BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

46
BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / PEMULIAAN TANAMAN LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI KARAKTERISASI TANAMAN PEWARNA TENUN PEGRINGSINGAN DI DESA TENGANAN KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM TAHUN PERTAMA TIM PENELITI 1. I. A. Putri Darmawati, S.P., MSi. (0015097110) 2. Dr. I Gede Wijana, M.S. (0007076105) 3. Ir. A. A. Made Astiningsih, M.P. (0008095902) 4. Ir. I. A. Mayun, M.P ( 0026065902) Dibiayai oleh : DIPA PNBP Universitas Udayana Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor : 1141/UN14.1.23/PL/2015, tanggal 22 Mei 2015 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA AGUSTUS 2015

Transcript of BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

Page 1: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM

156 / PEMULIAAN TANAMAN

LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

KARAKTERISASI TANAMAN PEWARNA TENUN PEGRINGSINGAN DI DESA

TENGANAN KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM

TAHUN PERTAMA

TIM PENELITI

1. I. A. Putri Darmawati, S.P., MSi. (0015097110)

2. Dr. I Gede Wijana, M.S. (0007076105)

3. Ir. A. A. Made Astiningsih, M.P. (0008095902)

4. Ir. I. A. Mayun, M.P ( 0026065902)

Dibiayai oleh :

DIPA PNBP Universitas Udayana

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian

Nomor : 1141/UN14.1.23/PL/2015, tanggal 22 Mei 2015

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

AGUSTUS 2015

Page 2: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

ii

Page 3: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

iii

iv

RINGKASAN

PRAKATA

DAFTAR LAMPIRAN

v

vi

vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 4

3.1. Tujuan Penelitian

3.2. Manfaat Penelitian

4

4

BAB 4. METODE PENELITIAN 4

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

5

14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

14

16

Page 4: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

iv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1. Alur penelitian……………………………………………………………. 4

2. Bahan baku pewarna tenun pegringsingan………………………………… 6

3. Penentuan warna benang sesuai motif. ……………………………………. 6

4. Karakter morfologi tanaman taum…………………………………………. 7

5. Karakter morfologi tanaman kemiri……………………………………….. 9

6. Karakter morfologi tanaman kepundung………………………………….. 11

7. Lingkar tahun tanaman tahunan…………………………………………… 11

Page 5: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

v

RINGKASAN

Kain tenun gringsing adalah kain tenun dobel ikat, satu-satunya di Indonesia serta salah

satu dari tiga lokasi di dunia selain di Jepang dan India. Kain gringsing diketahui sebagai ciri

khas Desa Tenganan, Karangasem Bali. Kain gringsing biasa digunakan sebagai pakaian adat

saat upacara-upacara keagamaan berlangsung.

Keunikan dari kain tenun pegringsingan ini terletak pada motif kainnya yang hanya

menggunakan tiga warna (merah, kuning dan hitam) yang disebut tridatu. Warna tridatu terbuat

dari warna alam yang berasal dari beberapa tanaman yang tumbuh di Hutan Tenganan dan Nusa

Penida. Uniknya lagi semakin tua umur kain maka, warna-warnanya semakin terpancar dan

bagus. Kekhasan dari kain inilah yang menjadi incaran para kolektor kain di seluruh dunia,

walaupun harganya sampai puluhan juta rupiah.

Pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah ‘babakan’

(kelopak pohon) Kepundung putih, kulit akar pohon sunti sejenis mengkudu sebagai warna

merah, minyak buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) dicampur dengan air serbuk/abu kayu

sebagai warna kuning, dan daun pohon Taum warna hitam. Penggunaan pewarna alam ini

merupakan warisan dari nenek moyang yang secara turun temurun dilakukan. Tanaman tersebut

tumbuh secara alami di hutan-hutan Desa Tenganan. Pemanfaatan tanaman secara terus menerus,

tanpa dibarengi dengan penanaman kembali tentu akan berdampak buruk bagi keberadaan

tanaman itu sendiri (mengalami kepunahan). Melihat fenomena tersebut maka perlu dilakukan

pelestarian/konservasi. Langkah pertama yang dilakukan dalam konservasi tanaman melalui

penelitian ini adalah mengkarakterisasi dan mengidentifikasi tanaman. Hasil penelitian yang

diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengkaji teknik budidayanya yang sesuai untuk

digunakan sebagai bahan pewarna alam umumnya dan pewarna alam tenun pegringsingan

khususnya.

Luaran dari penelitian ini adalah dihasilkan informasi lengkap dan ilmiah mengenai porfil

tanaman secara utuh, mampu mengidentifikasi tanaman sesuai kaidah keilmuan yang ada. Hasil

Penelitian sudah diseminarkan pada seminar nasional (SENASTEK), dan akan dimuat dalam

jurnal nasional.

Page 6: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

vi

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya

penelitian ini terlaksana sesuai dengan waktu yang direncanakan. Laporan ini hanya sebagian

kecil dari penelitian seluruhnya yang akan dilaksanakan. Penelitian ini dibiayai dari Dana Hibah

Unggulan Program Studi Tahun 2015, dengan judul " Karakterisasi Tanaman Pewarna Tenun

Pegringsingan Di Desa Tenganan Kecamatan Manggis, Karangasem. Adapun tujuan dari

Penelitian ini adalah mengidentifikasi tanaman melalui karakterisasi baik secara morfologi

maupun agronomi tanaman pewarna alam tenun pegringsingan.

Kami menyadari bahwa penelitian dan laporan kemajuan ini dapat terlaksana berkat

bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih

kepada ;

1. Rektor Universitas Udayana, atas kemudahan yang telah diberikan sehingga penelitian ini

dapat dilaksanakan dengan lancar.

2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Udayana beserta staf yang telah memotivasi,

memberikan arahan, dan membantu kelancaran administrasi dalam penelitian ini.

3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Ketua Program Studi

Agroekoteknologi yang telah membantu dan memberi kemudahan sehingga penelitian ini bisa

terlaksana.

4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia-Nya sesuai dengan amal yang telah

dibuatnya. Akhirnya kami berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat luas.

Denpasar, 23 November 2015

Peneliti

Page 7: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Harian (Log Book) Penelitian Karakterisasi Tanaman Pewarna Tenun

Pegringsingan Di Desa Tenganan Karangasem

Lampiran 2. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian

Page 8: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenun pegringsingan adalah kain tenun tradisional Desa Tenganan Pegringsingan,

Kabupaten Karangasem, Bali . Menurut hasil penelitian, V.E Korn, De Dorpsrepubliek (1933),

kata pegringsingan mengandung makna penolak mara bahaya. Kain gringsing biasa digunakan

sebagai pakaian adat saat upacara-upacara keagamaan berlangsung. Namun kini kain gringsing

mengalami komodifikasi menjadi kebutuhan fashion ( Sukmadewi, 2013)

Keunikan dari kain tenun pegringsingan ini adalah terletak pada motif kain gringsing

yang hanya menggunakan tiga warna (merah, kuning dan hitam) yang disebut tridatu. Pewarnaan

kain tenun pegringsingan tersebut menggunakan pewarna alami beberapa tanaman. Ketiga warna

pada kain Gringsing yaitu merah melambangkan api, putih atau kuning berarti angin, dan hitam

berarti air. Semua elemen itu adalah elemen penyeimbang yang diperlukan tubuh agar tidak

sakit. Keunikan lainnya, semakin tua kain tersebut, warna-warnanya semakin keluar dan bagus..

Kekhasan dari kain inilah yang menjadi incaran para kolektor kain di seluruh dunia.

Pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah ‘babakan’

(kelopak pohon) Kepundung putih yang dicampur dengan kulit akar pohon sunti sejenis

mengkudu sebagai warna merah, minyak buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) yang dicampur

dengan air serbuk/abu kayu sebagai warna kuning, dan pohon Taum warna hitam. Identifikasi

dan karakter dari tanaman tersebut nampaknya belum diketahui secara jelas sehingga

menyulitkan dalam pembudidayaannya. Menurut salah satu warga masyarakat Desa Tenganan

(komunikasi pribadi, 2015), bahwa tanaman tersebut tumbuh alami di hutan Desa Tenganan dan

beberapa di datangkan dari desa tetangga (Desa Nusa Penida), tanaman tersebut tidak

dibudidayakan, artinya tanaman tersebut tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia.

Kebutuhan akan bahan baku menjadi semakin tinggi seiring dengan tingginya permintaan akan

kain tenun tersebut. Disisi lain, keberadaannya akan semakin langka dan terancam punah, karena

tidak dilakukan peremajaan.

Berdasarkan fenomena tersebut dipandang perlu melakukan penelitian ini, tahap pertama

penelitian adalah karakterisasi dan identifikasi tanaman sehingga diperoleh informasi lengkap

mengenai profil tanaman. Identifikasi dan karakterisasi harus dilakukan secara ilmiah sehingga

hasilnya dapat dijadikan sumber referensi ilmiah yang kredibel. Hasil penelitian ini dapat

Page 9: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

2

dipergunakan untuk mengkaji teknik budidayanya sesuai dengan kebutuhan akan bahan baku

pewarna tenun Pegringsingan. Semua tim peneliti yang terlibat dalam penelitian ini sesuai

dengan bidang ilmu yang ditekuni selama ini, sehingga hasil penelitian diharapkan berhasil

sesuai tujuan yang ditargetkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakter morfologi dari tanaman pewarna alam Tenun Pegringsingan ?

2. Bagaimanakah system klasifikasi dari tanaman tersebut?

3. Berapakah populasi dari tanaman tersebut ?

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kain tenun gringsing adalah kain tenun dobel ikat, dan merupakan satu-satunya di

Indonesia serta salah satu dari tiga lokasi di dunia selain di Jepang dan India. Kain

gringsing diketahui sebagai ciri khas Desa Tenganan. Menurut hasil penelitian, V.E Korn, De

Dorpsrepubliek Tenganan Pegeringsingan (1933), kata pegringsingan diambil dari kata gringsing

yang terdiri dari gring dan sing. Gring berarti sakit dan sing berarti tidak. Jadi gringsing berarti

tidak sakit, bahkan orang yang memakai kain gringsing dipercaya dapat terhindar dari penyakit

dan lebih kompleks lagi gringsing adalah sebagai penolak mara bahaya. Kain gringsing ini unik,

otentik dan kini amat langka. Kain gringsing biasa digunakan sebagai pakaian adat saat upacara-

upacara keagamaan berlangsung. Kain tenun gringsing selain digunakan untuk kegiatan upacara,

juga banyak diminati oleh wisatawan asing mancanegara sebagai barang cindera mata maupun

sebagai barang koleksi.

Proses pembuatan kain gringsing dari awal hingga akhir dikerjakan dengan tangan.

Benang tersebut diperoleh dari kapuk berbiji satu yang didatangkan dari Nusa Penida karena

hanya di tempat tersebut bisa didapatkan kapuk berbiji satu. Setelah selesai dipintal, benang

akan mengalami proses perendaman dalam minyak kemiri sebelum dilanjutkan ke proses ikat

dan pewarnaan. Perendaman tersebut bisa berlangsung lebih dari 40 hari hingga maksimum satu

tahun dengan penggantian air rendaman setiap 25-49 hari. Pencelupan benang dilakukan di Desa

Bugbug, selanjutnya benangnya dikembalikan ke Desa Tenganan (Anon, 2012).

Motif kain gringsing hanya menggunakan tiga warna yang disebut tridatu. Pewarna alami

yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah 'babakan' (kelopak pohon)

Page 10: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

3

Kepundung putih yang dicampur dengan kulit akar mengkudu sebagai warna merah, minyak

buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) yang dicampur dengan air serbuk/abu kayu sebagai warna

kuning, dan pohon Taum untuk warna hitam ( Shinobu.1977, 2004).

Setiap tanaman dapat merupakan sumber zat pewarna alami karena mengandung pigmen

alam. Potensi sumber zat pewarna alami ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan serta

bergantung pada jenis zat warna yang ada dalam tanaman tersebut (Setiawan, 2003). Zat warna

alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan

seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Tanaman pewarna tenun pegringsingan hanya

memanfaatkan beberapa bagian tanaman dan dilakukan secara turun temurun sebagai warisan

nenek moyang, sehingga perlu digali potensinya. Profil tanaman pewarna alam tenun

pegringsingan secara lengkap dan ilmiah menyangkut karakter morfologi dan agronomis juga

belum ada.

Karakter morfologi maupun agronomi yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi

tanaman. Melakukan identifikasi tanaman berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas

suatu tanaman. Diantaranya menentukan nama dan tempat yang tepat dalam system klasifikasi.

Karakterisasi tanaman juga bertujuan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh tanaman

tersebut. Adapun alur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penelitian

Data Sekunder : pengerajin tenun

pegringsingan, pemintal dan

pewarna benang, penyedia bahan

baku, buku kunci determinasi

Karakterisasi Tanaman

pewarna alam tenun

pegringsingan

Luaran dari penelitan ini adalah: Referensi

ilmiah bagi penelitian selanjutnya, bahan

pengajaran bagi mata kuliah botani dan

pemuliaan, publikasi pada jurnal nasional Data primer: survey lapang,

karakterisasi morfologi dan

agronomi, foto tanaman

Profil ilmiah

tanaman pewarna

alam tenun

pegringsingan

Analisis data

secara deskriptif

Page 11: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

4

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITAN

3.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan penelitian :

1. Mengkarakterisasi atau membuat profil tanaman tersebut, menyangkut karakter

morfologi dan agronomis dan dokumentasi

2. Mengidentifikasi semua tanaman pewarna alam kain tenun pegringsingan.

3. Mengetahui populasi tanaman di lapangan.

3.2. Manfaat Penelitian.

Ketergantungan pengrajin kain tenun pegringingsingan akan bahan pewarna alami sangat

tinggi sejalan dengan pesatnya perkembangan dan permintaan kain tersebut. Sementara

keberadaan tanaman sebagai penghasil warna khususnya untuk tenun pegringsingan semakin

langka karena eksploitasi tanpa dibarengi dengan penanaman kembali. Tidak dilakukan

peremajaan kembali disebabkan kurangnya informasi mengenai profil dan teknik budidaya dari

tanaman tersebut. Penelitian ini menjadi sangat penting untuk memberikan solusi terhadap

permasalahan ini.

Hasil identifikasi dan karakterisasi tanaman penghasil warna tenun pegringsingan,

informasi yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai referensi ilmiah yang kredibel.

Selanjutnya data atau informasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan tanaman baik di

Desa Tenganan sebagai sentra pengrajin tenun maupun Desa Nusa Penida sebagai penyedia

bahan baku sebelumnya.

Sampai saat ini belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang karakteristik dari

tanaman pewarna tenun pegringsingan, sehingga hasil penelitian ini juga bersifat inovatif dan

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya untuk ilmu

pemuliaan tanaman ( terutama pelestarian plasma nutfah) di Indonesia.

BAB 4. METODE PENELITIAN

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu (1) pengumpulan data sekunder, (2)

survei macam-macam tanaman penghasil warna yang digunakan untuk tenun pegringsingan dan

sebarannya, (3) identifikasi karakter morfologi dan agronomis. Lokasi penelitian di Desa

Page 12: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

5

Tenganan Pegringsingan, Desa Bugbug (kedua desa ini terletak di Kecamatan Manggis,

Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali, disebelah timur Pulau Bali), dan Nusa Penida.

Populasi dan sampel penelitian dibatasi pada obyek yang dapat diwakili serta ditetapkan

sendiri berdasarkan populasi pengrajin di Desa tersebut. Langkah berikutnya dipilih sampel dari

keseluruhan populasi pengrajin tenun dan celup di Desa Tenganan dan Desa Bugbug. Untuk

karakter agronomi mengkudu yang sedianya akan dilaksanakan di Desa Nusa Penida, tidak dapat

dilaksanakan karena mengkudu sudah tidak ditemukan lagi.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survey ( pengamatan, tanya jawab dengan responden), proses

pembuatan tenun pegringsingan diawali dengan pewarnaan benang. Urut – urutannya adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan warna kuning.

Buah kemiri yang sudah masak fisiologis (buah – buah yang secara alami jatuh dari

pohon), atau kemiri yang dijual bebas dipasar juga bisa digunakan, dicincang dan

digoreng. Proses selanjutnya cincangan kemiri diperas sampai keluar minyak kemudian

ditambahkan air abu. Campuran tersebut digunakan untuk merendam benang selama 37

hari. Selanjutnya benang diangkat dan diangin – anginkan. Proses berikut adalah ngayin

atau pembuatan motif, dilanjutkan dengan mebed (proses mengikat dan menandai

benang dengan tali raffia warna – warni sesuai dengan warna yang dikehendaki. Gambar

3.

2. Pembuatan warna merah

Warna merah diperoleh melalui pembuatan larutan dari babakan akar pohon sunti yang

dihaluskan ( serbuk ) ditambah dengan serbuk babakan batang kepundung putih/merah

( 3 : 1). Perendaman dilakukan 1 – 3 kali, masing – masing selama 3 bulan. Frekuensi

perendaman tergantung kualitas babakan akar pohon sunti. Semakin tua umur tanaman

semakin tinggi kepekatan warna yang dihasilkan.

3. Pembuatan warna hitam

Warna hitam yang dikehendaki pada tenun pegringsingan berasal dari pencelupan benang

warna merah dengan warna biru. Langkah pembuatan warna biru sebagai berikut :

Siapkan gentong tanah kemudian masukkan air sebanyak 25 liter selanjutnya masukan

Page 13: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

6

cabang – cabang muda beserta daun dari tumbuhan taum. Banyaknya tumbuhan taum

yang digunakan adalah 75 kg, dimasukkan secara bertahap sebanyak 5 kali. Setiap tahap

diperam selama 2 hari. Setelah 5 kali campuran tadi disaring, endapannya (seperti

lumpur) diambil kemudian ditambah tape Ketan Bali dan 2 sisir pisang kayu yang

dihaluskan. Pewarna alam biru siap digunakan. Untuk mendapat warna hitam benang

merah dicelupkan pada larutan pewarna biru, kemudian direndam selama 3 hari. Setelah

itu diangkat dan diangin – anginkan. Benang tridatu sesuai motif siap ditenun dan

dijadikan tenun pegringsingan.

Gambar 2. Bahan baku pewarna tenun pegringsingan. A; Kemiri, B; Babakan

Kepundung; C; Kulit akar dan bubuk Sunti; D; Warna biru dari Taum.

(koleksi pribadi)

Gambar 3. Penentuan warna benang. A dan B; Proses nganyin dan mebed, C. Salah satu

motif kain tenun pegringsingan ( koleksi pribadi)

A B

C D

C B A

Page 14: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

7

Karakter morfologi dan agronomi tanaman pewarna alam tenun pegringsingan tersaji

dibawah ini.

1. Taum

Merupakan tanaman semusim, habitat dikaki bukit tanah berpasir. Perdu tegak,

bercabang banyak. Berakar tunggang. Tinggi tanaman sampel rata- rata 81 cm. Daun mejemuk

gasal ( 9, 11), bentuk daun bulat telur terbalik dengan lebar daun 0,5 cm panjang 2 cm. Panjang

tangkai daun rata – rata 5,85 cm. Tandan bunga duduk di ketiak (aksilar), tegak hampir duduk.

Bunga berbentuk kupu – kupu dan buah berpolong. Panjang buah rata – rata 3 cm dengan

jumlah biji 3 - 12. Biji mempunyai kulit biji ( testa ) ada tilum (bekas biji melekat pada

penikulus. Jarak antar tanaman rata – rata 24,7 cm, dengan percabangan rata – rata 11 buah

(Gambar 4).

Klasifikasi menggunakan buku determinasi ( Steenis, 1988)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Famili : Fabanceae

Spesies : Indigofera tinctoria

Gambar 4. Karakter morfologi tanaman taum. A; Perdu tegak,bercabang banyak. B; Akar

tunggang. C; Daun majemuk gasal, buah berpolong. D; Bunga kupu-kupu.

(koleksi pribadi)

A

D C

B

Page 15: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

8

Taum tumbuh liar di kaki bukit Desa Bugbug Karangasem, populasi semakin sedikit karena

terdesak oleh rumah – rumah penduduk. Keberadaan taum tidak hanya dimanfaatkan oleh pembuat

warna dari desa setempat tetapi dimanfaatkan pula oleh pengerajin dari Desa Sraya (kain rangrang).

Serta digunakan sebagai pakan ternak (kambing). Melihat fenomena tersebut, domestifikasi sangat

perlu dilaksanakan untuk keberlangsungan dan kelestarian tanaman taum serta budaya tenun

pegringsingan maupun kain rangrang. Oleh karena cabang dan daun muda yang dimanfaatkan

sebagai penghasil warna, maka perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan biji maupun stek

(Gambar 5) dan dalam pemeliharaan dapat dilakukan pemangkasan, sehingga akan tumbuh cabang –

cabang baru.

Gambar 5. Kecambah Biji Taum umur 4 hst (A) ; Pertumbuhan Tunas pada Stek Taum umur 14 hst

(B)

2. Kemiri

Merupakan tanaman tahunan, sampel yang diamati berumur 60 tahun dengan tinggi ± 20

meter (Gambar 5). Kemiri mempunyai akar tunggang dan berwarna coklat. Kemiri mempunyai

daun yang mudah dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari

pangkal, berselang-seling dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20

cm dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang mengeluarkan

getah manis. Daun yang muda biasanya sederhana dan berbentuk seperti delta atau oval. Bagian

atas permukaan daun yang masih muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian

akan berubah warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur pohon. Permukaan daun

bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat. Bentuk daun meruncing, tulang daun

menyirip. Lingkar batang 100 cm, kulit batangnya berwarna abu-abu coklat dan bertekstur agak

A B

Page 16: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

9

halus dengan garis-garis vertikal yang indah. Bunga kemiri memiliki bunga kelamin ganda,

dimana bunga jantan dan betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih

kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm, dimana terdapat

banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina. Mahkota bunga berwarna putih dengan

lima kelopak bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3

cm. Buah dan biji kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk oval

sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri pada umumnya berisi 2-

3 biji, tetapi pada buah jantan kemungknan hanya ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan

jika dipanggang terlebih dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk

bulat panjang sekitar 2,5-3,5 cm (Gambar 6).

Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2000)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd

Gambar 6. A; Pohon kemiri (tanda panah), B dan C; Buah kemiri yang muda dan tua (koleksi

pribadi)

A B C

Page 17: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

10

Kemiri, yang dimanfaatkan adalah bijinya. Keberadaan kemiri cukup tersedia di Dusun

Bukit, Desa Bungaya. Umumnya pemilik kebun memanfaatkan buah – buah jatuh dari pohon

(sudah masak fisiologis). Perbanyakan tanaman sebaiknya dari biji, untuk mendapatkan tanaman

yang kokoh dan tetap ada sepanjang tahun. Selama ini penduduk tidak ada yang secara sengaja

menanam pohon kemiri begitu pula terhadap pemeliharaanya. Pohon kemiri tumbuh subur di

areal perbukitan, perbanyakannyapun secara alami dari buah – buah yang jatuh dari pohon.

3. Kepundung

Tanaman sampel berumur ± 60 tahun. Berperawakan pohon, tinggi pohon 20 meter,

Diameter batang 150 cm cm, kedalaman kulit batang ± 1 – 2 cm dengan warna batang coklat

keputihan. Tajuk padat dan tak beraturan. Daun tunggal berselang-seling, berbentuk bundar telur

lonjong sampai bundar telur sungsang, berukuran panjang 15 cm x 7 cm, berkelenjar, panjang

tangkai daun 4 cm, berpenumpa segitiga. Buah bertipe buah kapsul, berdiameter 2,5 cm,

berwarna hijau kekuning- kuningan atau hijau kemerah-merahan pada saat matang, biji dalam

daging buah berwarna putih, kuning atau merah, hijau kekuningan sampai kemerahan, daging

buah yang menutupi biji rasanya manis sampai asam (Gambar 7).

Klasifikasi( Tjitrosoepomo, 2000)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Baccaurea Lour.

Spesies : Bccaurea racemosa Var. Putih

Baccaurea racemosa Var. Merah

Page 18: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

11

Gambar 7. Karakter morfologi tanaman kepundung. A; Pohon kepundung berumur 60

th. B; Kelopak batang (babakan) yang dimanfaatkan sebagai pewarna. C

Daun tunggal berbentuk bundar telur lonjong. D dan E; Buah kepundung

putih dan merah.

Kepundung putih atau merah yang dimanfaatkan sebagai pewarna adalah babakan (kulit

batang/ kelopak batang), populasinya cukup tersedia. Jika memperbanyak maka sebaiknya

perbanyakan dilakukan dengan biji. Melalui biji akan dihasilkan tanaman yang kuat dan kokoh

sehingga mampu bertahan hidup bertahun – tahun. Hal ini sangat penting karena kulit batang

akan terbentuk setiap tahun ( lingkaran tahun ) (Gambar 8 ) Semakin tua umur tanaman kualitas

warna yang dihasilkan oleh kulit batang akan semakin kuat.

Gambar 8. Lingkar tahun tanaman tahunan

A B

C D E

Page 19: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

12

4. Mengkudu

Tanaman penghasil warna merah pada tenun Pegringsingan adalah babakan akar mengkudu,

informasi awal bahan baku ini dipasok dari Desa Nusa Penida. Beberapa tahun belakangan ini

menurut beberapa pengrajin tenun di Desa Bugbug dan Tenganan tidak lagi di datangkan dari desa

tersebut, melainkan dipasok dari pemasok yang berasal dari Lombok. Berdasarkan keterangan dari

pengrajin serta informasi dari Kepala BPP Nusa Penida, bahwa mengkudu sudah tidak ditemukan

lagi di Desa Nusa Penida. Selama ini pemasok hanya mengambil dari tanaman yang tumbuh liar

tanpa dibarengi dengan penanaman kembali. Bila hal yang sama juga dilakukan di daerah Lombok,

maka akan kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Maka untuk mengatasi masalah tersebut perlu

dilakukan budidaya mengkudu di Desa Tenganan dan sekitarnya, sehingga pengajin dengan mudah

mendapatkan bahan baku pewarna merah untuk Tenun Pegringsingan.

Karakterisasi morfologi dan agronomi tanaman mengkudu /sunti sebagai penghasil warna

merah diperoleh dari tanaman mengkudu yang ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan Desa

Bugbug. Adapun karakter morfologinya adalah sebagai berikut : Pohonnya tidak terlalu besar,

dengan tinggi 3-8 m. Batangnya bengkok-bengkok berdahan kaku, memiliki akar tunggang yang

tertancap dalam. Kulit batang coklat kekuningan, beralur dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya

segi empat. Tajuknya hijau seperti daun. Daunnya besar dan tunggal. Daun kebanyakan bersilang

berhadapan, bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk elips, kebanyakan dengan ujung runcing,

sisi atas hijau tua mengkilat, sama sekali gundul, 5-17 cm. Perbungaan mengkudu bertipe

bongkol dengan tangkai 1-4 cm, rapat, berbunga banyak, tumbuh di ketiak. Bunga berbau harum

dan mahkotanya berbentuk tabung, terompet, putih, dalam lehernya berambut wol, panjangnya

tabung bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari berjumlah 5, tumbuh jadi satu dengan tabung mahkota

hingga berukuran cukup tinggi, tangkai sari berambut wol. Kelopak bunga tumbuh menjadi

buah yang bulat atau lonjong seperti telur ayam. Permukaan buah terbagi dalam sel-sel poligonal

(bersegi banyak) yang berbintik-bintik atau berkutil. Bakal buah pada ujungnya berkelopak dan

berwarna hijau kekuningan. Awalnya buah berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi putih

kekuningan menjelang buahnya masak dan setelah benar-benar matang menjadi putih transparan

dan lunak. Daging buah tersusun atas buah-buah batu yang berbentuk pyramid atau bentuk

memanjang segitiga dan berwarna coklat kemerahan (Steenis 1975). Biji mengkudu berwarna

hitam, memiliki albumen yang keras dan ruang udara yang tampak jelas (Gambar 9). Bijinya

Page 20: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

13

tetap memiliki daya tumbuh tinggi, walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Umur maksimum

dari tanaman mengkudu adalah sekitar 25 tahun (Djauhariya et al.2006). Klasifikasi mengkudu

(Tjitrosoepomo, 2000) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

Gambar 9. Karakter morfologi mengkudu. A) Tanaman mengkudu habitus pohon (sampel berumur ±

2 tahun). B) Daun mengkudu berbentuk elips, ujung runcing. C) Bunga mengkudu

berwarna putih, bentuk terompet (tanda panah). D) Buah mengkudu berwarna putih, biji

berwarna hitam (tanda panah) (koleksi pribadi)

A B

C

B

D

B

Page 21: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

14

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Taum ( Indigofera tinctoria) sebagai pewarna alam biru tenun pegringsingan keberadaanya

terancam punah, sehingga perlu domestifikasi. Bagian yang dimanfaatkan sebagai pewarna

adalah daun – daun dari cabang muda, maka perbanyakan tanaman bisa dilakukan dengan biji

dan stek.

2. Kepundung ( Bccaurea racemosa ), populasinya cukup banyak 150 pohon/Ha, meskipun

tanpa pemeliharaan tumbuh dengan baik di Dusun Bukit, Manggis Karangasem. Cukup

tersedia untuk 10 tahun kedepan. Semakin tua semakin kuat pewarna yang dihasilkan dari

babakan/ kelopak batang.

3. Kemiri ( Aleurites moluccana) populasinya cukup banyak 200 pohon/Ha, meskipun tanpa

pemeliharaan tumbuh dengan baik di Dusun Bukit, Manggis Karangasem Cukup tersedia

untuk 10 tahun kedepan.

4. Mengkudu (Morinda citrifolia L.), populasi tidak ditemukan lagi di Desa Nusa Penida,

sangat perlu dilakukan penanaman kembali, perbanyakan dilakukan melalui biji untuk

mendapat perakaran yang kuat. Untuk pembuatan tenun pegringsingan, bahan baku di pasok

dari Lombok.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, W. G. P. W., 2011, Potensi Pewarna Alam dari Campuran Biji Pinang, Daun Sirih,

Gambir dengan Mordan KAlSO4 serta Pemanfaatannya dalam Pewarnaan Kayu Albasia

(Paraserianthes falcataria), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit

Jimbaran

Bogoriani, N. W. dan Bawa Putra, A. A., 2009, Perbandingan Massa Optimum Campuran

Pewarna Alami pada Kayu Jenis Akasia (Acacia leucopholoea), Jurnal Kimia, 3 (1) :

21-26

Bogoriani, N. W. 2010. Ekstraksi zat warna alami campuran biji pinang, daun sirih, gambir dan

pengaruh penambahan KmnO4 terhadap pewarna kayu jenis Albasi. Jurnal Kimia. 4 (2).

Juli. P. 125-134. Hasanudin, et al., 2001, Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya pada produk Batik

dan Tekstil Kerajinan Yogyakarta, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan

dan Batik, Yogyakarta

Kartiwa, Suwati. 2007. Tenun Ikat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kim. H., J.Yang. C. H.Han., S. Thongtem., S. W. Lee. 2011. Pigmen Printing of Natural Dye from Red

Mangrove Bark on Silk Fabriks materials. Sicience Forum. Vol. 69. P. 279-281.

Koesworo, 2012. Harganya Puluhan Juta, Kain Tenun Pegringsingan Tetap Diantre. Jurnas com.

Korn, K.V. 1933. De Dorpsrepubliek Tenganan Pagringsingan Santpoort: Uigeverij C.A. Mees

Page 22: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

15

Kusriniati, D., Setyowati, E., dan Achmad, U., 2008, Pemanfaatan Daun Sengon (Albizia

falcataria) sebagai Pewarna Kain Sutera Menggunakan Mordan Tawas dengan

Konsentrasi yang Berbeda, TEKNOBUGA, 1 (1)

Lestari. K. W., F. Wijiati., Hartono., Sumardi. (2001). Laporan Penelitian Pemanfaatan Tumbuh-

tumbuhan sebagai zat warna alam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri.

Kerjasama dengan Batik Yogyakarta.

Setiawan, A. P., 2003, Potensi Tumbuh-Tumbuhan bagi Penciptaan Ragam Material Finishing

untuk Interior, Dimensi Interior, 1 : 46-60

Shigemi, S dan Udiana, N.P., 2012. Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Untuk Kain Gringsing.

Jurnal Kajian Budaya Unud. Vol. 8, No. 15. 71- 82

Suksmawati, S. 2013. Komodifikasi Gringsing Tenganan dalam Desain Fashion sebagai Upaya

Pengembangan Industri Budaya. Skripsi. Program Studi Desain Fashion Fakultas Seni

Rupa dan Desain ISI.

Steenis, C.G. 1988. Flora. Terjemahan. PT. Pradnya Paramita Jakarta. 493 hal

Tjitrosoepomo, G., 1993. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wardah dan Setyowati, 1999. Keanekaragaman Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna Alami di

Beberapa Daerah di Indonesia. Makalah dalam Seminar Dekranas

Page 23: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

16

LAMPIRAN 1.

CATATAN HARIAN (LOG BOOK) PENELITIAN KARAKTERISASI TANAMAN PEWARNA TENUN PEGRINGSINGAN DI DESA TENGANAN KARANGASEM

No

Hari/tanggal

Kegiatan dan Bukti kegiatan

1. Rabu/ 29/4/2015

Rapat Koordinasi dengan tim peneliti tentang pelaksanaan penelitian. Topik bahasan :

a. Penentuan waktu survey pertama b. Pembuatan surat ijin ke lapangan c. Persiapan kuisioner d. Penetapan desa yang dituju utk data sekunder e. Persiapan sarana transportasi dan penyewaan kamera

2. Senin/ 4/5/2015 Diskusi kuisioner ke lapangan. Pertanyaan di kompilasi dari team. Kemudian menetapkan hari Jumat, 15 Mei 2015 untuk survey ke lapangan. Bukti berupa kuisioner (Lampiran)

3. Jumat/ 15/5/2015

Survey ke lapangan Desa Bugbug Team yang berangkat ada 5 orang dosen dan 2 orang mahasiswa

Page 24: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

17

4.

Senin/ 18/5/2015

Survey ke lapangan Desa Tenganan, ke pengrajin sekaligus pengepul tenun pegringsingan.

5

Rabu

/20/5/2015

Melakukan pengujian perkecambahan biji tanaman taum

6 Kamis

/21/5/2015

Karakterisasi taum di lab pemuliaan, sampel diambil dari Desa Bugbug

7 Senin

/25/5/2015

Pengamatan biji taum yang dikecambahkan. Hasilnya : 1 biji

berkecambah dengan panjang 0,5 cm

8 Selasa

/25/5/2015

Pengamatan, panjang kecambah 2 cm

Page 25: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

18

9 /18/6/2015 Diskusi tim peneliti, rencana ke lapangan untuk karakterisasi kemiri dan

kepundung. Lokasi di Dusun Bukit .

10 27/6/2015 Karakterisasi Kemiri Di Dusun Bukit Kanginan, Tenganan, Manggis

Karangasem

11

2/7/2015

Karakterisasi Taum, melengkapi data ke Desa Bugbug Karangasem

Page 26: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

19

12

5/7/2015

Karakterisasi Kepundung ke Desa Bungaya, Karangasem

13

6/7/2015

Karakterisasi Taum dengan buku determinasi

14 7/7/2015 Identifikasi Taum, kemiri, kepundung dengan buku Flora

1. Taum

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Famili : Fabanceae

Spesies : Indigofera tinctoria

2. Kemiri

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Page 27: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

20

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd

3. Kepundung

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

15

Minggu,

9/8/2015

Ke Desa Bugbug mencari batang taum untuk kajian perbanyakan

dengan stek,

16

Senin

/10/8/2015

Kajian perbanyakan taum dengan stek. Media yang digunakan tanah

kompos, setiap polibag diisi 1 stek pendek ( 10 cm) dari berbagai

macam cabang.

Page 28: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

21

17 24/8/2015 Pengamatan stek, tumbuh satu (terbentuk bakal daun ).

18

1/9/2015

Pengamatan stek, tumbuh 3 (terbentuk bakal daun ).

19

2/9/2015 Diskusi Tim, persiapan pembuatan poster, rencana ke lapangan untuk

karakterisasi mengkudu dan melengkapi data yang kurang

20

5/9/2015 Ke Desa Bungaya Karangasem , melengkapi data Kemiri dan

kepundung

21

10/9/2015

Membuat materi poster

22

24/9/2015 Ke lapangan Desa Bugbug melengkapi data dan mengkarakterisasi

tanaman mengkudu.,- menghubungi Ka. BPP Nusa Penida mohon info

mengkudu dan pemasoknya.

23

2/10/2015 Melengkapi data Karakter mengkudu

24

16/10/2015 Surat menyurat , tandatangan kontrak 30 %

25

26/10/2015 Print Poster

Page 29: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

22

Page 30: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

23

LAMPIRAN 2.

Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian

Judul : Karakterisasi Tanaman Pewarna Tenun Pegringsingan

Di Desa Tenganan Kecamatan Manggis, Karangasem

Skema Hibah : Penelitian Hibah Unggulan Program Studi

Peneliti / Pelaksana

Nama Ketua : Ida Ayu Putri Darmawati, S.P., M.Si

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

NIDN : 0015097110

Nama Anggota 1 : Dr. I Gede Wijana, M.S.

Nama Anggota 2 : Ir. A.A. Made Astiningsih, M.P.

Nama Anggota 3 : Ir. I. A. Mayun, M.P.

Tahun Pelaksanaan : 2015

Dana yang disetujui : Rp. 24.500.000

1. HONOR OUTPUT KEGIATAN

NO Item Honor

Volume

Satuan

Honor

Total (Rp)

1

Honor Ketua

1

Orang

1.600.000

1.600.000

2

Honor Anggota

1

Orang

800.000

800.000

3

Honor Anggota

1

Orang

800.000

800.000

4

Honor Anggota

1

Orang

800.000

800.000

5

Pemandu lapangan

8

0rang

100.000

800.000

SUB TOTAL

4.800.000

Page 31: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

24

2. BELANJA BAHAN

No Item Bahan

Volume

Satuan

Harga satuan

Total (Rp)

1

Kertas HVS

2

rim

45.000

90.000

2

Pulpen 2

box

20.000

40.000

3

Spidol 5

buah

5000

25.000

4

Tinta warna Catridge Cannon CL – 811

2

paket

235.000

470.000

5

Tinta black Catridge Cannon CL – 811

1

paket

186.000

186.00

6

Flaskdisk

1

buah

100.000

100.000

7

Gunting

1

buah

25.000

25.000

8

Polibag

1

lusin

30.000

30.000

9

Penggaris panjang

1

buah

10.000

10.000

10

Meteran

1

buah

20.000

20.000

11

Plastik kantong 1

bungkus

10.000

5000

12

Fotocopy kuisioner 50

kali

200

10.000

13

Fotocopy proposal untuk anggota dan mahasiswa

320

lembar

200

64.000

14

Fotocopy dan penggandaan laporan kemajuan

3

kali

50.000

150.000

15

Poster senastek 1 kali 300.000 300.000

16

Bahan kajian perbanyakan 1 paket 300.000 300.000

17

Analisis data 1 paket 300.000 300.000

18

Penyusunan laporan 1 paket 1.500.000 1.500.000

19

Foto copy, penggandaan serta penjilidan

1 paket 1.500.000 1.500.000

SUBTOTAL

5.125.000

3. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA

No Item Barang

Volume

Satuan

Harga Satuan (Rp)

Total (Rp)

1

Konsumsi rapat awal dan triwulan

15

kali 6 orang

25.000

2.000.000

2

Konsumsi ke Desa Bugbug

1

Kali

7orang

400.000

400.000

Page 32: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

25

3

Konsumsi ke Desa Tenganan

1

Kali 7 orang

400.000

400.000

4

Konsumsi ke Dusun Bukit

2

Kali 4 orang

300.000

600.000

5

Konsumsi ke Desa Bugbug

1

Kali 4 orang

300.000

300.000

6

Sewa kamera

9

kali

50.000

450.000

7

Seminar Senastek

1

kali

1.000.000

1.000.000

8

Konsumsi pengamatan penelitian

4

Kali 4 orang

50.000

800.000

9 Diskusi tim tentang pembahasan dan pembuatan isi poster

1 Kali 4 orang

100.000 400.000

10 Konsumsi ke Desa Bungaya melengkapi data kemiri dan kepundung

1 Kali 3orang

100.000 300.000

11 Karakterisasi mengkudu ke lapangan

1 paket 1000.000 1.000.000

12 Surat menyurat dan kontrak SP3 dan materai

1 paket 800.000 800.000

13 Dokumentsi 1 paket 300.000 500.000

14 Pajak 1 paket 575.000 592.000

SUB TOTAL

9.542.000

4. BIAYA PERJALANAN LAINNYA

NO

Item Perjalanan

Volume

Satuan

Biaya satuan

Total (rp)

1

Perjalanan ke Desa Bugbug dan Desa Tenganan (Rentcar)

1

kali

700.000

700.000

2

Biaya transport ke Bugbug (Rentcar)

1

kali

500.000

500.000

3 Biaya transport ke Ds

Tenganan (bensin + driver)

1

kali

300.000

300.000

4 Biaya transport ke Dusun Bukit Tenganan(bensin + driver)

2 kali 300.000 600.000

Page 33: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

26

Page 34: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

1

Page 35: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

2

KARAKTERISASI TANAMAN PEWARNA ALAM TENUN

PEGRINGSINGAN DESA TENGANAN

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH

I.A. PUTRI DARMAWATI, GEDE WIJANA, A.A ASTININGSIH, I. A. MAYUN DAN

PRADNYAWATHI

Prodi. Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali 80232

Email [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan karakter morfologi tanaman pewarna Tenun

Pegringingan yang selanjutnya informasi ini akan digunakan sebagai bahan kajian budidaya

tanaman, untuk melestarikan keberadaan tanaman tersebut. Metode yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap

kegiatan, yaitu (1) pengumpulan data sekunder, (2) survei macam-macam tanaman penghasil

warna yang digunakan untuk tenun pegringsingan dan sebarannya, (3) identifikasi karakter

morfologi dan agronomis. Data yang diperoleh, tanaman pewarna tenun Pegringsingan adalah

Kulit akar pohon sunti/ mengkudu (Morinda Citrifolia ) sebagai warna merah, sudah tidak

ditemukan lagi di Nusa Penida, kini pemasok berasal dari Lombok. Buah kemiri (Aleurites

moluccana (L.) Willd sebagai pewarna kuning, jumlahnya ± 150 pohon/Ha berumur ± 40 tahun,

terdapat di Dusun Bukit, Desa Bungaya. Babakan (kelopak pohon) Kepundung putih/merah

(Baccaurea racemosa Var. Putih,Baccaurea racemosa Var. Merah), jumlahnya ± 200 pohon/Ha

berumur ± 50 tahun, terdapat di Dusun Bukit, Desa Bungaya. Daun pohon Taum (Indigofera sp)

penghasil warna biru, tumbuh liar di kaki bukit Desa Bugbug, keberadaanya semakin sedikit

karena pengrajin tenun rangrang dari Desa Sraya yang ikut memanfaatkan taum ini serta

terdesak oleh bangunan rumah penduduk sehingga sangat perlu untuk dilakukan domestifikasi.

Kata kunci : karakter morfologi, pewarna alam, tenun pegringsingan

Page 36: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

3

THE CARACTERISATION Of PLANT NATURAL DYE TENUN PEGRINGSINGAN

TENGANAN VILLAGE FOR PLASMA NUTFAH CONSERVATION.

I.A. Putri Darmawati, Gede Wijana, A.A Astiningsih, I. A. Mayun dan Pradnyawathi

Agroecotechnology Studies Program, Faculty of Agriculture, University of Udayana

Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali 80232

Email [email protected]

ABSTRACT

The aim of the reasearch is to obtain a dye plant morphological characters Tenun Pegringsingan

which further information will be used as study materials cultivation, to preserve the existence of

the plant. The method used in this study is a qualitative research method. Implementation of the

study consisted of three phases of activities, namely (1) the collection of secondary data, (2)

surveys various plants natural dye used for Tenun Pegringsingan and distribution, (3) the

identification of morphological characters and agronomis.The result of the reaseach is the plant

dye Tenun Pegringsingan is the root bark of trees sunti / noni (Morinda citrifolia) as a red color,

is no longer found in Nusa Penida, suppliers now come from Lombok. Candle nut (Aleurites

moluccana (L.) Willd as a yellow dye, the amount ± 150 trees / ha ± 40 years old, are in Dusun

Bukit Kanginan, Village Bungaya. Babakan (petals tree) Kepundung white / red (Baccaurea

racemosa Var. White, Baccaurea racemosa Var. Red), the amount ± 200 trees / ha ± 50 years

old, are in Dusun Bukit Kanginan, Village Bungaya. Taum tree leaves (Indigofera sp) producing

a blue color, grows wild in the foothills of the village of Bugbug, the less its existence because of

the craftsmen loom weaver from the village of Taum Sraya participating utilize this as well as

pressed by building houses so it is necessary to do domestication.

Keywords: morphological caracters, plant natural dye , Tenun Pegringsingan

Pendahuluan

Tenun pegringsingan adalah kain tenun tradisional Desa Tenganan Pegringsingan,

Kabupaten Karangasem, Bali . Menurut hasil penelitian, V.E Korn, De Dorpsrepubliek (1933),

kata pegringsingan mengandung makna penolak mara bahaya. Kain gringsing biasa digunakan

Page 37: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

4

sebagai pakaian adat saat upacara-upacara keagamaan berlangsung. Namun kini kain gringsing

mengalami komodifikasi menjadi kebutuhan fashion ( Sukmadewi, 2013)

Keunikan dari kain tenun pegringsingan ini adalah terletak pada motif kain gringsing yang

hanya menggunakan tiga warna (merah, kuning dan hitam) yang disebut tridatu. Pewarnaan kain

tenun pegringsingan tersebut menggunakan pewarna alami beberapa tanaman. Ketiga warna

pada kain Gringsing yaitu merah melambangkan api, putih atau kuning berarti angin, dan hitam

berarti air. Semua elemen itu adalah elemen penyeimbang yang diperlukan tubuh agar tidak

sakit. Keunikan lainnya, semakin tua kain tersebut, warna-warnanya semakin keluar dan bagus.

Kekhasan dari kain inilah yang menjadi incaran para kolektor kain di seluruh dunia.

Pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah ‘babakan’

(kelopak pohon) Kepundung putih yang dicampur dengan kulit akar pohon sunti sejenis

mengkudu sebagai warna merah, minyak buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) yang dicampur

dengan air serbuk/abu kayu sebagai warna kuning, dan pohon Taum warna hitam. Identifikasi

dan karakter dari tanaman tersebut nampaknya belum diketahui secara jelas sehingga

menyulitkan dalam pembudidayaannya. Menurut salah satu warga masyarakat Desa Tenganan

(komunikasi pribadi, 2015), bahwa tanaman tersebut tumbuh alami di hutan Desa Tenganan dan

beberapa di datangkan dari desa tetangga (Desa Nusa Penida), tanaman tersebut tidak

dibudidayakan, artinya tanaman tersebut tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia.

Kebutuhan akan bahan baku menjadi semakin tinggi seiring dengan tingginya permintaan akan

kain tenun tersebut. Disisi lain, keberadaannya akan semakin langka dan terancam punah, karena

tidak dilakukan peremajaan. Berdasarkan fenomena tersebut dipandang perlu melakukan

penelitian ini, tahap pertama penelitian adalah karakterisasi dan identifikasi tanaman sehingga

diperoleh informasi lengkap mengenai profil tanaman. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

Page 38: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

5

memperoleh profil tanaman secara ilmiah sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengkaji teknik

budidaya dalam kaitannya sebagai bahan pewarna tenun pegringsingan.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Oktober 2015. Lokasi penelitian di

Desa Tenganan Pegringsingan, Desa Bugbug dan Desa Bungaya (ketiga desa ini terletak di

Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali). Metode yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap

kegiatan, yaitu (1) pengumpulan data sekunder, (2) survei macam-macam tanaman penghasil

warna yang digunakan untuk tenun pegringsingan , (3) identifikasi karakter morfologi dan

agronomis.

Populasi dan sampel penelitian dibatasi pada obyek yang dapat diwakili serta ditetapkan

sendiri berdasarkan populasi pengrajin di Desa tersebut. Langkah berikutnya dipilih sampel dari

keseluruhan populasi pengrajin tenun dan celup di Desa Tenganan dan Desa Bugbug. Data

sekunder diperoleh melalui wawancara langsung dengan penjual bahan baku, pencelup warna

dan pengrajin tenun. Data juga diperoleh melalui referensi terkait. Untuk data karakterisasi

melalui pengamatan langsung dan dukumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Proses pembuatan tenun pegringsingan diawali dengan pewarnaan benang. Urut –

urutannya adalah sebagai berikut:

Persiapan warna kuning. Buah kemiri yang sudah masak fisiologis (buah – buah yang

secara alami jatuh dari pohon), atau kemiri yang dijual bebas dipasar juga bisa digunakan,

dicincang dan digoreng. Proses selanjutnya cincangan kemiri diperas sampai keluar minyak

Page 39: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

6

kemudian ditambahkan air abu. Campuran tersebut digunakan untuk merendam benang selama

37 hari. Selanjutnya benang diangkat dan diangin – anginkan. Proses berikut adalah ngayin atau

pembuatan motif, dilanjutkan dengan mebed (proses mengikat dan menandai benang dengan tali

raffia warna – warni sesuai dengan warna yang dikehendaki.

Pembuatan warna merah. Warna merah diperoleh melalui pembuatan larutan dari

babakan akar pohon sunti yang dihaluskan ( serbuk ) ditambah dengan serbuk babakan batang

kepundung putih/merah ( 3 : 1). Perendaman dilakukan 1 – 3 kali, masing – masing selama 3

bulan. Frekuensi perendaman tergantung kualitas babakan akar pohon sunti. Semakin tua umur

tanaman semakin tinggi kepekatan warna yang dihasilkan.

Pembuatan warna hitam. Warna hitam yang dikehendaki pada tenun pegringsingan

berasal dari pencelupan benang warna merah dengan warna biru. Langkah pembuatan warna

biru sebagai berikut : Siapkan gentong tanah kemudian masukkan air sebanyak 25 liter

selanjutnya masukan cabang – cabang muda beserta daun dari tumbuhan taum. Banyaknya

tumbuhan taum yang digunakan adalah 75 kg, dimasukkan secara bertahap sebanyak 5 kali.

Setiap tahap diperam selama 2 hari. Setelah 5 kali campuran tadi disaring, endapannya (seperti

lumpur) diambil kemudian ditambah tape Ketan Bali dan 2 sisir pisang kayu yang dihaluskan.

Pewarna alam biru siap digunakan. Untuk mendapat warna hitam benang merah dicelupkan pada

larutan pewarna biru, kemudian direndam selama 3 hari. Setelah itu diangkat dan diangin –

anginkan. Benang tridatu sesuai motif siap ditenun dan dijadikan tenun pegringsingan.

Page 40: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

7

Deskripsi masing – masing tanaman pewarna alam tenun pegringsingan tersaji dibawah

ini:

5. Taum, merupakan tanaman semusim, habitat dikaki bukit tanah berpasir. Perdu tegak,

bercabang banyak. Berakar tunggang. Tinggi tanaman sampel rata- rata 81 cm. Daun mejemuk

gasal ( 9, 11), bentuk daun bulat telur terbalik dengan lebar daun 0,5 cm panjang 2 cm. Panjang

tangkai daun rata – rata 5,85 cm. Tandan bunga duduk di ketiak (aksilar), tegak hampir duduk.

Bunga berbentuk kupu – kupu dan buah berpolong. Panjang buah rata – rata 3 cm dengan

jumlah biji 3 - 12. Biji mempunyai kulit biji ( testa ) ada tilum (bekas biji melekat pada

penikulus. Jarak antar tanaman rata – rata 24,7 cm, dengan percabangan rata – rata 11 buah

(Gambar 1).

Gambar 1. Karakter morfologi tanaman taum. A; Perdu tegak,bercabang banyak. B; Akar

tunggang. C; Daun majemuk gasal, buah berpolong. D; Bunga kupu-kupu. (koleksi

pribadi)

A

D C

B

Page 41: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

8

Klasifikasi menggunakan buku determinasi ( Steenis, 1988)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Famili : Fabanceae

Spesies : Indigofera tinctoria

Taum tumbuh liar di kaki bukit Desa Bugbug Karangasem, populasi semakin sedikit

karena terdesak oleh rumah – rumah penduduk. Keberadaan taum tidak hanya dimanfaatkan oleh

pembuat warna dari desa setempat tetapi dimanfaatkan pula oleh pengerajin dari Desa Sraya

untuk pewarna benang kain rangrang. Taum juga digunakan sebagai pakan ternak (kambing).

Melihat fenomena tersebut, domestifikasi sangat perlu dilaksanakan untuk keberlangsungan dan

kelestarian tanaman taum itu sendiri serta menjaga kelestarian budaya tenun pegringsingan

maupun kain rangrang. Oleh karena cabang dan daun muda yang dimanfaatkan sebagai

penghasil warna, maka perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan biji maupun stek dan

dalam pemeliharaan dapat dilakukan pemangkasan, sehingga akan tumbuh cabang – cabang

baru. Dalam penelitian ini, sudah dikaji perbanyakan dengan biji dan stek, meskipun

pertumbuhannya sangat rendah (30 %). Rendahnya pertumbuhan ini disebabkan bahan tanaman

yang digunakan tidak berkualitas karena ketersediaanya memang terbatas.

6. Kemiri

Merupakan tanaman tahunan, sampel yang diamati berumur 60 tahun dengan tinggi ± 20

meter (Gambar 2). Kemiri mempunyai akar tunggang dan berwarna coklat. Kemiri mempunyai

daun yang mudah dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari

pangkal, berselang-seling dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20

Page 42: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

9

cm dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang mengeluarkan

getah manis. Daun yang muda biasanya sederhana dan berbentuk seperti delta atau oval. Bagian

atas permukaan daun yang masih muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian

akan berubah warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur pohon. Permukaan daun

bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat. Bentuk daun meruncing, tulang daun

menyirip. Lingkar batang 100 cm, kulit batangnya berwarna abu-abu coklat dan bertekstur agak

halus dengan garis-garis vertikal yang indah. Bunga kemiri memiliki bunga kelamin ganda,

dimana bunga jantan dan betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih

kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm, dimana terdapat

banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina. Mahkota bunga berwarna putih dengan

lima kelopak bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3

cm. Buah dan biji kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk oval

sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri pada umumnya berisi 2-

3 biji, tetapi pada buah jantan kemungknan hanya ditemukan satu biji. Kulit biji kemiri

umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk bulat panjang sekitar 2,5-3,5 cm.

Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2000)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Page 43: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

10

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd

Gambar 2. A; Pohon kemiri (tanda panah), B dan C; Buah kemiri yang muda dan tua (koleksi

pribadi)

Kemiri, yang dimanfaatkan adalah bijinya. Keberadaan kemiri cukup tersedia di Dusun

Bukit, Desa Bungaya. Umumnya pemilik kebun memanfaatkan buah – buah jatuh dari pohon (

sudah masak fisiologis). Perbanyakan tanaman sebaiknya dari biji, untuk mendapatkan tanaman

yang kokoh dan tetap ada sepanjang tahun. Selama ini penduduk tidak ada yang secara sengaja

menanam pohon kemiri begitu pula terhadap pemeliharaanya. Pohon kemiri tumbuh subur di

areal perbukitan, perbanyakannyapun secara alami dari buah – buah yang jatuh dari pohon.

7. Kepundung

Tanaman sampel berumur ± 60 tahun. Berperawakan pohon, tinggi pohon 20 meter,

Diameter batang 150 cm, kedalaman kulit batang ± 1 – 2 cm dengan warna batang coklat

keputihan. Tajuk padat dan tak beraturan. Daunnya lebih banyak terkumpul di ujung ranting,

berbentuk lonjong sampai bundar telur sungsang dengan tepi bergerigi dan ujung yang lancip.

Daun kepundung mempunyai panjang 7-20 cm, lebar 3-7,5 cm, berkelenjar, panjang tangkai

daun 4 cm, berpenumpa segitiga. Buah bertipe buah kapsul, berdiameter 2,5 cm, berwarna hijau

kekuning- kuningan atau hijau kemerah-merahan pada saat matang, biji dalam daging buah

A B C

Page 44: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

11

berwarna putih, kuning atau merah, hijau kekuningan sampai kemerahan, daging buah yang

menutupi biji rasanya manis sampai asam (Gambar 3).

Klasifikasi( Tjitrosoepomo, 2000)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Baccaurea Lour.

Spesies : Bccaurea racemosa Var. Putih

Baccaurea racemosa Var. Merah

Gambar 3. Karakter morfologi tanaman kepundung. A; Pohon kepundung berumur 60

th. B; Kelopak batang (babakan) yang dimanfaatkan sebagai pewarna. C

Daun tunggal berbentuk bundar telur lonjong. D dan E; Buah kepundung

putih dan merah.

A B

C D E

Page 45: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

12

Kepundung putih atau merah yang dimanfaatkan sebagai pewarna adalah babakan (kulit

batang/ kelopak batang), populasinya cukup tersedia. Jika memperbanyak tanaman maka

sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan biji. Melalui biji akan dihasilkan tanaman yang kuat

dan kokoh sehingga mampu bertahan hidup bertahun – tahun. Hal ini sangat penting karena kulit

batang yang dimanfaatkan sebagai pewarna alam akan terbentuk setiap tahun ( lingkaran tahun ).

Semakin tua umur tanaman kualitas warna yang dihasilkan oleh kulit batang akan semakin kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

TanamanTaum ( Indigofera tinctoria) sebagai pewarna biru tenun pegringsingan. Bagian

yang dimanfaatkan sebagai pewarna adalah daun – daun dari cabang muda. Populasinya

terancam punah, sehingga perlu domestifikasi. Saran untuk perbanyakan tanaman bisa dilakukan

dengan biji dan stek. Kepundung ( Bccaurea racemosa ), populasinya cukup banyak 150

pohon/Ha, meskipun tanpa pemeliharaan tumbuh dengan baik di Dusun Bukit Bungaya,

Kecamatan Manggis Karangasem. Cukup tersedia untuk 10 tahun kedepan. Semakin tua

semakin kuat pewarna yang dihasilkan dari babakan/ kelopak batang. Saran perbanyakan adalah

dengan biji . Kemiri ( Aleurites moluccana) populasinya cukup banyak 200 pohon/Ha, meskipun

tanpa pemeliharaan tumbuh dengan baik di Dusun Bukit Bungaya, Kecamatan Manggis

Karangasem Cukup tersedia untuk 10 tahun kedepan. Saran perbanyakan dengan biji. Mengkudu

(Morinda citrifolia L.), populasinya tidak ditemukan lagi di Nusa Penida, bahan baku selama ini

di pasok dari Lombok. Sehingga sangat perlu dilakukan budidaya di desa setempat. Perbanyakan

dilakukan melalui biji untuk mendapat perakaran yang kuat.

Page 46: BIDANG UNGGULAN: SUMBER DAYA ALAM 156 / …

13

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Dikti melalui Rektor Unversitas

Udayana atas bantuan dana penelitian dari Dana PNBP Tahun Anggraran 2015 (SK. No :

1141/UN14.1.23/PL/2015) sehingga penelitian ini terlaksana dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, W. G. P. W., 2011, Potensi Pewarna Alam dari Campuran Biji Pinang, Daun Sirih,

Gambir dengan Mordan KAlSO4 serta Pemanfaatannya dalam Pewarnaan Kayu Albasia

(Paraserianthes falcataria), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit

Jimbaran

Bogoriani, N. W. dan Bawa Putra, A. A., 2009, Perbandingan Massa Optimum Campuran

Pewarna Alami pada Kayu Jenis Akasia (Acacia leucopholoea), Jurnal Kimia, 3 (1) :

21-26

Bogoriani, N. W. 2010. Ekstraksi zat warna alami campuran biji pinang, daun sirih, gambir dan

pengaruh penambahan KmnO4 terhadap pewarna kayu jenis Albasi. Jurnal Kimia. 4 (2).

Juli. P. 125-134.

Hasanudin, et al., 2001, Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya pada produk

Batik dan Tekstil Kerajinan Yogyakarta, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Industri Kerajinan dan Batik, Yogyakarta Kartiwa, Suwati. 2007. Tenun Ikat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kim. H., J.Yang. C. H.Han., S. Thongtem., S. W. Lee. 2011. Pigmen Printing of Natural Dye from Red

Mangrove Bark on Silk Fabriks materials. Sicience Forum. Vol. 69. P. 279-281.

Koesworo, 2012. Harganya Puluhan Juta, Kain Tenun Pegringsingan Tetap Diantre. Jurnas com.

Korn, K.V. 1933. De Dorpsrepubliek Tenganan Pagringsingan Santpoort: Uigeverij C.A. Mees

Kusriniati, D., Setyowati, E., dan Achmad, U., 2008, Pemanfaatan Daun Sengon (Albizia

falcataria) sebagai Pewarna Kain Sutera Menggunakan Mordan Tawas dengan

Konsentrasi yang Berbeda, TEKNOBUGA, 1 (1)

Lestari. K. W., F. Wijiati., Hartono., Sumardi. (2001). Laporan Penelitian Pemanfaatan Tumbuh-

tumbuhan sebagai zat warna alam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri.

Kerjasama dengan Batik Yogyakarta.

Setiawan, A. P., 2003, Potensi Tumbuh-Tumbuhan bagi Penciptaan Ragam Material Finishing

untuk Interior, Dimensi Interior, 1 : 46-60

Shigemi, S dan Udiana, N.P., 2012. Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Untuk Kain Gringsing.

Jurnal Kajian Budaya Unud. Vol. 8, No. 15. 71- 82

Suksmawati, S. 2013. Komodifikasi Gringsing Tenganan dalam Desain Fashion sebagai Upaya

Pengembangan Industri Budaya. Skripsi. Program Studi Desain Fashion Fakultas Seni

Rupa dan Desain ISI.

Steenis, C.G. 1988. Flora. Terjemahan. PT. Pradnya Paramita Jakarta. 493 hal

Tjitrosoepomo, G., 1993. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wardah dan Setyowati, 1999. Keanekaragaman Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna Alami di

Beberapa Daerah di Indonesia. Makalah dalam Seminar Dekranas