian terbasar dari pemecahan pati berlangsung (Soendoro; 1989;239) Pengetahuan saliliva adalah dasar dari sebuah penatalaksanaan setiap kasus yang ada dalam rongga mulut, sesperti contohnya dalam prosedur penumpatan harus memblokir saliva yang

menngenai darah yang ditumpot. Maka sangat perlu sekali memahami akan beberapa kareteristik dari saliva itu sendiri (Anonim; 2010). Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran sekresi dan kelenjar ludah yang besar dan kecil yang ada pada mukase oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluakan suatu sekret yang disebut saliva (Anonim; 2010). Saliva memainkan peran yang penting dalam berbagi proses biolis yamg terjadi dalam rongga mulut , diantaranya sebagai pelumas, penguyahan dan penelanan makanan, aksi dari pembersihan dan perlindungan dari karies gigi. Selain itu fungsi saliva juga menjadi sangat penting karina saliva juga dapat digunakan untuk mendiaknosa penyakit oral dan sistemik (Anonim; 2010). D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Gelas ukur 10 ml (2 buah) dan 50 ml (1 buah) b. Gelas kimia 250 ml dan 500 ml c. Corong d. Bunsen, kasa dan kaki tiga e. Botol semprot f. Batang pengaduk g. Tabung reaksi (10 buah) + rak tabung h. Termometer 100oC i. Pipet tetes 2 Bahan a. Saliva b. CHCOO3 0,1M dan 2N c. Aquades d. Pereaksi millon e. Pereaksi benedict f. Pereaksi Molish g. FeCl2 0,1M h. HCl pekat i. HgCl 1% j. HNO3 encer k. AgNO3 0,5M l. Pereaksi Am. molibdat m. BaCl 5% n. NH4C2O5 4% o. Larutan pati 1% p. Larutan I2 0,01 M q. NaCl 0,1 M

r. Larutan buffer (PH 7 dan 8) s. Tuluen t. Kloroform u. Fenol 2 % v. NaF w. Kertas saring x. Es batu y. Tissue E. CARA KERJA 1. Tes musin a. Memasukkan 5 ml saliva dalam tabung reaksi b. Menambahkan 2 tetes asam asetat 0,1M dan menggunakan air sebagai kontrol c. Memisahkan endapan dan mengji pereaksi millon, benedict dan molish 2. Tes tiosianat a. Menambahkan 5 tetes larutan FeCl3 0,1M dan 1 tetes HCl pekat kedalam 5 ml saliva dalam tabung reaksi b. Menggunaka air percobaan sebagai kontrol untuk menghindarkan adanya warna merah yang disebkan oleh FePO4 c. Menambahkan 5 tetes HgCl 1% yang akan membentuk Hg (II) tiosianat yang tidak berwarna 3. Tes penyusun senyawa Anorganik saliva a. Menambahkan asam asetat 2 N tetes demi tetes kedalam 15 ml saliva sampai campuran keruh atau terbentuk endapan b. Memanaskan sampai mendidih kemudian disaring c. Memeriksa filtrat terhadap adanya Cl-, PO43-, SO42- dan Ca2+ dengan menggunakan 3 ml filtrat untuk masing masing pemeriksaan. Untuk memeriksa ion Cl-, Mengasamkan filtrat dengan HNO3 encer dan memberi beberapa tetes AgNO3 0,5 M Untuk memeriksa PO4,mengasamkan filtrat dengan HNO3 encer dan menambah 1ml preaksi amonium molibdat dan memanaskan Untuk ion SO4 mengasamkan filtrat HNO3 encer untuk menanbah 1 ml larutan BaCL2 5% Untuk ion CA ++ menambah filtrat 1 ml larutan NH4 oksalat 4% 4. Tes pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptralin a. Menambahkan masingh masing 5 ml larutan pati 1% kedalam 4 tabung yang bersih b. Memasukan tabung reaksi itu yang pertama kedalam air es ,kedua , ketiga pada penangas air dengan suhu 380 C c. Menambah dua tetes saliva encer (1:9) kedalam tabung tabung itu dan mencampurnya dengan baik d. Menabah dua tetes saaliva encer yang telah dipanaskan dalam penangas air yang mendidih selama 5 menit kedalam tabung no. 4

Mengambil sampel dari setiap tabung dan memeriksa 2 tetes laruta I2 0,01 m dalam setiap interval 5 menit kemudian mencatat kecepatan pemecahan 5. Tesn Estimasiptialin a. Menambahkan 2 ml larutan NaCl 0,1 M kedalam 10 ml larutan pati 1% dan menenpatkan pada pemanas air pada suhu 38oC b. Menyiapkan 8 tabung reaksi yang masing masing berisi 3 ml air dan 3 tetes larutan I2 0,01M c. Menanbahkan 1 ml saliva yang telah diencerkan (1;9) kedalam tabung yang berisi pati d. Menambik dengan pipet tetes campuran pati dan saliva selang waktu 30 detik dan memasukkan 2 tetes kedalam tabung yang berisi larutan I2 e. Mencatat waktu yang diperlukan pada saat menanbahkan campura pati saliva kedalam larutan I2 tidak menimbulkan perubahan warna 6. Tes penentuan PH yang cocok untuk kerja saliva a. Menyiapkan 10 ml larutan buffer yang mempunyai PH 7dan 8 b. Menambahkan 5 ml larutan pati 1% 2 ml NaCl 0,1 M dan 2 ml saliva encer (1:9) kedalam larutan buffer c. Menempatkan tanbung tabung tersebut kedalam pemanas air pada temperatur 38oC d. Menambahkan masing- masing tabung reaksi larutan I2 dengan catatan tabung larutan yang Phnya antara 8-7,4 perlu menanbahkan asam asetatagar suasana campuran menjadi asam sebelum menambahkan larutan I2 e. Menentukan dalam tabung yang mana titik warna hilang terrcapai 7. Efek senyawa menghambat/ menghacurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva a. Mengencekan 2 ml saliva dengan 8 ml air dan mengaduknya b. Menambahkan 1 ml saliva cair masing masing kedalam 7 buah tabung reaksi c. Menambahkan 5 tetes toluen pada tabung 1, 5 tetes kloroform pada tabung 2, 5 tetes larutan HgCl2 pada tabung 3,5 tetes larutan fenol 2% tabung 4. 0,5mg pada tabung 5 dan 5 tetes air pada tabung 6 d. Mebiarkan selama 10 menit dengan sewaktu- waktu mengocoknya e. Menambahkan 5 ml larutan pati 1% kedalam masing masing tabunng f. Menepatkan masing masing tabung kedalam penangas air dengan suhu 380 C selama 15 menit g. Membagi masing masing tabung menjadi dua bagian bagian pertama menambahkan I2 dan tabung lain dengan pereaksi benedict h. Mencatat dan mengamati masing masing tabung .

e.

F. HASIL PENGAMATAN 1.Tes Musin 5 ml saliva +tetes CH3COOH 0,1 M putih keruh di bagi 2 larutan 1 putih keruh + 2 tetes benedict larutan biru muda (ada ) Larutan 2 keruh + 2 tetes molish larutan cokelat muda ( ada ) Aquades + 2 tetes benedict biru muda Aquades + 2 tetes molish bening 2.Tes Tiosianat 5 ml saliva + 5 tetes FeCl 0,1 M kuning + 1 tetes HCL 2N Larutan oramge muda. Kuning + 5 tees HgCl2 1% orange muda. Kuning 5 ml aquadest + 5 tetes FeCl 0,1 M Bening + 1 tetes HCl 2N bening + 5 tetes HgCl 1% bening 3.Tes Penyusun Senyawa Aroganik Saliva 15 ml saliva + CH3COOH 2 N .hingga adasaring

larutan beninng ,ada

Filtrat 3 mlsa +HNO3 encer larutan bening + AgNO3 0,5 M bening 3 ml saliva + HNO3 Larutan bening + 1 ml ammonium molibolat Larytan keruh ada 3 ml filtrat + HNO3 larutan bening + 1 ml BaCl2 5% 2 lapisan 3 ml filtrat + 1 ml NH4C2O4 4% ada 4.Tes P engaruh Temperatur Terhadap A ktivitas Pitralin 5 ml pati 1% + 2 tetes saliva encer (1:9) larutan putih + 10 cl setiap interval 5, 10, 15 menit .(sesuai perlakuan masing-masing ) Intervai waktu Suhu (0c) 5 10 15 0 Biru keunguan Biru keunguan Ungu pekat 27 Kuning Kuning Biru keunguan 38 Biru Biru Biru Air mendidih Ungu Ungu Ungu pekat 5. Tes estimasi ptialin a. 10 ml pati 1% + NaCl 0,1 N 2 ml laruutan keruh b. 3 ml aquadest + 3 tetes iod 0,001 M larutan keruh ( 8 buah tabung) c. Larutan (a) + larutan (b) larutan biru tua (2 tetes) (penambahan dilakukuan interval 30 detik 4 menit) Larutan biru pudar pada tabung ke-7 (pada waktu 3 menit; 30 detik)

6. tes penentuan PH yang cocok 1 ml larutan buffer PH 8 + 1 ml pati 1% + 1 ml saliva (1:9 ) panaskan larutan keruh + 3 tetes CH3COOH larutan bening + iod 0,01 N 3 tetes larutan biru pudar 1 ml larutan buffer PH 7 + 1 ml pati 1% + 1 ml saliva (1:9) panaskan larutan keruh + 3 tetes CH3COOH larutan bening + iod 0,01 N 3 tetes larutan biru 7.Efek senyawa yang menghambat/menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva 2 ml saliva + 8 ml air larutan bening 7 tabung(@ 1 ml) Tabung Penambahan Panaskan Endapan Benedict I2 1 Tuluen Biru keruh Hijau 2 Kloroform Biru keruh Hijau 3 HgCl2 1% Biru bening Hijau 4 Fenol 2% Biru muda Hijau 5 NaF Biru muda Hijau 6 Air Biru muda Hijau 7 Biru tua Hijau G. PEMBAHASAN 1. Tes musin Pada percobaan ini ingin diketahui kandungan musing yang terdapat dalam saliva. Musin adalah suatu zat kental dan licin serta banyak mengandung protein sehingga menyebabkan saliva berfunsi untuk membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan untuk menelan makanan. Musin merupakan kompleks dari karbohidrat atau protein atau sering disebut glikoprotein, Saliva memiliki dua jenis enzim yaitu amilase dan enzim. Langkah langkah yang dilakukan pada pengujian musin ini adalahdengan mereaksikan salivadengan asamasetat dan menghasilkan endapan putih. Penambahan asam asetat berfungsi untuk mengendapkan musin yang terdapat didalam saliva. Kemudian larutan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama di uji dengan benedictmenghasilkan larutan biru mudadan terdapat endapan putih. Sedangkan pada bagian dua diuji dangan molish menghasilkan larutan cokelat muda dan endapan putih. Endapan putih yang terbentuk merupakan glikoprotein yang terlarut dalam saliva. Uji molish bertujuan untuk mengetahui kandungan karbohidrat dalam saliva. Sedangkan uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam saliva. Reaksi yang terjadi: CH - CH 0 C2H12O6 HO-CH2-C C=C 0 H +

2. Tes tiosianat Pada percobaan ini akan dilakukan pengujian terhadpa ion SCN- yang terdapat dalam saliva sebagi hasil pemecahan protein dengan senyawa blerang dalam hati. Pengujian dilakukan dengan mereaksikan saliva dengan feCl2 dan Hcl pekat sebagai katalis. Reaksinya; 3SCN- + Fe3+ Fe(SCN)3 (kompleks berwarna merah) Selanjutnya pada kompleks (Fe(SCN)3) yang terbentuk direaksikan dengan larutan HgCl yang berfungsi untuk membentuk Hg(SCN)42- yang tidak berwarna sehingga dapat membantu mengidentifikasi ion SCN- pada saliva. Bila positif ion SCN- maka ditandai warna merah bata, hal ini sesuai dengan hasil percobban yang kami lakukan. Warna kuning dari endapan menandakan bahwa pada larutan hanya ada sedikit ion SCN- yang terkandung dalam larutan, Reaksi yang terjadi : 4Fe(SCN)3 + 3 Hg2+ 3Hg(SCN)42+ + 4Fe3+

3. Tes senyawa anorganik pada saliva Pada percobaan ini akan diketahui senyawa- senyawa anorganik pada saliva. Ionion yang ingi diuji yajtu PO42-,SO42-,dan Ca2+. Uji ini dilakukan dengan cara mereaksikan saliva dengan asam asetat yang berfungsi untu mengendapkan glikoprotein dan diperoleh larutan bening dan terdapat endapan dari glikoprotein kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk uji-uji ion anorganik. a. Ion PO43Filtrat direaksikan dengan HNO3 encer yang bertindak sebagai katalis, lalu ditambahkan amonium molibdat yang berfungsi sebagai bahan utama yang membentuk asam molibdat dan diperoleh larutan keruh dan terdapat endapan yang berarti positif mengandung ion PO43-. Adapun persaan reaksinya yaitu: (NH4)3P(MoO10)3 + 12 H2O PO43- + 3 NH4MoO4 + 23H+

b. Ion SO42Filtrat direaksikan dengan HNO3 encer dan BaCl2 yang berfungsi untuk mengikat ion SO4 membentuk endapan putih dari BaSO4 yang menandakan positif terhadap ion SO42-. Menurut teori, SO42- yang terdapat dalam saliva jumlahnya sangat sedikit sehingga jika mengendapkan memungkin tidak terjadinya endapan. Kemungkinan besar hal inilah yang menyebabkan pada hasil percobaan tidak terdapat endapan melainkan hanya berupa larutan bening yang

menandakan saliva yang diuji tidak mengandung ion SO42-. Adapun reaksi yang terjadi yaitu: SO42- + BaCl2 + HNO3 c. Ion Ca2+ BaSO4 + HNO3 + 2Cl-

Filtrat direaksikan dengan NH4C2O4 yang berfungsi untuk mengikat Ca2+ membentuk endapan putih. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan yang diperoleh dimana endapan putih yang merupakan uji positif terhadap ion Ca2+. Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu: Ca2+ + NH4C2O4 4. CaC2O4 + NH4

Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin Pada percobaan ini ingin diketahui pengaruh temperature terhadap aktivitas enzim

ptyalin. Enzim ptyalin dalam saliva merupakan enzim amylase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim ptyalin memiliki suhu optimum 38 C untuk bekerja. Pada percobaan ini bertujuan untuk membantu dalam menentukan suhu yang sesuai dengan kerja ptyalin. Selanjutnya larutan pati direaksikan dengan saliva encer dan larutan iod sehingga diperoleh larutan berwarna biru. Penambahan iod berfungsi untuk mengikat pati yang akan membentuk kompleks berwarna biru. Secara teori warna biru ini berasal dari molekul amylase pada larutan pati yang membentuk kompleks dengan I2. Hal ini sesuai dengan percobaan yang diperoleh. Selanjutnya diamati pemecaha pati pada interval 5, 10, 15 menit yang ditandai dengan hilangnya warna biru pada tiap tabung. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bhwa perlakuan pada suhu 38 C paling cepat warna biru. Warna larutan hilang arti. Dalam hanya memiliki kecepatan pemecahan pati yang paling tinggi dibandingkan lainnya. Dalam hal ini suhu 38 C merupakan suhu optimum untuk kerja enzim. Sedangkan perlakuan yang di tempatkan pada air es memiliki waktu yang paling lama untuk memecah pati yang ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan pati. Hal ini dikarenakn enzim memiliki rentanf suhu untuk aktif bekerja.

Pada suhu kamar dan air es negative karena pada suhu tersebut enzim belum bekerja secara optimal sedang pada suhu 38 C dan yang dididihkan memberikan hasil positif karena pada suhu tersebut enzim bekerja secara optimum. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh titik akromatik pada suhu 38 C karena pada suhu tersebut menghasilkan warna biru dan juga pada suhu 38 C merupakan suhu optimum kerja enzim. 5. Tes Estimasi Ptialin Pada percobaan ini juga bertujuan untuk mengetahui waktu waktu yang diperlukan untuk pemecahan pati. Namun pada percobaan ini larutan pati terlebih dahulu direaksikan dengan NaCl kemudian dipanaskan pada penangas air pada suhu 38 C. Fungsi dari NaCl yaitu sebagai penghambat proses pemecahan pati agar dapat diketahui untuk amylase yang terdapat dalam saliva. Berdasarkan hasil pengamatan yang diketahui hanya pada tabung 7 yang warna biru pudar, dari hasil pengamatan ini sangat tampak pengaruh NaCl yang bertindak sebagai inhibitor (penghambat) terjadinya pemecahan pati meskipun ditempatkan pada ssuhu yang optimum enzim ptyalin. 6. Tes Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva Pada percobaan ini digunakan larutan buffer yang direaksikan dengan larutan pati, saliva dan asam asetat. Pada saliva terkandung buffer (penyangga) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan menetralkan asam dalam mulut. Adapun tujuan penggunaan larutan buffer mampu mempertahankan pH baik dengan penambahan sedikti asam, basa, dan garam. Pada percobaan ini larutan buffer yang digunakan adalah larutan buffer dengan pH 7 dan 8. Dari hasil yang diperoleh setelah campuran larutan buffer direaksikan dengan I2 maka larutan buffer yang deraksikan dengan I2 maka larutan buffer yang mempunyai pH 8 lebih cepat dalam pemecahan pati yang ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan dibandingkan dengan buffer pada pH 7. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa pH optimum saliva yaitu pada pH 8. Penambahan asam berfungsi agar enzim bersifat inaktif.

7. Efek Senyawa yang Menghambat/Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada Amilase Saliva Pada percobaan ini akan dilakukan pengujian beberapa senyawa yang menghambat atau menghancurkan aktivitas bakteri pada amylase saliva. Senyawa-senyawa yang dimaksud yaitu HgCl dan fenol. Pada percobaan ini dilakukan setelah dipanaskan pada suhu 38 C. dari hasil percobaan diperoleh endapan putih, dari HgCl karena Hg bersifat korosif dalam saliva sehingga merusak metabolisme yang terdapat dalam saliva. Pada fenol yang bersifat asam, air, kloroform, toluene dan NaF bersifat netral menunjukkan bahwa pada pereaksi ini yang merupakan senyawa yang dapat menghambat aktivitas bakteri adalah fenol. Berdasakan hasil pengamatan diketahui bahwa kloroform, toluene, dan NaF dapat menghambat aktivitas bakteri sehingga ketika campuran reaksi (saliva+pati) dipanaskan pada suhu 38 C dan direaksikan dengan iod maka diperoleh larutan hijau. Hal ini menunjukkan bahwa enzim amylase bekerja dengan cepat menguraikan amilum dengan bantuan bakteri. Aktivitas bakteri tidak dapat dihambat oleh pereaksi yang bersifat netral karena aktivitas bakteri hamya akan terhambat bila direaksikan dengan larutan yang sangat asam atau larutan yang bersifat korosif. H. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Dalam saliva terdapat musin yang merupakan suatu glikoprotein b. Pada pengujian tiosianat diperoleh bahwa kandungan tiosianat dalam saliva sangat sedikit ditandai dengan terbentuknya endapan dan larutan yang berwarna kuning c. Senyawa anorganik pada saliva yaitu i. Ion PO43- ditandai dengan endapan putih dari H2MoO4 ii. Ion SO42- ditandai dengan endapan putih dari BaSO4 iii. Ion Ca2+ ditandai dengan endapan putih dari CaC2 O4

d. Suhu optimum untuk kerja enzim ptyalin yaitu 38 C karena kecepatan pemecahan pati pada suhu ini yang paling cepat ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan e. pH yang cocok untuk kerja saliva adalah 7 karena pada pH ini kecepatan pemecahan pati cepat ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan f. Senyawa yang dapat menghambat aktivitas kerja bakteri pada amylase saliva adalah HgCl dan fenol 2. Saran Diharapkan agar praktikan melakukan percobaan dengan teliti dan menyiapkan saliva sebelum praktikum dan selalu menjaga kebersihan alat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Karakteristik Saliva. Online (http://titranputri.blogspot.com) Diakses pada tanggal 16 Desember 2010

Anonim. 2010. Saliva. Online (http://dentistrymotor.wordpress.com) Diakses pada tanggal 16 Desember 2010

Anonim. 2010. Khasiat Saliva. Online (http://masenchips.com) Diakses pada tanggal 16 Desember 2010

Campbell, dkk. 2004. Biologi Edisi 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Soendoro. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Wibraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB