bi fix-1

37
Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Bahasa Indonesia Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Nurbaya, M.Pd. Disusun oleh: Kelompok 2 Sabrina Sinurat 04111001066 Jim Christover Niq 04111001076 Fadhli Aufar Kasyfi 04111001091 Rio Yus Ramadhani 04111001103 Diva Zuniar Ritonga 04111001108 Tri Nisdian Wardiah 04111001109 Ridhya Rahmayani 04111001111

description

bi

Transcript of bi fix-1

Page 1: bi fix-1

Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Kepribadian

(MPK) Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Nurbaya, M.Pd.

Disusun oleh: Kelompok 2

Sabrina Sinurat 04111001066

Jim Christover Niq 04111001076

Fadhli Aufar Kasyfi 04111001091

Rio Yus Ramadhani 04111001103

Diva Zuniar Ritonga 04111001108

Tri Nisdian Wardiah 04111001109

Ridhya Rahmayani 04111001111

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2014

Page 2: bi fix-1

Diagram Pohon Terbalik (Isi)

Page 3: bi fix-1

Kesehatan

Sistem Tubuh

Masyarakat dan Komunitas

Anak Usia Lanjut

Kegawatdaruratan

Infeksi Kelainan Bawaan

Kelainan Metabolik

KeganasanGangguan Tumbuh Kembang

Pencegahan Pengobatan Rehabilitatif

Imunisasi Kebersihan Personal

Kebersihan Lingkungan

Nutrisi

Imunisasi Dasar

Imunisasi Tambahan

PIRAMIDA TERBALIK

JUDUL

Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak

Kesehatan

Kesehatan Anak

Infeksi

Pencegahan

Imunisasi

Imunisasi Dasar

Page 4: bi fix-1

KERANGKA KARANGAN

Kerangka Topik

1. Infeksi pada anak

2. Definisi imunisasi

3. Jenis-jenis imunisasi

4. Stigma masyarakat

5. Imunisasi dasar

6. Manfaat imunisasi dasar

7. Program pemerintah

Kerangka Kalimat

1. Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh.

2. Imunisasi adalah pengebalan dengan memasukan mikroorganisme yang

dilemahkan.

3. Imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan pasif.

4. Imunisasi dasar adalah usaha pencegahan infeksi pada bayi.

5. Imunisasi dasar lengkap wajib diberikan pada anak dibawah satu tahun.

6. Imunisasi dasar diberikan bertahap.

7. Pendapat negatif tentang imunisasi harus dihilangkan.

8. Imunisasi mencegah banyak penyakit.

9. Pemerintah berusaha meningkatkan pelayanan imunisasi.

Page 5: bi fix-1

Imunisasi Dasar sebagai Pencegahan Infeksi pada Anak

Sabrina Sinurat, Jim Christover Niq, Fadhli Aufar Kasyfi, Rio Yus Ramadhan, Diva Zuniar Ritonga, Tri Nisdian Wardiah, Ridhya Rahmayani

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

I. PENDAHULUAN

Imunitas merupakan pertahanan utama tubuh manusia. Imunitas

berkembang secara bertahap mulai dari bayi hingga dewasa. Sistem ini berperan

penting dalam menghadapi dan melawan berbagai macam pernyakit, termasuk

infeksi.

Infeksi masih menjadi salah satu penyebab terbesar angka kematian dan

angka kesakitan pada anak. Hal ini diperberat dengan daya imunitas anak yang

masih belum sempurna. Dengan imunitas yang masih belum baik, anak-anak

cenderung lebih mudah untuk terkena infeksi. Salah satu upaya preventif dalam

menangani masalah infeksi ini adalah dengan diadakannya imunisasi. Ada lima

imunisasi dasar yang wajib diberikan pada anak usia 0 sampai 1 tahun.

Pentingnya imunisasi ini membuat pemerintah mencanangkan program

pelayanan imunisasi. Program ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat

memperoleh pelayanan imunisasi, terutama imunisasi dasar. Walaupun imunisasi

ini memiliki manfaat yang sangat banyak untuk kesehatan anak, masih banyak

masyarakat yang enggan untuk mengimunisasi anaknya. Hal ini terjadi oleh

karena imunisasi dasar masih mendapat banyak tanggapan negatif dari

masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa imunisasi itu haram, imunisasi campak

dan polio itu tidak penting, dan ada juga yang mengatakan jika imunisasi bisa

menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa perlu

Page 6: bi fix-1

dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai manfaat dan kepentingan imunisasi

dasar.

Karya tulis ini bertujuan umum untuk mengetahui pentingnya imunisasi

dasar sebagai pencegahan infeksi pada anak. Selain itu, secara khusus karya tulis

ini bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan imunisasi dasar yang benar,

jenis-jenis imunisasi, manfaat-manfaat imunisasi, stigma-stigma masyarakat

terhadap imunisasi, dan program-program pemerintah terkait imunisasi dasar.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari karya tulis ini adalah

menjadi sumber informasi mengenai imunisasi dasar sebagai pencegahan infeksi

pada anak. Selain itu, karya tulis ini diharapkan pula dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai imunisasi dasar. Karya tulis ini juga diharapkan

dapat memperbaiki stigma masyarakat terhadap imunisasi. Dengan demikian, hal-

hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan imunisasi

sehingga dapat menurunkan angka kejadian infeksi pada anak.

Metode penulisan yang digunakan pada karya tulis ini adalah metode

penulisan studi pustaka. Metode penulisan ini dilakukan dengan mengumpulkan

bahan, materi, data, dan informasi yang berasal dari buku-buku, jurnal, maupun

sumber internet

Page 7: bi fix-1

II. ISI

II.1 Definisi Infeksi dan Imunisasi

Istilah infeksi dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Salah satu definisi

infeksi yang digunakan hingga saat salah satunya dapat ditemukan dalam kamus

kedokteran Dorland. Definisi infeksi yang terdapat di dalam kamus kedokteran

Dorland (Kamus Kedokteran Dorland 2007, 31 ed, hal. 1090) adalah sebagai

berikut

Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh; secara klinis mungkin tidak tampak (infeksi subklinis) atau tetap lokalisata dengan cedera selular akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-antibodi.

Infeksi dapat menyerang siapa saja, baik dewasa, usia lanjut, maupun

anak-anak. Setiap orang memiliki kerentanan yang berbeda-beda dalam melawan

infeksi. Anak-anak memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap sumber-sumber

infeksi karena sistem imun tubuh mereka yang masih belum sempurna. Maka dari

itu, anak-anak sangat membutuhkan imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, imunisasi adalah pengimunan; pengebalan (terhadap

penyakit). Kemudian menurut kamus kedokteran Dorland, imunisasi adalah

induksi imunitas yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif, imunisasi adoptif, dan

imunisasi pasif (Dorland, 2007:1069).

II.2 Jenis-jenis Imunisasi

Pada dasarnya, imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan

imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri yang membuat zat anti

yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Adapun tipe vaksin yang dibuat ada

Page 8: bi fix-1

yang hidup dan mati. Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ)

yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang

pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus atau bahan

toksik yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid.

Sedangkan imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,

dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus

memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Biasanya,

imunisasi-imunisasi ini diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan

pada mulut anak. Ada banyak macam imunisasi yang dapat diberikan, seperti

imunisasi BCG, DPT, polio, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya,

imunisasi ini dibagi lagi menjadi imunisasi yang wajib diberikan atau imunisasi

dasar dan imunisasi tambahan atau yang tidak diwajibkan.

II.3 Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi baru lahir

sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang

perlindungan (Depkes RI, 2005). Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang

paling tidak harus diterima oleh anan-anak sebelum usia satu tahun. Pemerintah

Indonesia telah mewajibkan pemberian imunisasi dasar terhadap anak dibawah

satu tahun sebagai salah satu perwujudan keikutsertaan Indonesia dalam salah satu

program WHO. Pemberian imunisasi dasar merupakan suatu usaha pencegahan

terhadap berbagai infeksi pada bayi. Pemberian imunisasi dasar merupakan suatu

hal yang sangatlah penting untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi

yang belum sempurna. Dengan imunisasi dasar, angka kesakitan dan kematian

bayi diharapkan bisa menurun.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) tahun 2014,

imunisasi yang diberikan pada bayi baru lahir hingga usia 12 bulan adalah

Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, Campak, dan

Varisela. Akan tetapi, berdasarkan brosur resmi yang dikeluarkan oleh Depkes

Page 9: bi fix-1

pada tahun 2009, pemerintah mewajibkan lima imunisasi dasar yang diberikan

pada anak usia kurang dari satu tahun dan disebut sebagai lima imunisasi dasar

lengkap. Lima imunisasi dasar lengkap tersebut adalah imunisasi Hepatitis B

sebanyak 4x, BCG sebanyak 1x, DPT sebanyak 3x, dan Campak sebanyak 1x.

Imunisasi Hepatitis B diberikan satu kali pada bayi usia hingga satu

minggu, dan tiga kali diberikan bersama imunisasi DPT. Imunisasi Hepatitis B

dapat mencegah penyakit hepatitis B dan kerusakan hati. Pemberian imunisasi

BCG diberikan satu kali pada usia satu bulan dan bermanfaat untuk mencegah

penyakit tuberkulosis (TBC). Imunisasi DPT-Hepatitis B diberikan tiga kali pada

usia dua, tiga, dan empat bulan. Imunisasi DPT-Hepatitis B dapat mecegah difteri

(salah satu penyebab gangguan pernapasan), pertusis (batuk rejan), tetanus, dan

hepatitis B. Imunisasi selanjutnya atau imunisasi polio merupakan imunisasi yang

dapat mencegah lumpuh layu pada lengan dan tungkai. Imunisasi ini diberikan

empat kali yaitu pada usia satu, dua, tiga, dan empat bulan. Imunisasi terakhir

dalam imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi campak, pencegah penyakit

campak, yang diberikan satu kali pada usia sembilan bulan.

II.4 Stigma Masyarakat terhadap Imunisasi

Banyak masyarakat Indonesia yang masih memiliki stigma negatif

terhadap imunisasi dasar bagi anak-anak. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan

yang diunggah oleh sebuah surat kabar swasta kota Balikpapan, Balikpapan Pos

Online, yang dicantumkan pada jumat 20 maret 2013.

Masyarakat Balikpapan harus segera menghilangkan stigma negatif terhadap imunisasi. Terutama para orang tua yang kerap menolak anaknya diimunisasi, padahal imunisasi sangat penting untuk kesehatan. Hal inilah yang diharapkan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan. Pasalnya, hingga saat ini masih ada saja masyarakat yang menyebut imunisasi haram. Adapula yang menilai imunisasi seperti campak dan polio tidak penting. Masih ada yang menduga imunisasi kerap menyebabkan kecacatan sehingga imunisasi tidak perlu dilakukan.

Page 10: bi fix-1

Pernyataan tersebut mewakili sebagian pendapat dari masyarakat

Indonesia bahwa tidak semua mengerti dan peduli akan pentingnya imunisasi bagi

anak-anak Indonesia.

II.5 Manfaat Imunisasi

Imunisasi dapat bermanfaat bagi diri sendiri juga orang-orang

disekitarnya. Anak yang mendapat imunisasi dasar lenhkap akan terlindung dari

beberapa penyakit berbahaya dengan meningkatnya kekebalan tubuh. Beberapa

penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi adalah hepatitis B,

difteri, pertusis, tetanus, campak, polio, tuberkuloasis paru, kelenjar, tulang, dan

radang otak. Selain itu, juga dapat mencegah penularan penyakit kepada orang-

orang disekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan

semakin jarangnya penyakit, terutama penyakit menular.

II.6 Program Pemerintah terkait Imunisasi

Untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap imunisasi dasar

bagi anak, pemerintah Indonesia telah mencanangkan program pelayanan

imunisasi yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan sebagai badan bagi seluruh

rakyat Indonesia. Adapun landasan hukum pelayanan imunisasi di Indonesia

adalah Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 pasal 21 (3) Pelayanan imunisasi

dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Baccile Calmett

Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan hepatitis-B (DPT-HB), polio, dan

campak. Imunisasi dasar lengkap diberikan kepada balita dengan penyediaan

vaksin oleh pemerinta melalui dinas kesehatan setempat. Fasilitas kesehatan

tingkat pertama melayani balita untuk diberikan imunisasi dasar. Pada tahun 2013,

pemerintah telah menambahkan vaksin Hib (Haemophilus influenza tipe B) yang

digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib.

Page 11: bi fix-1

III. PENUTUP

Imunisasi adalah menyuntikkan suspensi mikroorganisme dilemahkan atau

dibunuh, diberikan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit menular. Anak-

anak sangat membutuhkan imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi.

Imunisasi terbagi atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Dalam

pelaksanaannya, imunisasi ini dibagi lagi menjadi imunisasi yang wajib diberikan

atau imunisasi dasar dan imunisasi tambahan atau yang tidak diwajibkan.

Anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari

beberapa penyakit berbahaya dengan meningkatnya kekebalan tubuh. Namun,

banyak masyarakat Indonesia yang masih memiliki stigma negatif terhadap

imunisasi dasar bagi anak-anak.

Pemerintah mewajibkan lima imunisasi dasar yang diberikan pada anak

usia kurang dari satu tahun dan disebut sebagai lima imunisasi dasar lengkap,

yaitu imunisasi Hepatitis B sebanyak 4x, BCG sebanyak 1x, DPT sebanyak 3x,

dan Campak sebanyak 1x.

Adapun landasan hukum pelayanan imunisasi di Indonesia adalah

Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 pasal 21 (3) Pelayanan imunisasi dasar

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b.

Page 12: bi fix-1

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2014. Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Imunisasi. Jakarta: BPJS Kesehatan.

Balikpapan Pos Online. 22 Maret 2013. Warga Teritip Banyak Menolak.

Banin, U. 2011. Imunisasi Dasar, (Online).

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22315/4/Chapter%2011.pdf, diakses 1

Mei 2014).

Dorland, W.A Newman. 2007. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31. Jakarta:

EGC

Komite Website IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi IDAI 2014, (Online).

(http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html, diakses

1 Mei 2014).

Pusat Promosi Kesehatan. 2009. Berikan Imunisasi Dasar Lengkap untuk

Melindungi si Buah Hati. Jakarta: Departemen Kesehatan Rebublik

Indonesia.

Page 13: bi fix-1

LAMPIRAN SUMBER BACAAN

I. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Imunisasi (BPJS

Kesehatan), hal. 4 dan 5

Page 14: bi fix-1

II. Warga Teritip Banyak Menolak (Balikpapan Pos Online)

Jum'at, 08 Maret 2013 , 10:59:00

Warga Teritip Banyak Menolak

Imunisasi di Balikpapan Tak Capai 100 Persen

BALIKPAPAN- Masyarakat Balikpapan harus segera menghilangkan stigma negatif

terhadap imunisasi. Terutama para orang tua yang kerap menolak anaknya diimunisasi.

Padahal, imunisasi sangat penting untuk kesehatan. Hal inilah yang diharapkan Dinas

Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan.

Pasalnya, hingga saat ini masih ada saja masyarakat yang menyebut imunisasi haram.

Ada pula yang menilai imunisasi seperti campak dan polio tidak penting. Malah ada yang

menduga, imunisasi kerap menyebabkan kecacatan sehingga imunisasi tidak perlu

dilakukan.

Padahal, Kepala DKK Balikpapan, drg Hj Dyah Muryani mengatakan bahwa anggapan-

anggapan tersebut salah besar. Imunisasi, tegas Dyah-akrabnya disapa, justru berfungsi

sebaliknya. Mencegah penyakit, kecacatan maupun kematian manusia sejak usia dini.

"Saat ini, angka imunisasi di Balikpapan sudah mencapai 95 persen. Belum mencapai

100 persen karena masih ada masyarakat di beberapa kelurahan dan sekolah yang

menolak untuk diimunisasi," kata Dyah-akrabnya disapa.

Makanya, untuk memberikan pemahaman berbagai elemen masyarakat terkait, pihaknya

menggelar raodshow. Sosialisasi terkait pentingnya imunisasi, sekaligus  menjawab

keragu-raguan masyarakat. Mulai dari proses pembuatan vaksin imunisasi, sisi manfaat

dan risiko penggunaan vaksin.

Narasumber yang diundang dalam roadshow pun benar-benar kompeten. Masih-masing

memberi penjelasan secara terpirinci. Seperti Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI) Pusat, Piprim B Yanuarso SpA (K). Kemudian Dr Amirsyah dari Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Pusat dan Muhammad Rahmat dari PT Bio Farma Bandung, produsen

pembuatan vaksin di Indonesia.

“Semua sudah jelas, bahkan dijelaskan dengan rinci dari narasumber berkompeten.

Bahwa, vaksin tidak haram dan diperbolehkan," terang Dyah.

Ditanya mengenai angka imunisasi di Balikpapan, wanita berjilbab ini membeberkan

bahwa pihaknya memasang target harus tercapai 100 persen. Terutama cakupan

imunisasi kelurahan Universal Child Immunisation (UCI). Mengenai masih adanya warga

Balikpapan yang menolak imunisasi, Dyah mengakuakan berupaya maksimal melakukan

Page 15: bi fix-1

sosialisasi dan penyampaian informasi untuk menghilangkan keragu-raguan masyarakat

tersebut.

"Yang paling banyak menolak adalah warga di Kecamatan Balikpapan Timur, di wilayah

Teritip. Nanti, kita coba sosialisasikan lagi di sana. Di wilayah lain juga ada yang menolak

seperti warga di Balikpapan Tengah. Kalau di wilayah lainnya rutin imunisasi," ungkap

mantan Kepala Puskesmas 24 Jam Klandasan Ilir ini.

Dia juga menjelaskan, mengenai alasan belum tercapainya UCI lantaran selain keraguan

masyarakat atas kehalalan vaksin yang diduga mengandung enzim babi. Juga

dikarenakan efek samping dari pemberian imunisasi seperti autism dan kesterilan alat.

"Tahun 2013 ini, target UCI harus 100 persen. Kalau tahun lalu hanya 92,6 persen dan

cakupan imunisasi BIAS mencapai 95 persen," terang Dyah.

Sementara Kabid P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr Achlia MKes mengatakan

bahwa di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun Dinkes Provinsi Kaltim maupun

DKK Balikpapan ada lima jenis imunisasi dasar bagi bayi, yakni imunisasi HB, BCG,

Polio, DPT/HB dan Campak. "Ada lima jenis imunisasi itu saja yang digratiskan

pemerintah berdasarkan alokasi anggaran," jelas dr Achlia.

Dia menambahkan, selain imunisasi dasar juga ada imunisasi lanjutan pada anak

sekolah (BIAS) dengan vaksin DT dan campak untuk kelas I Sekolah Dasar (SD) dan TD

untuk kelas II dan III. Dilanjutkan, imunisasi lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

yakni bagi calon pengantin dan ibu hamil, berupa suntik TT.

"Kalau imunisasi tambahan sendiri seperti kampanye campak, Pekan Imunisasi Nasional

(PIN) Polio dan Backlog Fighting. Sedangkan, imunisasi khusus calon jemaah haji

menggunakan vaksin meningitis," pungkas Achlia.(rus)

Page 16: bi fix-1

III. Imunisasi Dasar (Banin, U, hal 1-5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling

efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir

sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.

(Depkes RI, 2005).

Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika

masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat

anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat

anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.

Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk

antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody

tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk

ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2008).

2.1.1 Tujuan Imunisasi

Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai

cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra

sekolah. Adapun tujuan program imunisasi dimaksud bertujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit

Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain,

Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis.

2. Tujuan Khusus, antara lain :

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa

Kelurahan pada tahun 2010.

Page 17: bi fix-1

b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di

Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada

tahun 2008.

c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus

TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.

d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak

turun pada tahun 2006.

2.1.2 Sasaran Program Imunisasi

Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :

1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT,

Polio, Campak dan Hepatitis-B.

2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin)

untuk mendapatkan imunisasi TT.

3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan

imunisasi DPT.

4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk

mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-

anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI,

2005).

2.1.3 Manfaat Imunisasi

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit menular yang sering berjangkit;

2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya

pengobatan jika anak sakit;

3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

(Depkes RI, 2001).

Page 18: bi fix-1

2.2 Jenis Imunisasi

2.2.1 Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan

selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002).

Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin yang hidup

mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi

tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri

atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan

disebut toxoid. (A.H Markum, 2002).

Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah :

- BCG, untuk mencegah penyakit TBC.

- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.

- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.

- Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).

- Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.

2.2.2 Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk

memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif

tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk upaya

pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun

virus (Satgas IDAI, 2008).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan antibodi

tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan

jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G (LgG).

Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis

yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif

secara didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung

antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.

Page 19: bi fix-1

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,

sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil

produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari luar

tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat

mencegah anak dari penyakit campak (measles). (AH, Markum, 2002)

2.2.3 Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi

a. Vaksin BCG ( Bacillius Calmette Guerine )

Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang

lebih luas, Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur

antara 0-12 bulan.

b. Hepatitis B

Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan

upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan

melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.

c. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum

umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu.

d. Polio

Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan

imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan yang tinggi.

e. Campak

Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur

9 bulan.

Page 20: bi fix-1

IV. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31 (Definisi Infeksi dan

Imunisasi)

Infection: Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau

parasit dalam jaringan tubuh; secara klinis mungkin tidak tampak

(infeksi subklinis) atau tetap lokalisata dengan cedera selular akibat

metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-

antibodi. Infeksi dapat tetap lokalisata, subklinis, dan bersifat

sementara jika mekanisme pertahanan tubuh efektif. Namun, infeksi

dapat menetap, menjadi simtomatik, atau menyebar luas untuk

kemudian menjadi penyakit yang bersifat akut, subakut, atau kronik.

Infeksi lokal dapat menjadi sistemik ketika mikroorganisme penyebab

mendapatkan akses untuk memasuki sistem limfatik atau aliran darah.

Immunization: induksi imunitas; lihat active i. dan passive i.

active i. stimulasi sistem imun untuk membentuk pertahanan

melawan penyakit, e.g., dengan pemberian vaksin atau toksoid.

adoptive i. imunisasi pasif dengan transfer limfosit yang

tersensitisasi dari donor imun ke resipien yang sebelumnya

nonimun.

passive i. timbulnya reaktivitas imun spesifik pada individu yang

sebelumnya nonimun melalui pemberian sel limfoid tersensitisasi

atau serum dari individu yang imun.

Page 21: bi fix-1

V. Jadwal Imunisasi IDAI 2014 (Komite Website IDAI)

Keluhan Anak

Imunisasi

ASI

Review

Seputar Kesehatan Anak

Imunisasi

22 April 2014

Jadwal Imunisasi IDAI 2014

 

Tabel Jadwal Imunisasi 2014

 

 

Keterangan:

Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.

1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.

Page 22: bi fix-1

2. Vaksin Polio. Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.

3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.

5. Vaksin Campak. Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD kelas 1 (program BIAS).

6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.

7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

8. Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.

10. Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan.

Page 23: bi fix-1

VI. Berikan Imunisasi Dasar Lengkap untuk Melindungi si Buah Hati

(Depkes)

Page 24: bi fix-1