bf

download bf

of 3

description

farmakokinetika

Transcript of bf

Konsep kulit sebagai membran pasif dan adanya keyakinan bahwa viabilitas kulit kurang penting dalam absorpsi perkutan, telah memandu dominasi studi absorpsi perkutan oleh hukum aksi masa dan difusi secara fisika. Sebuah konsekwensi dari konsep kulit sebagai membran pasif merupakan tanda-tanda yang jelas daristratum corneumsebagaibarrierterhadap absorpsi perkutan. Bagian kulit yang hidup akan menentukan metabolisme, distribusi dan ekskresi dari senyawa melalui kulit dan tubuh.Absorbsi per kutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi obat melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum komeum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif,jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit. Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul.Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

Keterangan:Dq/Dt=Laju difusiD= Koefisien difusiK= Koefisien partisiA= luas permukaan membranh= tebal membranCs-C = perbedaan antara konsentrasi obat dalam pembawa dan medium

Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi, viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi obat.

Shargel, Leon. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi II. Surabaya: Airlangga University Press.Martin, Alfred dkk. 1990.Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press.http://yuniethafafa.blogspot.com/2012/04/uji-difusi.html

Definisi sediaan krim :Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.Secara Tradisionalistilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.Kualitas dasar krim, yaitu:1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).Penggolongan KrimKrim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyakContoh : cold creamCold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam airContoh: vanishing creamVanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Kelebihan dan kekurangan sediaan krimKelebihan sediaan krim, yaitu:1. Mudah menyebar rata2. Praktis3. Mudah dibersihkan atau dicuci4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat5. Tidak lengket terutama tipe m/a6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m7. Digunakan sebagai kosmetik8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.Kekurangan sediaan krim, yaitu:1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.Bahan-bahan Penyusun KrimFormula dasar krim, antara lain:1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).Bahan-bahan penyusun krim, antara lain: Zat berkhasiat Minyak Air Pengemulsi Bahan PengemulsiBahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan PengawetBahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.METODE PEMBUATAN KRIMPembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).PENGEMASANSediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.http://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/Pengertian Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18).1. Penggolongan Salep1.1Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan:a.Salep EpidermikSalep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal.Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida.Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin.b.Salep EndodermikDimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian saja.Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritanDasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.c.Salep DiadermikSalep ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan belladona.Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.1.2Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi :a.Mempunyai efek permukaanMempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek membersihkan ataupun sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran.b.Mempunyai efek pada stratum korneumContoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-amino benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum.c.Mempunyai efek epidermalPada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.2. Persyaratan Salep (Repetitorium Teknologi Sediaan Steril, Benny Logawa,46) mudah berubah bentuk dengan adanya energi mekanis, seperti penggosokan pada saat penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan dengan profil permukaan tubuh tempat salep digunakan.Bersifat plastis yang memungkinkan bentuknya stabil saat penyimpanan dan setelah digosokkan pada kulitMemiliki struktur gel yang bersifat reversibel secara teknis, sehingga viskositas salep akan menurun dengan meningginya suhu. Hal ini diharapkan terjadi pada saat salep digosokkan pada kulit.Ikatan pembentukan struktur gel berupa ikatan van der wallsagar setelah digosokkan pada kulit dapat membentuk kembali viskositas semula, hal ini mencegah mengalirnya salep setelah digososkkan pada kulit.Harus memiliki aliran tiksotropik3.Aturan Umum SalepVan Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat, hal. 55Zat yang dilarutkan dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.Pada umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak lemak daripada dalam vaselin misalnya kamfora, mentol, fenolum, timolum dan guayakolum dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, zat-zat digerus halus, dan ditambahkan sebagian (kira-kira sama banyak) vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan dasar salep yang lain. Kamfora dilarutkan dalam spritus fortior secukupnya sampai larut baru ditambah dasar salep sedikit demi sedikit.Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain. Contoh zat yang melarut dalam air adalah kalium iodide, tanin, natrium penisilin. Dasar salep yang menyerap air adalah adeps lanae, unguentum simplex, dan dasar salep hidrofilik. Dasar salep yang sudah mengandung air adalah lanolin (25% air), unguentum liniens (25%), unguentum cetylicum hydrosum (40%).Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan 100. Contohnya : ZnO dan Acidum boricum. Zat yang telah diserbuk dicampur dengan dasar salep (sama banyak), bila perlu dasar salep dilelehkan dahulu (dalam mortir dan stamper panas), setelah itu ditambahkan bahan-bahan lain sedikit demi sedikit sambil digerus, untuk mencegah pengkristalan pada waktu pendinginan seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Parafinumsolidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair dan lunak. Asam borat tidak boleh dengan pemanasan.Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan kain kasa). Masa kolatur ditampung dalam mortar panas dan diaduk sampai dingin. Pada pengkoliran ini terjadi masa yang hilang, maka bahan-bahannya harus dilebihkan 10-20%.4. Tujuan Pembuatan SalepPengobatan lokal pada kulitMelindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)Melembabkan kulithttp://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/03/pengertian-salep.html