Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah

18
Kantor Pertanahan Kota Bekasi Jl.Chairil Anwar No.25 Telepon (021) 88342744/42 Email kot- [email protected] Biaya Pengurusan Sertifikat tanah Posted on February 13, 2013 by SUKOCO 238 Comments ↓ Sebelum melakukan pengurusan tanah, alangkah baiknya kita mempelajari dulu berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan. Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah bisa diklasifikasikan kedalam beberapa kategori. Agar memudahkan pemahaman, disini akan dikelompokkan berdasarkan lokasi pengurusan berkas-berkas permohonan. Tingkat Desa/ Kelurahan Biaya yang dibayarkan saat pengurusan di tingkat Desa/ Kelurahan adalah: Proses Biaya Tahun 2013 (Rp) Girik/ leter C 500.000 Keterangan data sporadik dari Kelurahan/ Desa setempat (Rp 10.000 per meter) Tingkat Kecamatan Apabila transaksi penjualan tanah kurang dari Rp 60.000.000, maka tidak dikenakan pajak, tetapi perlu mendapatkan surat keterangan dari Kecamatan yang di-validasi oleh Dispenda Kabupaten/ Kotamadya setempat. Biaya administrasi di Kecamatan ini adalah Rp 700.000 Tetapi jika transaksi jual beli tanah lebih dari Rp 60.000.000, maka wajib dikenakan pajak. Pajak ini dikenakan

description

biaya pengurusan sertificat tanah

Transcript of Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah

Kantor Pertanahan Kota Bekasi Jl.Chairil Anwar No.25Telepon (021) 88342744/42Email [email protected]

Biaya Pengurusan Sertifikat tanah

Posted on February 13, 2013 by SUKOCO 238 Comments

Sebelum melakukan pengurusan tanah, alangkah baiknya kita mempelajari dulu berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan. Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah bisa diklasifikasikan kedalam beberapa kategori. Agar memudahkan pemahaman, disini akan dikelompokkan berdasarkan lokasi pengurusan berkas-berkas permohonan.

Tingkat Desa/ KelurahanBiaya yang dibayarkan saat pengurusan di tingkat Desa/ Kelurahan adalah:

ProsesBiaya Tahun 2013 (Rp)

Girik/ leter C500.000

Keterangan data sporadik dari Kelurahan/ Desa setempat(Rp 10.000 per meter)

Tingkat KecamatanApabila transaksi penjualan tanah kurang dari Rp 60.000.000, maka tidak dikenakan pajak, tetapi perlu mendapatkan surat keterangan dari Kecamatan yang di-validasi oleh Dispenda Kabupaten/ Kotamadya setempat. Biaya administrasi di Kecamatan ini adalah Rp 700.000Tetapi jika transaksi jual beli tanah lebih dari Rp 60.000.000, maka wajib dikenakan pajak. Pajak ini dikenakan kepada penjual tanah dan pembeli tanah. Untuk penjual dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sedangkan pembeli dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).Penghitungan pajak untuk penjual, PPh adalah 5% dari harga (rumah dan tanah).Pajak pembeli (BPHTB) adalah 5% dari harga (rumah dan tanah dikurangi 60 juta).Sebagai contoh untuk penjualan tanah yang ada bangunan rumah diatasnya seluas 100m. Harga tanah di NJOP (Nilai Jual Object Pajak) Rp 800.000/m dan harga bangunan di NJOP adalah Rp 300.000/m.Maka pajak penjual = 5% x [100 x (800.000 + 300.000)], yaitu Rp 5.500.000.Pajak pembeli = 5% x [(100 x (800.000 + 300.000)) 60.000.000], yaitu Rp 2.500.000

Kantor Pertanahan (BPN)Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah yang dikeluakan di Kantor Pertanahan adalah:

ProsesBiaya Tahun 2013 (Rp)

Formulir Pengajuan Sertifikat Tanah100.000

Biaya Pembuatan Sertifikat6.000.000(di bawah 1000 m)

Biaya Lain-lainYang dikategorikan biaya lain-lain disini adalah materei. Diperlukan materei Rp 6.000 sebanyak 7 buah, sehingga total biayanya Rp 42.000.

Simulasi AnggaranDari perincian biaya yang sudah dipaparkan dibagian atas, bisa dibuat simulasi agar estimasi Biaya Pengurusan Sertifikat Tanah bisa diketahui sejak awal. Sebagai contoh untuk pengurusan sertifikat tanah 100m yang nilai transaksi jual belinya dibawah Rp 60.000 sehingga tidak dikenakan wajib pajak.Girik/ letter C .Rp 500.000Sporadik (contoh lahan 100m)..Rp 1.000.000Keterangan dari Kecamatan ..Rp 700.000Formulir BPN .Rp 100.000Biaya Sertifikat di BPN .Rp 6.000.000Materei 7-buah ..Rp 42.000, +Total biaya Rp. 8.342.000Sementara Dokumen Beli Tanah Yang Perlu Disiapkan Oleh Calon Pembeli:

1. Asli Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK).

3. Fotokopi Akta Nikah jika sudah menikah.

4. Fotokopi NPWP.

Yang dimaksud Pembagian Waris Belum Sertipikat adalah :Warisan model seperti ini terjadi jika pemiliknya sudah meninggal dunia dan tanah tersebut belum bersertifikat artinya masih model tanah girik, tanah hak ulayat, tanah hak adat. gampangnya tanah tersebut masih dalam bentuk Letter C, Model D, Model E (diwilayah DIY) dan tanah tersebut akan di alih balik nama ke ahli warisnya misalnya anak isteri dan lain-lain, Bisa jadi untuk di jual secara bersama-sama oleh Ahli warisnya. Nah bagaimana cara untuk mengurusnya? berikut persayaratan dan langkah untuk mengurusnya

Adapun Syarat-syarat pembagian waris yang tanahnya belum sertipikat adalah :1. Surat Permohonan bermaterai Rp.6000,-

2. Bukti Kepemilikan Tanah Misalnya Letter C Model D Model E

3. Rencana Pembagian Waris yang sudah di sepakati bersama

4. Sket gambar pembagian waris Sket kasar saja

5. Foto Copy Surat Kematian Pewaris (orang yang meninggal)

6. Foto Copy KTP semua ahli waris yang masih berlaku

7. Foto Copy KTP 2 orang saksi ( ktp pak dukuh + pak RT ( atau orang lain yang lebih tua )

8. Foto Copy PBB+STTS) tahun terahir

9. Dan pemberkasan lainya saya yang buatkan

10. JUAL BELI & BALIK NAMA SERTIFIKAT

11. Posted by: Irma Devita In: Jual beli, pertanahan | comment : 139

12. PROSEDUR, DATA YANG DIPERLUKAN dan SYARAT-SYARATNYA13. Dalam melaksanakan pekerjaan saya sehari-hari, beberapa kali saya ditanya oleh klien-klien yang awam, yang menyatakan bahwa mereka akan melakukan balik nama sertifikat berdasarkan kwitansi lunas dari Penjual atas pembelian tanah dan/atau bangunan. Beberapa orang menganggap hanya dengan menggunakan kwitansi lunas tersebut mereka sudah dapat melakukan balik nama sertifikat tanah yang mereka beli.Pada kenyataannya tidak semudah itu. Yang menjadi persoalan adalah jika si penjual sudah tidak bisa ditemui lagi atau sudah meninggal dunia, maka pembeli tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan peralihan hak atas tanah dan bangunan dimaksud.Pada prakteknya, untuk dapat melakukan balik nama (dalam hal ini peralihan hak) atas tanah dan/atau bangunan, harus dilakukan dengan cara tertentu, yaitu jual beli, hibah, tukar menukar, atau inbreng (pemasukan ke dalam suatu perusahaan). Pada kesempatan ini akan saya bahas mengenai peralihan hak dengan cara jual beli.

14. Jual beli merupakan proses peralihan hak yang sudah ada sejak jaman dahulu, dan biasanya diatur dalam hukum Adat, dengan prinsip: Terang dan Tunai. Terang artinya di lakukan di hadapan Pejabat Umum yang berwenang, dan Tunai artinya di bayarkan secara tunai. Jadi, apabila harga belum lunas, maka belum dapat dilakukan proses jual beli dimaksud. Dewasa ini, yang diberi wewenang untuk melaksanakan jual beli adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang terdiri dari:1.PPAT sementara > adalah Camat yang diangkat sebagai PPAT untuk daerah daerah terpencil2.PPAT > Notaris yang diangkat berdasarkan SK Kepala BPN untuk wilayah kerja tertentu

15. Data-data apa saja yang harus dilengkapi untuk proses Jual Beli & balik nama tersebut?Dalam transaksi jual beli tanah dan/atau bangunan tersebut, biasanya PPAT yang bersangkutan akan meminta data-data standar, yang meliputi:I. Data tanah, meliputi:a.asli PBB 5 tahun terakhir berikut Surat Tanda Terima Setoran(bukti bayarnya)b.Asli sertifikat tanah (untuk pengecekan dan balik nama)c.asli IMB (bila ada, dan untuk diserahkan pada Pembeli setelahselesai proses AJB)d.bukti pembayaran rekening listrik, telpon, air (bila ada)e. Jika masih dibebani Hak Tanggungan (Hipotik), harus ada SuratRoya dari Bank yang bersangkutan

16. Catatan: point a & b mutlak harus ada, tapi yang selanjutnya optional

17. II. Data Penjual & Pembeli (masing-masing) dengan kriteriasebagai berikut:a.Perorangan:a.1. Copy KTP suami isteria.2. Copy Kartu keluarga dan Akta Nikaha.3. Copy Keterangan WNI atau ganti nama (bila ada, untukWNI keturunan)b.Perusahaan:b.1. Copy KTP Direksi & komisaris yang mewakilib.2. Copy Anggaran dasar lengkap berikut pengesahannya dariMenteri kehakiman dan HAM RIb.3. Rapat Umum Pemegang Saham PT untuk menjual atau SuratPernyataan Sebagian kecil asset

18. c.Dalam hal Suami/isteri atau kedua-duanya yang namanyatercantum dalam sertifikat sudah meninggal dunia, maka yangmelakukan jual beli tersebut adalah Ahli Warisnya. Jadi, data-data yang diperlukan adalah:

19. c.1. Surat Keterangan Waris-Untuk pribumi: Surat Keterangan waris yang disaksikan dandibenarkan oleh Lurah yang dikuatkan oleh Camat-Untuk WNI keturunan: Surat keterangan Waris dari Notarisc.2. Copy KTP seluruh ahli warisc.3. Copy Kartu keluarga dan Akta Nikahc.4. Seluruh ahli waris harus hadir untuk tanda-tangan AJB, atauSurat Persetujuan dan kuasa dari seluruh ahli waris kepadasalah seorang di antara mereka yang dilegalisir oleh Notaris(dalam hal tidak bisa hadir)c.5. bukti pembayaran BPHTB Waris (Pajak Ahli Waris), dimanabesarnya adalah 50% dari BPHTB jual beli setelah dikurangidengan Nilai tidak kena pajaknya.

20. Nilai tidak kena pajaknya tergantung dari lokasi tanah yangbersangkutan.Contoh Perhitungannya:-NJOP Tanah sebesar Rp. 300juta, berlokasi di wilayah bekasi:Nilai tidak kena pajaknya wilayah bekasi adalah sebesar Rp. 250jt. Jadi pajak yang harus di bayar ={(Rp. 300jt Rp. 250jt) X 5%} X 50%.Jadi, apabila NJOP tanah tersebut di bawah Rp. 250jt, maka penerima waris tidak dikenakan BPHTB Waris (Pajak Waris)

21. Sebelum dilaksanakan jual beli, harus dilakukan:1. Pengecekan keaslian dan keabsahan sertifikat tanah pada kantorpertanahan yang berwenang2. Para pihak harus melunasi pajak jual beli atas tanah danbangunan tersebut.Dimana penghitungan pajaknya adalah sebagai berikut:-Pajak Penjual (Pph) = NJOP/harga jual X 5 %-Pajak Pembeli (BPHTB) ={NJOP/harga jual nilai tidak kena pajak} X 5%

Proses Balik Nama Sertifikat Tanah di Kantor Pertanahan

Proses Balik Nama di Kantor Pertanahan

1)Menggunakan Jasa PPAT

Setelah membuat akta jual beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas akta jual-beli ke Kantor Pertanahan, untuk keperluan balik nama sertifikat, selambat-lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut.

Berkas yang diserahkan meliputi :

a.Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli

b.Akta jual beli PPAT

c.Sertifikat hak atas tanah

d.KTP pembeli dan penjual

e.Bukti pelunasan pembayaran PPh

f.Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

2)Pembeli Mengajukan Sendiri

Dalam hal pembeli mengajukan sendiri proses balik nama maka berkas jual-beli yang ada di PPAT diminta, untuk selanjutnya pembeli mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan melampirkan :

a.Surat Pengantar dari PPAT

b.Sertifikat Asli

c.Akta jual-beli dari PPAT

d.Identitas diri penjual, pembeli dan/atau kuasanya (melampirkan fotocopy KTP)

e.Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan kepada pihak lain

f.Bukti pelunasan SSBBPHTB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)

g.Bukti pelunasan SSP PPh (Surat Setor Pajak Pajak Penghasilan)

h.SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan) tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memiliki SPPT, maka perlu keterangan dari lurah/kepala desa terkait.

i.Izin Peralihan Hak, jika :

i.Pemindahan hak atas tanah atau Hak Milik atas rumah susun yang didalam sertifikatnya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa, hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi berwenang;

ii.Pemindahan Hak Pakai atas tanah Negara.

j.Surat Pernyataan calon penerima hak (pembeli), yang menyatakan :

i.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

ii.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah absentee (guntai).

iii.Bahwa yang bersangkutan (pembeli) menyadari, apabila pernyataan sebagaimana dimaksud di atas tidak benar (poin i dan ii), maka tanah berlebih atau tanah absentee tersebut menjadi objek landreform. Dengan kata lain, yang bersangkutan (pembeli) bersedia menanggung semua akibat hukumnya, apabila pernyataan tersebut tidak benar.

Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya, oleh Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru.

Nama pemegang hak lama (penjual) didalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam, serta diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang tersedia pada buku tanah dan sertifikat, dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Dalam waktu 14 (empat belas hari) pembeli dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli, di Kantor Pertahanan Terkait.

Sumber: Tata Cara Mengurus Surat Surat Rumah dan Tanah, hal 73-75

Penulis: Eko Yulian Isnur, S.H.

Penerbit: Pustaka Yustisia, 2008

1)Menggunakan Jasa PPATSetelah membuat akta jual-beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas akta jual-beli ke Kantor Pertanahan, untuk keperluan balik nama sertifikat, selambat-lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut.

Berkas yang diserahkan meliputi :

a.Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli

b.Akta jual-beli PPAT

c.Sertifikat hak atas tanah

d.KTP pembeli dan penjual

e.Bukti pelunasan pembayaran PPh

f.Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

2)Pembeli Mengajukan SendiriDalam hal pembeli mengajukan sendiri proses balik nama maka berkas jual-beli yang ada di PPAT diminta, untuk selanjutnya pembeli mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan melampirkan :

a.Surat Pengantar dari PPAT

b.Sertifikat Asli

c.Akta jual-beli dari PPAT

d.Identitas diri penjual, pembeli dan/atau kuasanya (melampirkan fotocopy KTP)

e.Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan kepada pihak lain

f.Bukti pelunasan SSBBPHTB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)

g.Bukti pelunasan SSP PPh (Surat Setor Pajak Pajak Penghasilan)

h.SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan) tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memiliki SPPT, maka perlu keterangan dari lurah/kepala desa terkait.

i.Izin Peralihan Hak, jika :

i.Pemindahan hak atas tanah atau Hak Milik atas rumah susun yang didalam sertifikatnya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa, hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi berwenang;

ii.Pemindahan Hak Pakai atas tanah Negara.

j.Surat Pernyataan calon penerima hak (pembeli), yang menyatakan :

i.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

ii.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah absentee (guntai).

iii.Bahwa yang bersangkutan (pembeli) menyadari, apabila pernyataan sebagaimana dimaksud di atas tidak benar (poin i dan ii), maka tanah berlebih atau tanah absentee tersebut menjadi objek landreform. Dengan kata lain, yang bersangkutan (pembeli) bersedia menanggung semua akibat hukumnya, apabila pernyataan tersebut tidak benar.

Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya, oleh Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru.

Nama pemegang hak lama (penjual) didalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam, serta diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang tersedia pada buku tanah dan sertifikat, dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Dalam waktu 14 (empat belas hari) pembeli dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli, di Kantor Pertahanan Terkait.

Sumber: Tata Cara Mengurus Surat-Surat Rumah dan Tanah, hal 73-75

Penulis: Eko Yulian Isnur, S.H.Penerbit: Pustaka Yustisia, 2008

Related Law Posts

Daily tips: Prosedur dan Mekanisme Pembuatan Akta Tanah Ajudikasi Pendaftaran Tanah Pembuktian Hak Lama pada Pendaftaran Tanah Peran Camat dan Lurah Dalam Rangka Proses Sertifikat Tanah di DKI JakartaShare this:

Print MoreLike this:

Akta tanah, Balik Nama, BPN, Pertanahan, PPAT, Sertifikat TanahThis entry was posted on January 4, 2010, 8:25 pm and is filed under Tulisan Pakar. You can follow any responses to this entry through RSS 2.0. Both comments and pings are currently closed. Comments are closed.

Free Consultation Services is Closed

Pemberitahuan: "Kami sampaikan bahwa terhitung sejak tanggal 30 November 2014, kami menutup layanan free consultation (Probono). Hal ini karena begitu banyaknya pertanyaan probono yang telah masuk melalui website/blog kami dan belum sempat terjawab secara menyeluruh. Bagi mereka yang sudah menyampaikan pertanyaan kepada kami, mohon bersabar menunggu jawaban dari tim Probono kami karena jawaban tersebut sedang disiapkan. Kami mohon maklum atas keadaan ini dan kami mohon maaf kepada semua pihak yang masih menunggu jawaban dari pertanyaan kami. Terima kasih."

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Managed By

About Us

Leks&Co adalah firma hukum yang menyediakan berbagai jenis jasa hukum, yang terdiri dari orang muda, enerjik, kreatif, yang menyediakan pelayanan hukum premium. Silakan kunjungi website kami di sini untuk informasi lebih lanjut.

Leks&Cos Recommendation

International Link

Categories

Archives

Get Free Download

The Real Estate Law Review 2013- Indonesia Chapter

The Real Estate Law Review 2014- Indonesia Chapter

-------------------------------------

Getting the Deal Through - Real Estate 2014 - Indonesia

Our Presentations Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan Mixed use - Common Problems Under Condominium Law Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Hukum Rumah Susun Lembaga Bantuan Hukum Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak Upah Tidak Sesuai Yang Tertulis di Perjanjian Kontrak Kerja Apakah Boleh Dilakukan PPJB Secara Bertingkat? Penyelesaian Pembagian Harta Pailit Kreditor dalam Kepailitan Permasalahan Tanah Warisan Expert Blog at KONTAN Permasalahan Hukum pada Pengembangan Properti Campuran (Bagian Terakhir)

Top of Form

Leks Newsletter Sign Up!

* requiredFirst Name: *

Last Name: *

Email Address: *

Bottom of Form

Akta PPAT dan Bukti Kepemilikan Tanah

1) Apakah surat tanah non sertifikat yang kepemilikannya terdaftar & diakui Camat memiliki kekuatan hukum dan dapat diajukan ke Hukum jika ada pihak lain yang menggarap / menguasai / mengakui lahan secara fisiknya? 2) Mengenai hal ini berada di UU nomor berapa? Terima kasih.

Anggi_shs

TweetJawaban:

Ilman Hadi, S.H.

1. Kami kurang memahami apa maksud dari Surat tanah non sertifikat yang kepemilikannya terdaftar & diakui Camat, karena bukti kepemilikan hak atas suatu bidang tanah dibuktikan dengan adanya sertipikat tanah (lihat Pasal 19 ayat [2] huruf c UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) jo. Pasal 1 angka 20 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP 24/1997).

Kami asumsikan bahwa surat yang Saudara maksud adalah akta yang dikeluarkan oleh Camat sebagai PPAT Sementara. Sesuai dengan ketentuanPasal 2PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah(PP 37/1998):

(1). PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagiankegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanahatau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

(2). Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:a) Jual beli;b) Tukar menukar;c) Hibah;d) Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);e) Pembagian hak bersama;f) Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;g) Pemberian Hak Tanggungan;h) Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Akta tersebut kemudian dapat menjadi dasar pensertipikatan tanah yang selanjutnya bisa Saudara baca di artikel Bagan/Proses/Prosedur Pembuatan Sertipikat Tanah.

Mengenai apakah akta tersebut memiliki kekuatan hukum, jika akta tersebut adalah akta jual beli tanah, memang dapat membuktikan telah terjadi transaksi jual beli tanah. Akan tetapi, untuk pembuktian yang kuat mengenai kepemilikan atas tanah hanya dapat dibuktikan oleh adanya sertipikat tanah sebagai surat tanda bukti hak atas tanah.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 32 PP 24/1997 yang berbunyi:(1). Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.(2). Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.Untuk itu, sebaiknya dilakukan pengurusan sertipikat tanah agar jika terjadi sengketa (misal: tanah dikuasai secara fisik oleh orang lain), pemilik tanah mempunyai dasar kepemilikan yang kuat.

Jika kepemilikan atas tanah tersebut tidak dapat didukung dengan bukti-bukti yang kuat, tanah tersebut mungkin saja didaftarkan oleh orang lain yang menguasai secara fisik tanah selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut dan memenuhi syarat dalam Pasal 24 ayat (2) PP 24/1997:a) penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya. b) penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

Jadi, surat/akta yang dikeluarkan oleh Camat seperti yang Saudara sebutkan belum dapat menjadi pembuktian yang kuat untuk membuktikan hak kepemilikan atas tanah.

2. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, peraturan-peraturan yang mengenai bukti kepemilikan tanah diatur dalam UUPA dan PP 24/1997. Kami menyarankan agar tanah tersebut segera didaftarkan agar memiliki Sertipikat Tanah sebagai pembuktian kepemilikan tanah yang kuat.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;2. PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah;3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah._1485467005.unknownAttribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = TrueAttribute VB_Control = "DefaultOcxName3, 0, 0, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName2, 1, 1, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName1, 2, 2, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName, 3, 3, MSForms, HTMLText"

_1485467006.unknownAttribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = TrueAttribute VB_Control = "DefaultOcxName3, 0, 0, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName2, 1, 1, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName1, 2, 2, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName, 3, 3, MSForms, HTMLText"

_1485467004.unknownAttribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = TrueAttribute VB_Control = "DefaultOcxName3, 0, 0, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName2, 1, 1, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName1, 2, 2, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName, 3, 3, MSForms, HTMLText"

_1485467002.unknownAttribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = TrueAttribute VB_Control = "DefaultOcxName3, 0, 0, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName2, 1, 1, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName1, 2, 2, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName, 3, 3, MSForms, HTMLText"

Attribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = TrueAttribute VB_Control = "DefaultOcxName3, 0, 0, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName2, 1, 1, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName1, 2, 2, MSForms, HTMLText"Attribute VB_Control = "DefaultOcxName, 3, 3, MSForms, HTMLText"