BI 1

10
Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorng Ibu dan dua orang anaknya yang bernama Kevin dan Daniel. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat sederhana . Ibu : (sambil membawa nasi) ” Vin, lauknya bawa kesini, itu tadi yang ibu letakkan didekat kompor .” Kevin : (sambil membawa lauk) ” Iya ma” . Ibu : (sambil menata makanan) ” Ayo ditata dulu makanannya setelah itu panggil kakakmu Joko, kita sarapan bersama. “ Daniel: ” Sarapannya apa, ma ? “ Ibu : ” ya seperti biasanya toh Jok, tahu sama tempe . “ Daniel : (dengan suara keras) ” Apa tahu dan tempe lagi kata ma ? Aku kan bosan ma, tiap hari makan tempe dan tahu . Pokoknya aku nggak mau! “ Ibu : ” Ibu mengerti nak, tapi kamu tau kan, sekarang itu lagi krisis ekonomi, susah mencari makan...” Daniel : ” Ibu kan bisa cari pinjam uang dulu! Aku nggak mau makan!” Akhirnya hanya Ibu dan Kevin yang sarapan bersama. dan tiga puluh menit kemudian ……. Ibu : ” Anik, tolong piring-piringnya bawa kedalam . “ Kevin : ” Baik bu “ Beberapa lama kemudian.. Daniel : “Oh ya nanti temanku mau datang ke sini, dan aku mau Ibu jangan memanggil aku “anak” tapi Ibu harus memanggil aku “tuan” dan Ibu harus mengaku sebagai pembantuku.” Ibu : (terkejut) “Yaampun Daniel, kamu tega sekali menyuruh ibu berbuat seperti itu.” Daniel : (Sambil berdiri) “aku nggak mau tahu pokoknya Ibu harus seperti itu, kalau Ibu nggak lebih baik aku pergi dari sini!” Daniel modar-mandir menanti kedatangan temannya dan sesaat kemudian teman Daniel pun datang

description

bi

Transcript of BI 1

Page 1: BI 1

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorng Ibu dan dua orang anaknya yang bernama Kevin dan Daniel. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat sederhana .

Ibu : (sambil membawa nasi) ” Vin, lauknya bawa kesini, itu tadi yang ibu letakkan didekat kompor .”

Kevin : (sambil membawa lauk) ” Iya ma” .

Ibu : (sambil menata makanan) ” Ayo ditata dulu makanannya setelah itu panggil kakakmu Joko, kita sarapan bersama. “

Daniel: ” Sarapannya apa, ma ? “

Ibu : ” ya seperti biasanya toh Jok, tahu sama tempe . “

Daniel : (dengan suara keras) ” Apa tahu dan tempe lagi kata ma ? Aku kan bosan ma, tiap hari makan tempe dan tahu . Pokoknya aku nggak mau! “

Ibu : ” Ibu mengerti nak, tapi kamu tau kan, sekarang itu lagi krisis ekonomi, susah mencari makan...”

Daniel : ” Ibu kan bisa cari pinjam uang dulu! Aku nggak mau makan!”

Akhirnya hanya Ibu dan Kevin yang sarapan bersama. dan tiga puluh menit kemudian …….

Ibu : ” Anik, tolong piring-piringnya bawa kedalam . “

Kevin : ” Baik bu “

Beberapa lama kemudian..

Daniel : “Oh ya nanti temanku mau datang ke sini, dan aku mau Ibu jangan memanggil aku “anak” tapi Ibu harus memanggil aku “tuan” dan Ibu harus mengaku sebagai pembantuku.”

Ibu : (terkejut) “Yaampun Daniel, kamu tega sekali menyuruh ibu berbuat seperti itu.”

Daniel : (Sambil berdiri) “aku nggak mau tahu pokoknya Ibu harus seperti itu, kalau Ibu nggak lebih baik aku pergi dari sini!”

Daniel modar-mandir menanti kedatangan temannya dan sesaat kemudian teman Daniel pun datang

Ariska : Hai Daniel! Ini rumah siapa ya?

Daniel : ” Oh ……….. ini rumah pembantuku, aku kesini menjenguk anaknya yang sedang sakit. “

Tiba-tiba ibunya Daniel keluar

Ibu : ” Oh …… ada tamu toh .

Ariska : ” Eh !Dia siapa?

Daniel : ” Oh ini ! dia adalah pembantuku yang aku ceritakan tadi”

Page 2: BI 1

Ibu : ” Iya, saya adalah pembantu tuan Daniel. Tuan kesini menjenguk anak saya yang sedang sakit . “

Ariska : ” Ngomong - ngomong aku harus duduk di mana?”

Joko : ” Di sini aja ya Yang?”( Sambil menunjuk tikar)

Ariska : ” Apa??? Masak aku disuruh duduk di tempat yang kotor ini?”

Joko : “Maklumlah Yang, ini kan rumahnya pembantu jadi umtuk sementara duduk di sini aja!”

Ariiska : ” Ya dah deh kalau begitu.”

Si Mbok keluar dangan membawa dua gelas air putih.

Mbok : ” Ini Non airnya, silahkan di minum.”

Joko : ” terimakasih Mbok . ya sudah silakan Mbok masuk kedalam . “

Setelah Mbok masuk kedalam, Joko dan Ariska melanjutkan kembali percakapannya.

Ariska : ” Yang, kita kan sudah lama pacaran. Kapan sayang melamar aku ? Mami sudah sering tanya. “

Joko : (sambil berfikir) ” E… Bagaimana kalau bulan depan ? “

Ariska : ” Tapi Yang, Mami kan mau pergi keluar negeri . “

Joko : ” bagaimana kalau minggu depan ? “

Ariska : ” begini Yang, kata Mami 2 hari lagi Sayang harus melamar aku. “

Joko : (dengan terpaksa jokopun menyetujuinya ) ” ya sudah, 2 hari lagi aku melamar kamu. “

Ariska : ” Tapi Yang, kata Mami ada syaratnya. “

Joko : ” Apa syaratnya Sayang ? “

Ariska : ” Saat melamar, sayang harus membawa uang sebesar Rp. 20.000.000,-”

Joko : (terkejut)” a…… pa ? dua puluh juta ?”

Ariska : ” Sayang kenapa kok terkejut ! uang dua puluh juta kan kecil buat sayang

Joko : (berpura - pura ) ” Ah , siapa yang terkejut . kalau hanya uang dua puluh juta itu kecil buat aku . “

Ariska : ” Jadi bagaimana Yang ? Sayang jadi kan melamar aku ?”

Joko : ” Ya pasti dong sayang “

Page 3: BI 1

Ariska : ” Ya udah ya , aku pulang dulu Yang . Aku masih ada j anj i sama teman - teman mau pergi ke Mall. Da……… (sambil melambaikan tangan)

Joko : (sambil melambaikan tangan) ” hati - hati dijalan ya. “

Setelah Ariska pulang, Joko masuk kedalam rumah dengan perasaan yang bingung. Melihat joko yang seperti itu si mbok juga ikut bingung.

Mbok : “Ada apa to jok, kok mbok lihat sepertinya kamu bingung sekali ?”

Joko : ” Gini mbok, orang tua Ariska minta aku melamar Ariska dua hari lagi”

Mbok : “Kamu mau melamar pakai apa jok ? kamu kan belum kerja”.

Joko : “Mamanya Ariska juga minta uang Rp.20 juta buat melamar anaknya”.

Mbok : “Apa??? 20juta??? Kita dapat uang sebesar itu dari mana ? kita kan hanya orang miskin, buat makan saja kita susah. Apalagi 20 juta !”

Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu. Dalam dua hari mbok harus menyiapkan uang 20 juta untuk melamar pacarku”.

Mbok : “Masyaallah jok, ya gak mungkin toh mbok dapat uang 20juta dalam dua hari”.

Joko : “Tapi kita kan masih punya tanah peninggalan bapak yang ada dibelakang rumah itu mbok”.

Mbok : “Jok, itu kan peninggalan bapakmu satu-satunya. Masak kamu tega nyuruh mbok menjualnya”.

Joko : “Sudahlah mbok jual saja. Kalau mbok gak mau jual lebih baik aku pergi saja dari rumah”.

Mbok : “Jangan gitu toh nak, kita kan sudah gak punya apa-apa lagi”.

Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu, lebih baik aku minggat kalu mbok gak mau menjualnya”.

Mbok : ” Ya udah jok, nanti mbok pikir-pikir dulu. “

Joko : “Kalau gitu aku keluar dulu”.

Karena mendengar keributan antara mbok dan adiknya, Anikpun keluar.

Anik : “Ada apa toh mbok aku dengar dari dalam kok rebut saja”.

Mbok : “Adikmu ini lho, katanya dia mau melamar pacarnya dan calon mertuanya minta uang sebesar 20 juta. mbok bingung harus cari uang dimana. Malahan dia nyuruh mbok jual tanah peninggalan bapakmu”.

Anik : “Terus mbok mau ?”.

Mbok : “Lha gimana lagi nik, adikmu ngancam mau minggat dari rumah kalau mbok gak jual tanah. Dia kan anak-anak laki-laki mbok satu-satunya”.

Page 4: BI 1

Anik : (dengan nada kesal) “Mbok sih selalu saja menuruti keinginan joko”.

Mbok : “Mbok sudah gak punya cara lagi nik. Mbok bingung ! !”.

Anik : “Ya sudah, terserah mbok saja. Anik masuk dulu mau nyuci piring mbok”.

Dengan merasa terpaksa sekali, maka ibu jokopun menjual tanah peninggalan almarhum suaminya. Ibu joko akhirnya pergi kerumah Bu Anis juragan kaya di desanya yang biasa membeli tanah.

Bu Anis : “Jeng…..aku baru beli kalung berlian lho bagus banget !”

Bu Hefni : “Iya to bu….., mana aku pengen lihat ! aku kemarin juga baru dibeliin cincin permata sama suamiku dari Korea Selatan”.

Ibu joko : “Permisi Bu Anis….., kulonuwun ?!”.

Bu Anis : “Oh …monggo, lho! Bu Joko, mari masuk bu. Silahkan duduk, silahkan bu !”.

Ibu joko : “Iya bu…terimakasih”.

Bu Anis : “Kok tumben bu joko. Ada perlu apa ? ndak biasanya loh ibu main kerumah saya…”.

Ibu joko : “Oh …iya bu, begini…. maksud kedatangan saya kemari tadi pertama mau silaturrahmi dan yang kedua mau…. anu…..saya dengar ibu bias membeli tanah, dan saya bermaksud akan menawarkan tanah saya dibelakang rumah itu untuk saya jual kepada ibu”.

Bu Anis : “Iya ta bu… ibu apa bawa surat-surat tanahnya ?”.

Ibu joko : “Ini bu !” (sambil menyerahkan surat-surat tanah)

Bu Anis : “Iya, saya periksa dulu ya bu !” (memeriksa surat-surat tanah). Terus ibu mau menjual tanah ini berapa bu ?”.

Ibu joko : “Emmm…… kalau Rp.25.000.000 bagaimana bu ?”.

Bu Anis : “Kok Rp.25.000.000 to bu! Kalau Rp.18.000.000 bagaimana?”.

Bu joko : “Kok Rp.18.000.000to bu, ya udah kalau Rp.20.000.000 saja bagaimana bu… yang penting jangan kurang dari Rp.20.000.000 ya bu…. bagaimana?”.

Ibu Hefni : “Sudahlah jeng…. iya saja !”.

Ibu Anis : “Ya sudah bu…baiklah, saya beli Rp.20.000.000. sekarang saya ambilkan uang dulu kedalam ya bu !”.

Ibu Hefni : ” Bu…. kok tanahnya dijual, memangnya ada keperluan apa to bu! Kelihatannya mendadak sekali!”.

Bu j oko : ” Hemmm… iya bu, ada keperluan keluarga. Hem…”

Page 5: BI 1

Ibu Anis : (keluar dari kamar) ” Ibu joko, ini uangnya Rp.20.000.000, coba dihitung dulu bu !”.

Bu joko : “Ndak bu…. saya percaya kok sama ibu. Terimakasih….kalau begitu saya pamit dulu ya bu. Terimakasih…….”.

Bu Anis : “Oh iya bu, kok tergesa-gesa, baiklah bu…. saya juga terimakasih. Nanti kalau saya butuh surat-surat keterangan yang lain bolehkan saya main kerumah ibu ?”.

Bu joko : “Oh iya…. silahkan bu. Ndak apa-apa ! Bu Hefni juga boleh main kegubuk saya yang reot itu. Ya sudah bu… saya pamit dulu, terimakasih. Mari…….. “.

Bu Anis : “Iya mari-mari…..hati-hati ya bu !”.

Sementara itu, suasana dirumah Ariska pacar Joko begitu sibuk mempersiapkan acara lamaran. Para pembantu sibuk bersih-bersih dan menata rumah.

Yu : “Aduh…..kerja kok terus, sampek coklek pinggangku ini rasanya. Eh nem nem, sini…..tak kasih tahu!”. (kemudian duduk)

Nem : “Ada apa to Yu…..kok semangat banget”. (sambil meletakkan sapunya dan ikut duduk).

Yu : ” Eh kamu tahu ndak, non ariska itu hari ini mau dilamar juragan kaya katanya guuuuanteng lho!”.

Nem : “Masak sih Yu! Aku kok ndak tau !”.

Yu : “iya! Kamu ini bagaimana to nem nem, masa sama yang terjadi pada juragan kita kamu ndak tahu? Wong tetangga-tetangga yang beli sayur tadi semua membicarakan itu kok ! katanya sih, wajahnya seperti david Beckham pemain sepak bola itu lho nem”.

Nem : “Da….. David Beckham itu sopo to Yu !”.

Yu : “Gusti allah nem nem, makanya kamu itu j adi orang mbok ya nonton TV. Walau kita pembantu tapi mbok yo yang sedikit modern gitu po’o. kaya aku ini !”. (sambil berpose lenggak-lenggok)

Ibu Ariska : “Aduh,duh,duh,duh…… wong disuruh kerja kok ya ngerumpi! Kalian berdua itu piye to Yu, Nem! Ayo coba kamu Nem dah siap pa belum makananya di dapur ?”

Nem : “Belum ndoro putri…..(sambil ketakutan)

Ibu Ariska : “Kok belum piye to Nem, lihat ini sudah jam berapa ? calon besanku tuh mau dating. Ayo cepat sana kamu siapkan makanannya! Dan kamu Yu, bersih-bersih didepan sana. Nanti kalau tamunya dating kasih tau saya ya”.

Yu & Nem : “Inggih ndoro putri……..”.

Ida : “Ada apa to ma…..kok rebut aja sendiri dari tadi, kok ngomel-ngomel terus ida perhatikan”.

Ibu Ariska : “itu loh Yu sama Nem, wong disuruh kerja kok malah ngerumpi”.

Page 6: BI 1

Ida : “Iya tuh ma, pembantu kita itu senangnya ngegosip melulu. Malah kemarin itu yang namanya Nem itu malah pacaran dipasar. Bukannya beli sayur malah kencan sama tukang ojek di depan itu loh ma”.

Ibu Ariska : “Oh iya ida , coba kamu lihat mbakmu dikamar. Dandannya udah selesai apa belum, dari tadi dandan kok belum selesai juga. Ayo sana….”.

Ida : “Iya-iya ma…..(sambil agak sewot)

Ariska : ” Mama…..aduh mamaaku udah kelihatan lebih cantik belum ma? Tu bajuku…. antingku juga bagus kan ma?”

Ibu Ariska : “Iya-iya…. anak mama cuuanntik sekali, memang sudah saatnya dilamar. Mbakmu cantik kan ida ? “.

Ida : “Iya cantik!”. (sambil cemberut karena sewot & iri)

Yu : “Maaf ndoro putri……. diluar tamunya sudah datang”.

Ibu Ariska : “Kamu itu piye to yu, kalau tamunya datang ya disuruh masuk to ! ayo cepat suruh masuk !”.

Yu : “Inggih…inggih ndoro putri, inggih!” Setelah tamunya masuk…….

Ariska : “Sayang……. kamu sudah datang ya. Kami semua udah lama nunggu kamu, kok telat sihhh…”.

Joko : “Iya sayang maaf…… maklum Surabaya, macet!”.

Ariska : “Oh…. begitu. oh ya ma ini loh yang namanya joko pacarnya riska”.

Ibu Ariska : “Oh…. ini to yang namanya nak jojko, silahkan duduk nak joko! (sambil berjabat tangan kemudian menyilahkan tamunya duduk) , lho, ini siapa nakjoko?”.

Joko : “Ehmm…ini..ini pembantu saya ma..”.

Ariska : “Iya ma, ini pembantunya sayang joko yang Riska ceritakan kemarin waktu anaknya sakit. Mama masih ingat kan ?”.

Ibu Ariska : “Ohh…. iya mama inget”.

Joko : “Iya ma…..betul sekali. Ma, maksud kedatangan saya kemari mau melamar Riska ma… “.

Ibu Ariska : “Oh… iya. Ibu sih ndak apa-apa, tapi apa kamu sudah membawa persyaratannya?”.

Joko : “Iya sudah…ini ma!” (sambil meminta uang kepada ibunya yang disuruh berpura-pura jadi pembantunya lalu menyerahkannya kepada calon mertuanya)

Ibu ariska : “Sebentar ibu hitung dulu ya nak! …..aduh, udah wis ibu percaya. Ayo ida kamu saja yang hitung dikamar mama”.

Ida : “Iya ma.. . !”. Ibu Ariska : “Yu… Nem… !” Yu & Nem: “Inggih ndoro putri….”

Page 7: BI 1

Ibu ariska : “ayo kamu buatkan minum 3 jus jeruk dan camilannnya bawa kesini ya. Cepat!”

Yu & Nem: ” kok 3 ndoro, terus yang itu bagaimana?”(sambil menunjuk pada ibunya joko)

Ibu Ariska : “udah cepet sana! Kalau disuruh itu gak usah banyak Tanya-tanya!” Yu & Nem: “Inggih ndoro..”

Ibu ariska : “Oh iya…orang tuanya nak joko kemana? Kok ndak ikut, mama kira mereka ikut. Kok malah pembantunya yang diajak”.

Joko : “Oh…. papa saya sudah meninggal ma… !” Ibu Ariska : “Oh sudah meninggal, maaf ya nak joko!”

Yu dan Nem masuk keruang tamu sambil membawa minuman dan camilan. Kemudian ibu ariska, ariska dan joko menikmati hidangan yang disajikan sementara ibu joko dibiarkan duduk dilantai tanpa menikamti apapun juga.

Ibu Ariska : “Lalu mamanya nak joko sekarang dimana?”

Joko : “Ehm…. mama …mama …(sambil melihat ibunya dengan bingung), mama saya juga sudah meninggal ma…”

Ibu joko : (langsung berdiri dan menghadap pada joko) joko! Joko anakkku! Mbok masih sehat dan sekarang masih berdiri di hadapanmu kamu bilang mbok sudah meninggal. Astaghfirullah…joko. Aku mbokmu joko, yang mengandung kamu, melahirkan kamu dan sekarang dihadapanmu kamu bilang sudah mati joko !”

Ariska : (saat joko kebingungan) sebentar…. sayang ini siapa sich! Kamu bilang pembantu kamu, tapi kok dia bilang dia ini ibunya kamu. Lalu yang benar yang mana?”

Joko : “Tenang sayang ….yang benar ini bukan ibuku tapi pembantuku. Dan ibuku sudah meninggal”.

Ibu joko : “Durhaka kamu joko !ini balasan kamu joko. Aku mbokmu joko!”

Joko : “Enak saja !kamu bilang kamu ini ibuku ?” (sambil mendorong ibunya hingga jatuh tersungkur kelantai)

Ibu joko : (sambil berusaha berdiri dan membelakangi Joko) Durhaka kamu joko! benar-benar kamu anak durhaka! Ini balasan kamu pada ibumu sendiri ?daripada mbok melihat anak seperti kamu lebih baik mbok melihat patung !»

Joko : (tiba-tiba saja joko terjatuh dan kakinya tidak bias digerakkan) “Aduh kakiku! mbok…mbok…ampun mbok…ampun, maafkan joko mbok…”.

Ariska : (sambil menangis melihat joko) “Ada apa sayang, kamu kenapa? Kakimu kenapa ?ma …ini bagaimana ma…?”

Ibu ariska : “sudahlah nak…mama juga nggak tahu”

Page 8: BI 1

Ibu joko : “Sekarang kamu mau mengakui aku sebagai mbokmu dihadapan mereka ! sekarang kamu mau! (sambil marah karena sakit hati)

Joko : (sambil memohon-mohon) “Ampun mbok…ampun!”

Ibu joko : ” tidak joko, ibu tidak akan memaafkan kamu. Ibu sudah terlanjur sakit hati! Ini memang karma yang harus kamu terima!”

Dan akhirnya Jokopun menjadi patung.

Ibu Joko : (berbalik menghadap Joko) ” Jok , Jok, Jok kamu kenapa nak! Ayo bicaralah pada ibu , ya Allah Joko ! mengapa kamu jadi seperti ini nak? astaghfirullah apa yang telah aku katakan, aku telah mengutuk anakku sendiri.

Dan Ibu Jokopun hanya dapat bersimpuh menangis menyaksikan anaknya yang menjadi patung