Binery Lyquid
Transcript of Binery Lyquid
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : BINARY LIQUID Kelompok : VIII A Nama :
1. Clarissa Amalia NRP. 2313 030 015 2. Daniatus Syarh Hajj NRP. 2313 030 023 3. Aprise Mujiarto NRP. 2313 030 051 4. Fano Alfian Ardyansyah NRP. 2313 030 079 5. Khairul Anam NRP. 2313 030 097
Tanggal Percobaan : 18 November 2013
Tanggal Penyerahan : 25 November 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah mengetahui cara menentukan titik azeotrop
pada campuran kloroform dan aseton serta mengetahui titik azeotropnya, dan menghasilkan
komposisi yang sama antara fasa uap dan fasa cairnya.
Praktikum ini dimulai dari pemasangan peralatan destilasi lengkap. Setelah itu
Menyiapkan 20 buah botol parfum 10 ml untuk wadah sampel dan memberi label yaitu 1L
hingga 10L untuk tempat residu (liquid) dan 1V sampai 10V untuk tempat destilat (vapor).
Volume sampel yang diambil sebanyak 2 ml. Lalu masukkan jumlah aseton dan kloroform
sesuai petunjuk. Lalu amati suhu nya , tiap pergantian suhu mendapat perlakuan yang
berbeda. Ambil sampel destilat dan residu apabila suhu telah mencapai petunjuk yang
ditentukan. Hal tersebut dilakukan hingga 10 kali, sehingga di dapatkan 10 sampel destilat
dan 10 sampel residu. Setiap pengambilan sampel tersebut lakukan pengukuran indeks bias
secara teliti.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam menentukan titik azeotrop kita
menggunakan indeks bias yang kita cari dari sampel-sampel yang terdapat pada percobaan.
Keakuratan dalam penentua nindeks bisa terdapat pada kejelian mata kita sendiri. Indeks
bias yang terjadi adalah fluktuatif, kami mengasumsikan bahwa hal ini dapat terjadi karena
terdapat beberapa titi kalat yang menguap pada saat proses distilasi. Titik azeotrop
campuran kloroform dan aseton pada percobaa nadalah 64,8 °C. Komposisi campuran
azeotrop pada percobaan kami adalah 28% kloroform dan 72% aseton.
Kata Kunci : Binary liquid, kloroform, aseton, titik azeotrop, indeks bias
ii
DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................... I-2
I.3 Tujuan ...................................................................................................... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori .............................................................................................. II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ................................................................................. III-1
III.2 Alat yang Digunakan ............................................................................... III-1
III.3 Prosedur Percobaan ................................................................................. III-1
III.4 Diagram Alir ........................................................................................... III-3
III.5 Gambar Alat ............................................................................................ III-6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil .......................................................................................................... IV-1
IV.2 Pembahasan .............................................................................................. IV-1
BAB V KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan ............................................................................................... V-1
NOTASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR REVISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.2 Alat Destilasi Sederhana ............................................................................. II-4
Gambar II.3 Kurva Saturated Vapor dan Saturated Liquid .............................................. II-5
Gambaar II.4 Kurva Kesetimbangan ............................................................................... II-6
Gambar II.6 Destilator ..................................................................................................... II-8
v
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Tabel Hasil Percobaan ....................................................... IV-1
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1 Grafik Titik Azeotrop Residu-Destilat ....................................................... IV-3
Grafik IV.2 Grafik Hubungan Fraksi Mol Dengan Suhu .............................................. IV-4
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini konsep pembelajaran kimia dan fisika sangat berguna bagi kehidupan kita
sehari-hari. Oleh karenanya, pemahaman akan kimia dan fisika begitu penting mengingat
segala hal terjadi berkaitan dengan konsep dan hukum kimia fisika. Banyak manfaat yang
dapat diperoleh. Penting halnya melakukan praktikum ini karena dalam dunia industri, hampir
semua hal mengaplikasikan konsep praktikum kimia fisika.
Diantara beberapa bab-bab kimia fisika terdapat bab tertentu yang harus dibahas dan
dipelajari, salah satunya adalah distilasi biner. Distilasi biner begitu penting karena agar kita
dapat mengetahui dan menentukan titik azeotrop pada sistem biner antara kloroform dan
aseton.
Secara pengertian distilasi sendiri. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volalitas) suatu bahan. Dalam penyulingan, campuran zat didihkan hingga menguap dan uap
ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Distilasi biner, dimana zat yang digunakan adalah campuran kloroform
dan aseton dengan komposisi yang variasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung menentukan dan mengetahui titik azeotrop pada sistem biner
antara kloroform dan aseton?
1.3. Tujuan Percobaan
1.Untuk mengetahui cara menentukan dan mengetahui titik azeotrop pada sistem biner
antara kloroform dan aseton.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Macam-macam Metode Pemisahan
Proses pemisahan dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis
atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi
yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses
pemisahan kimiawi harus dilakukan(Sinaga, 2010).
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun campuran. Suatu campuran
dapat berupa campuran homogen (satu fase) atau campuran heterogen (lebih dari satu fase).
Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fase: padat-padat, padat-cair,
padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada
berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan
hasil pemisahan yang diinginkan(Sinaga, 2010).
Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen, terdapat beberapa prinsip utama
proses pemisahan, yaitu:
1. Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin,es, atau gletser di suatu cekungan.Deltayang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh
air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di
tepi pantai adalah pengendapan dari material - material yang diangkut oleh angin.
2. Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada
medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan. Range
filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks.
Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan
mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru limbah padatnyalah yang
harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di dalam industri, kandungan
padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang
besar. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk
II-2 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
meningkatkan laju filtrasi, misalnya dengan pemanasan,kristalisasi, atau memasang
peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae.
(Education, 2011).
Proses pemisahan suatu campuran homogen, prinsipnya merupakan pemisahan
dari terbentuknya suatu fase baru sehingga campuran menjadi suatu campuran heterogen
yang mudah dipisahkan. Fasa baru terjadi / terbentuk dari adanya perbedaan sifat fisik
dan kimiawi masing-masing komponen. Berbagai metode tujuh digunakan untuk
terjadinya suatu fase baru sehingga campuran homogen dapat dipisahkan adalah:
a. Absorpsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau suatu
proses sewaktu atom, molekul atau ion yang memasuki suatu fase limbak (bulk) lain
yang bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses ini berbeda
dengan adsorpsi karena pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan bukan
permukaan.
b. Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika
suatu fluida, cairan maupun gas yang terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat
penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat
terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan
penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
c. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahanmolekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan
melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat
dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan
berdasarkan pergerakan pada kolom.
d. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu.
e. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik.
II-3 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
1. Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
2. Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis
ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun
skala industri.
3. Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan
suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.
f. Sublimasi memiliki beberapa arti:
Sublimasi (kimia), perubahan dari benda padat ke gas, tanpa berubah dahulu menjadi
cair. Sublimasi (psikologi), transformasi emosi. Sublimasi warna, pemindahan gambar
cetakan menjadi substrat sintetis dengan aplikasi panas.
(Wikipedia, 2013)
II.1.2 Pengertian Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan(Wikipedia, 2013) .
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik
didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses
destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap
pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat
peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin (Gambar II.2).
II-4 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Gambar II.2. Alat destilasi sederhana
(Chemist, 2011)
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya akan lebih
banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan faksi cairanya akan
mengandung lebih sdikit komponen yang mudah menguap. Apabila uap tersebut kemudian
dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan yang berbeda komposisinya dari cairan yang
pertama. Cairan yang didapatkan dari kondensasi tersebut mengandung lebih banyak
komponen yang lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak
teruapkan.(Perry, 1988).
Bila cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian, maka akan
didapatkan uap dengan komponen volatile yang lebih tinggi. Keberhasilan suatu operasi
destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari
suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile (Perry, 1988).
II.1.3. Titik Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik
didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi
menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau
penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan
komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen
tetap,yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi
II-5 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan
intramolekuler dalam larutan(Wikipedia, 2013).
Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan
ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan
pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop
merupakan penyimpangan dari hukum Raoult(Wikipedia, 2013). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi berikut :
Gambar II.3 Kurva Saturated Vapor dan Saturated Liquid
(Segalaada, 2011)
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum
mencapai azeotrop . Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem
kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik ̊ C).
Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop.
Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu
tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid(Wikipedia, 2013).
Dalam pemisahan campuran propanol-athyl acetate, digunakan metode pressure swing
distillation. Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda,
komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut, distilasi
dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang
berbeda. Kolom distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom
distilasi kedua. Produk bawah kolom pertama menghasilkan ethyl acetate murni sedangkan
produk atasnya ialah campuran propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati
II-6 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
komposisi azeotropnya. Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali
pada kolom yang bertekanan lebih rendah (kolom kedua). Produk bawah kolom kedua
menghasilkan propanol murni sedangkan produk atasnya merupakan campuran propanol-
ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi azeotropnya. Berikut ini gambar kurva
kesetimbangan uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan tinggi dan rendah.
(Wikipedia, 2013)
Gambar II.4 Kurva Kesetimbangan
(Segalaada, 2011)
Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada temperatur 108,2 C
dengan komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm), komposisi azeotrop yaitu
sebesar 0,5 sehingga distilat yang diperoleh berkisar pada nilai tersebut sedangkan bottom
yang diperoleh berupa ethyl acetate murni(Segalaada, 2011)
Untuk memperoleh propanol murni, distilat kemudian didistilasi lagi pada kolom
kedua (P=1,25 atm). Distilat ini memasuki kolom kedua pada temperatur 82,6 C. Komposisi
azeotrop pada kolom kedua yaitu 0,38 sehingga kandungan propanol pada distilat berkisar
pada nilai tersebut(Segalaada, 2011).
II.1.4 Macam-macam Destilasi
Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam –
macam destilasi, yaitu :
1. Destilasi sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
II-7 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi
distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
2. Destilasi bertingkat ( fraksional )
Distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau
lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja
pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
dalam minyak mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya.
3. Destilasi uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik
didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah
dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran
yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.
Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti
minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk
ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
4. Destilasi vakum
Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg
absolut). Distilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini biasanya karena
beberapa alasan yaitu :
a. Sifat penguapan relatif antar komponen biasanya meningkat seiring dengan
menurunnya boiling temperature. Sifat penguapan relatif yang meningkat
memudahkan terjadinya proses separasi sehingga jumlah stage teoritis yang
II-8 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
dibutuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis konstan, rasio refluks yang
diperlukan untuk proses separasi yang sama dapat dikurangi. Jika kedua
variabel di atas konstan maka kemurnian produk yang dihasilkan akan
meningkat.
b. Distilasi pada temperatur rendah dilakukan ketika mengolah produk yang
sensitif terhadap variabel temperatur. Temperatur bagian bawah yang
rendahmenghasilkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan seperti dekomposisi
produk, polimerisasi, dan penghilangan warna.
c. Proses pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap yang
sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada titik
didihnya.
d. Reboiler dengan temperatur yang rendah yang menggunakan sumber energi
dengan harga yang lebih murah seperti steam dengan tekanan rendah atau air
panas.
5. Refluks / destruksi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam –macam destilasi walau pada
prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan
jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada
umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah “lambat” maka campuran reaksi
perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik
pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat
cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara
refluks.
6. Destilasi kering
Prinsipnya memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya.
Contohnya untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.
(Ayumustika, 2012)
Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai
titik didih masing – masing.
II-9 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Gambar II.6 Destilator
(Ayumustika, 2012)
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari
thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat.
Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar
dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu
didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi.
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin
( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran
uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air
yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama
mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh
lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi
tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel
listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator(kimiamagic, 2010).
II.1.5 Destilasi Biner
Distilasi biner campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan metode Pressure
Swing Distillation. Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda,
II-10 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut, distilasi
dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang
berbeda. Kolom distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom
distilasi kedua(Addien, 2008).
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton.Distilasi campuran biner, dimana zat yang digunakan adalah campuran alcohol
dan aseton dengan komposisi yang variasi (Addien, 2008).
Campuran azeotrop adalah campuran suatu zat dimana zat tersebut memiliki titik didih
minimal atau titik didih maksimal. Susunan campuran azeotrop tergantung dari tekanan yang
dipakai untuk membuat larutan- larutan dengan konsentrasi tertentu. Azeotrop merupakan
campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap
yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini
sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan (Addien, 2008).
II.1.6. Hukum-hukum pada destilasi
Hukum-hukum yang mendasari dari proses destilasi adalah Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.
Hukum Raoult dapat didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan
yang sama dengan hasil kali dari fungsitasnya dalam keadaan murni pada temperatur
dan tekanan yang sama, serta fraksi molnya dalam larutan tersebut.
Hukum ini mengasumsikan bahwa komponen memberikan kontribusi terhadap total
tekanan uap campuran dalam sebanding dengan persentase campuran dan tekanan uap
ketika murni, atau dengan ringkas: tekanan parsial sama dengan fraksi mol dikalikan
dengan tekanan uap ketika murni. Jika salah satu perubahan komponen komponen lain
yang tekanan uap, atau jika volatilitas komponen tergantung pada persentase dalam
campuran, hukum akan gagal.
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan uap total adalah jumlah dari tekanan uap
masing-masing komponen dalam campuran. Ketika multi-komponen cair dipanaskan,
tekanan uap setiap komponen akan meningkat, sehingga menyebabkan tekanan uap
II-11 Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
total meningkat. Ketika tekanan uap total mencapai tekanan yang mengelilingi cair,
mendidih terjadi dan berubah ke gas cair di seluruh sebagian besar cairan. Perhatikan
bahwa campuran dengan komposisi tertentu memiliki satu titik didih pada tekanan
tertentu, ketika komponen saling larut(Addien, 2008).
Keterangan :
𝑋𝐴 : Fraksi mol A
𝑋𝐵 : Fraksi mol B
𝑃′𝐴 :Tekanan uap A murni
𝑃′𝐵 : Tekanan uap B murni
𝑃𝐴 = 𝑃′𝐴 .𝑋𝐴
𝑃𝐵 = 𝑃′𝐵 .𝑋𝐵
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Variabel bebas yaitu suhu. Suhu yang digunakan 56,5 oC; 58
oC; 60
oC; 65
oC; 63
oC; 70
oC; 56,5
oC; 62
oC; 64
oC; 64
oC
2. Variabel terikat yaitu indeks bias
3. Variabel kontrol
a. Volume kloroform
b. Volume aseton
III.2 Alat Percobaan
1. Gelas ukur 100 ml
2. Pipet volume 25 ml
3. Pipet tetes
4. Corong
5. Dua puluh botol kecil
6. Refraktometer
7. Termometer
8. Labu destilat
III.3 Bahan Percobaan
1. Kloroform
2. Aseton
III.4 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan peralatan destilasi lengkap
2. Menyiapkan 20 buah tabung reaksi untuk wadah sampel dan memberi label yaitu
1L hingga 10L untuk tempat residu dan 1V sampai 10V untuk tempat destilat.
Volume sampel yang diambil adalah sebanyak 2 ml.
3. Memasukkan 50 ml aseton murni kedalam labu, mendidihkannya, dan mencatat
titik didihnya yang besarnya harus sekitar 56,5 oC pada 760 mmHg. Selanjutnya
mengumpulkan sampel sebanyak 2 ml sebagai 1L dan 1V.
4. Menghentikan proses destilasi dan mendinginkan labu, kemudian mengembalikan
sisa destilasi tahap c kedalam labu, menambahkan 20 ml kloroform dan memulai
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
LaboratoriumKimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
proses destilasi kembali. Mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat ketika
suhunya telah mencapai 58oC dan memasukkannya kedalam tabung reaksi berlabel
2L dan 2V.
5. Melanjutkan proses distilasi dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat
ketika suhunya telah mencapai 60 0C dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi
berlabel 3L dan 3V.
6. Meneruskan proses destilasi hingga suhu 61 0C mendinginkannya kemudian
menambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml aseton.
7. Meneruskan proses destilasi hingga suhu 65 0C, kemudian mengambil 2 ml sampel
berupa residu dan destilat dan memasukkannya kedalam tabung berlabel 4L dan
4V.
8. Mendinginkan labu, kemudian menambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml aseton.
Selanjutnya mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat ketika suhunya telah
mencapai 63 0C dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel 5L dan 5V.
9. Melanjutkan proses destilasi kembali hingga titik didihnya tidak berubah, kemudian
mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat lalu memasukkannya kedalam
tabung reaksi berlabel 6L dan 6V.
10. Mencuci labu dan membilasnya dengan sedikit kloroform kemudian
mengeringkannya. Selanjutnya labu diisi dengan 50 ml kloroform, mendidihkannya
hingga suhu sekitar 56,5 0C dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat
lalu memasukkannya kedalam tabung reaksi berlabel 7L dan 7V.
11. Mendinginkan labu, mengembalikan destilat dari tahap j dan menambahkan 20 ml
campuran destilat dan residu dari tahap g, h, dan i. Melanjutkan proses destilasi
kembali pada suhu 620C, kemudian mengambil 2 ml sampel berupa residu dan
destilat lalu memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel 8L dan 8V.
12. Mendinginkan labu, menambahkan destilat dari tahap k dan menambahkan 50 ml
campuran destilat dan residu dari tahap e dan f, kemudian meneruskan proses
destilasi hingga suhu 64 0C dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat
lalu memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel 9L dan 9V.
13. Melanjutkan proses destilasi hingga suhu konstan dan mengambil 2 ml sampel
berupa residu dan destilat lalu memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel
10L dan 10V.
14. Menghitung indeks bias masing-masing dari sampel.
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
LaboratoriumKimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5. Diagram Alir Percobaan
Menyiapkan 20 buah tabung reaksi untuk wadah sampel dan memberi label yaitu 1L
hingga 10L untuk tempat residu dan 1V sampai 10V untuk tempat destilat. Volume
sampel yang di ambil sebanyak 2 ml
Melanjutkan proses destilasi dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat
dan destilat ketika suhunya telah mencapai 60℃ dan memasukkannya ke dalam
tabung reaksi berlabel 3L dan 3V
Memasukkan 50 ml aseton murni ke dalam labu, mendidihkannya, dan mencatat
titik didihnya yang besarnya harus sekitar 56,5℃ pada 760 mmHg. Selanjutnya
mengumpulkan sampel sebanyak 2 ml sebagai 1L dan 1V
Menghentikan proses destilasi dan mendinginkan labu, kemudian mengembalikan
sisa destilasi tahap c ke dalam labu, menambahkan 20 ml kloroform dan memulai
proses destilasi kembali. Mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat ketika
suhunya telah mencapai 58℃ dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel
2L dan 2V
Mulai
Meneruskan proses destilasi hingga suhu 61℃ mendinginkannya kemudian
menambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml aseton
A
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
LaboratoriumKimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Meneruskan proses destilasi hingga suhu 65℃, kemudian mengambil 2 ml sampel
berupa residu dan destilat dan memasukkannya kedalam tabung berlabel 4L dan 4V
Mendinginkan labu, kemudian menambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml aseton.
Selanjutnya mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat ketika suhunya telah
mencapai 63℃ dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlabel 5L dan 5V
Melanjutkan proses destilasi kembali hingga titik didihnya tidak berubah, kemudian
mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat kemudian memasukkannya ke
dalam tabung reaksi berlabel 6L dan 6V
Mencuci labu dan membilasnya dengan sedikit kloroform kemudian
mengeringkannya. Selanjutnya labu diisi dengan 50 ml kloroform, mendidihkannya
hingga suhu sekitar 56,5℃ dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat
lalu memasukkannya kedalam tabung reaksi berlabel 7L dan 7V
Mendingikan labu, mengembalikan destilat dari tahap j dan menambahkan 20 ml
campuran destilat dan residu dari tahap g, h, dan i. Melanjutkan proses destilasi
kembali pada suhu 62 ℃, kemudian mengambil 2 ml sampel berupa residu dan
destilat lalu memasukkannya, kedalam tabung reaksi berlebel 8L dan 8V
Mendinginkan labu, menambahkan destilat dari tahap k dan menambahkan 50 ml
campuran destilat dan residu dari tahap e dan f, kemudian meneruskan proses
destilasi hingga suhu 64℃ dan mengambil 2 ml sampel berupa residu dan destilat lalu
memasukkannya ke dalam tabung reaksi berlebel 9L dan 9V
A
A
III-5
BAB III Metodologi Percobaan
LaboratoriumKimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Melanjutkan proses destilasi hingga suhu konstan dan mengambil 2 ml sampel berupa
residu dan destilat lalu memasukkannya kedalam tabung reaksi berlebel 10L dan 10V
Menghitung indeks bias masing-masing dari sampel
Selesai
A
III-6
BAB III Metodologi Percobaan
LaboratoriumKimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.6. Gambar Alat Percobaan
Gelas ukur
Botol kecil
Termometer
corong
Pipet volume
Labu destilat
refaktometer
Pipet tetes
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Indeks bias residu (L) Fraksi mol pada campuran aseton-kloroform
No. Tabung
reaksi Suhu ( ̊C)
Fraksi mol
Aseton
Fraksi Mol
Kloroform Indeks bias
1. 1L 56,5 0,853 0,147 1,37
2. 2L 58 0,772 0,278 1,382
3. 3L 60 0,69 0,310 1,385
4. 4L 65 0,625 0,375 1,391
5. 5L 63 0,6025 0,3975 1,393
6. 6L 64 0,5575 0,4425 1,397
7. 7L 56,5 0 1 1,45
8. 8L 62,5 0,11 0,89 1,435
9. 9L 64 0,513 0,487 1,401
10. 10L 75 0,5465 0,4535 1,398
Tabel IV.1.1 Indeks bias destilat (V) Fraksi mol pada campuran aseton-kloroform
No. Tabung
reaksi Suhu ( ̊C)
Fraksi mol
Aseton
Fraksi Mol
Kloroform Indeks bias
1. 1V 56,5 0,993 0,007 1,363
2. 2V 58 0,9919 0,0081 1,364
3. 3V 60 0,886 0,114 1,367
4. 4V 65 0,853 0,147 1,37
5. 5V 63 0,831 0,169 1,372
6. 6V 64 0,809 0,191 1,374
7. 7V 56,5 0 0,00 0
8. 8V 62,5 0,5245 0,4755 1,40
9. 9V 64 0,6685 0,3315 1,387
10. 10V 75 0,754 0,2460 1,379
IV.2. Grafik dan Pembahasan
Tujuan percobaan untuk mengukur indeks bias suatu larutan menggunakan alat
refraktometer dengan benar serta membuat diagram titik didih terhadap komposisi
berdasarkan data percobaan.
Azeotrop merupakan teori tentang campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui destilasi biasa.
Pada dasarnya azeotrop dibagi menjadi 2 jenis. Yaitu:
1. Azeotrop positif
IV-2
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Jika titik didih campuran azeotrop kurang dari titik didih salah satu larutan
konstituennya. Contoh: campuran 95,63 etanol dan 4,37 % air, etanol mendidih pada
suhu 78,4 o
C sedangkan air mendidih pada suhu 100 oC, tetapi campurannya atau
azeotropnya mendidih pada suhu 78,2 oC.
2. Azeotrop Negatif
Jika titik didih campuran azeotrop lebih dari titik didih konstituennya atau salah satu
konstituennya. Contoh: campuran asam klorida pada konsentrasi 20,2 % dan 79,8 %
air.
Pada praktikum kali ini zat yang digunakan yaitu aseton dan kloroform. Campuran zat
tersebut memiliki titik didih yang hamper berdekatan, sehingga biasa disebut campuran
azeotrop. Campuran azeotrop merupakan campuran dua atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Oleh
karena itu, pemisahan dilakukan dengan cara kolom fraksionasi. Distilasi fraksionasi
merupakan suatu metode pemisahan zat berdasarkan perbedan titik didih yang bedekatan.
Adapun prinsip kerja dari pemisahan dengan distilasi fraksionasi yaitu pemisahan suatu
campuran dimana komponen- komponennya diuapkan dan diembunkan secara bertingkat.
Karena zat yang dianalisa merupakan 2 buah campuran zat dengan variasi konsentrasi tertentu
dengan titik didih aseton sebesar 56,53 oC dan kloroform memilki titik didih sebesar 76
oC
sehingga campuran tersebut
sering disebut azeotrop.
Pada proses distilasi campuran biner yang pertama keluar sebagai distilat adalah aseton.
Hal ini disebabkan karena aseton memiliki titik didih yang lebih rendah yaitu sebesar 56,53oC
dibandingkan dengan kloroform yaitu 76 oC, sehingga aseton menguap terlebih dahulu. Pada
penentuan titik didih campuran, titik didih dilihat pada saat terjadinya tetesan pertama, hal ini
menunjukkan telah tercapai nya titik didih campuran.
Fraksi mol kloroform terhadap titik didih menunjukkan bahwa semakin kecil fraksi mol
zat dengan titik didih lebih rendah menyebabkan titik didih campuran menjadi lebih besar. Ini
dapat dijelaskan dengan hukum raoult.
IV-3
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Berdasarkan Grafik IV.1 dapat dilihat bahwa titik azeotrop dari percobaan ini adalah
56,5 dan komposisi kloroform diatas menunjukkan sebesar 28%. Padahal suhu standartnya
64,7 °C, dan jauh mencapai 72% untuk menjadi 100%. Dari gambar dapat dilihat bahwa
kolom pada suhu 64,8 °C dengan komposisi kloroform 0,28. Untuk memperoleh kloroform
murni, distilat kemudian di distilasi lagi pada kolom kedua (P=1,25 atm). Hal itu tidak sesuai
dengan pernyataan bahwa bahwa semakin besar fraksi mol menyababkan titik didih larutan
menjadi lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan ini termasuk dalam azeotrop
positif karena kurang dari titik didih salah satu larutan konstituennya. Indeks bias tertinggi
adalah indeks bias residu 10 L pada suhu 64°C yaitu 1,445. Sedangkan indeks bias terendah
adalah indeks bias residu 2 L pada suhu 58°C yaitu 1,354. Titik azeotrop campuran kloroform
dan aseton pada percobaan adalah 64,8°C.
1.356 1.354 1.355
1.383 1.3861.392
1.4391.43 1.434
1.445
1.356
1.3841.375
1.386 1.389 1.39
1.439
1.421
1.44
1.454
1.3
1.32
1.34
1.36
1.38
1.4
1.42
1.44
1.46
1.48
56.5 58 60 65 63 70 56.5 62 64 64
Indek
s B
ias
Suhu (0C)
Liquid
Vapor
Grafik IV.1. Grafik Titik Azeotrop Residu-Destilat.
Grafik Titik Azeotrop Residu-Destilat.
IV-4
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2. Grafik Hubungan Fraksi Mol Dengan Suhu
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara suhu dengan fraksi mol kloroform
dan aseton. Terdapat fluktuasi antara kedua grafik tersebut dikarenakan kebocoran di
beberapa titik pada alat labu destilat sehingga menguap dan menghasilkan data yang
tidak valid. Adanya zat terlarut dengan titik didih lebih tinggi di dalam suatu pelarut
dapat menurunkan tekanan uap pelarut. Mengenai besarnya indeks bias, dapat dilihat
ditabel pengamatan bahwa indeks bias residu sebelum dan setelah dipanaskan dengan
komposisi yang sama memiliki hasil yang berbeda. Indeks bias sebelum pemanasan
lebih kecil dibandingkan indeks bias setelah dipanaskan. Hal ini dikarenakan pada saat
melakukan pemanasan, aseton menguap lebih cepat sehingga yang tersisa dalam
residu yaitu sebagian aseton yang tidak menguap dan kloroform. Sehingga indeks bias
menjadi naik, sesuai dengan indeks bias etanol yang besar. Hubungan indeks bias
terhadap kemurnian tidak bisa diukur dengan kuantitatif, yang dapat dihitung adalah
selisih indeks bias antara distilat terhadap zat murninya. Makin besar selisihnya
menunjukkan makin kecil kemurniannya
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Residu
Destilat
V-1
BAB V
KESIMPULAN
1. Indeks bias yang terjadi adalah fluktuatif, kami mengasumsikan bahwa hal ini dapat
terjadi karena terdapat beberapa titik alat labu destilat yang menguap pada saat proses
distilasi.
2. Indeks bias tertinggi adalah indeks bias residu 10L pada temperature 64°C yaitu 1,454.
Sedangkan indeks bias terendah adalah indeks bias residu 2L pada suhu 58°C yaitu
1,354.
3. Komposisi campuran azeotrop pada percobaan kami adalah 28% kloroform dan 72%
aseton. Titik azeotrop campuran kloroform dan aseton pada percobaan adalah 64,8°C.
4. Pada percobaan binary liquid ini kami menyimpulkan bahwa komposisi campuran
azeotrop ini termasuk azeotrop positif karena titik didih campuran azeotrop kurang dari
titik didih salah satu larutan konstituennya.
5. Fraksi mol aseton yang tertinggi pada 1L yaitu 1,00 sedangkan yang terendah pada 7L
yaitu 0,5625. Fraksi mol kloroform yang tertinggi pada 7L yaitu 0,283 sedangkan yang
terendah pada 1L yaitu 0.
viii
DAFTAR PUSTAKA
D. Andrian. (2012). http://farmacyku.blogspot.com/2012/03/makalah-destilasi.html .
Himka Polban. (2012). http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-fisika/laporan-
destilasi-biner/ .
Perry's. (1988). Chemical Engineering Handbook .
Petrokimia SMK. (2013). http://petrokimiaesemka.blogspot.ca/2013/05/destilasi.html .
Primasiswa. (2013). http://primasiswa.com/posts/105/semester-2-bab-2-pemisahan-
campuran .
Sukardjo. (1985). Kimia Fisika.
Wikipedia. (2013). http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_pemishan .
Primasiswa. (2013). Primasiswa. Retrieved September 21, 2013, from Primasiswa.com:
http://primasiswa.com/posts/105/semester-2-bab-2-pemisahan-campuran
Wikipedia. (2013). wiki. Retrieved September 21`, 2013, from wikipedia.org:
http//:id.wikipedia.org/wiki/Proses_Pemisahan.
NOTASI
LAMBANG SATUAN KETERANGAN
T ◦C Suhu
L - Liquid
V - Vapour
Mr Berat molekul zat
ρ gram/cc Massa jenis
X - Fraksi mol
P Pa atau 10-5
Tekanan uap
Distilasi Campuran Biner
by Wahyu Hidayat on 13/11/07 at 12:11 am | 45 Comments | |
Azeotropic distillation: Etanol dan air membentuk azeotrop pada komposisi 95.6%-massa
etanol pada keadaan standar. Dan masih banyak lagi campuran senyawa yang berkelakuan
demikian. Nah, bagaimana cara untuk memisahkan komponen-komponennya agar memiliki
kemurnian melebihi komposisi azeotropnya?
Umpan campuran biner (2-propanol dan ethyl acetate) hendak dimurnikan dengan cara distilasi
dan kedua aliran produk pemisahan diharapkan memiliki kemurnian 99,8%-mol. Umpan tersedia
pada kondisi tekanan atmosferik dan temperatur ambien. Terdengar familiar di telinga anda?
Setidaknya Anda tidak boleh lupa bahwa 2-propanol dan etyhl acetate ialah campuran azeotrop.
Bila Anda lupa atau bahkan belum mengerti tentang campuran azeotrop, mungkin penjelasan
singkat ini bisa sedikit membantu.
Apa itu azeotrop? Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan
fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai
azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap
cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian
dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas,
titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
(ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Bagaimana? Cukup jelas bukan? Secara logis, hasil distilasi biasa tidak akan pernah bisa
melebihi komposisi azeotropnya. Lalu, adakah trik engineering tertentu yang dapat
dilakukan untuk mengakali keadaan alamiah tersebut? Nah, kita akan membahas contoh
kasus pemisahan campuran azeotrop propanol-ethyl acetate.
PFD Diagram: Simulasi distilasi biner campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan
menggunakan HYSYS.
Dalam pemisahan campuran propanol-athyl acetate, digunakan metode pressure swing
distillation. Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda,
komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut,
distilasi dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang
berbeda. Kolom distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi
kedua. Produk bawah kolom pertama menghasilkan ethyl acetate murni sedangkan produk
atasnya ialah campuran propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi
azeotropnya. Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom yang
bertekanan lebih rendah (kolom kedua). Produk bawah kolom kedua menghasilkan propanol
murni sedangkan produk atasnya merupakan campuran propanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya. Berikut ini gambar kurva kesetimbangan uap
cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan tinggi dan rendah.
Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada temperatur 108,2 C dengan
komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm), komposisi azeotrop yaitu sebesar 0,5
sehingga distilat yang diperoleh berkisar pada nilai tersebut sedangkan bottom yang diperoleh
berupa ethyl acetate murni.
Untuk memperoleh propanol murni, distilat kemudian didistilasi lagi pada kolom kedua (P=1,25
atm). Distilat ini memasuki kolom kedua pada temperatur 82,6 C. Komposisi azeotrop pada
kolom kedua yaitu 0,38 sehingga kandungan propanol pada distilat berkisar pada nilai tersebut.
Bottom yang diperoleh pada kolom kedua ini berupa propanol murni. Bila Anda perhatikan,
titik azeotrop campuran bergeser dari 0,5%-mol propanol menjadi 0,38%-mol propanol. (*nahh apa lagi coba yang berubah?? hehe.. temperatur operasi jelas berubah.. karena tekanan
berubah, maka temperatur dan komposisi juga berubah.. ingat termodinamika?? hehehe..)
Jadi, dengan metode pressure swing distillation ini, dapat diperoleh propanol dan ethyl acetate
dengan kemurnian yang tinggi. Dan untuk lebih mengoptimasi proses, distilat keluaran kolom 2
dapat direcycle dan dicampur dengan aliran umpan untuk didistilasi kembali. Nah, bagaimana?
Apakah metode seperti demikian pernah terbesit di benak teman-teman? Nahh.. marilah kita
lebih memperhatikan dosen-dosen yang sudah bersusah payah mengajari kita.. Hehehe..
DIAGRAM KESEIMBANGAN FASE PADA DISTILASI BINER
Jaime Wisniak
Department of Chemical Engineering
Ben-Gurion University of the Negev
Beer-Sheva, 84120 Israel
Data keseimbangan Uap-cair dapat disajikan dalam kumpulan koordinat yang berbedda
untuk menjelaskan dan mengukur tingkatan pada proses distilasi. Kita akan menyusun
masing-masing grafik menggunakan batasan yang telah ditentukan secara termodinamika
dan menggambarkan arti fisiknya. Hubungan antara jumlah tiap fase akan ditentukan
menggunakan Lever-rule.
DIAGRAM FASE
Pemisahan dari campuran cairan menjadi komponen-komponennya adalah salah satu
proses terpenting di industri kimia. Prosedur yang umum untuk melakukan pemisahan ini
adalah distilasi, sebuah operasi yang berdasr pada feomena fisik dimana uap dan cairan
berada pada kondisi komposisi setimbang yang biasanya berbeda. Nyatanya, bagian yang
menguap dari fase cairnya telah dihasilkan pada pemisahan parsial pada awal
pencampuran. Tingkat dari pemisahan akan ditentukan dengan keseimbangan antara fase
uap dan cairan. Hubungan antar komposisi dari kedua fase pada keseimbangan biasanya
disajikan dengan diagram keseimbangan fase. Metode penyajiannya harus tetap dengan
jumlah variable yang bersangkutan. Gibbs menampilkannya dalam keadaan seimbang
beserta sejumlah fase, berikut hubungan yang relevan:
F= C + 2 – P ……………………….(1)
Diman F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable bebas. C adla jumlah komponen
dan P adlah jumlah fase saat ini.
Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita dapat memperkirakannya
dan plotting akan meningkat lebih kompleks sebagaimana membesarnya nilai F. Tafsiran
tampilan dari grafis biasanya membatasinya pada nilai F = 2, itulah sebabnya disebut
system biner.
Kebanyakan proses distilasi di industry dilaksanakan pada tekanan relative konstan, dan
untuk alasan ini diagram
keseimbangan fase di tampilkan pada isobar. Dengan suhu dan komposisi pada
koordinatnya.
DIAGRAM SUHU-KOMPOSISI
Diagram khusus suhu-komposisi ditunjukkan dalam Figure 1. Garis lengkung
ABC menunjukkan komposisi cair jenuh dan AEC komposisi fase uap jenuh. Untuk alasan
itu akan menjadi sedikit lebih jelas, diagram ini juga disebut diagram boiling point. Untuk
paham arti dari diagram kita akan menunjukkan beberapa proses dan melihat bagaimana
itu dapat disajikan dalam diagram suhu-komposisi.
Anggap suatu cair campuran G dengan komposisi xo dan suhu T0. Jika mulai dipanaskan,
maka suhunya akan naik mencapai nilai T1 pada kurva ABC. Ini menandakan bahwa
campuran telah mencapai suhu jenuhnya sehinggapemanasan lebih lanjut akan
menyebabkan mendidih. Suhu T1 kemudian dapat di asumsikan sebagai suhu dimana
pertama kali gelembung uap muncul, dan untuk alas an ini disebut titk didih dari cairan
pada komposisi x0. Kita telah menunjukkan sebelumnya bahwa biasanya fase uap akan
akan mempunyai perbedaan komposisi dari komposisi fase cairnya. Komposisi ini sesuai
dengan y0 dan diperoleh dengan menggambar garis mendatar (horizontal) pada T1 sampai
memotong kurva ABC. Pemanasan selanjutnya akan meningkatkan jumlah fase uap saat
ini dan sebagai akibatnyta akan mengubah komposisi dari fase cairnya. Akhirnya, semua
fase cair akan menguap dan karena tidak ada material yang hilang, komposisi uap akhir
akan sama dengan campuran cair asli/awal (titik E). Ini menunjukkan bahwa meskipun
komposisi dari tiap fase berubah terus menerus selam proses penguapan, komposisi
keseluruhan dari system adalah tetap atau konstan. Penambahan panas akan
menyebabkan uap kelebihan beban sampai itu mencapai tahapan pada titik F.
Sekarang kita dapat membalikkan proses sebagai berikut. Dimulai dengan uap lewat
jenuh F pada suhu T2 kita dinginkan sampai titik E pada kurva AEC. Di sini uap menjadi
jenuh sehingga pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan fase cair muncul. Suhu T3
dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kalinya cairan tampak dan untuk alas
an ini disebut titik embun dari uap pada komposisi y0.
Sejak titik awal telah berubah ubah, beberapa penyusunan awal komposisi x0 atau y0
dapat diperlakukan menjadi proses yang dijelaskan di atas. Dengan kata lain, kurva ABC
bias didefinisikan sebagai kurva titik didih dan kurva AEC sebagai kurva titik
pengembunan. Kemudian kita dapat membagi grafik T-x-y menjadi tiga wilayah: 1) Di
bawah kurva ABC menunjukkan campuran dalam keadaan cair dingin; b) wilayah di atas
AEC menunjukkan uap lewat jenuh; c) area di antara dua kurva yang berhubungan adlah
campuran jenuh dari keseimbangan uap-cair.
Itu memungkinkan untuk menghitung proporsi relatif pada saat
keduanya fase jenuh? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita
harus mengingat bahwa pendinginan atau pemanasan tidak mengubah komposisi
keseluruhan system Calling (T,xAT) jumlah mol total dan komposisi system pada fase cair
(L,xAL) dan fase uap dalam keseimbangan (V,yAL), didapat:
Neraca Total Bahan:
T = L + V ……………………………………(2)
Neraca Bahan Komponen A:
T.xAT = L.xAL + V.yAV………………(3)
Gantikan nilai T pada persamaan 3 dan disusun kembali, didapat:
…...…….(4)
Persamaan 4 ini dikenal sebagai inverse lever-rule dan akan membantu kita menhitung
jumlah relative dari tiap fase.
DIAGRAM KOMPOSISI
Cara lain untuk menggambarkan perbedaan komposisi dari fase cair dan fase uap adalah
dengan menggambarkan / meng plotkan satu dengan yang lain, biasanya dengan
komponen yang lebih volatil. Gambar 2 menunjukkan jenis diagram komposisi. Garis 45*
menunjukkan uap dengan komposisi sama dengan bentuk cairnya, jadi kurva yang lebih
lebar menunjukkan pemisahan dari ini (cair-uap), bagian yang lebih lebar merupakan
perbedaan diantara 2 fase. Ini harus dicatat bahwa perbedaan kesetimbangan, suhu
berhubungan dengan tiap titik dalam kurva. Normalnya suhu ini tidak terindikasi
Gambar 1 dan 2 menunjukkan yang disebut system normal. Bila komponen memiliki
perbedaan sifat fisik atau interaksi kimia yang kuat, maka akan terjadi perbedaan dalam
diagram suhu-komposisi dan diagram komposisinya, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.
Gambar 3(a) dan 3(b) menunjukkan system azeotrop. Campuran ini , dimana ada
komposisi kritis
Posisi Xa dimana fase uap dan fase cair mempunyai komposisi yang sama, jadi tidak
terjadi perubahan saat pemanasan di lakukan. Larutan tersebut disebut Azeotrop dan
untuk memisahkan larutan tersebut dilakukan beberapa metode yang special. Gambar
3(a) menunjukkan bahwa titik didih dari larutan adalah maksimum, yang disebut dengan
Maximum Boiling Azeotrop.
Gambar 3(b) menunjukkan hal yang sama, yang disebut dengan Minimum Boiling
Azetrop. Dari defenisi kata azeotrop, kita dapat mengetahui bahwa kurva komposisi akan
menunjukkan Cross over point pada 45
Jika interaksi antara komponen-komponen cukup kuat, pemisahan fase cair dapat
terjadi.(Gambar 3(c)). Dalam immisible region 2 fase cairan terjadi dan fase ini
mengindikasikan bahwa boiling temperature dari larutan sama seperti komposisi dari fase
uap yang konstan. Hubungan antara komposisi dari 2 fase ditunjukkan dalam gambar 3(f)
EFEK TEKANAN DALAM KESETIMBANGAN FASE
Kita telah menyebutkan sebelumnya diagram fase biasanya dikonstruksikan untuk
tekanan yang tetap. Apa yang akan terjadi bila kita mengubah tekanan operasi? Dalam
kondisi yang umum, kita dapat mengatakan bahwa kelakuan kualitatif dari diagram akan
tetap sama sampai tekanan dari system melebihi tekanan kritis dari satu komponen.
Dalam jangkauan tekanan antara dua tekanan kritis, system akan dapat menjadi fase
cairan saja melebihi jangkauan komposisi dimana fase cair terjadi. Dalam kata lain,
bentuk yang umum dari diagram akan tetap sama, diagram tak digunakan untuk
komposisi dibawah 0 sampai 1,0. Kenaikan tekanan akan menurunkan jangkauan ini
sampai suatu saat akan menghilang sempurna.
MENGOLAH DATA KESEIMBANGAN UAP-CAIR
Sejauh ini, kita telah mengkaji secara mendalam mengenai grafik keseimbangan uap-cair
yang ditampilkan. Pertanyaan penting yang akan dijawab : Bagaimana mengolah data-
data ini? Ini tidak semudah teknik percobaan karena kita membutuhkan tekanan yang
tetap dan temperature dan komposisi yang tepat. Peralatan yang biasa digunakan untuk
tujuan ini disebut “Equilibrium Stills” dan dibuat dalam banyak tipe yang membedakan
terutama dalam 2 fase dan prosedur sampel. Meskipun kita tidak dapat mengatur terus
semua detail disini, kita dapat membaca book dari “Hala et al), yang mungkin terbaik
dalam hal ini.
Article Sharing
Rabu, 21 Maret 2012
Browse » Home » Unit Proses Farmasi » Makalah Destilasi
Makalah Destilasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang
akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia
dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari
Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada
sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam
pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi
senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi
yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud.
Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan
tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses
kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
1.2 Definisi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
BAB II
ISI
2.1 Metode Destilasi
Destilasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan dan memurnikan cairan.
Destilasi terdiri dari pmanasan cairan sampai pada titik didihnya, penghantaran uap pada alat
pendingin dimana terjadi kondensasi dan mengambil zat yang telah terkondensasi.
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan
kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponennya yang terdapat dalam salah satu larutan atau campuran dan
bergantung pada distribusi komponen-komponen tersebu antara fasa uap dan fasa air. Syarat
utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalai komposisi
uap harus berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan
komponen-komponennya cukup dapat menguap.
Bila zat non volatil dilarutkan ke dalam suatu zat cair tersebut akan turun. Hukum raoult
menyataka bahwa tekanan masing-masing komponen berbanding langsung dengan fraksi
molnya.
Apabila yang didinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan bukan
destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Dalam hal
ini sering kali bukan pemisahan yang sempurna yang dikehendaki, melainkan peningkatan
konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut. Sering
kali destilasi digunakan semta-mata sebagai tahap awal dari suatu proses rektifikaasi. Dalam hal
ini campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian yang mudah menguap dan bagian yang sukar
menguap. Kemudian masing-masing bagian diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi. Uap yang
dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dari
bagian cairan yang tidak menguap sebagai residu. Biasanya destilat digunakan untuk menarik
senyawa organic yang titik didihnya dibawah 250 0C, pendestilasian senyawa-senyawa yang titik
didihnya tinggi dikuatirkan akan rusak oleh pemanasan sehingga tidak cocok untuk ditarik
dengan teknik destilasi.
Secara umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
1. Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
2. Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong tanpa
perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan yang dapat
menyebabkan kondensat mengalir kembali ke lat penguap.
3. Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap dipisahkan
dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
4. Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
5. Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
6. Penampungan destilat dalam sebuah bejana
7. Pengeluaran residu dari alat penguap
8. Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam sebuah bejana.
Destilasi merupakan cara yang penting untuk melakukan pemisahan campuran atau senyawa
dalam skala besar. Dari pencampuran air dan penerimaan uap dalam sebuah pemisahan
campuran, molekul dalam gerakan tetap dan cenderung lepas dari permukaan fase uap. Dalam
temperatur yang tepat, pelarian fenomena akan dilanjutkan ke kotak campuran yang dibatasi
dengan uap basah.
Destilasi ini dikatakan normal karena tekanan campuran yang telah dipisahkan, tekanannya
sama dengan tekanan udara luar yang besarnya adalah satu atm. Destilasi normal digunakan
untuk memisahkan campuran volatil dari bahan yang tidak volatil. Itu dibuat dari cairan yang
mendidih dan uap yang disimpan di dalam sebuah penerima hasil destilasi yang telah siap
dilanjutkan dalam kotak pemisah.
Pengaruh dari penambahan kolom fraksinasi akan mempersingkat beberapa pekerjaan
pemisah dari distilasi biasa hanya menjadi satu pekerjaan. Proses distilasi berlangsung dimana
uap cairan akan menjadi cairan di dalam kondensor pendingin. Cairan yang menjadi uap
merupakan senyawa murni yang terpisah dari campurannya dan dari zat pengkotamin atau
penyetor. Jika semua cairan sudah terpisah maka terdapat residu yang bersifat padatan. Hasil
distilasi disebut distilat.
Distilasi tergantung pada temperatur zatnya, beberapa molekul zat cair memiliki energi yang
cukup untuk diubah dan membuat suatu tekanan uap. Kecendrungan untuk penguapan menjadi
lebih besar karena energi kinetik yang ditambah dari kenaikan temperatur. Ketika suatu cairan
dipanaskan sampai tekanan uapnya sama dengan atmosfer lingkungan cairan yang mendidih,
maka hal ini disebut titik didih. Besarnya perbedaan titik didih beberapa senyawa berbanding
lurus dengan tingkat kemudahan pemisahannya. Semakin besar perbedaan titik didih akan
semakin mudah pula pemisahan senyawa tersebut. Dan sebaliknya, apabila perbedaan titik didih
kecil maka akan semakin sulit pula pemisahan senyawa tersebut.
Proses destilasi bisa dikerjakan dalam satu langkah menggunakan sebuah kolom
fractionating antara botol destilasi dan alat kondensor. Salah satu tipe dari kolom adalah pipa
vertilkal panjang yang sederhana dengan gelas embun atau material lembam lainnya. Sebuah tipe
fractionating setelah mendestilasi sebuah cairan bisa dilanjutkan. Kondensasi dan penguapan
diulangi beberapa kali sebelum air bereaksi di kkondensor atau alat pendingin, akibatnya
komponen terpisah dalam jumlah yang besar dari larutannya. Proses ini disebut destilasi
fraksinasi.
Untuk menggambarkan perbedaan ciri khas di antara sebuah zat dan sebuah larutan
dilakukan dengan menguji dua cairan homogen sehingga berubah sifatnya menjadi gas oleh
pemanasan dan kemudian didinginkan. Proses inilah yang disebut destilasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu proses distilasi :
1. Termometer, Termometer tidak boleh dimasukan sampai mendekati/mengenai larutan, tetapi
hanya diatas permukaan.
2. Disetiap terjadinya kenaikan suhu uap lakukan penggantian wadah penampung distilat.