Bidang Ilmu: Ekonomi LAPORAN HASIL PENELITIAN · jumlah pajak terutang PPh pasal 21. Yang menjadi...
Transcript of Bidang Ilmu: Ekonomi LAPORAN HASIL PENELITIAN · jumlah pajak terutang PPh pasal 21. Yang menjadi...
Bidang Ilmu: Ekonomi
LAPORAN HASIL PENELITIAN
SISTEM PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN
PT. CERAH SINERGI SEJAHTERA PALEMBANG
OLEH
SHELLY FARIDA TOBING, S.E.Ak., M.Si. (KETUA)
EDISON MAS, S.E. (ANGGOTA)
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2015
RINGKASAN
Tobing, Shelly Farida, dan Edison Mas. 2015. Sistem Perhitungan dan Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan P.T. Cerah Sinergi Sejahtera
Palembang. LPPM Universitas Tridinanti Palembang.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis sistem perhitungan dan
pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan pada PT. Cerah
Sinergi Sejahtera yang beralamat di Gedung Bank Sumsel Babel Lt 9, Jl. Gubernur
H. Ahmad Bastari No. 7 Palembang. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui dan menganalisis sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan
21 atas gaji karyawan di PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang mengunakan E-SPT
dan pajak penghasilan pasal 21 yang telah dipotong oleh PT. Cerah Sinergi Sejahtera
Palembang, apakah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada
PT. Cerah Sinergi Sejahtera telah menggunakan E-SPT (elektronik surat
pemberitahuan ) yang sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak, nomor
Per14/PJ/2013 tentang bentuk, isi, tata cara penyampaian surat pemberitahuan masa
pajak penghasilan pasal 21. Dalam sistem perhitungan dan pemotongan pajak
penghasilan pasal 21 atas gaji karyawannya, PT. Cerah Sinergi Sejahtera telah
melakukan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dan seusai
dengan undang-undang pajak.
Penerapan untuk ke depannya disarankan agar perusahaan lebih terus
mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dalam
menerapkan sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21, guna
menghindari masalah serta pelanggaran-pelanggaran.
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar yang didapatkan oleh
pemerintah untuk memajukan perekonomian Indonesia, dengan mengunakan metode self
assessment system. Metode self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk melakukan perhitungan, penyetoran dan
pelaporan sendiri pajak yang terutang sedang fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi.
Kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk wajib pajak banyak dilakukan
kecurangan oleh entitas yang ada untuk mengecilkan pajak terutang.
Pada dasarnya setiap orang banyak tidak suka membayar pajak atau memperkecil
pajak. Upaya–upaya dalam penghematan pajak yang harus dibayar perusahaan, dilakukan
dengan memanfaatkan celah–celah dalam peraturan– peraturan perpajakan yang ada.
Pemahaman akan peraturan perpajakan menjadi sangat penting bagi wajib pajak agar bisa
menghitung kewajiban pajaknya dengan tepat. Ketentuan perpajakan sangat berkaitan dengan
akuntansi sehingga timbul pemahaman tentang penyusunan laporan keuangan dan informasi
finasial untuk kepentingan perpajakan. Membayar pajak memang bukanlah perkara mudah
dan sederhana. Sebagian wajib pajak terkadang merasa dikejar-kejar oleh pajak terutama bila
ada yang tidak beres dalam laporan pajaknya.
Banyak hambatan-hambatan dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pemungutan pajak. Faktor ketidakjelasan peraturan juga menjadi salah satu penyebab
dilakukannya manajemen perpajakan oleh wajib pajak. Hal ini dikarenakan sebagian
pendapat bahwa manjemen pajak bermain di wilayah ketentuan dan ketidakjelasan dalam
peraturan pajak. Sementara karyawan berharap agar perusahaan dapat memberikan
remunerasi berupa gaji/upah, bonus dan fasilitas-fasilitas yang lain yang terus meningkat
seiring dengan laju tingkat inflasi sesuai dengan dedikasi waktu dan pekerjaan yang telah
mereka kontribusikan kepada perusahaan dan manajemen. Manajemen perusahaan
bertanggung jawab untuk mengadministrasikan payroll tax pajak penghasilan pasal 21 atas
remunerasi berupa gaji/upah yang diterima karyawan.
Penghasilan adalah kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh setiap orang
dan badan. Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat penting untuk
4
Negara dalam pemugutan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan. Salah satu jenis
pajak yang ditetapkan pemerintah adalah pajak penghasilan yaitu pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Pajak
penghasilan pasal 21 merupakan salah satu jenis pajak penghasilan yang dikenakan
atas penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
apapun oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Undang-undang perpajakan sering mengalami perubahan dan telah ditetapkan,
namun pelaksanaannya belum sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Masih banyak
hambatan yang harus dihadapi baik petugas pajak maupun wajib pajak sendiri. Peran serta
masyarakat yang menjadi wajib pajak diharapkan dapat membantu meningkatkan
penerimaan di sektor pajak. Peran ini antara lain, dapat dilakukan dengan bertanya apabila
belum memahami tentang aturan yang berlaku, menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Tabel 1.1
Jumlah Pajak Terutang PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang Tahun 2014
No.
Masa Pajak
Jumlah Penerima
Penghasilan
Jumlah Penghasilan
Bruto
Jumlah Pajak
Terutang
1 Januari 36 Rp 187.013.626 Rp 8.820.071
2 Februari 37 Rp 184.689.072 Rp 8.503.907
3 Maret 37 Rp 186.997.414 Rp 8.666.674
4 April 37 Rp 185.476.806 Rp 8.469.519
5 Mei 37 Rp 190.634.638 Rp 8.721.444
6 Juni 39 Rp 399.025.503 Rp 31.589.978 7 Juli 53 Rp 481.753.311 Rp 43.411.026
8 Agustus 60 Rp 248.888.549 Rp 9.342.383
9 September 101 Rp 344.028.978 Rp 9.662.082
10 Oktober 103 Rp 349.749.081 Rp 9.283.934
11 Nopember 99 Rp 342.101.464 Rp 9.293.552
12 Desember 104 Rp 563.336.582 Rp 28.694.801
Total Rp 3.663.695.024 Rp 184.459.371
Sumber : PT Cerah Sinergi Sejahtera Tahun 2014
Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterima oleh pegawai tetap atau tidak tetap. Objek penelitian adalah PT. Cerah Sinergi
5
Sejahtera Palembang, y a n g merupakan salah satu perusahan yang bergerak di bidang
jasa pengelolaan gedung, mulai dari pemasaran lokasi ruang untuk disewakan sampai
pengelolaan kebersihan, keamanan dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan. PT. Cerah Sinergi
Sejahtera Palembang mempunyai pegawai tetap dan pegawai tidak tetap yang berkerja
diperusahaan. Atas penghasilan yang diberikan oleh perusahaan, maka akan dikenakan pajak
penghasilan pasal 21 berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2000 sebagaiman telah
diubah menjadi undang-undang nomor 36 tahun 2008.
Perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 berlaku pada semua instasi
atau perusahaan yang berkewajiban melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan
benar sesuai peraturan undang-undang perpajakan. Tabel berikut ini menunjukkan daftar
jumlah pajak terutang PPh pasal 21. Yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana
perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dapat diterapkan sesuai peraturan–peraturan pajak
penghasilan pasal 21. Kesalahan perhitungan dalam pemotongan pajak dari penghasilan,
dapat merugikan wajib pajak itu sendiri dalam hal ini adalah karyawan maupun instansi
selaku pemotong pajak dalam perhitungan pajaknya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas rumusan permasalahan yang akan
dikaji adalah :
1. Bagaimana sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji
karyawan di PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, apakah sudah mengunakan E-
SPT.
2. Bagaimana penerapan peraturan perpajakan dalam pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 yang telah dipotong oleh PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang,
apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
6
1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem perhitungan dan pemotongan pajak
penghasilan Pasal 21 atas gaji karyawan di PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang,
apakah sudah mengunakan E-SPT.
2. Untuk mengetahui dan menganalisi penerapan peraturan perpajakan dalam pemotongan
pajak penghasilan pasal 21 yang telah dipotong oleh PT. Cerah Sinergi Sejahtera
Palembang, apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah :
1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat teoritis yaitu memperkaya ilmu
akuntansi.
2. Sebagai masukan empiris untuk mengembangkan ilmu akuntansi khususnya yang
berkaitan dengan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21.
3. Bagi Perusahaan dapat memberikan masukan informasi tentang pelaksanaan Sistem
Perhitungan dan Pemotongan Pajak Pengahasilan Pasal 21 bagi karyawan.
4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam mempelajari tentang system
perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Sistem, Pajak dan Fungsi Pajak
Di dalam suatu perusahaan terdapat prosedur-prosedur yang mempunyai fungsi yang
berbeda-beda guna mencapai tujuan perusahaan. Prosedur-prosedur tersebut perlu dirangkai
sehingga menjadi suatu sistem yang baik. Robert Anthony dan Vijay Govindarajan (2012:7),
mengungkapkan bahwa suatu sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk
melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas. Sistem memeliki karakteristik berupa
rangkaian langkah-langkah yang berirama, terkoordinasi, dan berulang yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Mulyadi (2001:5), sistem
merupakan suatu jaringan yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan
kegiatan pokok perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang- ulang.
Berdasarkan definisi sistem tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan
kesatuan atau kumpulan dari komponen atau elemen untuk mencapai tujuan sistem data
berupa perangkat lunak, prosedur pedoman, model manajemen maupun database.
Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Arie Widodo (2014:3)
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting dalam kemajuan Negara.
Beberapa pendapat pakar mengenai definisi pajak Siti Resmi (2014:1) yaitu :
a. Definisi pajak Siti Resmi (2014:1) yang dikemukan oleh Rochmat Soemitro :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
b. Definisi pajak Siti Resmi (2014:1) yang dikemukan oleh Djajadiningrat : Pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan
8
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan secara umum.
c. Definisi pajak Siti Resmi (2014:1) yang dikemukan oleh Feldmann : Pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa adanya konstraprestasi dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Dari beberapa pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak
adalah :
a. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan
barang).
b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selanjutnya, menurut Erly Suandy (2011:12), Ada dua fungsi pajak , yaitu :
a. Fungsi finansial (budgeter), yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.
2. Gaji dan Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut James M. Reeve, Carls S. Warren Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni,
Gotot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf dan Chaerul D (2011: 57), istilah gaji (payroll)
mengacu pada jumlah yang dibayarkan kepada karyawan atas jasa-jasa yang telah disediakan
selama periode tertentu. Sedangkan menurut mulyadi (2001:373), Gaji umumnya merupakan
pembayaran atas penyerahan yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jabatan.
9
Dari definisi yang ada pengertian gaji dapat disimpulkan gaji adalah suatu bentuk
balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang pegawai atas
jasa dan hasil kerjanya.
Pengertian Pajak Penghasilan menurut peraturan direktur jenderal pajak nomor
31/PJ/2012 pasal 1 ayat 2, pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri, yang
selanjutnya disebut pajak penghasilan pasal 21. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas
pengahasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 undang-
undang pajak penghasilan.
Pengertian Pajak penghasilan pasal 21 menurut Erly Suandy (2006;113) adalah pajak
penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa pajak penghasilan pasal 21
merupakan pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban pajak untuk
membayarnya. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota
dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus-menerus ikut
mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Erly Suandy (2011:128)
a. Sistem Official Assement
Sistem official assement (official assement system) adalah sistem pemungutan pajak yang
harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat
pajak. Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedangkan fiskus aktif.
b. Sistem Self Asseessment
Sistem Self Asseessment (Self Asseessment System) adalah suatu sistem pemungutan pajak
dimana wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus) hanya bertugas melakukan penyuluhan
10
dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan pajak. Untuk menyukseskan Sistem Self
Asseessment ini dibutuhkan beberapa wajib pajak, sebagai berikut :
1) Kesadaran wajib pajak.
2) Kejujuran wajib pajak.
3) Kemauan membayar pajak dari wajib pajak.
4) Kedisiplinan wajib pajak.
c. Sistem With holding
Sistem With Holding (Withholding System) adalah sistem pemugutan pajak yang mana
besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang
dimaksud disini antara lain pemberi kerja dan bendaharawan pemerintah.
4. Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif
pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentanse tertentu.
Menurut Siti Resmi (2014;14) jenis tarif pajak sebagai berikut :
a. Tarif tetap
Tarif tetap adalah berupa jumlah atau angka yang tetap beberapa pun besarnya pengenaan
pajak. Contoh : tarif tetap diterapkan pada bea materai.
b. Tarif proporsional (sebanding)
Tarif propesional adalah berupa persentase tertentu yang bersifatnya tetap terhadap
berapapun dasar pengenaan pajaknya. Makin besar dasar pengenaan pajak makin besar
pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara proporsional atau sebanding.
Contoh tarif proporsional diterapkan pada PPN (tarif 10%)
c. Tarif Progresif (Meningkat)
Tarif progresif adalah tarif berupa persentanse tertentu yang makin meningkat dengan
makin meningkat dasar pengenaan pajak.
Berdasarkan ketentuan pasal 17 ayat (1) undang-undang pajak penghasilan,
besarnya tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib
11
pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tarif Pasal 17 Orang Pribadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) 5 %
(lima persen)
Diatas Rp. 50. 000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
15 %
(lima belas persen)
Diatas Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
25 %
(dua puluh lima persen)
Di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) 30 %
(tiga puluh persen)
Sumber : Waluyo (2012:230)
Contoh perhitungan pajak yang terutang untuk wajib pajak orang pribadi dengan
jumlah penghasilan kena pajak Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) maka pajak
penghasilan yang terutang adalah seperti berikut:
Tabel 2.2
Contoh Perhitungan Pajak Terutang
Penghasilan Kena Pajak Tarif Jumlah
Rp. 50.000.000,- 5% Rp. 2.500.000,-
Rp. 200.000.000,- 15% Rp. 30.000.000,-
Rp. 250.000.000,- 25% Rp. 62.500.000,-
Rp. 100.000.000,- 30% Rp. 30.000.000,-
Total pajak penghasilan terutang Rp. 125.000.000,-
Sumber : Arie Widodo dan Tim redaksi ( 2014: 14)
5. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Djoko Muljono (2010;114) Untuk menghitung pajak penghasilan pasal
21 pegawai tetap dilakukan dengan cara seperti ini:
a. Dihitung penghasilan netto sebulan dengan cara mengurangin penghasilan bruto dengan
biaya jabatan pensiun, iuran jaminan hari tua yang dibayar oleh pegawai kemudian
disetahunkan.
12
b. Untuk menghitung penghasilan netto setahun adalah penghasilan netto sebulan dikalikan
12 (dua belas).
c. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektif sebagai wajib pajak
dalam negeri ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja bekerja setelah bulan januari
atau berhenti bekerja dalam tahun berjalan maka penghasilan netto setahun dihitung
dengan mengalikan penghasilan netto sebulan dengan bulan sejak pegawai yang
bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember atau sampai akhir kerja.
d. Penghasilan netto setahun selanjutnya dikurangin dengan PTKP untuk memperoleh
penghasilan atas dasar penghasilan kena pajak tersebut, kemudian dihitung pajak
penghasilan pasal 21 setahun.
e. Untuk memperoleh jumlah pajak penghasilan pasal 21 sebulan, jumlah pajak penghasilan
pasal 21 setahun dibagi dengan 12 (dua belas).
f. Untuk memperoleh jumlah pajak penghasilan pasal 21 sebulan atas penghasilan kurang
dari 12 (dua belas) bulan, jumlah setahun dibagi dengan banyaknya bulan pegawai yang
bersangkutan bekerja.
Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan
yang bersifat tetap secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji sebulan xxx 2. Tunjangan PPh xxx
3. Tunjangan dan honorarium lainnya xxx
4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx
5. Penerimaan dalam bentuk natura xxx 6. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d 5) xxx
Pengurangan :
7. Biaya jabatan (5% x Penghasilan bruto, Maksimal Rp.
500.000 Sebulan)
xxx
8. Iuran Pensiun atau iuran THT/JHT (yang dibayarkan oleh
penerima penghasilan)
xxx
9. Jumlah Pengurangan (jumlah 7 + 8)
xxx
Perhitungan PPh pasal 21 :
10.
Penghasilan neto sebulan (6 – 9)
xxx
11.
Penghasilan neto setahun/disetahunkan (10 x 12 bulan)
xxx
12.
Penghasilan tidak kena Pajak (PTKP)
xxx
13
13.
Penghasilan kena pajak setahun (11 – 12 )
xxx
14.
PPh pasal 21 yang terutang (13 x tarif pasal 17 ayat (1)
xxx
15.
PPh pasal 21 yang dipotong sebulan (14 : 12 bulan)
xxx
Sumber : Siti Resmi (2014:199)
6. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotongan pajak penghasilan pasal 21 menurut peraturan direktur jenderal pajak
nomor 31/PJ/2012 pasal 1 ayat 4, Pemotong pajak penghasilan pasal 21 adalah wajib
pajak orang pribadi atau wajib pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan
pasal 26 undang-undang perpajakan.
Sedangkan menurut Djoko Muljono (2010;114) pemotong pajak penghasilan pasal 21
dapat berupa :
a. Pemberi kerja orang pribadi atau badan, baik merupakan pusat maupun cabang
perwakilan daerah usaha tetap.
b. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah
daerah, instasi lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di luar.
c. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian
dan kebudayaan) lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa,
organisasi sosial dan organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang
kegiatan.
d. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dan badan-badan yang
membayar pensiun dan tabungan hari tua atau jaminan hari tua kepada wajib pajak.
e. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau
pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa, atau kepada
peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.
f. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi
internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun.
14
Jadi dari definisi yang ada diatas dapat disimpulkan pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 adalah suatu kewajiban orang pribadi atau badan yang memberikan pekerjaan, yang
mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
7. Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Biaya Jabatan
Menurut peraturan menteri keuangan nomor 250/PMK.03/2008 pada tanggal 31
Desember 2008, tentang biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan
dari hasil penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan. Pasal 1 ayat 1 sebagai
berikut ini, besarnya biaya jabatan yang dapat di kurangkan dari penghasilan bruto
untuk perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pegawai tetap sebagaiman
dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir dengan undang-undang
nomor 36 tahun 2008 diterapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi- tingginya Rp.6.000.000,- (enam juta rupiah) setahun atau Rp.500.000,- (lima
ratus ribu rupiah) sebulan.
b. Biaya Pensiunan
Menurut peraturan menteri keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 besarnya biaya
pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk perhitungan
pemotongan pajak penghasilan bagi pensiunan sebagaimana dalam pasal 21 ayat (3)
undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang nomor tahun 2008 ditetapkan
sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi- tingginya Rp. 2.400.000,-
(dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)
sebulan.
c. Penghasilan Tidak Kena Pajak (Personal Exemption)
Hampir seluruh negara yang memungut pajak penghasilan menerapkan pengurang
beban pajak berupa penghasilan tidak kena pajak (personal exemption) dalam
memperhitungkan penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi, termasuk
15
Indonesia. Didalam sistem pajak penghasilan Indonesia, ini dikenal dengan istilah
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Menurut Haula Rosdiana (2012:188) penerapan personal exemption (penghasilan
Tidak Kena Pajak) adalah hendaknya sebagian penghasilan netto wajib pajak orang
pribadi yang diperlukan untuk hidup (subsitance) dikecualikan dari pengenaan pajak
agar memungkinkan wajib pajak dapat melakukan pekerjaannya. sebagian fiscal
economic yang lain berpendapat bahwa penghasilan tidak kena pajak diberikan
karena wajib pajak orang pribadi harus menyesuaikan ability-to-pay mereka dengan
adanya anak, karena konsekuensi logis dari membesarkan anak adalah timbulnya
biaya yang tidak bisa dihindarin sehingga mau tidak mau ability-to-pay mereka akan
berkurang. Sebagian yang lain menyarankan diberlakukannya penghasilan tidak kena
pajak sebagai upaya untuk memberikan keringanan bagi keluarga yang
berpenghasilan.
Besarnya penghasilan tidak kena pajak sudah diatur dalam peraturan direktur
jenderal pajak nomor : per 31/PJ/2012 pasal 11 sebagai berikut :
1) Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :
a) Rp. 24.300.000,- (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk
diri wajib pajak orang pribadi.
b) Rp. 2.025.000,- (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
wajib pajak yang kawin.
c) Rp. 2.025.000,- (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
2) PTKP perbulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf C adalah
PTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi 12 (dua belas), sebesar :
a) Rp. 2.025.000,- (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) untuk diri wajib
pajak orang pribadi.
b) Rp. 168.750,- (seratus enam puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh
rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
c) Rp. 168.750,- (seratus enam puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh
rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
16
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
3) Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :
a) Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
b) Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
4) Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah
daerah setempat serendah-rendah kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya
tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP
untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
5) Besarnya PTKP ketentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
6) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), besarnya PTKP
untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun
kalender ditentunkan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari tahun kalender
yang bersangkutan.
8. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak
Hak-hak pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
a. Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21 yang terjadi
karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1 (satu) tahun takwin lebih kecil
dari pada jumlah PPh pasal 21 yang telah disetor. Jumlah kelebihan tersebut akan
diperhitungkan dengan PPh pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu
dilakukan perhitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan
untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.
b. Pemotong pajak berhak mengajukan permohanan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian surat pemberitahuan (SPT) PPh pasal 21. Permohonan diajukan secara
tertulis selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwin berikutnya dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai surat
17
pernyataan mengenai perhitungan sementara PPh pasal 21 yang terutang dan bukti
pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwin
yang bersangkutan.
c. Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dan
permohonan banding kepada badan peradilan pajak.
Kewajiban pemotong PPh pasal 21 menurut Siti resmi (2014:178) adalah:
a. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak atau
penyuluhan pajak setempat.
b. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakan pada kantor pelayanan pajak atau kantor
penyuluhan pajak setempat.
c. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong dan menyetorkan PPh pasal 21
yang terutang untuk setiap akhir bulan takwin. Penyetoran pajak dilakukan dengan
menggunakan surat setoran pajak (SSP) ke kantor pos atau badan usaha milik negara
atau bank badan usaha milik daerah (BUMD), atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh
direktur jenderal anggaran, selambat-lambatnya tanggal 10 (Sepuluh) bulan takwin
berikutnya.
d. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh pasal 21 tersebut sekalipun nihil
dengan menggunakan surat pemberitahuan (SPT) masa ke kantor pelayanan pajak
atau kantor penyuluhan pajak setempat, selambat- lambatnya pada tanggal 20 (dua
puluh) bulan takwin berikutnya.
e. Pemotongan pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh pasal 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan
sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima jaminan hari
tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
f. Pemotong pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada
pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir
yang ditentukan oleh direktur jenderal pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun
pajak berkahir. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiunan pada bagian
tahun takwin, maka bukti pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja yang
bersangkutan selambat-lambatnya satu bulam setelah pegawai yang bersangkutan
berhenti bekerja atau pensiun.
18
9. Surat Pemberitahuan
Menurut Erly Suandy (2011:54), surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan surat pemberitahuan adalah surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran oleh wajib
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dapat disimpulkan bahwa surat pemberitahuan adalah surat yang dibuat oleh wajib
pajak yang digunakan untuk melaporakan perhitungan dan pemabayaran pajak. Batas waktu
penyampaian atau pelaporan SPT pajak penghasilan pasal 21 paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah masa pajak berakhir. Apabila surat pemberitahuan tidak sampaikan dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat
pemberitahuan dikenakan sanski administrasi berupa denda. Besarnya denda adalah sebesar
Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
10. e-SPT (Elektronik SPT)
Pengertian e-SPT menurut peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per -
14/PJ/2013, e-SPT adalah SPT Pemotongan dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
pemotong PPh dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktoral
Jenderal Pajak. SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPT menurut
peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per -14/PJ/2013 wajib digunakan oleh pemotong
yang :
a. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap dan penerima
pensiun atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala dan/atau terhadap pegawai
negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia, pejabat
negara dan pensiunannya yang jumlahnya lebih dari 20 (dua Puluh) orang dalam 1 (satu)
masa pajak dan/atau.
19
b. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan/atau Pasal 26 selain
pemotongan PPh sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan bukti pemotongan yang
jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau
c. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21(Final) dengan bukti pemotongan yang jumlahnya
lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau
d. Melakukan penyetoran pajak dengan SSP dan/atau bukti Pbk yang jumlahnya lebih dari
20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak.
Dalam hal SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 disampaikan dalam bentuk e-
SPT, Pemotong harus menggunakan aplikasi e-SPT yang telah disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Pemotong yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau
Pasal 26 dalam bentuk e-SPT tidak diperbolehkan lagi menyampaikan SPT Masa PPh Pasal
21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas (hard copy) untuk masa-masa pajak
berikutnya.
B. Penelitian Lain yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan sudah cukup banyak. Penelitian tersebut
membandingkan penggunaan penghasilan tidak kena pajak tahun 2009 dengan tahun 2013.
Penelitian yang relevan seperti yang peneliti teliti dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Tabel 2.2
Penelitian Relevan
Judul Penelitian Kesimpulan Persamaan Perbedaan
Analisa perhitungan dan
pelaporan pajak
penghasilan (PPh) pasal
21 atas gaji pegawai tetap
pada kantor balai diklat
pekerjaan umum wilayah
VII Palembang (Ria
Hartini,2009)
Perhitungan dan
pelaporan pajak
penghasilan pasal 21
yang dilakukan
setiap bulan sesuai
dengan undang-
undang peraturan
pajak yang berlaku.
Sama-sama
membahas
mengenai pajak
penghasilan
pasal 21
Pelaporan
Pajak
Penghasilan
pasal 21
belum
mengunakan
e- SPT.
20
Analisis perhitungan, pemotongan dan
pelaporan pajak
penghasilan (PPh) pasal
21 atas pegawai negeri
sipil pada secretariat
pemko tebing tinggi (Dwi
Panji Mandra Suandana,
2013)
Bendaharawan gaji sekretariat daerah
kota tebing tinggi
memeliki peranan
penting dalam
perhitungan,
pemotongan dan
penyetoran sesuai
undang-undang No.
36 Tahun 2008
Sama-sama membahas
mengenai pajak
penghasilan
pasal 21
Pemahaman Pelaporan
SPT Tahunan
Pajak
Penghasilan
Pasal 21.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan di bagian pajak PT. Cerah Sinergi Sejahtera yakni bagian
perhitungan pajak penghasilan pasal 21. Bagian perhitungan pajak pasal 21 yang setiap
akhir bulannya menghitung pajak atas gaji karyawan dan tunjangan lain-lain, memotong pajak
penghasilan dan melaporkan pajak penghasilan pasal 21 dengan mengunakan e-SPT.
Bagian pajak merupakan fungsi yang penting dan sangat berpengaruh terhadap
pemotongan pajak penghasilan pasal 21. Disamping itu juga bagian perhitungan pajak
penghasilan pasal 21 sebagai verifikasi data yang dikeluarkan oleh bagian HRD dalam
memproses gaji dan tunjangan lain- lain.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
PT. Cerah Sinergi Sejahtera
Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan pajak penghasilan pasal 21
Pemotongan
pajak
penghasilan
pasal 21
Pelaporan pajak
penghasilan pasal 21
e-SPT
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang di Gedung Bank
Sumsel Babel Lt 9, Jl. Gubernur H. Ahmad Basatri No. 7, Jakabaring, Palembang.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada Semester Genap 2014 / 2015.
B. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2005:88) sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti,
mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Lebih lanjut dikatakan bahwa secara umum
sumber data ada 2 yaitu:
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari objek
yang diteliti. Data primer antara lain berupa sejarah singkat, struktur organisasi, uraian
tugas dan dokumen pendukung.
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau
data yang sudah diolah (dipublikasikan) oleh badan/lembaga lain, yaitu dengan
membaca, mempelajari dan menganalisa literatur, buku-buku, majalah dan lain-lain
yang berhubungan dengan penulisan Penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder yaitu
dengan mengumpulkan dokumen pendukung yang digunakan dalam system penghitungan
dan pemotongan gaji, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas
mengenai penggajian pada PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
22
1. Survei, yaitu mengumpulkan data dengan meminta responden karyawan.
2. Wawancara dengan teknik Indeks Interview, yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya
jawab langsung dengan nara sumber (informan). Wawancara dilakukan kepada pejabat
dan petugas yang berwenang untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti.
3. Studi pustaka, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang
bersumber dari buku-buku dan literatur, artikel di internet untuk digunakan sebagai kajian
teoritis pada penelitian ini.
4. Observasi langsung, yaitu data diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan
terhadap kegiatan yang akan diteliti.
5. Dokumentasi, yaitu catatan dan dokumen yang digunakan dalam PT. Cerah Sinergi
Sejahtera Palembang.
C. Populasi, Sampel dan Sampling
Menurut Sugiyono (2008:115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakeristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini
adalah perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 PT. Cerah Sinergi Sejahtera
Palembang sejak berdiri 2011 sampai dengan 2014.
Terkait dengan sampel, Sugiyono (2008:116) menyatakan bahwa “sampel adalah
bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal
21 atas gaji karyawan tetap yang berstatus tidak kawin, kawin anak satu, kawin anak dua dan
kawin anak tiga pada PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang.
Sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan metode proporsive
sampling (sampel bersifat tidak acak) karena dalam teknik proporsive sampling ini sudah
diterapkan terlebih dahulu bagaimana yang akan dijadikan dalam penelitian ini yaitu
dilakukannya dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata random atau
daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan dilakukannya karena beberapa
pertimbangan diantaranya adalah populasi yang dipilih untuk dijadikan sampel dapat dipilih
sedemikian rupa menurut kriteria-kriteria yang telah ditentukan sehingga akan relevan
dengan rancangan penelitian.
23
D. Rancangan Penelitian
Penelitian yang ilmiah pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan
fenomena yang terjadi pada perusahaan secara sistematik, empiris dan kritis. Mengacu pada
batasan di atas dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka rancangan
dalam penelitian ini adalah dengan cara mengadakan perbandingan antara kondisi yang ada
dalam perusahaan dengan teori-teori yang mendukungnya.
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Menurut
Sugiono (2008 : 146), instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah buku catatan yaitu dengan cara mempelajari dan meneliti buku-
buku dan catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Serta
melakukan tanya jawab dengan pimpinan perusahaan dan staff karyawan PT. Cerah Sinergi
Sejahtera Palembang.
E. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari objek yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Adapun
variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel
3.1
Tabel 3.1
Tabel Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Indikator
1 Perhitungan
Pajak
Penghasilan
21
Erly Suandy (2006:121) Perhitungan
PPh Pasal 21 dilakukan dengan
mengalikan penghasilan kena pajak
dengan tarif pajak. Penghasilan kena
pajak adalah penghasilan neto
dikurangi dengan penghasilan tidak
kena pajak.
o Penghasilan Bruto
o Penghasilan Kena
Pajak
o Tarif Pajak
24
2 Pemotongan
Pajak
Penghasilan
21
Siti resmi (2014:179) pemotongan PPh
Pasal 21 adalah wajib pajak badan,
termasuk bentuk usaha tetap, yang
mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak
penghasilan atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan jasa dan
kegiatan orang pribadi.
o Gaji Pokok o PPh Pasal 21
terutang
o Take Home Pay
3 e-SPT Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor Per -14/PJ/2013, e-SPT adalah
SPT Pemotongan dalam bentuk
elektronik yang di buat oleh pemotong
PPh dengan menggunakan aplikasi e-
SPT yang disediakan oleh Direktoral
Jenderal Pajak
o Jumlah
Penerima
Penghasilan
o Jumlah
Penghasilan
Bruto
o Jumlah Pajak
Terutang
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur ukuran data, mengorganisaikannya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan definisi lain analisis data diartikan
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis.
Menafsirkan dan menganalisis data dapat digunakan dua metode analisis yaitu :
1. Analisis kuantitatif;
Adalah analisis yang dilakukan terhadap data dalam bentuk angka untuk menerapkan
suatu penjelasan dari angka-angka tersebut.
2. Analisis Kualitatif;
Adalah metode menganalisis data yang bukan berupa angka-angka atau data yang
berbentuk penjelasan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka- angka.
Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif
dan teknik analisis kualitatif, yaitu menggolongkan data menguraikan secara deskriptif hasil
penelitian yang dilakukan, serta mengambil suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif dengan
mendasarkan pada teori dalam sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal
21.
25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat sampai ke seluruh daerah terasa
pertumbuhannya, dapat dilihat dari banyak pembangunan infrastruktur dan gedung-gedung
diseluruh wilayah terutama di kota-kota besar. Gedung-gedung yang telah beroperasi
memerlukan perawatan yang terencana baik dari equipment gedung yang semakin canggih,
kenyamanan, keindahan, kebersihan, perawatan taman maupun keamanan dari gedung
tersebut.
Pada hari Rabu tanggal 24-4-2012 (Dua Puluh Empat April Dua Ribu Dua Belas).
Tuan Insinyur John Isman, Tuan Syamsul Muhdi, Tuan Umar Chotob adalah perwakilan
dari yayasan kesejahteraan pegawai Bank Sumsel Babel. Tuan Junaidi Azhari, Tuan Ahmad
Azhari, dan Tuan Haji Takorori Husni adalah perwakilan dari Koperasi Cermat Bank
Sumsel Babel mendirikan sebuah perseroan terbatas yang diberi nama PT. Cerah Sinergi
Sejahtera.
PT. Cerah Sinergi Sejahtera adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang
maintenance atau pemeliharaan pada bangunan sebagai gabungan dari tindakan teknis dan
administrative untuk mempertahankan dan memulihkan fungsi bangunan sebagaimana yang
telah direncanakan sebelumnya.
PT. Cerah Sinergi Sejahtera telah mengelola gedung-gedung yang ada di Palembang
antara lain gedung Bank Sumsel Babel kantor pusat, gedung Bank Sumsel Babel Cabang
Indralaya, gedung Bank Sumsel Babel cabang Pangkal Pinang dan gedung Universitas Bina
Darma Kampus Utama. PT. Cerah Sinergi Sejahtera selain maintenance atau pemeliharaan
pada bangunan gedung Bank Sumsel Babel Kantor Pusat juga melakukan sewa menyewa
ruangan yang mana sekarang telah ada penyewa antara lain PT. Garuda Indonesia, PT.
Assalam Madinah Tour and Travel, PT. Aneka Tambang, PT. Sinergy Informasi Pratama, PT.
Dayamitra Telekomunikasi, Perusahaan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Ulu Minyak Gas
Bumi, PT. Swadharma Duta Data, PT. Huawei Tech Investment, PT. Tugu Pratama
Indonesia, dan PD. Pertambangan Dan Energi.
Tujuan dibentuknya perusahaan ini atas dasar ikut berperan serta dalam peningkatan
keberhasilan pemeliharaan suatu bangunan dan memulihkan fungsi bangunan agar tercipta
26
kenyamaan, keamanan penghuninya, memepertahankan kinerja dan efisiensi energi
equipment gedung serta menciptakan nilai properti yang optimal.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari PT. Cerah Sinergi Sejahtera adalah menjadi pemain berpengaruh di building
management di Indonesia, dengan profesionalisme menajemen sumber daya manasia,
serta kemitraan jangka panjang seluruh skakeholder.
Misi PT Cerah Sinergi Sejahtera Adalah :
1. Memberikan layanan dan kualitas produk yang prima, melalui strategi customer
intimacy.
2. Memberikan lingkungan kerja yang positif untuk berkembang bagi karyawan.
3. Memberikan nilai yang tinggi bagi pemegang saham, melalui pengelolaan sumber
daya yang professional.
4. Menjadi mitra kerja yang bersinergi positif.
C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Pada dasarnya suatu organisasi memerlukan adanya pengawasan, pengelohan yang
baik dan memadai untuk membantu kelancaran aktivitas perusahaan. Pengelolaan yang
dimaksud dari suatu organisasi perusahaan adalah adanya struktur organisasi. Struktur
organisasi dapat menujang tercapainya tujuan utama perusahaan yaitu memperoleh laba yang
diharapkan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Organisasi adalah kumpulan orang yang berinteraksi dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu melalui usaha-usaha yang dijalankannya. Seorang pemimpin
perusahaan yang baik harus menyadari agar bawahannya dapat bekerja sesuai dengan
wewenang dan bertanggung jawab sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya, serta
dibutuhkan suatu struktur organisasi yang jelas. Struktur organisasi adalah merupakan
gambaran secara sistematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang yang
menggerakkan organisasi sehingga tercapai fungsi-fungsi manajemen, tugas, wewenang
dan tanggung jawab setiap orang yang duduk dalam struktur organisasi tersebut.
Struktur organisasi yang baik adalah yang dapat menjelaskan dari susunan berbagai
fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan, karena ia merupakan gambaran skematis
tentang hubungan dan kerjasama antara orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
27
Dengan adanya struktur organsasi yang jelas, tiap bagian akan mengetahui fungsi masing-
masing dan bekerja sama dengan baik sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Untuk
lebih jelas pembagian tugas tersebut dapat kita perhatikan dalam struktur organisasi di
halaman berikut.
28
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Cerah Sinergi Sejahtera
Direktur
General Manager
Purchasing Finance HRD & GA Accounting Building
A
d
m
.
Purchasing
Strore
Kepper
Billing Kasir General
Leader
Tax Engineering HKS
HRD GA TR Civil Electrical
Mechanical
Sumber : PT. Cerah Sinergi Sejahtera Tahun 2014
29
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dijelaskan uraian tugas dan tanggung jawab
untuk masing-masing bagian pada :
1. Direktur
Direktur adalah seseorang yang yang ditunjuk untuk memimpin perusahaan.
Tugas dan tanggung jawab dari direktur :
a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan.
b. Merencanakan dan menyusun program kegiatan perusahaan.
c. Menyetujui dan menandatangani kontrak perjanjian serta surat penting
perusahaan.
d. Menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan.
e. Menyetujui anggaran perusahaan.
f. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
2. General Manager
General manager adalah manajer yang memiliki tanggung jawab kepada seluruh bagian
/ fungsional pada suatu perusahaan.
Tugas dan tanggung jawab General Manager :
a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan bersama direktur.
b. Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan bersama direktur.
c. Menyetujui dan menandatangani kontrak perjanjian serta surat penting
perusahaan.
d. Membuat anggaran perusahaan.
e. Membuat laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
3. Purchasing (Pembelian)
Purchasing adalah suatu proses penemuan sumber dan pemesanan barang, jasa dan
perlengkapan.
Tugas dan tanggung jawab dari Purchasing :
a. Pembuatan perkiraan harga dilakukan pada formulir permintaan
b. Pembelian digunakan untuk :
- Sebagai contoh budget.
- Sebagai dari purchasing negosiasi untuk barang-barang yang belum pernah
dibeli.
30
- Memastikan evaluasi supplier/kontraktor dilaksanakan sesuai dengan periode
yang ditetapkan.
c. Melaksanakan semua pembelian barang yang akan digunakan untuk operasional
pengelolaan gedung.
d. Negosiasi atau renegosiasi serta mengelola kontrak dengan pemasok, vendor, dan
perwakilan lainnya.
e. Membeli barang berkualitas tertinggi dengan harga yang kompetitif dan dalam jumlah
yang benar.
f. Melakukan penelitian dan mengevaluasi supplier berdasarkan harga, kualitas,
seleksi, layanan, dukungan, ketersediaan, keandalan, produksi dan kemampuan
distribusi, serta sejarah dan reputasi supplier.
g. Menganalisis proposal harga, laporan keuangan, dan data lainnya dan informasi
untuk menentukan harga yang wajar
4. Administrasi Purchasing
Administrasi purchasing adalah suatu proses membantu penemuan sumber dan
pemesanan barang, jasa dan perlengkapan. Tugas dan tanggung jawab dari admninistrasi
purchasing :
a. Melakukan kegiatan administrasi rutin purchasing.
b. Menjalankan sistem filling yang baik terhadap seluruh dokumen di Puchasing seperti
: PO, PR , dokumen kontrak kerja dengan pihak ke 3 dan dokumen–dokumen kerja
lainnya.
c. Membantu untuk penawaran dalam memenuhi permintaan pembelian.
d. Mengkontrol atas jatuh tempo perjanjian kontrak kerja dengan pihak ke 3.
e. Membuat daftar belanja dan budget untuk biaya pembelanjaan. f. Merekapitulasi
daftar belanja dan realisasi pembelian.
f. Membuat SPK (Surat Perintah Kerja).
g. Membuat bidding sebagai lanjutan dari penawaran
h. Membuat evaluasi dan laporan supplier dan kontraktor.
5. Stock kepper
Stock kepper adalah suatu proses keluar dan masuknya barang yang diperlukan
dan menyimpan barang tersebut apabila belum di gunakan. Tugas dan tanggung jawab
dari Stock kepper :
31
a. Memastikan ketersediaan stock barang di gudang
b. Menerima, mengecek setiap barang masuk ke gudang sesuai dengan permintaan
barang, meliputi : jumlah, spesifikasi.
c. Mengatur, menata tempat penyimpanan barang berdasarkan nama barang.
d. Melakukan stock opname barang setiap hari untuk memastikan kondisi stock,
sehingga perlu diputuskan untuk permintaan pembelian barang
e. Memastikan keadaan barang di gudang dalam keadaan baik.
f. Menjaga kebersihan dan kerapian barang dan ruangan gudang.
g. Menjaga keutuhan barang / tidak rusak.
h. Mengatur tata letak barang agar mudah dihitung dan diperiksa.
i. Koordinasi dengan departemen lain.
j. Mengkoordinasikan dengan departemen terkait untuk menentukan stock minimum
barang.
k. Mengadakan koordinasi dengan departemen Finance & Accounting untuk
mengadakan stock opname barang minimal 6 (enam) bulan satu kali.
6. Finance (Keuangan)
Finance adalah suatu proses yang berhubungan dengan pengeluaran dan pemasukan
uang perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari finance :
a. Menerima seluruh pemasukan baik cash, giro ataupun cek.
b. Mengeluarkan dana yang telah disetujui oleh atasan.
c. Membuat laporan keuangan setiap harinya.
d. Bertanggung jawab terhadap petty cash perusahaan
e. Melakukan dan pertanggung jawab atas input pembayaran ke program dari transaksi
yang terjadi.
f. Rekonsiliasi penerimaan antara rekening koran bank dan kas.
g. Menjalankan tugas yang diberikan oleh atasan yang berhubungan dengan
pekerjaan finance & accounting.
7. Billing
Billing adalah suatu proses yang mengurusi pembuatan invoice, penagihan pendapatan
suatu perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari piutang :
32
a. Memeriksa, mencatat, menjurnal voucher dan melengkapinya dengan fotokopi faktur
pajak dan bukti potong pajak penghasilan dan kemudian mengkonfirmasikannya ke
bagian pembelian atau supplier bila perlu.
b. Merekap penerimaan harian.
c. Melakukan penagihan service charge, work request, utility, sinking fund.
d. Menulis cek atau giro untuk pembayaran kepada supplier.
e. Membuat surat deposito dan mencairkan deposito.
f. Memonitor saldo di bank.
g. Membuat rekapitulasi service charge dan utility.
h. Meng-input data pembayaran.
i. Membuat faktur pajak, laporan kwitansi keluar, invoice service charge dan utility,
invoice work request dan sewa menyewa, membuat surat peringatan kepada tenant
yang belum melunasi tunggakan dengan persetujuan atasan.
8. Kasir
Kasir adalah suatu proses yang mengurusi pengeluaran dan pendapatan suatu
perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari kasir :
a. Melakukan pembayaran.
b. Membuat dan melaporkan laporan harian kas dan bank.
c. Menerima pembayaran dari pihak ketiga.
d. Menerima sewa dan sumbangan/bantuan.
e. Melakukan stock opname kas harian/bank dan melakukan crosscheck kebenaran
laporan.
f. Bertanggung jawab atas kekurangan posisi kas.
g. Membuat rekonsiliasi bank bulanan.
9. HRD (Human Resource Development) & GA (General Affair)
HRD (Human Resource Development) & GA (General Affair) adalah suatu proses
yang bertanggung jawab untuk menerima dan menempatkan karyawan, serta menangani
masalah yang dihadapi karyawan dan umum. Tugas dan tanggung jawab dari HRD
(Human Resource Development) & GA (General Affair) :
a. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
b. Melaksanakan proses seleksi dan rekrutmen karyawan sesuai dengan kebutuhan
organisasi badan pengelola.
33
c. Mengusulkan dan melaksanakan kebijakan manajemen seperti rotasi, mutasi,
promosi, evaluasi kinerja karyawan, surat peringatan 1, 2, 3 dan PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja).
d. Mempersiapkan rencana, pelaksanaan dan evaluasi training karyawan.
e. Mengatur hubungan kerja karyawan dengan perusahaan, seperti penetapan :
peraturan perusahaan, surat kontrak, dan lain – lain.
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas–tugas administrasi.
g. Membuat dan menganalisa laporan kinerja bulanan departemen HRD & GA.
h. Menerapkan, mereview dan mengambil tindakan yang efektif terhadap sistem
prosedur yang berlaku di departemen HRD & GA.
i. Pengawasan administrasi kepersonaliaan, termasuk payroll.
j. Mengitung gaji dan tunjangan lain karyawan.
k. Menangani general affair
l. Melakukan pendataan dan pemeriksaan inventaris peralatan kantor.
m. Menjaga kelengkapan dan pembaharuan perizinan.
n. Membina hubungan baik dengan instansi terkait seperti pengadilan, kejaksaan,
kepolisian, dan pemda setempat.
o. Mewakili perusahaan dalam menangani masalah – masalah hukum.
10. HRD (Human Resource Development)
HRD (Human Resource Development) adalah suatu proses menangani berbagai
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tugas dan tanggung jawad dari HRD (Human
Resource Development) :
a. Mempersiapkan dan meng-up date kelengkapan data administrasi karyawan.
b. Mempersiapkan kelengkapan data karyawan yang akan diikut sertakan pada program
training.
c. Membuat laporan absensi karyawan.
d. Membuat laporan lembur karyawan.
e. Mem-file arsip dan dokumen kepersonalian.
f. Mengkoordinasikan pengajuan dan pelaksanaan training karyawan.
11. GA (General Affair)
34
GA (general affair) adalah suatu proses yang bertugas untuk mendukung perusahaan
dalam menjalankan operasionalnya dengan mengurusi segala urusan rumah tangga
perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari GA (general affair) :
a. Mengurus pengadaan bensin mobil operasional.
b. Mengurus kasbon dan kas kecil untuk biaya operasional.
c. Memproses pengadaan ATK (Alat Tulis Kantor) dan
pendistribusiaannya ke seluruh bagian.
d. Memproses perbaikan barang inventaris perusahaan yang rusak.
e. Melaporkan masalah yang tidak bisa diatasi sendiri kepada atasan.
f. Mengurus kendaraan operasional dan HT (sarana operasional).
g. Membuat laporan bulanan mengenai inventaris kantor dan ATK.
h. Membantu mengurus perizinan yang diperlukan perusahaan.
12. TR (Tenant Relation)
TR (tenat relation) adalah suatu proses menjembatin antara penghuni dengan badan
pengelola, dengan kata lain sebagai perwakilan penguni dibadan pengelola. Tugas dan
tanggung jawab dari TR (Tenant Relation) :
a. Melakukan dan koordinasi untuk penelitian / survey terhadap kepuasan pelanggan
mengenai hasil pengelolaan gedung.
b. Memonitor hasil penanganan keluhan dan permintaan kerja dari pihak tenant.
c. Melakukan negosiasi dalam memecahkan masalah setiap keluhan dari tenant.
d. Menjalin hubungan baik dengan tenant dan pengunjung.
e. Melakukan follow – up ke departemen terkait untuk penyelesaian keluhan
pelanggan / tenant sampai tuntas.
f. Memberikan feed back kepada pelanggan / tenant apabila keluhan belum bisa
diselesaikan.
g. Memberikan penjelasaan atas pertanyaan–pertanyaan dari tenant.
13. Accouting
Accouting adalah suatu proses pencatatan transaksi hingga menjadi laporan
keuangan perusahaan. Tugas tanggung jawab dari accouting :
a. Membuat inventarisasi dan dokumentasi atas semua transaksi, asset perusahaan dan
dokumen.
b. Membuat dan menganalisa laporan kerja bulanan.
35
c. Memonitor keseimbangan antara cash-in-flow dengan cash-out-flow.
d. Me-review laporan keuangan.
e. Memonitor reaslisasi budget.
f. Memastikan tersedianya data dan informasi yang akurat yang berkaitan dengan kondisi
keuangan kepada general manager dan direksi.
g. Memeriksa pajak penghasilan pasal 21, pajak penghasilan pasal 23, pajak
penghasilan pasal 25, pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 dan PPn (Pajak Pertambahan
Nilai).
h. Membuat laporan pajak penghasilan badan (PPh Pasal 29)
14. General leadger
General leadger adalah suatu proses yang memuat semua jurnal-jurnal didalam
perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari bagian general leadger :
a. Menjurnal pencadangan pendapatan dan biaya bulan berjalan (Accrual):
- Pendapatan perusahaan
- Biaya-biaya perusahaan
- Biaya-biaya yang memiliki perjanjian dengan pihak ke 3
- Biaya-biaya operasional rutin perusahaan
b. Menjurnal hutang atas pembelian yang telah terealisasi.
c. Menjurnal AJP (Ayat Jurnal Penyesuaian):
- AJP atas penyusutan.
- AJP atas pemakaian Stock.
- AJP atas pendapatan diterima dimuka. AJP atas beban dibayar dimuka.
d. Memeriksa laporan stock sesuai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran
barang dan bukti pendukung lainnya :
- Stock ATK.
- Stock solar.
- Stock Material.
- Stock Ex Proyek.
- Laporan Perkakas dan Tool.
e. Stock Opname secara berkala.
f. Menginput data voucher penerimaan dan pengeluaran
- Pengeluaran dan penerimaan kas.
- Pengeluaran dan penerimaan bank.
36
g. Membuat daftar penyusutan aktiva tetap.
h. Filling dan pengarsipan.
15. Tax
Tax adalah suatu proses yang memuat semua pajak di perusahaan. Tugas dan
tanggung jawab bagian tax :
a. Membuat tabel control pajak penghasilan pasal 21
b. Merekap pajak atas transaksi bulan sebelumnya.
c. Menghitung, membuat, melaporkan Pajak Penghasilan diantaranya :
- Pajak Penghasilan Pasal 21.
- Pajak Penghasilan Pasal 23.
- Pajak Penghasilan Pasal 25.
- Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2.
- Pajak Pertambahan Nilai.
d. Menghitung PPh 21 atas gaji karyawan.
e. Membuat SSP (surat setoran pajak) dan permintaan pembayaran.
f. Mengontrol pembayaran pajak.
g. Membuat SPT (Surat Pemberitahuan) dan surat –surat ke KPP (Kantor Pelayanan
Pajak).
h. Melaksanakan administrasi perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
16. Building
Building adalah suatu proses dalam megelola dan menagani hal-hal yang berkaitan
dengan engineering maintance gedung, kebersihan gedung dan keamanan gedung. Tugas
dan tanggung jawab dari building :
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan menawarkan solusi dalam
pengoperasian bisnis property.
b. Menyusun dan mempresentasikan laporan kegiatan bulanan secara akurat dan aktual.
c. Mengatur dan memonitor kegiatan administratif dan operasional sehari–hari.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kompak dan teratur melalui sistim dan
prosedur kerja yang ditetapkan.
e. Memahami dan menjabarkan kebijakan–kebijakan yang telah ditetapkan
klien di dalam rencana kerja manajemen gedung.
37
f. Memastikan pelaksanaan program house keeping berjalan dengan baik.·
g. Mengkoordinasikan dan memastikan terlaksananya unsur keamanan dan
keselamatan di daerah kerja secara profesional.
h. Melaksanakan program pelatihan staff dalam rangka membangun tim pengelolaan
gedung yang profesional.
i. Menjalankan tugas-tugas lain sesuai permintaan klien atau permintaan divisi/atasan.
j. Menyusun bersama owner peraturan penghuni gedung (house rules) Merencanakan,
mengkoordinasi dan melaksanakan latihan evakuasi setiap setahun sekali dengan
melibatkan penghuni gedung.
17. Engineering
Engineering adalah suatu proses dalam melindungi aset / pemilik gedung. Tugas
dan tanggung jawab dari Engineering :
a. Membuat perencanaan sistem Maintenance dan Operasional :
- Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan untuk kebutuhan Engineering.
- Membuat perencanaan penghematan biaya/operasional.
- Membuat jadwal sistem on/off equipment dan perawatan rutin dari setiap
peralatan dan bangunan.
- Membuat rencana modifikasi/up-grading dan penyempurnaan sistem serta
sarana bangunan.
- Membuat perencanaan jadwal inspeksi rutin tahunan mengenai kelayakan
penggunaan sarana dan fasilitas bangunan.
b. Memastikan penanganan keluhan dari tenant :
- Memastikan bahwa semua keluhan dari tenant/pelanggan telah diselesaikan
dengan baik dan cepat.
- Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi biaya operasional pengelolaan
peralatan dan gedung.
c. Tindakan perbaikan atas operasional dan maintenance :
- Memonitor dan mengambil tindakan terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
operasional, preventive dan repair maintenance.
- Mengevaluasi dan mengambil tindakan terhadap pemakaian energi per bulan.
- Membuat dan menganaliasa laporan kinerja bulanan engineering.
d. Pengawasan Kontraktor / Subkontraktor :
38
- Koordinasi dengan pihak subkontraktor dan kontraktor untuk mendukung
tercapainya tugas pemeliharaan gedung.
- Mengevaluasi dan mengambil tindakan terhadap pelaksanaan pekerjaan
kontraktor sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
18. Civil
Civil adalah suatu proses dalam melindungi aset / pemilik gedung di bidang sipil.
Tugas dan tanggung jawab dari civil :
a. Melakukan perawatan pemeliharaan gedung dan alat-alat yang ada di lingkungan
pekerjaaan secara rutin sesuai jadwal yang ditetapkan.
b. Perbaikan Celling / Flapon.
c. Perbaikan pintu – pintu.
d. Perbaikan toilet – toilet yang rusak.
e. Perbaikan saluran – saluran yang mampet
19. Electrical
Electrical adalah suatu proses dalam melindungi aset / pemilik gedung di bidang
listrik. Tugas dan tanggung jawab dari electrical :
a. Melakukan perawatan pemeliharaan gedung dan alat–alat listrik yang ada di
lingkungan pekerjaaan secara rutin sesuai jadwal yang ditetapkan.
b. Perbaikan sistem elektrical alat angkut dan angkat.
c. Perbaikan lampu dan instalasi kabel.
d. Perbaikan sistem electrical pompa .
e. Perbaikan sistem electrical pendingin.
20. Mechanical
Mechanical adalah suatu proses dalam melindungi aset / pemelik gedung di bidang
mesin. Tugas dan tanggung jawab dari mechanical :
a. Melakukan perawatan pemeliharaan mesin dan peralatan mekanis yang ada di
lingkungan pekerjaaan secara rutin sesuai jadwal yang ditetapkan.
b. Perbaikan peralatan pendingin.
c. Perbaikan power house (Genset)
d. Perbaikan pompa .
e. Perbaikan mekanis alat angkut dan angkat
39
21. HKS (House Keping & Securty)
House Keping dan security adalah suatu proses dalam kebersihan dan keamana
gedung. Tugas dan tanggung jawab dari HKS (House Keping & Securty) :
a. Mengoreksi dan menyetujui rencana kerja bulanan, rencana kerja harian, sub
kontraktor.
b. Memeriksa dan mengevaluasi hasil pekerjaan dari sub kontraktor atas dasar standard
dan sistem prosedur yang telah disepakati.
c. Memeriksa performance pekerja dari outsource meliputi jumlah tenaga kerja,
kemampuan teknis.
d. Mengevaluasi dan follow up terhadap permasalahan / penyimpangan hasil kerja dari
sub kontraktor atas dasar standard dan sistem kerja yang berlaku.
e. Melakukan stock opname peralatan minimal 1 bulan sekali dan mengacu pada
kontrak kerja yang telah disepakati.
f. Melakukan inspeksi setiap penerimaan material dari subkontraktor.
g. Melakukan stock opname material minimal 1 bulan sekali untuk membandingkan
dengan jumlah dan spesifikasi material yang terdapat dalam kontrak yang disepakati.
h. Membuat laporan dan check list hasil pengawasan subkontraktor.
i. Menginformasikan kerusakan sarana-sarana gedung ke departemen terkait.
j. Mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan ke departemen terkait yang belum terdapat
dalam rencana kerja bulanan dan rencana kerja harian.
B. Sistem Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji
Karyawan di PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang
Sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 merupakan salah
satu bagian yang sangat penting di dalam rangkaian pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 yang di potong dari gaji karyawan. Sistem perhitungan dan pemotongan pajak
penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan di PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang :
1. Untuk menghitung pajak penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai yang bersifat teratur,
terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh
selama 1 (satu) bulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan
pembayaran teratur lainnya termasuk tunjangan makan, tunjangan transport, tunjangan
komunikasi, tunjangan jabatan, lembur dan tunjangan pembayaran sejenisnya.
40
2. Premi Jaminan Kecelakaan kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JK), Premi
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan premi asuransi lainnya yang dibayarkan
oleh perusahaan merupakan penghasilan bagi karyawan digabungkan atau dijumlah
dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh perusahaan.
3. Selanjutnya dihitung penghasilan kena pajak dengan cara penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya jabatan. Berdasarkan Peraturan Jenderal Pajak PER 31/PJ/2012 biaya
jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan
pajak penghasilan ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya
Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
sebulan.
4. Premi jaminan Hari Tua (JHT) yang dipotong dari penghasilan karyawan merupakan
pengurangan dari penghasilan bruto.
5. Selanjutnya dihitung penghasilan bruto setahun, yaitu jumlah penghasilan bruto
sebulan dikali 12 (dua belas) atau dikali penghasilan sebulan dengan banyaknya bulan
sejak pegawai yang bersangkutan mulai berkerja sampai dengan bulan Desember.
6. Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dengan cara penghasilan neto setahun dikurang
dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Besarnya penghasilan tidak kena pajak
sebagai berikut :
a. Tidak Kawin dan tanpa tanggungan (TK/0) : Rp. 24.300.000,-
b. Tidak Kawin dan satu tanggungan (TK/1) : Rp. 26.325.000,-
c. Tidak Kawin dan dua tanggungan (TK/2) : Rp. 28.350.000,-
d. Tidak Kawin dan tiga tanggungan (TK/3) : Rp. 30.375.000,-
e. Kawin dan tanpa tanggungan (K/0) : Rp. 26.325.000,-
f. Kawin dan satu tanggungan (K/1) : Rp. 28.350.000,-
g. Kawin dan dua tanggungan (K/2) : Rp. 30.375.000,-
h. Kawin dan tiga tanggungan (K/3) : Rp. 32.400.000,-
7. Selanjutnya dihitung penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif pasal 17 ayat
(1) huruf a undang-undang pajak penghasilan.
8. Setelah diperoleh pajak penghasilan terutang dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1)
huruf a undang-undang pajak penghasilan, selanjutanya dihitung pajak penghasilan pasal
21 sebulan dengan cara membagi 12 (dua belas) atau dibagi banyaknya bulan sejak
pegawai yang bersangkutan mulai berkerja sampai dengan bulan Desember.
41
9. Setalah mendapatkan pajak penghasilan terutang satu bulannya, yang harus dipotong
dan/atau disetor ke kas negara sebelum tanggal 10 (sepuluh) masa pajak berikutnya
dengan membayar pajak terutang atas gaji/penghasilan yang di peroleh dari perusahaan.
Penyentoran pajak penghasilan dengan mengunakan surat setoran pajak (SSP).
10. Pelaporan pajak penghasilan pasal 21 sebelum tanggal 20 (dua puluh) masa pajak
berikutnya. Pelaporan pajak penghasilan pasal 21 mengunakan E-SPT (elektronik surat
pemberitahuan) sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per
14/PJ/2013 sebagai berikut :
a. Setelah mendapatkan pajak penghasilan terutang satu bulannya, kemudian pilih
aplikasi E-SPT pajak penghasilan pasal 21 lalu pilih menu buat SPT baru.
Kemudian masukkan SPT yang akan dibuat dengan mengklik bulannya setelah itu
buat SPT.
b. Tahapan selanjutnya masuk ke menu isi SPT lalu pilih daftar pemotongan pajak 1721-
I kemudian pilih satu masa pajak.
c. Setelah tampilan tabel daftar pemotongan pajak bulanan terbuka pilih menu tambah,
masukan NPWP karyawan, Nama karyawan, kode objek pajak, jumlah penghasilan
bruto dan pajak penghasilan pasal 21 dipotong.
d. Setalah itu simpan, lanjutkan input data karyawan yang lainnya.
e. Untuk mengisi SSP (Surat Setoran Pajak) yang sudah dibayarkan pada aplikasi E-
SPT pajak penghasilan pasal 21 gunakan menu isi SPT pilih daftar SSP, pilih tambah.
Setelah masuk pada tabel input ssp/pbk (surat setoran pajak / pemindahan buku) isilah
kode akun pajak dengan memilih salah satu yang telah sediakan. Pilih kode jenis
setoran, tanggal ssp kemudian masukan nomor NTPN (Nomor Transaksi
Penerimaan Negara) dan jumlah pajak penghasilan pasal 21 disetor setelah itu simpan.
f. Setelah data telah diinput semua untuk melihat tampilan E-SPT masuk kembali ke
menu isi SPT pilih SPT Induk 1721. Pilih menu ab E (pernyataan dan tanda tangan)
pilih cetak untuk mencetak SPT dalam bentuk hardcopy.
g. Pada saat pelaporan ke kantor pelayanan pajak disimpan dalam softcopy dengan
cara memilih menu CSV kemudian pelaporan pilih bulan yang akan dilaporkan
kemudian pilih buat CSV.
42
C. Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Antara PT Cerah Sinergi
Sejahtera Palembang dengan Peraturan Perpajakan.
Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang telah dipotong oleh PT. Cerah Sinergi
Sejahtera Palembang sudah sesuai dengan peraturan undang-undang perpajakan no. 36 tahun
2008. Berikut ini contoh perhitungan pajak penghasilan pasal 21.
1. Suhermansyah karyawan tetap dengan status menikah mempunyai anak 3 (tiga) dan
dipotong Jaminan hari tua sebesar 2 % dari gaji pokok, bekerja dibulan januari 2014
dengan memperoleh penghasilan selama 1 (satu) tahun sebagai berikut :
a. Gaji Pokok : Rp. 49.800.000,-
b. Tunjangan makan dan transport : Rp. 5.662.500,-
c. Lembur : Rp. 491.763,-
d. Tunjangan keselamatan kerja : Rp. 94.920,-
e. Tunjangan kematian : Rp. 149.400,-
f. Tunjangan asuransi kesehatan : Rp. 8.832.500,-
Besarnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan dalam satu tahun
menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 49.800.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 6.154.263
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 9.076.820
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 65.031.083
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 3.251.554
6. Iuran Pensiun Rp. 996.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 4.247.554
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 60.783.529
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 32.400.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 28.383.529
11. Pembulatan Rp 28.383.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 1.419.150
43
Selanjutnya, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 versi perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perhitungan menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008
a. Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 49.800.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 6.154.263
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 9.076.820
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 65.031.083
b. Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 3.251.554
6. Iuran Pensiun Rp. 996.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 4.247.554
c. Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 60.783.529
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 32.400.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 28.383.529
11. Pembulatan Rp 28.383.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 1.419.150
2. Budi, karyawan tetap dengan status menikah mempunyai anak 2 (dua) dan dipotong
Jaminan hari tua sebesar 2 % dari gaji pokok, bekerja dibulan januari 2014 dengan
memperoleh penghasilan selama 1 (satu) tahun sebagai berikut :
Gaji Pokok : Rp. 60.000.000,-
Tunjangan makan dan transport : Rp. 5.912.500,-
Tunjangan komunikasi : Rp. 3.000.000,-
Lembur : Rp. 1.893.063,-
Tunjangan keselamatan kerja : Rp. 150.000,-
Tunjangan kematian : Rp. 180.000,-
Tunjangan asuransi kesehatan : Rp. 7.066.000,-
Besarnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan dalam satu tahun
menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 60.000.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 10.805.563
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 7.396.000
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 78.201.563
44
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 3.910.078
6. Iuran Pensiun Rp. 1.200.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 5.110.078
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 73.091.485
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 30.375.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 42.716.485
11. Pembulatan Rp. 42.716.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 2.135.800
Selanjutnya, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 versi perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perhitungan menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008,
sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 60.000.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 10.805.563
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 7.396.000
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 78.201.563
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 3.910.078
6. Iuran Pensiun Rp. 1.200.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 5.110.078
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 73.091.485
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 30.375.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 42.716.485
11. Pembulatan Rp. 42.716.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 2.135.800
3. Ahmad, karyawan tetap dengan status menikah mempunyai anak 1 (satu) dan dipotong
Jaminan hari tua sebesar 2 % dari gaji pokok, bekerja di bulan Januari 2014 dengan
memperoleh penghasilan selama 1 (satu) tahun sebagai berikut :
Gaji Pokok : Rp. 34.200.000,-
Tunjangan makan dan transport : Rp. 5.975.000,-
45
Lembur : Rp. 535.405,-
Tunjangan keselamatan kerja : Rp. 85.080,-
Tunjangan kematian : Rp. 102.600,-
Tunjangan asuransi kesehatan : Rp. 4.680.000,-
Besarnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan dalam satu tahun
menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 34.200.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 6.510.405
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 4.867.680
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 45.578.085
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 2.278.904
6. Iuran Pensiun Rp. 648.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 2.926.904
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 31.273.096
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 28.350.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 14.301.181
11. Pembulatan Rp. 14.301.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 715.050
Selanjutnya, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 versi perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perhitungan menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun
2008, sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 34.200.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 6.510.405
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 4.867.680
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 45.578.085
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 2.278.904
6. Iuran Pensiun Rp. 648.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 2.926.904
46
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 31.273.096
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 28.350.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 14.301.181
11. Pembulatan Rp. 14.301.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 715.050
4. Hendra, karyawan tetap dengan status menikah belum mempunyai anak dan dipotong
Jaminan hari tua sebesar 2 % dari gaji pokok, bekerja dibulan januari 2014 dengan
memperoleh penghasilan selama 1 (satu) tahun sebagai berikut :
Gaji Pokok : Rp. 90.000.000,-
Tunjangan makan dan transport : Rp. 18.000.000,-
Tunjangan Jabatan : Rp. 24.000.000,-
Tunjangan Komunikasi : Rp. 6.000.000,-
Tunjangan keselamatan kerja : Rp. 160.200,-
Besarnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan dalam satu tahun
menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 90.000.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 48.000.000
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 8.443.900
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 146.443.900
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 6.000.000
6. Iuran Pensiun Rp. 1.800.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 7.800.000
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 138.643.000
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 26.325.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 112.318.485
11. Pembulatan Rp. 112.319.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 11.847.850
47
Selanjutnya, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 versi perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perhitungan menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008,
sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 90.000.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 48.000.000
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 8.443.900
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 146.443.900
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 6.000.000
6. Iuran Pensiun Rp. 1.800.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 7.800.000
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 138.643.000
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 26.325.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 112.318.485
11. Pembulatan Rp. 112.319.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 11.847.850
5. Yanto, karyawan tetap dengan status belum menikah dan dipotong jaminan hari
tua sebesar 2 % dari gaji pokok, bekerja di bulan januari 2014 dengan memperoleh
penghasilan selama 1 (satu) tahun sebagai berikut :
Gaji Pokok : Rp. 46.800.000,-
Tunjangan makan dan transport : Rp. 5.662.500,-
Tunjangan keselamatan kerja : Rp. 97.920,-
Tunjangan kematian : Rp. 140.400,-
Tunjangan asuransi kesehatan : Rp. 1.766.500,-
Besarnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan dalam satu tahun
menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang, adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 46.800.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 5.662.500
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 2.004.820
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 50.809.640
48
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 2.540.482
6. Iuran Pensiun Rp. 936.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 3.476.482
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 47.333.152
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 24.300.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 23.033.485
11. Pembulatan Rp. 23.033.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 1.151.650
Selanjutnya, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 versi perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perhitungan menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008,
sebagai berikut :
Penghasilan Bruto :
1. Gaji Pokok Rp. 46.800.000
2. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp. 5.662.500
3. Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. 2.004.820
4. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 3) Rp 50.809.640
Pengurangan :
5. Biaya Jabatan Rp. 2.540.482
6. Iuran Pensiun Rp. 936.000
7. Jumlah pengurangan (5 + 6) Rp. 3.476.482
Perhitungan PPh pasal 21:
8. Penghasilan Neto (4 – 7) Rp. 47.333.152
9. Penghasilan tidak kena pajak Rp. 24.300.000
10. Penghasilan kena pajak Rp. 23.033.485
11. Pembulatan Rp. 23.033.000
12. PPh Pasal 21 yang terutang Rp. 1.151.650
Dalam sistem perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terhadap penghasilan gaji
karyawan tetap, ternyata tidak ada perbedaan antara jumlah perhitungan pajak penghasilan
pasal 21 menurut PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang dibandingkan dengan perhitungan
menurut undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008 dan peraturan direktur jenderal pajak
nomor 31/PJ/2012.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan
PT. Cerah sinergi Sejahtera menggunakan dasar semua penghasilan yang di berikan
oleh PT. Cerah Sinergi Sejahtera berupa gaji pokok, tunjangan makan, tunjangan
transport, tunjangan lembur, tunjangan apapun yang diberikan merupakan objek
penambah dasar pengenaan pajak penghasilan pasal 21. Sistem perhitungan dan
pemotongan pajak penghasilan pasal 21 PT. Cerah Sinergi Sejahtera mengunakan
PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sesuai PTKP yang berlaku pada tahun 2014.
Pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada PT. cerah Sinergi Sejahtera telah
menggunakan e-SPT (elektronik surat pemberitahuan) yang sesuai dengan
peraturan direktur jenderal pajak nomor Per 14/PJ/2013 tentang bentuk, isi, tata
cara penyampaian surat pemberitahuan masa pajak penghasilan pasal 21.
2. Dalam sistem perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji
karyawan PT. Cerah Sinergi Sejahtera telah melakukan perhitungan dan pemotongan
pajak penghasilan pasal 21 mengacu pada undang-undang pajak penghasilan No. 36
tahun 2008 dan keputusan direktorat jenderal pajak nomor per 31/PJ/2012.
B. Saran-saran
1. PT. Cerah Sinergi Sejahtera Palembang untuk lebih terus
mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan guna
menghindari masalah serta pelanggaran-pelanggaran dan tetap mengamati informasi-
informasi yang terbaru mengenai perubahan- perubahan terbaru yang diberlakukan
oleh menteri keuangan maupun direktorat jenderal pajak.
2. PT. Cerah Sinergi Sejahtera khususnya bagian keuangan akan jauh lebih baik jika
melampirkan cara perhitungan pajak beserta contohnya pada gaji karyawan, agar
karyawan bisa mengerti perhitungan pajak penghasilan pasal 21.
3. Perusahaan sebaiknya mengadakan pelatihan brevet atau mengundang KPP
(kantor pelayanan pajak) untuk melakukan penyuluhan agar karyawan benar-
benar paham tentang sistem perhitungan, pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dan
pelaporan pajak penghasilan pasal 21 yang sesuai dengan peraturan undang-undang
perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony Robert N, Govindarajan Vijay, 2012, Management Control System,
Salemba Empat: Jakarta.
Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti Palembang, 2010, Pedoman qPenulisan
Penelitian dan Laporan Akhir, Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti
Palembang: Palembang.
Hartini Ria, 2009, Analisa Perhitungan dan Pelaporan Pajak penghasilan (PPh)
Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap Pada Kantor Balai Diklat Pekerjaan Umum
Wilayah VII Palembang: Palembang.
Mamang Sangadji Etta, Sopiah, 2010, Metodologi Penelitian, CV. Andi Offset:
Yoyagkarta.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, CV. Andi Offset: Yoyagkarta.
Mulyono Djoko, 2010, Panduan Brevet Pajak, CV. Andi Offset: Yoyagkarta.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Salemba
Empat: Jakarta.
Panji Mandra Suandana Dwi, 2013, Analisis Perhitungan Pemotongan dan Pelaporan
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil Pada Secretariat
Pemko Tebing Tinggi: Palembang.
Reeve James M, dkk., 2010, Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Salemba
Empat: Jakarta.
Resmi Siti, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 8, Salemba Empat: Jakarta.
Rosdiana Haula, 2012, Pengantar Ilmu Pajak, PT. RajaGrafindoPersada: Jakarta.
Santoso Iman, Rahayu Ning, 2013, Corporate Tax Management, Ortax: Jakarta.
Sanusi Anwar, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat: Jakarta.
Stice Earl K, Stice James D, Skousen K.Fred, 2011, Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat: Jakarta.
Suandy Erly, 2006, Perpajakan, Edisi 2, Salemba Empat: Jakarta.
Suandy Erly, 2011, Hukum Pajak, Edisi 5, Salemba Empat: Jakarta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta: Bandung.
Waluyo, 2012, Akuntansi Perpajakan, Salemba Empat: Jakarta.
Widodo Arie dan Tim Redaksi Ortax, 2014, Susunan Dalam Satu Naskah, Ortax:
Jakarta.