Bi Optik
-
Upload
erlis-selviana -
Category
Documents
-
view
16 -
download
7
Transcript of Bi Optik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-
benda disekitar dapat dilihat karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan.
Anggapan ini didukung oleh Plato (429-348) dan Euclides (287-212 SM)
karena pada mata binatang dimalam hari tampak bersinar. Pendapat diatas
ditentang di tentang oleh Aristoteles (384-322 SM) karena pada kenyataan kita
tidak dapat melihat benda-benda didalam ruang gelap. Namun demikian
Aristoteles tidak dapat memeberikan penjelasan mengapa mata dapat melihat
benda.
Pada abad pertengahan Alhazan (965-1038) seorang Mesir di Iskandaria
berpendapat bahwa benda disekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda
tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk kedalam
mata. Teori ini akhirnya diterima sampai abad ke 20 ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk makalah mengenai biooptik ini adalah :
Apa yang dimaksud dengan Biooptik?
Apa yang dimaksud dengan Cahaya?
Sebutkan jenis-jenis Alat optik?
Bagaimana morfologi mata?
Bagaiman proses melihat?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
Mengetahui pengertian Biooptik.
Mengetahui pengertian cahaya.
Mengetahui jenis-jenis alat optik dan cara kerjanya.
Mengetahui morfologi mata manusia.
Mengetahui proses melihat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biooptik
Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan
dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup,
sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya
atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis.
Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu
mata.
Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk
hidup. Bagaimana proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak?
Apa saja bagian-bagian mata yang berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau
Mengapa respon mata terhadap perubahan intensitas cahaya di gelap atau terang
berbeda? Apa itu rod dan kone? Apa saja jenis kelainan mata dan bagaimana cara
mengoreksi atau memperbaikinya?
2.2 Optika Geometri dan Optika Fisik1. Optika Geometri
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis
lurus, berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis
lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin
dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan
lensa :
f = focus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
2
2. Optika FisikGejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak
dapat di jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya
dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut. Sir
Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya
sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan
dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947),
cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip
dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max
Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827),
dapat menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James
Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil
percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10
m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang
elektromagnetik.
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang
dari sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan.
Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai
sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum
bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya.
Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan
cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang
magnetic.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai
sifat materi (partikel) dan sifat gelombang.
3
2.3 Macam-macam Bentuk Lensa
Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam
pula, yaitu:
2. Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang
bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang
datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik focus kedua yang
berada pada sisi transmisi lensa tersebut.
3. Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif
Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang
bagian tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang
datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik focus
kedua, yang berada pada sisi datang lensa.
4. Lensa yang mempunyai permukaan silindris
Adalah lensa yang mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus
yang positif dan ada pula yang mempunyai panjang fokus negatif.
2.4 Kekuatan Lensa (Dioptri)Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa
(P) sama dengan kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam
meter, kekuatan lensa adalah dalam dioptri (D):
P = = + dioptri
P = Kekuatan lensa (dioptri)
F = fokus lensa (m)
s = jarak benda dari lensa (m)
s´ = jarak bayangan dari lensa (m)
1D = 1 m-1
2.5 Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak
bayangan , jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating
4
paraksial akan kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini
ada bermacam-macam :
1. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar
paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’.
aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang
diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang
terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk
bayangan dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan
aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk
bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki
dengan diafragma.
3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik
benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang
terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu
dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk
koma.
4. Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer
letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung.
Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang
bayangan.
5. Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya
bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan
diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan
berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan
dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
6. Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena
focus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang
terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa.
5
A. Aberasi
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan
istilah aberasi. Aberasi sferis merupakan hasil dari kenyataan bahwa
permukaan melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar paraksial (sinar-
sinar yang berjalan dekat sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. Sinar-
sinar non paraksial pada titik dekat yang bergantung pada sudut yang
dibuat dengan sumbu utamanya. Sinar-sinar yang mengenai lensa jauh dari
sumbu utamadibelokkan lebihh dari sinar-sinar yang dekat dengan sumbu
utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar difokuskan pada sebuah
titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah
cakram melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada
pada titik, di mana garis tengahnya minimum.
Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran
permukaan melengkungnya, yang juga berarti memperkecil jumlah cahaya
yang mencapai bayangannya. Aberasi seperti ini namun lebih rumit
disebut coma (comet-shapet image) dan astigmatisma yang terjadi saat
obyek-obyek berada di luar sumbu utama. Aberasi dalam bentuk bayagan
obyek yang memanjang yang disebabkan kenyataan bahwa perbesaran
bergantung pada jarak titik obyek dari sumbu utama disebut distorsi.
Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin,
adalah hasil dari variasi indeks bias dengan panjang gelombang.
Aberasi kromatik dan aberasi lainnya dapat diperbaiki sebagian
dengan menggunakan kombinasi beberapa lensa sebagai ganti sebuah
lensa tunggal. Sebagai contoh, sebuah lensa positif dan sebuah lensa
negative dengan panjang fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama
untuk menghasilkan sebuah sistem lensa pengumpul yang mempunyai
aberasi kromatik jauh lebih sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal
dengan panjang fokus yang sama. Lensa-lensa kamera yang bagus
biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki berbagai aberasi yang
muncul.
6
1. Kamera
Kamera digunakan manusia untuk merekam kejadian penting atau
kejadian yang menarik. Banyak jenis dan model kamera dapat kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kamera yang dipakai wartawan
berbeda dengan yang dipakai fotografer. Kamera video dipakai dalam
pengambilan gambar untuk siaran televisi atau pembuatan film.
Kamera elektronik (autofokus) lebih mudah dipakai karena tanpa
pengaturan lensa. Dewasa ini sudah ada kamera digital yang data
gambarnya tidak perlu melalui proses pencetakan melainkan dapat
dilihat atau diolah melalui komputer.
Bagian-bagian kamera mekanik (bukan otomatis) menurut kegunaan
fisis :
lensa cembung berfungsi untuk membentuk bayangan dari benda
yang difoto
diafragma berfungsi untuk membuat sebuah celah/lubang yang
dapat diatur luasnya
aperture yaitu lubang yang dibentuk diafragma untuk mengatur
banyak cahaya
shutter pembuka/penutup “dengan cepat” jalan cahaya yang
menuju ke pelat film
pelat film berfungsi sebagai layar penangkap/perekam
bayangan.Setiap benda yang di foto, terletak pada jarak yang lebih
besar dari dua kali jarak fokus di depan lensa kamera, sehingga
bayangan yang jatuh pada pelat film memiliki sifat nyata, terbalik
dan diperkecil. Untuk memperoleh bayangan yang tajam dari
7
benda-benda pada jarak yang berbeda-beda, lensa cembung kamera
dapat digeser ke depan atau ke belakang.
2. Kaca Pembesar
Kaca pembesar atau lup digunakan untuk melihat benda kecil yang
tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung. Lup menggunakan
sebuah lensa cembung atau lensa positif untuk memperbesar objek
menjadi bayangan sehingga dapat dilihat dengan jelas.
Syarat agar suatu benda dapat diamati secara jelas dengan memakai
lup adalah s≤f.
s=f (untuk pengamat tidak berakomodasi)
s<f (untuk pengamat berakomodasi maksimum)
Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan berada di
depan lensa dan terletak diantara titik pusat O dan titik fokus F lensa.
untuk menghasilkan bayangan yang diinginkan, lup dapat digunakan
dalam dua macam cara, yaitu dengan mata berakomodasi maksimum
dan dengan mata tidak berakomodasi.
B. Instrumen Optik
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip
kerjanya sering sangat sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-
prinsip ini telah melipatgandakan kemampuan kita untuk melihat dan
memahami dunia yang melingkupi kita.
8
C. MataMata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan
merupakan sistem optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa
melihat keindahan alam sekitar kita.
a. Bagian-bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi tertentu
sebagai alat optik, yaitu:
a) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan
berfungsi sebagai pelindung bagian dalam bola mata. Kornea
memiliki inervasi saraf tetapi avaskuler (tidak memiliki suplai
darah).
b) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan
mata dapat membedakan warna. Iris adalah diafragma yang
melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah
yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan
sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos.
Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
c) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh
iris, berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
9
d) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan
bening, berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan
cahaya.
e) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang
sangat peka terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap
bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina merupakan bagian
saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya. Retina
berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun dari sel
kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel
batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat gelap.
f) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi
tentang kuat cahaya dan warna ke otak.
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan.
Untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan
seseorang.Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan :
* Mata memfokuskan bayangan pada retina,
* System syaraf mata yang memberi informasi ke otak,
* Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan
tersebut.
b. Pembentukan Bayangan Pada Mata
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai
pada mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk
bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Ada
tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu:
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa
penglihatan tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat
saraf yang menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur
10
indra-cahaya yang sangat luas yang disebut batang (rod) dan kerucut
(cone) yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang serat
saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja
otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan
mengendur dan sistem lensa kornea berada pada panjang fokus
maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila
benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa,
yang dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga
bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi.
c. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan
kacamata, di klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam
fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya
(kacamata), tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi
keterangan mengenai baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut (dalam
menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat dan
dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen,
dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan.
Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti
penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata
normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m). Dengan demikian
dapat dirumuskan dengan persamaan:
V =
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan
oleh karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran
yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-
11
kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-
kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt. Kartu ini
mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama
besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke
kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil
secara berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukan deretan cincin
tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini dapat
didapat dengan menghitung sudut di mana cincin Landolt itu diamati.
Misalnya penderita menunjukan cincin Landolt tanpa salah 0,8 mm
jarak 4 meter.
d. Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang
dipergunakan alat Perimeter. Dengan alat ini diperoleh medan
penglihatan vertikal 130º, sedangkan medan penglihatan horizontal
155º.
e. Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe
fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod
dan Cone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa
lapis di belakang jaringan saraf. Tiap mata memiliki 6,5 juta cone yang
berfungsi untuk melihat siang hari, disebut penglihatan fotopik.
Melalui cone kita dapat mengenal beberapa warna, tetapi hanya
sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm).
Cone terdapat terutama pada fovea sentralis.
Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan
skotopik, dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan
untuk melihat ke samping. Setiap mata terdapat 120 juta rod. Distribusi
pada retina tidak merata, pada sudut 20º terdapat kepadatan yang
maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau (510
nm).
12
Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700
nm), tetapi penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika
dibandingkan dengan rod.
f. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap
Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami
kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk
ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan
diperlukan waktu agar memperoleh penyesuaian.
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan
merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang
gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina
sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada
bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak
ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a) Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh
energy sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto
kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retina dan
skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah
pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H +
H+ (=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa verasa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina
mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan
distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan
dilakukan secara terus menerus, konsentrasi rhodopsin di dalam
rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap
cahaya akan menurun.
b) Mekanisme Penyesuaian Gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di
ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit
13
sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat objek/benda di
ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan
rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit
berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya
dalam waktu singkat.
Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat
mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit
saja.kepekaan retina mencapai 1.000, waktu yang diperlukan 1
jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000
apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses
penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10
menit. Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat daripada
rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai
tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap oleh
rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit
pertama.
g. Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme
tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan
menggunakan pengamatan fotopik dapat melihat warna namun tidak
dapat membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat
medan penglihatan.
a) Teori Tanggap Warna
Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member
jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap
cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan
ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal
Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe cone yang
tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan merah.
14
1) Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang
frekuensi cahaya antara 400-500 millimikron. Berarti cone biru
dapat menerima cahaya ungu, biru dan hijau.
2) Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya
dengan frekuensi antara 450 dan 675 millimikron. Ini berarti
cone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange
dan merah.
3) Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang
cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat
kuat daripada warna-warna lainnya.
Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik.
b) Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat
melihat warna hijau, kuning orange dan warna merah dengan
menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat membedakan secara
tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak
mempunyai cone merah untuk kontras/membandingkan dengan
cone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan cone hijau, ia
masih dapat melihat seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan
antara warna hijau, kuning, oranye dan merah. Hal ini disebabkan
cone hijau yang sedikit tidak mampu mengkontraskan dengan cone
merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau akan timbul
kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara
warna merah dan hijau, keadaan ini disebut buta warna merah-
hijau. Kasus yang jarang sekali, tetapi bisa jadi seseorang
kekurangan cone biru, maka orang tersebut sukar membedakan
warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan
biru (blue weakness).
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna,
sedangkan 0,5% terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini
diturunkan oleh wanita. Ada pula orang buta terhadap warna merah
15
disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut
deuteranopia dan buta warna terhadap warna biru disebut
tritanopia.
h. Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang
peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek
secara tepat, demikian pula bola mata yang berdiameter 20-23 mm.
Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya
akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin
dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa berakomodasi.
Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia semakin tua daya
akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas
lensa semakin berkurang.
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan
cahaya pada retina dan bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di
mana lensa mata memfokuskan suatu bayangan pada retina disebut
titik dekat (punctum proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi
sekuat-kuatnya (berakomodasi maksimum). Jarak dari mata ke titik
dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan berubah dengan
meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat 7 cm,
sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm
karena kehilangan keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin
berkurang, disebut mata presbyop atau mata tua dan bukan merupakan
cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk titik dekat ini adalah 25
cm, dan dianggap sebagai mata normal.
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda
terletak pada titik jauh (punctum remotum). Pada saat ini mata tidak
berakomodasi.lepas akomodasi.
i. Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi
a) Mata Normal
16
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik
dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Apabila mata memiliki
titik dekat tidak sama dnegan 25 cm dan titik jauh tidak sama
dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata. Hal ini
mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh maupun dekat
karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.
b) Rabun Jauh (Miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25
cm (< 25 cm) dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang
menderita miopi dapat melihat dengan jelas benda pada jarak 25
cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal ini
terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi piph sebagaimana
mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan retina,
disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda dengan jarak
dekat atau kurang dari 25 cm. cacat mata ini dapat diatasi dengan
memakai kacamata berlensa cekung (minus).
c) Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan
titik jauhnya pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat dapat
melihat jelas benda-benda yang sangat jauh tetapi tidak dapat
melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal ini terjadi karena
lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya
sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina, disebabkan
karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat
mata ini dapat diatasi dengan kacamata berlensa cembung (plus).
d) Mata Tua (Presbiopi)
Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya
akomodasi yang berkurang akibat bertambah usia. Letak titik dekat
maupun titik jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih dari 25 cm
dan titik jauhnya hanya pada jarak tertentu. Pada penderita
presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas serta tidak
17
dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis mata ini dapat
ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan
plus di bawah) yang disebut kacamata bifocal.
e) Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain.
Akibatnya sebuah titik akan difokuskan sebagai garis pendek.
Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan melihat garis
dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan.
Penderita astagmatisma dapat diatasi dnegan menggunakan
kacamata berlensa silindris.
f) Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan
miopi, maka memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan
titik jauh terlalu kecil, dapat ditolong dengan kacamata berlensa
rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di bawah).
j. Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata
Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang
akan dibahas dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam
pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaaan mata bagian dalam,
pengukuran daya focus mata, pengukuran kelengkungan kornea.
Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu :
1. Opthalmoskop
2. Retinoskop
3. Keratometer
4. Tonometer dari schiotz
5. Pupilometer
6. Lensometer
1) Opthalmoskop
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip
pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan
18
fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea
keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
1. Pencerminan mata secara langsung
Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata
penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka
sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata
penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar
tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga
tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk
gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita.
2. Pencerminan mata secara tak langsung
Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata
penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina
mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata
sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop
dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan
tumor otak.
2) Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata
penderita tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata
penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si
pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita
dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut
kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber
cahaya bagi sipemeriksa.
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya)
berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang
dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik
jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata
penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan
di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan
19
(cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata
pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu
ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina
penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak
pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.
3) Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini
diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai
langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang
mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu :
1. Hard contact lens. Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm
dengan diameter 1 cm. sangat efektif bila dilepaskan dan
mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi
astigmatisma.
2. Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens.
Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma.
Dasar kerja keratometer :
Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung
dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang
cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan
permukaan cermin cembung.
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer.
Pada keratometer ,kornea bertindak sebagai cermin cembung,
sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar
memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan
mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi
prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea
( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius
kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma ,
20
biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan
horizontal.
4) Tonometer
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk
mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono
meter dari Schiotz.
Teknik dasar :
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian
kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas
kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug
dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca
nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5
5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan
intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g maka berat
total tonometer:
= Berat plug + alat pemberat
= 11 gram + 5,5 gram
= 16,5 gram.
16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg.
Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk
mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak. Pada
penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam
keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg
dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5
ml/hari.
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan
dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut
tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang
disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan
memakai alat ini penderita dalam posisi duduk.
21
5) Pupilometer Dari Eindhoven
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer
dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah
lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui
lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi
maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :
Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh
berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis
terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga deperoleh
jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar
pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.
6) Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik
dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa
tersebut. Prinsip dasar : Menentukan focus lensa positif sangat
mudah , dapat dengan cara :
- Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya
(matahari)
- Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui
jaraknya.
Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun
dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa
negatif dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya,
dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut :
Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan
sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa.
22
BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk
hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal
sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara
spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik
adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Jadi, biooptik
adalah bagian dari ilmu fisika yang memepelajari cahaya dan kaitannya dengan
sistem penglihatan pada makhluk hidup.
3.2. Saran
Dengan selesainya makalah tentangbioptik, penulis mengakui banyak
sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya penyusunan
makalah yang lebih baik dikemudian hari.
23