Beton Pelat Teori

9
PELAT-1 STRUKTUR PELAT 1. Definisi Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur 2. Tinjauan Umum Pelat Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus , (datar atau melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain. Segi statika, kondisi tepi (boundary condition) pelat dibagi menjadi : Tumpuan bebas ( free ) Bertumpu sederhana ( simply supported ) Jepit Pemakaian pelat : Struktur arsitektur Jembatan Perkerasan jalan Struktur hidrolik dll Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974) 1. Pelat kaku : merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam ( lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain. 2. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.

Transcript of Beton Pelat Teori

Page 1: Beton Pelat Teori

PELAT-1

STRUKTUR PELAT

1. Definisi

Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati

maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari

sistem struktur

2. Tinjauan Umum Pelat

Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau

melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi

yang lain.

Segi statika, kondisi tepi (boundary condition) pelat dibagi menjadi :

Tumpuan bebas ( free )

Bertumpu sederhana ( simply supported )

Jepit

Pemakaian pelat :

Struktur arsitektur

Jembatan

Perkerasan jalan

Struktur hidrolik

dll

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat

(Szilard, 1974)

1. Pelat kaku : merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur

(flexural rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi,

terutama dengan momen dalam ( lentur dan puntir) dan gaya geser

transversal, yang umumnya sama dengan balok

Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali

jika dinyatakan lain.

2. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan

memikul beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser

terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan

kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat

daya tahan momennya dapat diabaikan.

Page 2: Beton Pelat Teori

PELAT-2

3. Pelat flexibel : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan

memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya

geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial

Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena

perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan

4. Pelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya

menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi

3. Sistem Pelat Satu Arah

Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum

dan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar).

Dimana permukaan pelat itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan

pada sisi dan dua gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat

yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada lebarnya, maka

hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil

saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar.

Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan

tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan

susut atau suhu sejajar dengan balok-balok atau sisi panjangnya.

Permukaan yang melendut dari sistem pelat satu arah mempunyai

kelengkungan tunggal.

Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus,

asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi.

4. Sistem Pelat Dua Arah

Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus,

asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan

jenis pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang panjang

terhadap bentang pendek kurang dari dua

Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke

empat balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada

kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan pelat mempunyai

kelengkungan ganda.

Page 3: Beton Pelat Teori

PELAT-3

5. Metode Analisis Struktur Pelat

a. Metode klasik

Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana

pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini

didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan

dibuat model matematis dengan menggunakan penyederhanaan-

penyederhanaan

b. Metode Pendekatan dan numerik, antara lain :

1. Metode garis luluh

Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh

lentur saja. Pengaruh-pengaruh lain seperti lendutan dan geser

harus ditinjau tersendiri.

2. Metode jaringan balok

Metode ini didasarkan pada metode kekakuan ( mengubah struktur

kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis

struktur pelat didekati dengan pendekatan jaringan balok silang,

struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam

masing-masng arah dengan tinggi balok sama dengan pelat.

3. Metode pendekatan PBI 71

Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan

koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang

dihasilkan didapat dari rumus momen yang sudah ada. Besarnya

momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter

panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari

hitungan momen didapatkan Mlx ( momen lapangan pada arah x),

Mtx ( momen tumpuan/tepi pada arah x), Mly ( momen lapangan

pada arah y), Mty ( momen tumpuan/tepi pada arah y).

Perhitungan momen-momen tersebut harus sesuai dengan

perletakan masing-masing sisi struktur pelat yang direncanakan.

4. Metode pendekatan SNI-2847-2002

Metode perencanaan langsung ( Direct Design Method )

Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen

dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan.

Metode portal ekivalen ( Eqivalen Frame Method )

Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal

dari momen dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-

kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam analisis

pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan

perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya.

BEBAN PADA PELAT

Page 4: Beton Pelat Teori

PELAT-4

Beban yang bekerja pada pelat antara lain :

(Contoh perhitungan beban pelat)

1. Beban mati :

Berat sendiri pelat t = 12 cm : 0,12 * 2400 = 288 kg/m2

Berat pasir ( jenuh) t = 5 cm : 0,05 * 1800 = 90 kg/m2

Berat spesi/mortar(per cm) : = 21 kg/m2

Berat plafon : = 11 kg/m2

Penggantung : = 7 kg/m2

Lainnya ( ducting-listrik) : = 10 kg/m2

Total beban mati = 437 kg/m2

2. Beban hidup : (tergantung dari fungsi bangunan)

Misalkan banguan untuk ruang olah raga = 400 kg/m2

( untuk beban yang lain lihat tabel beban mati dan beban hidup dan lainnya di

Buku Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )

Ringkasan beban menurut Buku Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk

Gedung

Tabel 2.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung BAHAN BANGUNAN

1 Baja 7850 kg/m3

2 Batu alam 2600 kg/m3

3 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk 1500 kg/m3

4 Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3

5 Batu pecah 1450 kg/m3

6 Besi tuang 7250 kg/m3

7 Beton (1) 2200 kg/m

3

8 Beton bertulang (2) 2400 kg/m

3

9 Kayu (kelas I)(3) 1000 kg/m

3

10 Kerikil, koral(kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650 kg/m3

11 Pasangan bata merah 1700 kg/m3

12 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 kg/m3

13 Pasangan batu cetak 2200 kg/m3

14 Pasangan batu karang 1450 kg/m3

15 Pasir(kering udara ampai lembab) 1600 kg/m3

16 Pasir (jenuh air) 1800 kg/m3

17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850 kg/m3

18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700 kg/m3

19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2000 kg/m3

20 Timah hitam (timbel) 11400 kg/m3

Page 5: Beton Pelat Teori

PELAT-5

KOMPONEN GEDUNG

1 Adukan, per cm tebal :

Dari semen

Dari kapur, semen merah atau tras

21 kg/m2

17 kg/m2

2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm

tebal

14 kg/m2

3 Dinding pasangan bata merah :

Satu batu

Setengah batu

450 kg/m2

250 kg/m2

4 Dinding pasangan batako :

Berlubang

- Tebal dinding 20 cm (HB 20)

- Tebal dinding 10 cm (HB 10)

Tidak berlubang

- Tebal dinding 15 cm

- Tebal dinding 10 cm

200 kg/m2

120 kg/m2

300 kg/m2

200 kg/m2

5 Langit langit dan dinding ( termasuk rusuk-rusuknya,

tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri

dari :

Semen asbes (eternity dan bahan lain sejenis),

dengan tebal maksimum 4 mm

Kaca, dengan tebal 3 – 4 mm

11 kg/m2

10 kg/m2

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-

langit dengan bentangg maksimum 5 m dan untuk beban

hidup maksimum 200 kg/m2

40 kg/m2

Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang

maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,80 m

7 kg/m2

Penutup atap genteng dengan reng dan usuk/kaso per m2

bidang atap

50 kg/m2

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2

bidang atap

40 kg/m2

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording 10 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan beton

tanpa adukan, per cm tebal

24 kg/m2

Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2

Page 6: Beton Pelat Teori

PELAT-6

Tabel 3.1. Beban hidup pada lantai gedung

a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali disebut dalam b 200 kg/m2

b Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-

gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau

bengkel

125 kg/m2

c Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor , toko, toserba,

restoran, hotel asrama dan rumah sakit 250 kg/m

2

d Lantai ruang olah raga 400 kg/m2

e Lantai ruang dansa 500 kg/m2

f Lantai dan balkon-dalam dari ruang-ruang untuk

pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e,

seperti masjid, gereja, ruang pergelaran, ruang rapat,

bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk

tetap.

400 kg/m2

g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau

untuk penonton berdiri 500 kg/m

2

h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m2

i Tangga dan bordes tangga dan gang dari yang disebut

dalam d, e, f, g. 500 kg/m

2

j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c,d,e,f,g. 250 kg/m2

k Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,

ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang

mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang

ditentukan tersendiri dengan minimum.

400 kg/m2

l Lantai gedung parker bertingkat :

Untuk lantai bawah

Untuk lantai tingkat lainnya

800 kg/m2

400 kg/m2

m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus

direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang

berbatasan dengan minimum

300 kg/m2

Page 7: Beton Pelat Teori

PELAT-7

Tabel 3.3. Koefisien reduksi beban hidup Koefisien reduksi beban hidup

Penggunaan Gedung Untuk

perencanaan

balok induk

dan portal

Untuk

peninjauan

gempa

PERUMAHAN/PENGHUNIAN :

Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit.

0,75

0,30

PENDIDIKAN :

Sekolah, ruang kuliah

0,90

0,50

PERTEMUAN UMUM :

Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang

dansa, ruang pergelaran

0,90

0,50

KANTOR :

Kantor, bank

0,60

0,30

PERDAGANGAN :

Toko, toserba, pasar

0,80

0,80

PENYIMPANAN :

Gudang, perpustakaan, ruang arsip

0,80

0,80

INDUSTRI :

Pabrik, bengkel

1,00

0,90

TEMPAT KENDARAAN :

Garasi, gedung parker

0,90

0,50

GANG DAN TANGGA :

Perumahan/penghunian

Pendidikan, kantor

Pertemuan umum, perdagangan

penyimpanan, industri, tempat

kendaraan

0,75

0,75

0,90

0,30

0,50

0,50

Table 3.4. Koefisien reduksi beban hidup kumulatif

No Jumlah lantai yang

dipikul

Koefisien reduksi yang

dikalikan kepada

beban hidup kumulatif

1 1 1,00

2 2 1,00

3 3 0,90

4 4 0,80

5 5 0,70

6 6 0,60

7 7 0,50

Page 8: Beton Pelat Teori

PELAT-8

8 8 dan lebih 0,40

BERBAGAI KONDISI TUMPUAN PELAT

PELAT PERSEGI PANJANG

YANG DITUMPU SEDERHANA Sebagai contohnya adalah :

1. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN SINUSOIDAL

2. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN MERATA

3. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN / TEKANAN

HIDROSTATIK

4. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN BERBENTUK

PRISMA SEGITIGA

5. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN SEBAGIAN

6. PELAT PERSEGI PANJANG YANG DITUMPU SECARA

SEDERHANA SERTA MENGALAMI BEBAN TERPUSAT

PELAT PERSEGI PANJANG

DENGAN BERBAGAI KONDISI TEPI

1. Lenturan pelat persegi panjang akibat momen yang terbagi sepanjang

tepi-tepinya.

2. Pelat-pelat persegi panjang dengan dua tepi yang berhadapan ditumpu

secara sederhana dan dua sisi lainnya dijepit.

3. Pelat-pelat persegi panjang di mana ketiga tepinya ditumpu secara

sederhana dan satu tepinya dijepit.

4. Pelat-pelat persegi panjang yang semua tepinya dijepit.

5. Pelat persegi panjang dengan sebuah tepi atau dua buah tepi yang

berdekatan ditumpu secara sederhana dan tepi lainnya dijepit.

6. Pelat persegi panjang dengan dua tepi yang berhadapan ditumpu secara

sederhana, tepi ketiga bebas, dan tepi keempat terjepit atau ditumpu

secara sederhana

7. Pelat persegi panjang dengan tiga buah tepinya terjepit dan tepi keempat

bebas.

Misalnya untuk tangki empat persegi panjang atau dinding penahan

tanah.

Page 9: Beton Pelat Teori

PELAT-9

8. Pelat persegi panjang dengan dua tepi yang berhadapan ditumpu secara

sederhana, dan dua tepi lainya bebas atau ditumpu secara elastis.