Biografi Abu Yusuf

5
A. Biografi Abu Yusuf 1. Latar Belakang Ya’qub bin Ibrahim bin Habib bin Khunais bin Sa’ad Al-Anshari Al-Jalbi Al-Kufi Al-Baghdadi, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Yusuf, lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M). Abu Yusuf menimba berbagai ilmu kepada ulama besar, seperti Abu Muhammad Atho bin As-Saib Al-Kufi, Sulaiman bin Mahran Al- A’masy, Hisam bin Urwah, Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, Muhammah bin Ishaq bin Yassar bin Jabbar, dan Al-Hajjaj bin Arthah. Selain itu, ia juga menuntut ilmu kepada Abu Hanifa hingga yang terakhir namanya disebut ini meninggal dunia. Selama tujuh belas tahun, Abu Yusuf tiada henti-hentinya belajar kepada pendiri mazhab Hanafi tersebut. Berkat bimbingan para gurunya serta ditunjang oleh ketekunan dan kecerdasannya, Abu Yusuf tumbuh sebagai seorang alim yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama, penguasa maupun masyarakat umum. Tidak jarang berbagai pendapatnya dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin belajar keadanya. Di antara tokoh besar yang menjadi muridnya adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani, Ahmad bin Hanbal, Yazid bin Harun Al-Wasithi, Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu’lui dan Yahya bin Adam Al-Qarasy. Di sisi lain, sbagai salah satu bentuk penghormatan dan pengakuan pemerintah atas keluasan dan kedalaman iilmunya, Khalifah Dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid, mengangkat Abu Yusuf sebagai Mahkamah Agung (Qadhi Al-Qhudhah). 1 2. Karya-karya Abu Yusuf Ketika Abu Yusuf memangku jabatan sebagai Qadi al Qudah, beliau diminta oleh Harun Ar-Rasyid untuk menulis buku umum yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam administrasi keuangan. Buku itu kemudian dikenal dengan nama kitab al-Kharaj. Kitab tersebut dijadikan pedoman penegakan hukum pada masa itu, untuk menghindari kezaliman terhadap rakyat yang disebabkan oleh 1 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada), hal. 231-232

Transcript of Biografi Abu Yusuf

Page 1: Biografi Abu Yusuf

A. Biografi Abu Yusuf

1. Latar Belakang

Ya’qub bin Ibrahim bin Habib bin Khunais bin Sa’ad Al-Anshari Al-Jalbi Al-Kufi Al-Baghdadi, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Yusuf, lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M).

Abu Yusuf menimba berbagai ilmu kepada ulama besar, seperti Abu Muhammad Atho bin As-Saib Al-Kufi, Sulaiman bin Mahran Al-A’masy, Hisam bin Urwah, Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, Muhammah bin Ishaq bin Yassar bin Jabbar, dan Al-Hajjaj bin Arthah. Selain itu, ia juga menuntut ilmu kepada Abu Hanifa hingga yang terakhir namanya disebut ini meninggal dunia. Selama tujuh belas tahun, Abu Yusuf tiada henti-hentinya belajar kepada pendiri mazhab Hanafi tersebut.

Berkat bimbingan para gurunya serta ditunjang oleh ketekunan dan kecerdasannya, Abu Yusuf tumbuh sebagai seorang alim yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama, penguasa maupun masyarakat umum. Tidak jarang berbagai pendapatnya dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin belajar keadanya. Di antara tokoh besar yang menjadi muridnya adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani, Ahmad bin Hanbal, Yazid bin Harun Al-Wasithi, Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu’lui dan Yahya bin Adam Al-Qarasy. Di sisi lain, sbagai salah satu bentuk penghormatan dan pengakuan pemerintah atas keluasan dan kedalaman iilmunya, Khalifah Dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid, mengangkat Abu Yusuf sebagai Mahkamah Agung (Qadhi Al-Qhudhah).1

2. Karya-karya Abu Yusuf

Ketika Abu Yusuf memangku jabatan sebagai Qadi al Qudah, beliau diminta oleh Harun Ar-Rasyid untuk menulis buku umum yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam administrasi keuangan. Buku itu kemudian dikenal dengan nama kitab al-Kharaj. Kitab tersebut dijadikan pedoman penegakan hukum pada masa itu, untuk menghindari kezaliman terhadap rakyat yang disebabkan oleh perbedaan kedudukan atau agama. Dia telah meletakkan teori ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam. Kitabnya mempunyai peran penting dalam menjadikan Harun Ar-Rasyid sebagai sosok yang sangat disiplin dalam menggunakan harta negara.

Beberapa karya Abu Yusuf diantaranya adalah:

a. Kitab al-Asar. Didalam kitab ini dimuat hadis yang diriwayatkan dari ayah dan gurunya. Ia

mengemukakan pendapat gurunya, Imam Abu Hanifah, kemudian pendapatnya sendiri dan

menjelaskan sebab terjadinya perbedaan pendapat mereka.

b. Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa ibn Abi Laila. Didalamnya dikemukakan pendapat Imam Abu

Hanifah dan ibn Abi Laila serta perbedaan pendapat mereka.

1 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada), hal. 231-232

Page 2: Biografi Abu Yusuf

c. Kitab ar-Radd ’ala Siyar al-Auza’i. Kitab ini memuat perbedaan pendapatnya dengan

Abdurahman al-Auzai tentang perang dan jihad.

d. Kitab al-Kharaj. Kitab ini merupakan kitab terpopuler dari karya-karyanya. Didalam kitab ini

, ia menuangkan pemikiran fiqihnya dalam berbagai aspek, seperti keuangan negara, pajak

tanah, pemerintahan dan musyawarah.2

B. Abu Yusuf dan Kebijakan Fiskal

1. Kerangka Umum Kitab Al-Kharaj

Abu Yusuf merupakan ahli fikih pertama yang mncurahkan perhatiannya pada prmasalahan ekonomi. Tema yang kerap menjadi sorotan dalam kitabnya terletak pada tanggung jawab ekonomi penguasa terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat, pentingnya keadilan, pemerataan dalam pajak serta kewajiban penguasa untuk menghargai uang publik sebagai amanah yang harus digunakan sebaik—baiknya.

Kitab Al-Kharaj ditulis sebagai jawaban dari pertanyaan dari khalifah Harun Ar-Rasyid seputar keuangan negara yang brhubungan dengan permasalahan pajak, administrasi penerimaan dan pengeluaran negara sesuai dengan syari’at Islam yang dilakukan untuk mencegah kezaliman pada masyarakatdan untuk memenuhi kebutuhan mereka.3

Sekalipun berjudul Al-Kharaj, kitab tersebut tidak hanya mengandung pembahasan tentang Al-Kharaj, melainkan juga meliputi berbagai sumber pendapatan negara lainnya, seperti ghanimah, fai, kharaj, usr, jizyah, dan shadaqah, yang dilengkapi dengan cara-cara bagaimana mengumpulkan serta mendistribusikan setiap jenis harta tersebut sesuai dengan syariah Islam berdasarkan dalil-dalil naqliah (Al-qur’an dan Hadits) dan aqliah (rasional). Metode penulisan denga mengombinasikan dalil-dalil naqliah dengan dalil-dalil aqliah ini menjadi pembeda antara kitab Al-Kharaj karya Abu Yusuf dengan kitab-kitab Al-Kharaj yang muncul pada priode berikutnya, terutama kitab Al-Kharaj karya Yahya bin Adam Al-Qarasy yang menggunakan metode penulisan berdasarkan dalil-dalil naqliah saja.4

Kontribusi yang lain adalah dengan menunjukan keunggulan sistem pajak proporsional (muqasamah) menggantikan sistem pajak tetap (misahah/wazifah) pada tanah. Beliau juaga menekankan pentingnya pngawasan pada petugas engumpul pajak untuk mencegah korupsi dan menghilangkan penindasan. Dalam penggunaan dana publik, beliau juga mengungkapkan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mendukung produktivitas dalam meningkatkan pendapatan negara.

2 DR. Euis Amalia, M. Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Gramata Publishing), hal: 116-1173 Ibid., hlm. 1184 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada), hal. 233-234

Page 3: Biografi Abu Yusuf

2. Pemikiran Abu Yusuf tentang Kharaja. Klasifikasi Status Tanah

Dalam sejarah Islam, Rasulullah Saw pernah menjadikan tanah Fadak dan Banu Nadir sebagai atanah Fay’ ketika mereka tunduk dibawah pemerintahan Islam tanpa melalui peperangan. Setelah Rasulullah Saw wafat terjadi eksansi negara Islam dengan tunduknya Byzantium, Mesir , Palestina, Syiria, tanah Sasnid di Iraq dan Persia. Keetika tanah tersebut tidak dibagikan dan tetap berada di tangan pemiliknya, kemudian mengolahnya, maka mereka harus membayar kharaj kepada negara.

Berdasarkan hal tersebut, Abu Yusuf menekankan bahwa pemerintah mempunyai otoritas dan hak untuk membagikan tanah tersebut kepada para pejuang sebagai harta rampasan perang (ghanimah). Namun, lebih baik bila pemrintah memutuskan mengembalkan tanah kepada pemiliknya dan menarik kharaj dari merka sebagai pendapatan tetapbagi negara untuk kesejahteraan umat Islam. Jadi, status tanah tersebut menjadi tanah kharaj.

Pengenaan pajak ats tanah adalah jenis pajak yang paling tua dan paling banyak dilakukan. Di masa lalu, sumber pendapatan utama negar Islam sejak pemerintahan khalifah Umar sampai pada keruntuhan peradaban umat Islam adlah kharaj atau pajak tanah. Dalam terminoligi fiskal Islam, kharaj adlah retribusi atas tanah atau hasil produksi tanah dimana para pemilik tanah taklukan terssebut membayar kharaj kenegara Islam.

b. Kepemilikan Negara

Tanah yang diabaikan oleh pemiliknya atau yang tidak bertuan, maka akan segera di ambil alih [dan di kuasai oleh negara. Negara sebagai pemilik tanah-tanah kosong memiliki otoritas untuk memberikannya kepada seseorang dengan tujuan agar tanah tersebut dapat digarap dan memberikan pendapatan bagi negara melalui pajak tanah. Karenanya, ada dua metode yang dilakukan negara dlam pemberian tanah kkepada warga negaranya, yaitu melalui pemberian secara resmi melalui institusi iqta atau melalui perolehan hak karena menghidupkan tanah yang mati.

c. Metode Penetapan Tarif Kharaj

kharaj hanya dikenakan pada tanah yang termasuk kedalam kategori kharajiyah. Ada dua metode yang dilakukan dalam penilaian kharaj, yaitu metode misahah (pajak tanah/produksi tanah tetap) dan metode muqasamah (pajak proporsionalpada hasil pertanian).

Page 4: Biografi Abu Yusuf