Bintil Dan Sayap

2
Bintil dan Sayap Hasil praktikum telah menunjukkan adanya bintil. Hal ini dapat terjadi karena proporsi bubuk polimer dan cairan monomer yang tidak sesuai. Sehingga pada saat mencampurkan bubuk polimer dan cairan monomer tidak dilakukannya penambahan bubuk secara perlahan. Karena apabila dilakukannya secara perlahan, memungkinkan setiap pertikel pada bubuk polimer dapat terbasahi oleh cairan monomer. Penyebab lain, timbul karena adonan ini tidak diaduk hingga konsistensi yang sesuai dan juga terlalu seringnya membuka tutup wadah pencampuran sehingga terjadi penguapan monomer. Yang apabila terjadi hilangnya monomer selama tahap ini, dapat meyebabkan porositas granular dalam material. Hal ini ditandai dengan pada permukaan terlihat adanya bintil seperti jerawat atau bernoda kotor serta tembus cahaya (McCabe, 2008). Selain itu adanya wing/flask yang ditemukan pada hasil praktikum. Hal ini dapat terjadi karena ketika memasukkan adonan terlalu berlebihan tidak sesuai dengan proporsi seharusnya yaitu 20 gram bubuk polimer dan 10 ml cairan monomer. Keadaan berlebihan perbandingan bubuk polimer dan cairan monomer ini disebut sebagai overpacking (Anusavice,2003). Kelebihan adonan yang digunakan sebagai penutup sementara menyebabkan material sisa menjadi flask/wing pada daerah sekitar cetakan. Saat cetakan dibuka flask/wing harus dibersikan dari cetakan (McCabe, 2008). Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak

description

Bintil dan Sayap pada Praktikum Material Kedokteran tentang Gipsum

Transcript of Bintil Dan Sayap

Bintil dan Sayap

Hasil praktikum telah menunjukkan adanya bintil. Hal ini dapat terjadi karena proporsi bubuk polimer dan cairan monomer yang tidak sesuai. Sehingga pada saat mencampurkan bubuk polimer dan cairan monomer tidak dilakukannya penambahan bubuk secara perlahan. Karena apabila dilakukannya secara perlahan, memungkinkan setiap pertikel pada bubuk polimer dapat terbasahi oleh cairan monomer. Penyebab lain, timbul karena adonan ini tidak diaduk hingga konsistensi yang sesuai dan juga terlalu seringnya membuka tutup wadah pencampuran sehingga terjadi penguapan monomer. Yang apabila terjadi hilangnya monomer selama tahap ini, dapat meyebabkan porositas granular dalam material. Hal ini ditandai dengan pada permukaan terlihat adanya bintil seperti jerawat atau bernoda kotor serta tembus cahaya (McCabe, 2008).Selain itu adanya wing/flask yang ditemukan pada hasil praktikum. Hal ini dapat terjadi karena ketika memasukkan adonan terlalu berlebihan tidak sesuai dengan proporsi seharusnya yaitu 20 gram bubuk polimer dan 10 ml cairan monomer. Keadaan berlebihan perbandingan bubuk polimer dan cairan monomer ini disebut sebagai overpacking (Anusavice,2003). Kelebihan adonan yang digunakan sebagai penutup sementara menyebabkan material sisa menjadi flask/wing pada daerah sekitar cetakan. Saat cetakan dibuka flask/wing harus dibersikan dari cetakan (McCabe, 2008). Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak permukaan stone pada mould dalam kuvet. Serpihan stone yang terlepas harus dibuang sehingga bahan tersebut tidak menyatu dalam basis protesa yang di proses (Anusavice,2003). Kemudian cetakan disatukan kembali dan ditutup. Kemudian dipress di dalam curing unit agar dough mengalir kesetiap bagian (McCabe, 2008). Usaha penutupan kuvet diulangi sampai tidak terlihat kelebihan adonan (flask). Bila sudah tidak terlihat adanya flask lagi, pengisian sempuran dari mould mungkin sudah tercapai. Selama proses penutupan akhir, plastik tidak lagi diselipkan diantara kedua bagian kuvet (Anusavice, 2003).