Biografi Said Nursi

4
Latar Belakang Kelurga, kelahiran dan masa kecil Said Nursi Said Nursi lahir pada saat musim semi di Nurs di sebuah desa di propinsi Bitlis wilayah Turki Timur pada 1293 H/1877 M. lahir di daerah lembah dan lereng Taurus daerah dananu Van. Nama asli Bediuzzzaman Said Nursi adalah Said Bin Mirza. Ia dilahirkan dalam keluarga petani dari pasangan Mirza dan Nuriye (Nuriyyah). Nenek moyang Nursi berasal dari Isbartah (Isparta). Mereka berasal dari keturunan Alh al-bayt. 1 Said Nursi merupakan anak keempat dari tujuh orang adik yaitu, Duriyyah, Khanim, Abdullah, said (Nursi), Muhammad, Abd al-Majid dan Marjan. (zaidin 2001, hlm 7) Ayahnya Mirza seorang sufi yang wara dan diteladani tidak pernah memberikan makanan yang haram ke binatang ternaknya apalagi ke anaknya. Dari kecil sudah memperlihatkan kepintarannya. Sering gemar menghadiri forum pendidikan yang diselenggarahkan untuk orang-orang dewasa. Khusus majelis ilmiah yang dihadiri oleh ulama setempat di rumah ayahnya. Selain itu terkenal seorang anak yang sangat pandai. Semenjak kecil ia tidak mau menerima prilaku sewenang-wenang dan sejak kecil selalu menjaukan diri dari perbuatan zalim. Sikap dan sifat ini terus melekat kuat dan bertambah kuat dalam kepribadiannya setelah dewasa, juga tercermin dalam sikapnya saat dijumpai oleh orang lain. Baik dalam kalangan penguasa maupun pihak berwajib (salih 2003, hal 9). Melihat pengalaman hidup Said Nursi di masa kecilnya ini, ia dapat dogolongkan sebagai anak yang unik, aktif, dan rajin. Juga pandai memanfaatkan waktu untuk kepentingan menimbah ilmu pengetahuan. Dengan pengalaman hidup dan ditunjang oleh perwatakan yang baik inilah telah memberikan bekal yang berharga bagi pengalaman hidup Said Nursi selanjutnya. Latar Belakang Pendidikan Dalam dunia pendidikan untuk pertama kali Said Nursi belajar di Khuttab madrasah pimpinan Molla Mahmet Emin di desa Thag. Ia belajar kepada kakaknya, Abdullah, pada setiap liburan akhir pekan. Namun keberadaannya di desa Thag ini hanya berlangsung sebentar saja, karena 1 Selangor Darul Ehsan Malaysia: Malita Jaya, 2001, hal 119

description

Biografi Said Nursi

Transcript of Biografi Said Nursi

Latar Belakang Kelurga, kelahiran dan masa kecil Said Nursi Said Nursi lahir pada saat musim semi di Nurs di sebuah desa di propinsi Bitlis wilayah Turki Timur pada 1293 H/1877 M. lahir di daerah lembah dan lereng Taurus daerah dananu Van. Nama asli Bediuzzzaman Said Nursi adalah Said Bin Mirza. Ia dilahirkan dalam keluarga petani dari pasangan Mirza dan Nuriye (Nuriyyah). Nenek moyang Nursi berasal dari Isbartah (Isparta). Mereka berasal dari keturunan Alh al-bayt.[footnoteRef:1] Said Nursi merupakan anak keempat dari tujuh orang adik yaitu, Duriyyah, Khanim, Abdullah, said (Nursi), Muhammad, Abd al-Majid dan Marjan. (zaidin 2001, hlm 7) [1: Selangor Darul Ehsan Malaysia: Malita Jaya, 2001, hal 119]

Ayahnya Mirza seorang sufi yang wara dan diteladani tidak pernah memberikan makanan yang haram ke binatang ternaknya apalagi ke anaknya. Dari kecil sudah memperlihatkan kepintarannya. Sering gemar menghadiri forum pendidikan yang diselenggarahkan untuk orang-orang dewasa. Khusus majelis ilmiah yang dihadiri oleh ulama setempat di rumah ayahnya. Selain itu terkenal seorang anak yang sangat pandai.Semenjak kecil ia tidak mau menerima prilaku sewenang-wenang dan sejak kecil selalu menjaukan diri dari perbuatan zalim. Sikap dan sifat ini terus melekat kuat dan bertambah kuat dalam kepribadiannya setelah dewasa, juga tercermin dalam sikapnya saat dijumpai oleh orang lain. Baik dalam kalangan penguasa maupun pihak berwajib (salih 2003, hal 9).Melihat pengalaman hidup Said Nursi di masa kecilnya ini, ia dapat dogolongkan sebagai anak yang unik, aktif, dan rajin. Juga pandai memanfaatkan waktu untuk kepentingan menimbah ilmu pengetahuan. Dengan pengalaman hidup dan ditunjang oleh perwatakan yang baik inilah telah memberikan bekal yang berharga bagi pengalaman hidup Said Nursi selanjutnya.Latar Belakang PendidikanDalam dunia pendidikan untuk pertama kali Said Nursi belajar di Khuttab madrasah pimpinan Molla Mahmet Emin di desa Thag. Ia belajar kepada kakaknya, Abdullah, pada setiap liburan akhir pekan. Namun keberadaannya di desa Thag ini hanya berlangsung sebentar saja, karena kegiatan belajarnya di lanujutkan di madrasah desa birmis (salih 2003, hal 9-10).Di Birmis, Said Nursi berguru dengan Syaikh Sayyid Nur Muhammad. Sebagaimana di Tagh, pengajiannya disini juga terganggu. Kali ini Said Nursi di ganggu oleh empat orang temannya. Said Nursi yang tidak tahan dengan keadaan tersebut akhirnya bilang kepada gurunya tuan, saya harap tuan dapat memberitahu pelajar-pelajar itu agar tidak menganggu saya secara berempat. Saya sanggup menghadapi mereka sekira mereka datang berdua. Keberanian Said Nursi ini mengejutkan gurunya. Gurunya menjawab Kamu adalah pelajarku, aku tidak akan biarkan seorangpun menganggumu. Selepas peristiwa itu Said Nursi dikenal dengan gelar Tilmidh al-Shaykh (murid kesayangan guru), disebabkan keakraban dan penghormatan guru tersebut terhadapnya (zaidin 2001, hal 9).Setelah berguru dengan Sayyid nur Muhammad, Said Nursi pergi ke Nursin bersama kakaknya, yaitu Abdullah. Karena musim panas, mereka meninggalkan desa dan pergi ke padang rumput bersama penduduk desa dan murid-murid yang lain. Disitu Said Nursi berkelahi Mehmed Emin Efendi karena tidak menerima otoritas Syaikh Abdurrahman tagi. Ia pergi menuju Nursin melalui hutan yang tak bisa dilewati pada siang hari. (vahide 2003, hal 7).Dikisahkan saat masih kecil Said Nursi bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Peristiwa tersebut diingat sampai akhir hayat. Ketika itu ia menunggu di jembatan dan berdesak-desakan. Saat ia menuju jembatan shirat (jembatan menuju surge). Ia menyalami para nabi yang melewati jembatan tersebut. Ketika ia berhadapan dengan Rasulullah SAW ia mencium kedua tanganya dan memohon agar diberikan ilmu, lalu rasulullah SAW menjawab engkau akan diberikan ilmu Al-Quran dengan syarat engkau tidak boleh bertanya kepada siappun dari kalanganku. (salih 2003, hal 15).Pada tahun 1888 M, Said Nurs pergi ke Bitlis dan mendaftarkan diri di sekolah Syaikh Amin Afandi. Tetapi hanya sebentar saja di sekolah tersebut, sebab Syaikh menolak untuk mengajarkan dengan alas an usia belum memadai. Said Nursi akhirnya masuk di sekolah Mir Hasan Wali di Mukus, kemudia di sekolah yang terletak di Watson (kawasiy). Hanya bertahan satu bulan, selanjutnya ia bersama seorang temannya yang bernama Muhammad bersekolah di Bayazid pada tahun 1891.Disinilah Said Nursi mempelajari ilmu agama dasar. Karena sebelumnya ia hanya belajar nahwu dan sharaf saja. Disekolah yang terakhir inilah dan dengan berada dibawah bimbingan Syaikh Muhammad Jalali, Said Nursi belajar dengan segala kesungguhan dan secara intensif untuk jangka waktu tiga bulan lamanya. Selama itu, ia berhasil membaca seluruh buku yang terbilang susah untuk difahami. Akhirnya ia mendapatkan ijazah dari Syaikh Muhammad Jalali. Dalam kesehariannay ia menghabiskan 200 halaman untuk membaca buku.Kemudian Said nursi Berangkat menuju Bitlis untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Amin. Dari sini ia melanjutkan studinya ke kota Syirwan, ke tempat kakaknya yang bernama Abdullahh. Ia menuju Si`rad untuk menjadi siswa seorang ulama Fathullah Afandi.Sebelum Said Nursi masuk ia di uji tentang bacaan kitab-kitab yang pernah ia baca. Dia ia siap untuk diuji seputar kitab-kitab yang pernah ia baca. Setelah ia selesai dalam ujian Syaikh Fathullah sangat kagum atas Kejeniusan yang luar biasa. Namun ia menguji kembali daya hafalnya dengan memberikan satu kitab lalu menyuruh Said Nursi membacanya sebanyak dua kali. Namun hanya satu kali membaca ia mampu menyerap semua materi dengan baik. Kemampuan ini membuat Syaikh Fathullah bertambah kagum. Said Nursi berguru kepada Syaikh Fatullah secara intensif belajar kitab Jam`ul Jawami kitab tentang ushul fiqh karya ibn as-Subki. Said Nursi selesai dalam satu minggu dan akhirnya kembali pergi.Said Nursi berangkat menuju Bitlis dan dari sana ke kota Tillo. Ia melakukan iktikaf di salah satu tempat ibadah dan selama itu ia menghafal untuk memperkuat memorinya.Pada tahun 1892 M. Said Nursi berangkat menuju Mardin untuk menyampaikan pengajian di Masjid Raya kota tersebut dan menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan oleh pesertanya. Ketika itu walikota setempat, Nadir Bek, karena termakan hasutan dari pengawalnya merasa Said Nursi berbahaya dan akan membuat kekacauan dan akhirnya ia harus keluar dari kota Mardin. (salih 2003 hlm 13).Pada tahun 1894, Said Nursi berangkat menuju kota Wan berdasarkan undangan wali kotanya bernama Hasan Pasya agar tinggal bersamanya. Kemudian ia pindah ke rumah Thahir Pasya. Selama berada disana Allah Ta`ala mempersiapkan situasi dan kondisi agar dirinya bertemu dengan berbagai intelektual dari berbagai kalangan dan disiplin imu modern. Dengan semangat dan kecintaanya yang menggelora ia pun menyambut semua, sehingga ia seorang ilmuan ahli dan mampu bergaul dan berdebat dengan orang-orang yang menghususkan dibidang tersebut. Ia belajar banyak hal dalam waktu singkat, kimia, matematika, fisika, biologi, geologi, sejarah, dan lainnya. Bekat potensinya ia menyerap banyak hal. Karena dalam kegeniusannya ia diberi gelar Badi`uzzaman (keajaiban zaman)Semasa menetapnya beduzzaman. Di kota wan, suatu hari wali kota Wan menginformasikan kepadanya tentang berita menggemparkan yang dimuat disurat kabar. Dalam surat kabar tersebut seorang mentri inggris menggemggam Al-Quran dan berkata Al-Quran ini berada di tanggan muslim. Kita pun tidak akan pernah mau menguasai mereka. Dengan demikian bagi kita tak ada jalan lain kecuali melenyapkannya atau memutuskan hubungan dengannya.