BIDAN 100

download BIDAN 100

of 32

Transcript of BIDAN 100

Tujuan Pemeriksaan Hb Dalam Anc. Mata Ujian : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Hari / Tanggal Pengambilan Data : 27 Juli 29 Juli 2010 Puskesmas : Kelurahan Kebon Bawang I Tempat Ujian : FK Unika Atma Jaya Gambaran faktor predisposisi ibu hamil yang melakukan kunjungan anc di wilayah kerja puskesmas bamban kecamatan angkinang kabupaten hulu sungai selatan tahun 2009 tujuan pemeriksaan hb dalam anc.

Tujuan Pemeriksaan Hb Dalam Anc. Ketika suatu harapan tidak dapat terwujud bukan berarti semua harapan yang ada dalam hati telah hancur semua mimpi tidak akan pernah menjadi kenyataan,, dan setiap. Bab i pendahuluan 11 latar belakang kehamilan merupakan suatu proses yang alami bagi seorang wanita, yang mana saat ini terjadi perubahan fisik maupun emosional dari ibu. Bab i pendahuluan 11 bahkan latar belakang kehamilan merupakan saatsaat yang ditunggutunggu bagi seorang ibu atau seluruh anggota keluarga, dan merupakan masa yang. Tujuan Pemeriksaan Hb Dalam Anc . Alat pelindung diri (apd) (fkm) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi tujuan pemeriksaan hb dalam anc Hamil merupakan suatu keadaan yang seringkali menimbulkan rasa bahagia bagi pasangan suami istri yang menikah,namun apabila tidak dipersiapkan dengan baik maka dapat tujuan pemeriksaan hb dalam anc tujuan pemeriksaan hb dalam anc.

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )Posted on Juni 5, 2009 by ratihrochmat Dasar Teori Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain : 1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru 2. Memberi warna merah pada darah 3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 12,2 mM/l atau 12,6 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut

oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan. Metode Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin ) Prinsip Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb. Persiapan Reagen Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 25 oC selama 4 bulan. Bahan dan Alat Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer. Cara Kerja 1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL ) 2. Tabubg RB diberi 5000 l ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida 3. Tabung RTD diberi 20 l sample darah standard an ditambah dengan 5000l Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen 4. Tabung RPL diberi 20 l sample darah dan ditambah dengan 5000 l Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar 5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm Perhitungan Hb = Abs RPL X 15 G/DL Abs RTD Nilai normal : Wanita : 12-16 g/dl Pria : 14-18 g/dl Bayi : 10-15 g/dl

Balita : 11-14 g/dl Anak-anak : 12-16 g/dl Bayi baru lahir : 16-25 g/dl Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta

6 Agustus 2010Pemeriksaan Darah LengkapDARAH LENGKAP Yang termasuk dalam pemeriksaan darah lengkap: 1. Hb ( Hemoglobin) .g/dl 2. Haematocrite ( Hct ) 3. Laju endap darah (ESR).mm/jam 4. Jumlah Sel Darah Putih ..x10/mm 5 Hitung Jenis Sel Darah Putih ( Diff Counting) 6.Jumlah Sel Darah Merah. Jt/mL 7.Jumlah trombosit/mm 8.Indeks eritrosit. Manfaat pemeriksaan darah lengkap : 1. Sbg Pemeriksaaan penyaring untuk membantu diagnosa. 2. Sbg Pencerminan reaksi tubuh terhadap suatu penyakit. 3. Dapat dipakai sebagai petunjuk kemajuan penderita anemia atau infeksi. HAEMOGLOBIN ( Hb ) : Haemoglobin berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan. Molekul haemoglobin tersusun dari haem dan globin. Haem terbentuk dari Fe dan protoporphyrin yang terbentuk di mito Kondria. Globin terbentuk dari rantai asam amino dalam ribosom. Daya ikat Hb terhadap O2 menurun : mudah melepaskan O2 terjadi dalam keadaan : - bila kadar 2,3 DPG menurun - kadar H+ atau CO2 meningkat. Nilai normal Hb ( bervariasi ) : Laki-laki : 13,4 17,7 g/dl Wanita : 11,4 15,1 g/dl Neonatus : 16,5 + 3 g/dl Anak : 3 bln : 12,0 + 1,5 g /dl Manfaat pemeriksaan Hb: 1. Pemeriksaaan penyaring utk tegakkan diagnosa. 2. Pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit

3. Petunjuk kemajuan terapi. Kadar Hb normal bervariasi tergantung : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah ). Kadar Hb menurun pada ANEMIA dan dapat dijumpai pada : 1. Thalasemia 2. Haemoglobinopathy 3. Perdarahan akut atau kronis Pada Infeksi Kronik : Lactoferin : transferin likiron binding protein Ambil Fe dari transferin yang beredar Komposisi dengan transferin sewaktu ambil Fe dari macrophage Lekemia : Fisiologis : Hamil karena proses hemodilusi RBC Hb Hb : Policetemia : Jumlah RBC Dehidrasi :RBC+ Hbkarena cairan tubuh banyak yang hilang PEMERIKSAAM KADAR Hb Metode KALORIMETRI 1. Direct Matching Warna drh dibandingkan dengan warna standar. Cepat, sederhana, menyenangkan Kesalahan besar, tidak tepat 2. Alkali Hematin Darah + Na oH dididihkan Hb hijau biru dari larutan, alkali hematin Standar / Spectrophotometer Akurat Tidak akurat untuk ukur Hb bayi 3. Metode Oxyhemoglobine Darah + Na2 Co3 / NH4OH Oxyhemoglobin Spectropht Cepat, akurat Oxyhemoglobin + Cu methemoglob shg hasil lebih rendah 4. Metode cyanmethemoglobine

Darah ( Hb ) + lar Drabkin K3Fe(CH)6 MetHb MetHb + KCN CyanmetHb diperiksa dengan Spectrophotometer 540 nm dibandingkan dengan standard. Cepat, teliti kecuali Sulhemoglobine Mengandung CN yg bersifat racun 5. Metode Asam Hametin ( Sahli ) Hb direaksikan dg Hcl asam hematin (sempurna) diencerkan Dibaca pada skala tabung sahli sesuaikan dengan standard Cepat, sederhana, tidak mahal Kurang teliti, kesalahan + 5 s/d 10 % HEMATOKRIT ( HCT ) = PCV ( Packed Cell Volume ) Prosentase volume sel darah merah thd vol darah seluruhnya ( Darah + anticoagulan dipusingkan ) Normal : Dewasa Laki : 45 47 %, Dewasa Wnt : 40 42 % Hematocrit meningkat pada : - Peningkatan Juml RBC : Policitemia - Penurunan vol plasma - Makrositosis o Hematocrit menurun pada : - Anemi - Micrositosis - Dilusi = hidrasi Lihat gambar . Metode Px. Hct : Makro = Wintrobe Micro = Tabung kapiler Elektronik = Auto Analysa, Caulter Caunter Penyebab kesalahan pemeriksaan : 1. Sample darah diambil setelah terjadi perdarahan ( Hematocrit cenderung tinggi ) 2. Anticoalugan berlebih 3. Kecepatan & waktu pemusingan ( Macro 30, Mikro 5-10 ) 4. Terlalu lama Vena terbendung LAJU ENDAP DARAH ( LED ) = ESR ( erytrocyt sedimentation rate ) 1. Kecepatan RBC mengendap setelah memisahkan diri dari plasma 2. Ukuran : mm/jam 3. Menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrocit & plasma 4. Setiap keadaan yg meningkatkan penggumpalan sel satu dgn yg lain akan

meningkatkan LED. Tahapan : 1. Terbentuknya Rouleaux 2. Vase pengendapan cepat 3. Vase pengendapan lambat Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Faktor sel darah merah ( massa yg terbentuk stlh rou;eaux ) Bentuk tertentu sel darah merah Aglotinasi Makrosit RBC yg rendah 2. Plasma : Alfa globulin Alga2 globulin Fibrinogen 3. Faktor mekanis dan teknis Posisi tabung LED yg panjang & diameter tabung sterilitas Sterilitas Suhu Kondisi darah ( Antikoagulan, darah simpan lama ). Cara Pemeriksaan : 1. Makro ( 1 s/d 2 ml darah ) : Westergren, Wintrobe, Culter 2. Mikro ( 1 tetes darah ) : Landau, Hellinger, Cresta. Harga Normal : Laki-laki Wanita Westergren 0 15 mm/jam 0 20 mm/jam Wintrobe 0 10 mm/jam 0 20 mm/jam FK Unair 2 13 mm/jam 2 12 mm/jam HITUNG LEKOSIT ( WBC = WHITE BLOOD CELL ) Dengan kamar penghitung IMPROVED NEUBAUER Harga Normal : 4 10 x 109/ dl / cmm Laki : 4,7 10,3 x 109/l Wanita : 4,3 11,3 x 109 /l Variasi jumlah sel darah putih : 1. Jumlah yg masuk peredaran darah dipengaruhi oleh bakteri, endotoksin, besar pori dinding sinusoid, tingkat maturasi sel.

2. Jumlah yg keluar dari peredaran darah 3. Distribusinya 4. Kombinasi 1 s/d 3 Faktor-faktor yg mempengaruhi keseimbangan Netrophil : 1. Latihan fisik ( Epinephrin ) 2. Endotoksin 3. Kortikosteroid Pemeriksaan Mikroskopis : o Manual o Kamar hitung Neubauer o Hemositometer Alat yang dipakai : o Mikroskop o Pipet Lekosit o Kamar hitung o Larutan pengencer Leukosit ( Turk, asam aeetat ) Pemeriksaan Automatic : Elektronik HITUNG JENIS SEL DARAH PUTIH o Menghitung dan mengelompokan WBC yg tampak dihapusan darah dari 100 200 sel o Berperan dalam diagnosa penyakit o Normal ada 6 jenis WBC matur : Eo / Ba / Neu stab / Neu seg / Limfosit / Mo ABNORMALITAS 1. Penyimpangan prosentase jenis WBC Peningkatan Eo : alergi, cacing Ba : CML, Policitemia Vera, dll 2. Sel plasma : measles, varicella, MM 3. Limfosit abnormal : paling sering Mononukleosis infeksiosa 4. Sel darah putih muda Dewasa : Mieloblas, promieloblas, mielosit AML, CML Anak : Limfosit ALL HITUNG ERITROSIT ( RBC = RED BLOOD CELL )

Pengukuran jumlah RBC. Saat lahir jumlah RBC paling tinggi, berangsur turun saat Dewasa. RBC dibentuk dalam sumsum tulang pipih & proximal dari tulang panjang. Umur RBC 120 hari dalam peredaran darah. Harga NORMAL : Laki 2 dws : 4,3 jt 5,9 jt/mL Wanita dws : 3,9 jt 4,8 jt/mL Bayi : 5,0 jt 7.0 jt/mL Anak 3 bl : 3,2 jt 4,8 jt/mL 1 th : 3,6 jt 5,2 jt/mL 10-12 th : 4,0 jt 5,4 jt/mL Untuk penghitungan jumlah RBC dapat dipakai : -Manual : Kamar Hitung Improved Neubauer setelah diencerkan dgn larutan Hayem. -Elektrik HITUNG TROMBOSIT ( PLT = PLATELET ) Pada penderita dgn riwayat perdarahan atau purpura, monitoring pada pemberian obat yang potensial atau diperkirakan beracun pada sumsum tulang, monitoring terapi heparin, monitoring setelah splenektomi jumlah trombosit harus dimonitor. Jumlah NORMAL TROMBOSIT : 150.000 -400.000 /mm Perdarahan spontan terjadi pada Plt < 20.000/mm terjadi Pada : Penurunan fs sumsum tulang. Hipersplenisme DIC Infeksi Trombositosis mungkin terjadi pada : Leukemia, Lymphoma. Penghitungan Jumlah trombosit dengan : - Manual : Kamar Hitung Improved Neubauer (lar Rees Ecker ). INDEKS ERYTROCYT Indeks eritrosit rata2 adalah : Perhitungan yang menyatakan besarnya volume eritrosit dan konsentrasi hemoglobin dalam tiap sel. Penggolongan anemia berdasarkan Indeks Erytrosit paling ber manfaat yaitu anemia mikrositik, normositik dan makrositik, karena : -mengarah mengarah pada sifat defek primernya

-menunjukkan kelainan yang mendasari sebelum terjadi anemia yang jelas. 1. M C V (Mean Cell Volume) didapatkan dari : Hematocrite : jml eritrosit Nilai Normal : 80 100 fl (dewasa) 76 86 fl ( anak < 1 th) mikrositosis < 80 100 fl < makrositosis 2. M C H (Mean Cell Haemoglobine) Mengukur banyaknya Hb yang terdapat dalam satu sel darah merah. Ditentukan dengan membagi jumlah Hb dalam 1000 ml darah dengan jumlah eritrosit Per mm3 darah pikogram Nilai normal : 27 32 pg (dewasa) 23 31 pg ( anak ) Jika nilai kurang dari normal : hipokrom 3. M C H C ( Mean Cell Hb Concentrate ) Kadar rata-rata Hb : volume eritrosit. Kadar Hb/haematocrite KLASIFIKASI ANEMIA berdasar variasi MORFOLOGI 1.Hipokromik normositik sd makrositik a. Anemia Kurang Besi ( A K B ) b. Anemia dgn defisiensi B12/ folat c. Anemia penyakit kronis d. Anemia Sideroblastik 2. Normokrom normositik polikromasi a. Anemia Fisiologik (kehamilan) b. Anemia pada gagal jantung c. Anemia penyakit kronis d. Anemia hemolitik dan gangguan respon su-tul e. Anemia perdarahan akut 3.Normokrom normositik polikromasi meningkat f. anemia Hemolitik 4.Normokrom-normositik Spherositosis a.Anemia Hemolitik Autoimun b.Spherositosis Herediter PEMERIKSAAN LAIN DILUAR DARAH LENGKAP. HAPUSAN DARAH TEPI ( BLOOD SMEAR ) Tujuan permeriksaan HDT : menilai pelbagai unsur sel darah tepi seperti RBC, WBC PLT dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanosoma, microfilaria dll. HDT yang dibuat dan diwarnai dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkanhasil pemeriksaaan yang baik.

Ciri hapusan darah tepi yang baik : Cukup tipis, sel-sel darah terpisah satu sama lain, tidak saling menumpuk, dapat diidentifikasi masing2 jenis sel, tdk ada artefak, lekosit tidak boleh mengerombol di akhir hapusan darah. Cari faktor2 yang mempengaruhi tebal tipisnya HDT yang dibuat.! Prinsip : Setetes darah dipaparkan di atas gelas obyek lalu dicat dan diperiksa dibawah mikroskop. Pembuatan hapusan darah : a. Alat-alat : Gelas obyek, Gelas penghapus b. Tehnik : Membuat hapusan darah di atas gelas obyek Mengeringkan Mengecat Menilai hapusan darah Cat yang biasa dipakai : a. Giemsa b. Wrights stain : mengandung Eosin dan Methylene blue, Buffer phospat ph = 6,4 komposisi KH2PO4, Na2HPO4 Cara evaluasi hapusan darah : 1. Pembesaran kecil ( obyektif 10 x ) : Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dariHDT. Penilaian kualitas hapusan darah. Perhatikan penyebaran sel2 apakah sudah cukup merata. Penaksiran jumlah Lekosit dan Eritrosit, apakah ada sel-sel yg abnormal.(microfilaria) 2. Pemeriksaan menggunakan minyak imersi Eritrosit : 3 S ( Shape, Size, Staining ) Apakah ada kelainan/variasi marfologis Trombosit : penaksiran jumlahnya dan bagaimana morfologinya Lekosit : penghitungan differensial Dicari kelainan-kelainan morfologis Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologis Hitung retikulosit. Retikulosit adalah RBC muda yang tidak berinti dan dlm sitoplasmanya terdapat sisa ribosom dan RNA. Mengandung sisa ribosom dan sisa asam ribonukleat dan bereaksi dgn BCB (Brilliant Cressyl Blue)membentuk filament. Pada pedarahan selam sumsum tulang masih baik 6 jam kemudian terjadi reaksi erytropoisis 2-3 hari terjadi Peningkatan retikulosit. (MAX 6-10 HR)

Harga Normal : 0,8 1,5 % dewasa 2 6 % pada bayi . Retikulosit tinggi menunjukkan respon sumsum tulang yang memproduksi banyak RBC sebagai respon thd anemia. Retikulosit rendah menandakan inadequate erytropoisis respons. RDW = Red Cell Distribution Width Membantu dalam klasifikasi anemia, berhubungan dengan hapusan darah dan indeks erytrosit lainnya. RDW penting untuk indicator derajat anisositosis atau variasi abnormal dari ukuran RBC. Harga normal : 10,0 15,0 STUDI KASUS. Pasien Mr XY / 75 th / TB 155 cm / BB 45kg Keterangan klinik : malaise + anemia Hasil Laboratorium : WBC : 4,1 10/mm RBC : 2.590.000/mm HGB : 6,1 g/dl PLT : 522 10/mm Diff Count: Lym 29,6 % Mo 6.0% Gra 64,4% MCV : 74 L m MCH : 23,5 L g MCHC : 32.0 g/dL RDW : 20,8 H % Hapusan darah tepi : -Eritrosit : hipokrom, anisopoikilositosis, mikrosit +, target cell +, tear drop cell +, fragmentosit +. -Lekosit : kesan jumlah normal, toxic granule +, tidak ditemukan sel muda. -Trombosit : kesan jumlah meningkat, giant trombosit http://analiskesehatan-pontianak.blogspot.com

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )Posted on Juni 5, 2009 by ratihrochmat Dasar Teori Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain : 1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru

2. Memberi warna merah pada darah 3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 12,2 mM/l atau 12,6 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan. Metode Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin ) Prinsip Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb. Persiapan Reagen Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 25 oC selama 4 bulan. Bahan dan Alat Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer. Cara Kerja 1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL ) 2. Tabubg RB diberi 5000 l ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida 3. Tabung RTD diberi 20 l sample darah standard an ditambah dengan 5000l Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen 4. Tabung RPL diberi 20 l sample darah dan ditambah dengan 5000 l Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar

5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm Perhitungan Hb = Abs RPL X 15 G/DL Abs RTD Nilai normal : Wanita : 12-16 g/dl Pria : 14-18 g/dl Bayi : 10-15 g/dl Balita : 11-14 g/dl Anak-anak : 12-16 g/dl Bayi baru lahir : 16-25 g/dl Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta

Jumat, 09 April 2010BAB IVBAB IV PEMBAHASAN Pada bab IV ini, penulis akan membahas tentang hasil asuhan kebidanan terhadap Ny. R dengan Letak Sungsang di BPS Bidan E Kota Garut tahun 2009. Dalam pelaksanaan menajemen kebidanan mengintreprestasikan data dasar, mengidentifikasi diagnosa/ masalah, mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial, menyusun rencana tindakan dan mengevaluasi tindakan, penulis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti selama memberikan asuhan, karena berkat kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan petugas. Akan tetapi, terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, yaitu : 4.1 Asuhan Pada Ibu Hamil Dari data sekunder penulis dapat menyimpulkan bahwa ibu melakukan ANC di puskesmas sebanyak 11 x dan hal tersebut sudah sesuai dengan teori dari WHO (2002) semasa memeriksakan kehamilannya tidak ada keluhan yang memperberat atau diperberat oleh kehamilan, Ibu mendapatkan imunisasi TT lengkap, imunisasi TT 1 didapat pada usia kehamilan 2 bulan, dan TT 2 pada usia kehamilan 4 bulan. Seperti dijelaskan oleh ( Wiknojosastro, 2005) bahwa pemberian imunisasi TT dilakukan untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap penyakit tetanus neonatorum. Pada kehamilannya ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan ibu hanya mengkonsumsi vitamin dan tablet penambah darah (Fe) yang diberikan oleh bidan. Berdasarkan kebijakan pemerintah setiap ibu hamil mendapatkan tablet fe sebanyak 90 tablet. Pemberian zat besi ini diberikan setelah rasa mual hilang, dikonsumsi sehari 1 kali pada malam hari. Berdasarkan data sekunder yang didapat, selama hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Hb, urin dan yang lainnya. Menurut teori,

pemeriksaan laboratoium baik dilakukan untuk ibu hamil karena dapat dijadikan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat suatu diagnosa. Pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hb pada awal-awal kehamilan, diulang kembali pada usia kehamilan 28 mingggu, boleh juga dilakukan pemeriksaan Hb menjelang usia hamil 36 minggu (Wiknojosastro:2005). Pada saat pemeriksaan kehamilan yang ke 11 kali ibu tidak ada keluhan, pada saat dilakukan leopold ternyata letak janinnya persentasi bokong, karena umur kehamilannya sudah 39 minggu maka ibu dianjurkan untuk melahirkan di rumah sakit saja supaya jika ada kesulitan mudah diatasi. Dari pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan. 4.2 Persalinan Persalinan pada bayi dengan persentasi bokong (sungsang), dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah. (Sarwono Prawirohardjo, 2002). KALA I Proses persalinan Ny.R mulai dari kala 1 berlangsung 2 jam, lamanya kala 1 pada Ny. R dapat ditentukan secara pasti karena pada saat ibu datang dan dilakukan pemeriksaan pertama kalinya pembukaan 6 cm dengan keadaan portio tipis lunak, lamanya pembukaan servik Ny,R dari 6 cm menjadi 2 jam. Kemajuan persalinan ibu selalu dipantau menggunakan partograf. KALA II Pada kala II tidak terdapat penyulit, lamanya kala II pada Ny.R adalah 10 menit, lamanya kala ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Wiknjosastro 2005 : 184) bahwa pada primigravida kala II berlangsung 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam. Proses persalinan pada Ny. R tidak normal karena letak janin presentasi bokong, proses persalinan dilakukan secara normal pervaginam dan dilakukan tekhnik Bracht. Dari bokong lahir sampai kepala lahir hanya 1 menit, kemudian setelah itu kepala lahir. Dan teknik Bracht pun berhasil dilakukan. Dan ibu selalu dipantau menggunakan partograf yaitu untuk memantau proses persalinan. Menurut teori ada beberapa teknik untuk melahirkan letak sungsang yaitu teknik Bracht, Lovset, Klasik, Muller. Dan cara Bracht menurut teori adalah Bokong di tangkap, tangan diletakan pada paha dan sakrum kemudian janin ditarik ke atas. Penyebab letak sungsang pada Ny. R yaitu dengan adanya lilitan tali pusat. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara (Saifuddin, 2004). Teknik Bracht yang dilakukan sesuai dengan teori. Bayi lahir jam 23.20 WIB dengan teknik Bracht, bayi langsung menangis spontan, gerakan aktif dan kulit berwarna kemerahan. Setelah bayi lahir segera dilakuakan palpasi abdominalis untuk memastikan janin kedua dan hasilnya tidak ada janin kedua, maka ibu segera diberikan oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha atas bagian luar, setelah itu melakukan jepit-jepit potong tali pusat. Kemudian setelah dilakukan PTT plasenta lahir lengkap.

KALA III Plasenta lahir jam 23.25 WIB dengan spontan dan lahir lengkap. Lamanya kala II berlangsung 5 menit, hal ini sesuai dengan pendapat (Wiknjosastro, 2005 : 185) yang menyatakan bahwa plasenta lengkap 6 15 menit setelah banyi lahir, begitu juga dengan (Saifuddin, 2002 : 101) yang mengatakan bahwa pelepasan plasenta tidak lebih dari 30 menit. Menurut penulis keberhasilan kala III yaitu dilakukannya manajemen kala III sangat benar dimana oksitosin diberikan 10 IU IM setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya atonia uteri, merangsang kontraksi uterus, mempercepat pelepasan plasenta, melakukan PTT dengan Dorso cranial untuk mencegah inversio uterine dan massase uterus segera setelah plasenta lahir akan merangsang kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Menurut sumber APN terbaru bayi baru lahir harus dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, begitu pula dengan bayi Ny. R segera setelah dilakuakn pemotongan tali pusat dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, dengan cara kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu, badan bayi diletakan di dada ibu dan membiarkan ibu mendekapnya, posisi bayi berada diantara puting susu ibu, IMD dilakukan selama 1 jam dan bayi Ny. R berhasil melakukannya selama 40 menit setelah lahir. KALA IV Kal IV pada Ny. R berlangsung dengan normal, hasil observasi selama 2 jam postpartum menunjukan bahwa keadaan ibu baik. Asuhan kebidanan setelah plasenta lahir adalah memantau keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, perdarahan, kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus uteri, setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Pada kala ini Ny. R juga dianjurkan untuk memantau kontraksinya dengan melakukan massase uterus seprti yang telah diajarkan pada Ny. R. Ny. R P2A0 melahirkan bayi keduanya dengan jenis kelamin permpuan, panjangnya 52 cm dan beratnya 3500 gram. Kala IV pun berjalan dengan normal setelah dilakukan pengobservasian selama 2 jam postpartum tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, tanda-tanda vital baik. Dari berbagai pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan. 4.3 Nifas Pemeriksaan kepada Ny. R sebanyak empat kali, yaitu pada 6 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. Masa nifas Ny. R berlangsung secara normal tanpa komplikasi dan pengeluaran ASI pun lancar. Menurut (Sulaeman dan DKK, 2005) mules setelah melahirkan adalah hal yang fisiologis karena rahim berkontraksi sehingga otot rahim akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Pada 6 jam postpartum, ibu mengatakan masih mules, tidak mengalami perdarahan akibat atonia uteri. Ibu sudah dapat berkemih secara lancar pada 2 jam postpartum, kolostrum keluar banyak, mobilisasi dini terlaksana dengan baik, serta hubungan ibu dengan bayi baik. Pada hari ke-6, ke-14 dan ke 6 minggu ibu dan bayi sehat. Hal ini terlihat dari involusi

uterus berjalan normal, pada hari ke-6 tinggi fundus uteri pertengahan simfisis pubis dan pusat, lochea serosa, pada hari ke 14 tinggi fundus uteri tidak teraba, terdapat pengeluaran lochea alba, dan pada kunjungan 6 minggu tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada tanda-tanda infeksi dan penyulit dalam masa nifas. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, pengeluaran ASI lancar dan banyak, dan ibu memutuskan untuk memakai KB suntik untuk membatasi kehamilan. Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas Pengeluaran lokia dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya adalah : Lochea rubra 1-3 hari, berwarna merah dan hitam, berisi darah dan jaringan desidual. Lokia serosa 7-8 hari kemudian berwarna kekuningan, Lokia alba berlangsung hari ke sepuluh dan berkurang menjadi tidak ada apapun dalam minggu selanjutnya berrwama putih dan berisi terutama leukosit dan sel decidual. Biasanya lokia berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi dan akan berbau busuk. (Varney, 2004 : 551) Pada 6 jam post partum kolostrum sudah keluar banyak dan pada 6 hari sampai 6 minggu pengeluaran ASI sudah banyak dan lancar keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono 2002 : 240) yang menyatakan bahwa timbul pengaruh hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang mengandung banyak protein albumin dan globulin dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal diatas salah satu terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningakat dengan perangsangan fisik pada puting susu. Rangsangan psikis merupakan reflek dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan sebagai efek samping memperbaiki involusi uterus, menciptakan hubungan kasih sayang yang intim, melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan nafas dan paru-paru karena mengandung lactoferin, lysozyme dan immune globulin. Pada masa nifas Ny. R terjadi involusi uterus keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2002 : 237-238). Yang menyatakan bahwa setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, 7 hari (1 minggu) post partum tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, 2 minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis, dengan berat uterus 350 gram, 6 minggu post partum tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 40-60 gram, 8 minggu, fundus uteri sebesar normal dengan berat 30 gram. Menurut pendapat Penulis masa nifas Ny. R berjalan dengan normal dengan keluhan yang biasa yaitu pada 6 jam ibu masih mengeluh mules-mules terutama ketika ibu menyusui bayinya. Hal ini merupakan keadaan fisiologis dimana selain karena pengaruh hormon prolaktin oksitosin yang dihasilkan otot uterus berkontraksi yang menyebabkan rasa mules dan hal ini akan mencegah perdarahan serta pengeluaran colostrums dan ASI pun terjadi, adapun pengeluaran yang terjadi pada masa nifas yang disebut lochea ialah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas dan dalam keadaan normal karena selama pemeriksaan tidak ditemukan tidak menimbulkan tanda infeksi.

Masa involusi uterus Ny.R pun normal namun hal ini membutuhkan pemeriksaan yang komprehensif dalam masa nifas serta kerjasama yang baik antara klien dengan petugas. 4.4 Bayi Baru Lahir Proses persalinan Ny. R berlangsung normal, bayi lahir hidup langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif dan bayi Ny. R sehat tanpa kelainan dan mengalami tanda-tanda bahaya. Pada 2 jam dan 6 jam kelahiran bayi tampak tenang, sudah mendapat colostrums, bayi sudah dapat mengisap dengan kuat. Pada 6 hari kelahiran tali pusat bayi sudah lepas dan bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B dan polio pertama, bayi tampak sehat. Pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG, bayi tampak sehat. Pada saat dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir diberikan salep Tetrasiklin 1 % dan Vitamin K 0,5 mg IM. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. Menurut sumber (Affandi, 2004 : 4-10) tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan. Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M. Perawatan tali pusat yang dilakukan pada bayi Ny. R yaitu dengan tidak menggunakan baik mengoleskan maupun membungkusnya dengan apapun. Tali pusat bayi Ny. R puput saat usia bayi 6 hari. Tidak terdapat tanda infeksi pada tali pusat bayi Ny. R Imunisasi yang bayi dapatkan pada hari ke 6 kelahiran yaitu Hepatitis B dan polio 1 dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapat imunisasi BCG sesuai dengan rekomendasi jadwal imunisasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) (Indan Entjang, 2003 : 38). Dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG.

akhir cerita q ungin kau percaya aku selamanya!!!!!

Minggu, 02 Januari 2011cek list pemeriksaan Hb dan HtPemeriksaan Hemoglobin (Hb) 1. Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL 2. Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL

Hb rendah (18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin. Hematokrit 1. Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46% 2. Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68% Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin. Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%. Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht