Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1911, Rudolph Diesel membuat mesin dengan cara kerja berdasarkan pengapian- bertekanan (mesin diesel). Pada saat itu tidak ada bahan bakar khusus untuk menjalankan mesin ini, dan untuk menggerakkannya ia menggunakan minyak kacang tanah. Di samping itu, adanya krisis minyak pada tahun 1973 mendorong serangkaian penelitian penggunaan minyak-minyak nabati dan lemak sebagai bahan baku pengganti pembuatan bahan bakar (Maulidya dkk, 2010). Beberapa tahun terakhir, Indonesia juga mulai mengalami adanya kelangkaan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak). Biodiesel merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif, mengingat banyaknya sumber bahan bakar alternatif yang mudah ditemukan di Indonesia. Biodiesel menjadi penting di Indonesia karena sejak tahun 2005, Indonesia telah berubah statusnya dari eksportir menjadi net importer BBM yang pada tahun 2005 defisit sekitar 100 juta liter. Ditambah lagi krisis minyak dunia menjadikan harga minyak global meningkat dari sebelumnya sekitar US$ 22/barel menjadi US$ 72/barel (April 2006). Dampaknya, biodiesel yang semula sulit bersaing dengan BBM dari

description

Bio Energi

Transcript of Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

Page 1: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

           Pada tahun 1911, Rudolph Diesel membuat mesin dengan  cara kerja

berdasarkan pengapian-bertekanan (mesin diesel). Pada  saat itu tidak ada bahan

bakar khusus untuk menjalankan mesin  ini, dan untuk menggerakkannya ia

menggunakan minyak kacang tanah. Di samping itu,  adanya krisis minyak pada

tahun 1973  mendorong serangkaian penelitian penggunaan minyak-minyak 

nabati dan lemak sebagai bahan baku pengganti pembuatan bahan  bakar

(Maulidya dkk, 2010).

Beberapa tahun terakhir, Indonesia juga mulai mengalami adanya

kelangkaan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak). Biodiesel merupakan peluang

yang besar bagi  Indonesia untuk mengembangkan penggunaan bioenergi sebagai

energi  alternatif, mengingat banyaknya sumber bahan bakar alternatif yang

mudah ditemukan di Indonesia. Biodiesel menjadi penting di Indonesia karena

sejak  tahun 2005, Indonesia telah berubah statusnya dari eksportir menjadi net

importer BBM yang pada tahun 2005 defisit sekitar  100 juta liter. Ditambah lagi

krisis minyak dunia menjadikan  harga minyak global meningkat dari sebelumnya

sekitar US$  22/barel menjadi US$ 72/barel (April 2006). Dampaknya,  biodiesel

yang semula sulit bersaing dengan BBM dari segi harga, kini bisa dimunculkan

dipasar sebagai bahan bakar alternatif  pengganti BBM. (Rama dalam

Hidayat,2010).Kapuk randu atau kapuk (Ceiba Pentandra) adalah pohon tropis

yang tergolong pada ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya

dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara

dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia. Kapuk randu mudah sekali

ditemui di Indonesia terutama di Pulau Jawa karena tumbuhan ini sangat cocok

ditanam di daerah tropis seperti Indonesia (Wikipedia,2009).

Selain serat atau kapasnya yang digunakan sebagai bahan pengisis bantal,

biji dari kapuk randu yang selama ini dibuang begitu saja ternyata juga dapat

diolah menjadi sesuatu yang berguna. Kapuk merupakan salah satu tanaman yang

berpotensi menghasilkan minyak. Setiap gelondong buah kapuk mengandung

Page 2: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

26% biji, sehingga setiap 100 kg gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kg

limbah biji. Minyak biji kapuk mengandung asam lemak tidak jenuh sekitar

71,95%, lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kelapa. Hal ini menyebabkan

minyak biji kapuk mudah tengik. Sehingga kurang baik untuk dikembangkan

sebagai minyak makanan. Namun minyak kapuk berpotensi untuk dijadikan

subsitusi biodiesel. (Kusdiana dalam Hidayat, 2010)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti membahas mengenai

pemanfaatan biji kapuk randu sebagai bahan bakar alternatif biodiesel dalam

penanggulangan masalah kelangkaan BBM.

Page 3: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Kapuk Randu

Kingdom : Plantae

Phylum : Angiosperm

Classis : Eudicots

Sub Classis : Rosids

Order : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Ceiba

Species : C.pentandra

Kapuk randu atau kapuk (Ceiba Pentandra) adalah pohon tropis yang

tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke

dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika

Selatan, Amerika Tengah dan Karibia. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan

untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai

kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Daerah penghasil kapuk di

Indonesia meliputi daerah DI.Aceh, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan Sumatera Utara . Kapuk merupakan tumbuhan yang paling banyak

dibudidayakan di hutan hujan di Asia, terutama di Jawa , Filipina, Malaysia, pulau

Hainan di Cina maupun di Amerika Selatan. (Wikipedia, 2009).           

Biasanya, bagian kapas kapuk randu digunakan sebagai pengisi kasur,

bantal, kain pelapis, zafus, boneka mainan, dan untuk insulasi. Benihnya

Page 4: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

menghasilkan minyak yang digunakan secara lokal di sabun dan yang dapat

digunakan sebagai pupuk serta penggunaan pembuatan bahan bakar biodisel.

2.2 Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat menggantikan bahan bakar

solar yang renewable (Demirbas dalam Hidayat, 2010). Dengan semakin

mahalnya dan terbatasnya BBM fosil di alam maka harus dicari energi alternatif

yang dapat diperbaharui yang antara lain biofuel misalnya biodiesel.Minyak

nabati dapat langsung digunakan sebagai minyak diesel. Namun demikian banyak

penelitian lain menunjukkan bahwa minyak nabati memiliki viskositas yang

sangat tinggi dan dapat berpengaruh pada mesin.

Menurut Wikipedia (2009) menyatakan bahwasannya viskositas adalah

sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah

tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap

penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan

dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki

viskositas rendah, sedangkan minyak sayur / nabati memiliki viskositas tinggi.

Banyak penelitian lain menunjukkan bahwa minyak nabati memiliki

viskositas yang sangat tinggi dapat 10-20 kali minyak solar, dan tingginya

viskositas minyak nabati dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna dan

menimbulkan kerak pada ruang pembakaran. Agar minyak nabati dapat digunakan

sebagai bahan bakar harus diturunkan viskositasnya sampai mendekati viskositas

solar (Hidayat, 2010).

Reaksi transesterifikasi dari lemak/minyak dapat dilakukan untuk

menurunkan viskositas minyak nabati sehingga dihasilkan etil ester asam lemak.

Transestrifikasi dapat menurunkan viskositas minyak nabati sampai 85%

(Hidayat, 2010).Reaksi transesterifikasi minyak nabati dapat dilakukan dengan

mereaksikan minyak yang merupakan trigliserida dengan alkohol (metanol/etanol)

dengan katalis asam atau basa, sehingga dihasilkan alkil ester asam lemak dan

hasil samping gliserol.

Secara stoikiometri 1 mol triasilgliserol (trigliserida) memerlukan 3 mol

etanol (alkohol) dan dihasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol ester asam lemak.

Berdasarkan kajian mekanisme reaksi yang dilalui, reaksi transesterifikasi

Page 5: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

pembuatan biodiesel melalui pembentukan zat antara (intermediate) yaitu mono

dan digliserida, dengan bentuk molekul tetrahidral (bentuk tidak stabil untuk

gugus karbonil), setelah itu tahap selanjutnya adalah pembentukan metil ester

(Heyda dalam Hidayat,2010).

Metil ester ialah sebuah kelas senyawa kimia yang dibentuk oleh ikatan

alkohol dan satu atau lebih asam organik, dengan hilangnya sebuah molekul air

untuk setiap kelompok ester terbentuk. Lemak adalah ester, yang dihasilkan oleh

ikatan asam lemak dengan gliserol alkohol (Wikipedia, 2009).

Ester asam lemak yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan sebagai

bahan bakar pengganti solar dan sering disebut biodiesel. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi

biodiesel yakni antara lain faktor perbandingan fraksi mol antara minyak dengan

alkohol, katalis yang digunakan dimana dapat katalis asam atau basa, kualitas

bahan baku yang digunakan, temperatur reaksi, dan kondisi berlangsungnya reaksi

(Hidayat,2010).

Untuk meningkatkan laju reaksi pembuatan biodiesel adalah proses

kondisi alkohol superkritis dan proses gelembung. Penggunakan etanol (alkohol)

superkritis dalam pembuatan biodiesel dapat mengurangi penggunaan katalis dan

keberadaan air dalam jumlah tertentu dapat mempertinggi hasil (Kusdiana dalam

Hidayat, 2004). Namun teknologi superkritis memerlukan temperatur dan tekanan

tinggi sehingga sulit dilakukan dan masih efektif untuk skala laboratorium.

Kebutuhan minyak solar Indonesia sangat tinggi, meskipun sebagai negara

penghasil BBM namun untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri Indonesia

masih impor solar hampir 7 juta Kl/tahun. Dengan asumsi hanya mensubstitusi

2% kebutuhan solar nasional kebutuhan biodiesel 800 ribu Kl/tahun (Hidayat,

2010), Sehingga pasar biodiesel di Indonersia sangat besar. Pengembangan

biodiesel sebagai pengganti solar, meskipun dari aspek lingkungan lebih

menguntungkan maka yang tidak kalah pentingnya adalah tinjauan dari aspek

ekonomisnya, karena kalau biodiesel jauh lebih mahal dari BBM maka akan

kurang mendapat respon dari pengguna (masyarakat atau industri). Oleh karena

itu diperlukan bahan baku biodiesel yang banyak terdapat atau mungkin dapat

dikembangkan di indonesia serta kontinuitas pasokannya terjamin. Minyak biji

Page 6: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

kapuk randu merupakan salah satu diantara sekian banyak jenis biodiesel dari

minyak nabati yang  mempunyai potensi yang besar untuk dieksplorasi sebagai

bahan baku biodiesel di Indonesia.

Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar mempunyai beberapa

keuntungan yakni:

1.      Biodisel tidak akan habis karena dapat ditanam atau diperbaharui

sumbernya.

2.      Dengan berkembangnya biodiesel jelas akan dapat memanfaatkan tanah-

tanah kritis yang banyak tersebar diseluruh pelosok tanah air.

3.      Menciptakan lapangan kerja baru baik dibidang pertanian/budidaya sawit,

kapuk dan jarak, pabrik-pabrik mini agroindustri pengolah biodisel

sehingga akibatnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

4.      Aman digunakan sebagai bahan bakar, emisi hidokarbon lebih sedikit,

sehingga penggunaan biodisel ini akan menurunkan polusi udara akibat

kendaraan bermotor.

2.3 Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah suatu reaksi antara ester dengan alkohol

membentuk ester baru dan alkohol baru, dalam hal ini terjadi pertukaran bagian

alkohol suatu ester (Santoso dalam Hidayat, 2010). Lebih lanjut Shantha dalam

Hidayat (2010) menyebutkan bahwa pereaksi-pereaksi transesterifikasi secara

umum dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pereaksi katalis asam dan basa.

Untuk pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk randu ialah menggunakan

katalis basa / alkali yang biasa digunakan dengan natrium etoksida dalam etanol

dan Natrium hidroksida dalam metanol.

Mekanisme transesterifikasi dengan katalis basa diawali dengan reaksi

antara ion hidroksida (OH-) dengan alkohol membentuk alkoksida. Selanjutnya

alkoksida yang terbentuk menyerang gugus karbonil (dengan gugus karbonil sp2)

pada ester A membentuk zat antara tetrahedral (dengan atom C sp3) yang sangat

tidak stabil, tahap selanjutnya eliminasi menghasilkan ester (B) baru dan alkohol

baru (R’OH). Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa lebih cepat 4000 kali

dibandingkan katalis asam, dan juga katalis alkali tidak sekorosif katalis

Page 7: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

asam .Logam alkali alkoksida (seperti CH3ONa untuk metanolisis) adalah katalis

yang paling aktif dengan memberikan hasil yang sangat tinggi (>98%) pada waktu

reaksi yang singkat yaitu selama 30 menit dan konsentrasi katalis yang rendah

(0,5  %mol) (Srivastava dalam Hidayat, 2010).

Transesterifikasi secara kimia menggunakan proses katalis alkali cukup

sukses dalam mengkonversi trigleserida ke minyak biodiesel (metylester).

Meskipun reaksi transesterifikasi dengan katalis alkali menghasilkan tingkat

konversi yang tinggi dan waktu reaksi yang cepat namun reaksi tersebut

mempunyai kekurangan yakni energy besar (intensive), gliserin sulit dipulihkan

(recovery), katalis dibuang dan perlu pengolahan, asam lemak bebas dan air

bercampur dengan reaksi. Gliserin ialah suatu senyawa kimia yang dibuat melalui

proses transesterifikasi dari triglyseride menggunakan methanol yang dicampur

dengan fatty ester (Hidayat, 2010). 

Katalis basa biasanya menggunakan kalium hidroksida maupun natrium

hidroksida. Sedangkan konsentrasi katalis basa juga menentukan laju dan hasil

reaksi, semakin tinggi konsentrasi katalis, reaksi akan berlangsung semakin cepat,

namun jika konsentrasi katalis basa terlalu tinggi akan timbul masalah dalam

pemisahan hasil (Nouriddini dalam Hidayat, 2010). Bahkan pada konsentrasi

katalis basa lebih 8% hasil transesterifikas malah turun (Zyong Tang dalam

Hidayat, 2010). Senyawa methanol lebih banyak digunakan karena harganya lebih

murah (Wirawan dalam Hidayat, 2010), namun sebenarnya bersifat lebih toksik

dibandingkan etanol.

2.4 Bahan Bakar Minyak

Sebelumnya terlebih dulu kita ketahui bahwasannya bahan bakar adalah

materi yang bisa diubah menjadi energi. Salah satu contoh bahan bakar yang

cukup populer adalah bensin. Jenis-jenis bahan bakar ada banyak, diantaranya

adalah bahan bakar yang berbentuk cair.Yang paling populer adalah bahan bakar

minyak atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap,

bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair

seperti Bensin bisa dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin. Akan tetapi,

bahan bakar minyak semakin lama semakin menipis. Untuk itu perlu adanya

Page 8: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

penemuan-penemuan baru sebagai bahan substitusi terhadap bahan bakar minyak

seperti bahan bakar alternatif biodiesel .

2.5 Aplikasi Biodiesel

             Pemanfaatan minyak biji kapuk randu (Ceiba pentandra) sebagai bahan

bio-diesel merupakan alternatif yang ideal untuk mengurangi tekanan permintaan

bahan bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa. Minyak biji

kapuk randu selain merupakan sumber minyak terbarukan (reneweble fuels) juga

termasuk non edible oil sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi

manusia seperti pada minyak kelapa sawit, minyak jagung dll (Hidayat, 2010).

Biodiesel bukan barang baru di Indonesia. Di zaman Jepang, orang

Indonesia disuruh membuat minyak diesel dari tanaman jarak untuk

menggerakkan mesin-mesin perangnya. Saat itu, Jepang mulai kehabisan BBM.

Di masa kini, strategi itu ditinjau kembali. Kini biodiesel telah dikembangkan

oleh para pakar ITB dan pemerintah. BBM alternatif satu ini sudah 100 persen

biodisel alami. Pengolahannya cukup sederhana.

 Secara agronomis tanaman Biji Kapuk Randu dapat beradaptasi dengan

lahan dan agroklimat di Indonesia, bahkan dapat tumbuh pada kondisi kering dan

pada lahan marginal/kritis.Tanaman ini tidak hanya jadi salah satu alternatif

pengganti BBM berbahan dasar fosil, melainkan juga untuk merehabilitasi lahan

kritis 23 juta hektar di Indonesia dan menyerap banyak tenaga kerja sekaligus

mengurangi angka kemiskinan. Selain ramah lingkungan, kelebihan lain produk

ini yaitu pembakaran di dalam mesin makin sempurna dan emisi yang dikeluarkan

sedikit serta asap yang keluar dari knalpot tidak pedih di mata. BBM ini makin

cepat pembakarannya, mesin pun bekerja optimal dan membuat mesin makin

awet.

Kelangkaan BBM yang kini terjadi hendaknsya dijadikan momentum bagi

pemerintah untuk menyiapkan kebijakan yang mendukung penggunaan biodiesel

dan bioetanol. Perlu adanya kesungguhan dan komitmen pemerintah untuk

pengembangan biodisel dan gasohol baik dari tingkat pusat hingga pemerintah

kabupaten.

Page 9: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN DAN

HASIL PEMBAHASAN

                                                                                   

3.1 Minyak Biji Kapuk Randu

Pembuatan minyak kapuk randu tidak berbeda dengan pembuatan minyak

nabati lainnya. Pada pembuatan minyak biji kapuk randu ini sering menggunakan

prinsip pengempaan dengan urutan pembuatannya yaitu :

1.      Pemilihan biji kapuk randu yang sudah tua dengan cirri-ciri yaitu warna

coklat kehitam-hitaman. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan

biji kapuk randu yang muda terbawa terproses juga pada waktu pengempaan.

2.      Pembersihan dilakukan dalam molen kemudian masuk ke blower. Ruang

blower ini yang memisahkan antara debu dan kooran lainnya dengan biji

kapuk randu.

3.      Biji kapuk randu yang sudah bersih dikempa dengan mesin kempa.

Pengempaan dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan minyak biji

kapuk randu sehingga terpisah dengan bungkilnya.

4.      Setelah dikempa minyak biji kapuk randu yang masih berlendir ditambahkan

dengan aitif sehingga pada proses ini kadar air dari minyak akan berkurang

atau hilang. Hal ini yang disebut minyak kasar.

5.      Pemurnian dilakukan dengan jalan menyaring dan diendapkan dahulu tiga

hari kemudian ditambahkan deodoriset untuk menghilangkan bau yang

kurang enak. Dari kelima proses ini minyak sudah siap untuk bahan

penelitian.

Kapuk merupakan salah satu tanaman yang berpotensi menghasilkan

minyak. Bagian yang dapat menghasilkan minyak ialah bagian biji kapuk randu.

Setiap gelondong buah kapuk mengandung 26% biji, sehingga setiap 100 kg

gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kg limbah biji. Minyak biji kapuk

mengandung asam lemak tidak jenuh sekitar 71,95%, lebih tinggi dibandingkan

dengan minyak kelapa. Hal ini menyebabkan minyak biji kapuk mudah tengik.

Sehingga kurang baik untuk dikembangkan sebagai minyak makanan. Namun

Page 10: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

minyak biji kapuk berpotensi untuk dijadikan subsitusi biodiesel

(Wikipedia,2009).

Biji kapuk ini memiliki kandungan minyak biji kapuk sebanyak 16,14 %

dengan kelembaban < 10 %. Kandungan asam lemak minyak biji kapuk yang

paling banyak adalah asam linoleat C18:2 (asam lemak tak jenuh / unsaturated

fatty acid) (Kemala dalam Hidayat, 2010).

Tabel 3.1 Sifat fisika – kimia dari minyak biji kapuk

Nilai

Bilangan tak tersabunkan 0,5 – 1,8 %

Refraktif indeks 250 °C 1,406 – 1,472

Bilangan penyabunan 189 – 197

Specific  gravity 0,92 – 0,93

Densitas mg/m2 0,917

Bilangan iod 8,6 – 110

3.2 Proses Pengolahan Minyak Biji Kapuk

Proses Pengolahan minyak biji kapuk randu yang pertama kali dilakukan

ialah pemurnian minyak. Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah

untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik

(kecoklatan) dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau

digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Di dalam minyak yang belum

dimurnikan terdapat bermacam-macam kotoran yang larut maupun tidak larut

dalam minyak dan suspense koloid. Kotoran yang larut antara lain: asam lemak

Page 11: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

bebas, aldehida, keton, zat warna dan tokoferol. Sedangkan yang tidak larut

misalnya getah, lendir, protein, fosfatida yang berasal dari sumber minyak (Zyong

Tang dalam Hidayat, 2010, 2007).

Setelah melalui proses, minyak yang telah melalui proses pemurnian siap

melalui satu proses lagi untuk bisa menjadi biodiesel. Minyak tersebut harus

melalui proses transesterifikasi yang telah dijelaskan pada Bab II. Berikut

merupakan salah satu proses singkat untuk merubah minyak biji kapuk randu

menjadi minyak biodiesel yang mudah dilakukan :

Alat-alat  :

·          Bakker glass

·         Stirer

·         Sendok Pengaduk

·         Corong

Bahan-bahan :

·         Minyak kapuk randu

·         Sodium metoksid

Prosedur Kerja :

1. Pertama-tama minyak kapuk randu dituang ke dalam bakker glass.

2. Kemudian bakkerglas ditaruh di atas stirer untuk dipanaskan sampai mencapai

suhu 50°C. Tahap ini dilakukan untuk pemanasan awal dan untuk

menguapkan uap air. Pemanasan tersebut kira-kira selama 5-10 menit

tergantung dari penyetelan pemanasnya.

3. Setelah suhu tersebut tercapai maka larutan sodium metoksid dituangkan

kedalam minyak kapuk randu sambil diaduk sampai kedua larutan tersebut

menyatu sahingga secara kasab mata tidak terjadi pemisahan larutan antara

minyak kapuk randu dengan sodium metoksid. Pemanasan dan pengadukan

secara merata dilakukan pada suhu ± 50°C (45-55°C) selama satu jam.

4. Pada saat larutan sodium metoksid dituang kedalam minyak kapuk randu

suhunya akan turun dari 50°C menjadi sekitar 45°C. Pada suhu ini dinaikkan

Page 12: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

sampai mencapai suhu 50°C. campuran kelihatan keruh kemudian setelah

suhu mencapai 50°C campuran akan kelihatan jernih.

5. Setelah proses pemanasan dan pencampuran selesai kemudian campuran

tersebut dimasukkan kedalam corong pemisah. Didalam corong pemisah

campuran tersebut didiamkan selama 24 jam, lebih lama lebih baik. Setelah

terjadi endapan kemudian proses pemisahan dimulai yaitu dengan mengambil

endapannya terlebih dahulu kemudian cairan yang di atasnya, di mana cairan

yang di atas berupa minyak bio-diesel (Handayani dkk, 2010 )

Setelah minyak melalui proses transesterifikasi, minyak telah berubah

menjadi Biodiesel.  Biodiesel juga dapat didefinisikan sebagai bahan bakar yang

terbuat dari lemak atau minyak tumbuhan dan hewan secara fisik hampir

menyerupai bahan bakar diesel yang berasal dari minyak bumi. 

Tabel 4.2 Sifat Fisika – Kimia Biodiesel Minyak Biji Kapuk Randu

Selain itu, Biodiesel juga memiliki beberapa spesifikasi / syarat-syarat

tertentu sesuai dengan SNI 04-7182-2006 yaitu seperti pada table berikut ini :

Tabel 4.3 Spesifikasi Biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006

No Parameter Satuan Nilai

1. Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850-890

Specific gravity 0.87 - 0.89

Kinematic viscosity @ 40 °C 3.7 - 5.8

Cetane number 46 – 70

Higher heating value (bu/lb) 16,928 - 17,996

Sulfur , wt% 0.0  - 0.0024

Cloud point °C -11 -16

Pour point °C -15 – 13

Iodine number 60 – 135

Lower heating value (btu/lb) 15,700 - 16,735

Page 13: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

2. Viskositas kinematik pada 40 °C mm2/s (cst) 2.3-60

3. Angka Setana MIN 51

4. Air dan sedimen % vol Maks 0.5 *

5. Belerang ppm-m (mg/kg) Maks 100

6. Fosfor ppm-m (mg/kg) Maks 10

7. Angka asam Mg-KOH/g Maks 0.8

8. Gliserol total % massa Maks 0.24

9. Kadar ester alkil % massa Maks 96.5

10. Angka iodium% massa 9g-

12/100 gMaks 115

Biodiesel memiliki keunggulan – keunggulan, antara lain:

•  Tidak beracun

•  Dapat diproduksi secara local

•  Mempunyai kandungan sulfur yang rendah

•  Menurunkan tingkat opasiti asap

•  Menurunkan emisi gas buang

•  Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang

lebih baik dari pada solar sehingga memperpanjang umur

mesin.

3.3 Aplikasi Biodiesel

INSTRUKSI Presiden No.10/2005 tentang Penghematan Energi

sebenarnya datang terlambat. Pasalnya, negara kita sudah hampir dua dekade

terakhir ini mengalami krisis energi. Tingginya ketergantungan minyak impor

merupakan bukti bahwa krisis energi tengah melanda negara ini.

Biodiesel dapat menjadi alternatif pilihan bagi masalah yang dihadapi saat ini.

Mengingat Indonesia memiliki SDA yang memungkinkan untuk dijadikan

Biodiesel (Abdillah,2010).

Padahal, sebelum itu, Indonesia dikenal sebagai pengekspor minyak.

Indonesia pun menjadi anggota OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak).

Page 14: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

Sampai hari ini, Indonesia memang masih menjadi anggota OPEC. Tetapi,

keadaannya kini sudah berbeda dengan era sebelum 80-an. Kini Indonesia sudah

tidak mengekspor minyak lagi. Produksi minyak dalam negeri kita sudah tidak

mampu memenuhi konsumsi minyak di dalam negeri. Akhirnya, kita pun harus

tergantung pada minyak luar negeri.

Indonesia memiliki keanekaragaman Sumber Daya Alam yang melimpah.

Oleh sebab itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling berpotensi

mengolah SDAnya menjadi bahan bakar alternatif. Kelangkaan BBM yang kini

terjadi hendaknya dijadikan momentum bagi pemerintah untuk menyiapkan

kebijakan yang mendukung penggunaan biodiesel dan bioetanol. Perlu adanya

kesungguhan dan komitmen pemerintah untuk pengembangan biodisel dan

gasohol baik dari tingkat pusat hingga pemerintah kabupaten.

Page 15: Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan paparan pada Bab IV, kesimpulan yang didapat diambil adalah :

1.      Minyak biji kapuk randu (Ceiba Pentandra) dapat dimanfaatkan sebagai Bahan

Bakar Alternatif Biodiesel.

2.      Untuk bisa dimanfaatkan, minyak biji kapuk randu perlu melewati tiga proses

terlebih dahulu. Yaitu dimulai dari proses pengambilan minyak biji kapuk,

pemurnian minyak dan proses transesterifikasi.

3.      Aplikasi dari minyak biji kapuk yang telah melewati proses-proses tersebut dapat

langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.