bersyukur

12
Bersyukur. Halo. Perkenalkan, namaku Putri. Aku adalah seorang Mahasiswi semester kedua sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta,yang jaketnya warna kuning dan suka sekali demo-demo-an. Hehe. Aku ingin bercerita soal seorang temanku yang merubah pandanganku soal kehidupan ini, soal kekuatan ‘Bersyukur’ itu sebenarnya. Dulu, guru ngajiku pernah bilang: “Kalau kamu bersyukur dengan apa yang kamu punya sekarang, insha Allah, kamu akan merasa nikmatmu akan lebih banyak dari apa yg sebenarnya kamu dapat.” Tulisan kali ini adalah terinspirasi dari cerita-cerita teman- temanku soal apa itu ‘bersyukur’ yg sebenarnya. Cerita pertama dari seorang temanku yang bernama “Asty”(nama disamarkan). Asty mengajarkanku apa itu arti bersyukur pertama. Asty adalah sosok perempuan yang “Sempurna” dimataku. Meski ia tak sesempurna fisik. Asty adalah sosok manusia yang tidak diberi Tangan sebelah kiri dan Kaki-kakinya tak ada. Asty adalah sosok manusia yang sehari-harinya bertongkat untuk berjalan. Asty tak mampu membeli kaki palsu untuk membantunya berjalan. Asty juga bukan sosok manusia yang bisa bernafas dengan bebas. Di tubuh Asty, terdapat alat-alat yang membantu ia untuk bernafas. Jadi kalau satu alat itu hilang, Asty tak akan bernafas lagi. Asty juga berkacamata. Asty hidup bersama ibu dan kakaknya yang tinggal di Sumatera. Jadi, ia hanya tinggal bersama ibunya. Ayah Asty sudah dipanggil lebih dulu oleh Tuhan saat Asty lulus Sekolah Menengah Pertama. Aku dan Asty berteman sudah lama. Jadi aku tahu semua seluk beluk bagaimana Asty sehari-harinya. Suatu hari, Asty mengajakku duduk di taman dekat sekolah luar- biasa-tempat-ia-sekolah. Ia mengajakku berdiskusi soal Mimpi- Mimpi kami. Saat itu, kami sudah berada di tingkat 3 Sekolah

description

mnu

Transcript of bersyukur

Bersyukur.Halo. Perkenalkan, namaku Putri. Aku adalah seorang Mahasiswi semester kedua sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta,yang jaketnya warna kuning dan suka sekali demo-demo-an. Hehe. Aku ingin bercerita soal seorang temanku yang merubah pandanganku soal kehidupan ini, soal kekuatan Bersyukur itu sebenarnya.Dulu, guru ngajiku pernah bilang: Kalau kamu bersyukur dengan apa yang kamu punya sekarang, insha Allah, kamu akan merasa nikmatmu akan lebih banyak dari apa yg sebenarnya kamu dapat.Tulisan kali ini adalah terinspirasi dari cerita-cerita teman-temanku soal apa itu bersyukur yg sebenarnya.Cerita pertama dari seorang temanku yang bernama Asty(nama disamarkan). Asty mengajarkanku apa itu arti bersyukur pertama.Asty adalah sosok perempuan yang Sempurna dimataku. Meski ia tak sesempurna fisik. Asty adalah sosok manusia yang tidak diberi Tangan sebelah kiri dan Kaki-kakinya tak ada. Asty adalah sosok manusia yang sehari-harinya bertongkat untuk berjalan. Asty tak mampu membeli kaki palsu untuk membantunya berjalan. Asty juga bukan sosok manusia yang bisa bernafas dengan bebas. Di tubuh Asty, terdapat alat-alat yang membantu ia untuk bernafas. Jadi kalau satu alat itu hilang, Asty tak akan bernafas lagi. Asty juga berkacamata.Asty hidup bersama ibu dan kakaknya yang tinggal di Sumatera. Jadi, ia hanya tinggal bersama ibunya. Ayah Asty sudah dipanggil lebih dulu oleh Tuhan saat Asty lulus Sekolah Menengah Pertama. Aku dan Asty berteman sudah lama. Jadi aku tahu semua seluk beluk bagaimana Asty sehari-harinya.Suatu hari, Asty mengajakku duduk di taman dekat sekolah luar-biasa-tempat-ia-sekolah. Ia mengajakku berdiskusi soal Mimpi-Mimpi kami. Saat itu, kami sudah berada di tingkat 3 Sekolah Menengah Atas. Jadi, Asty merasa kami sudah waktunya saling bercerita soal Mimpi-Mimpi itu.Aku katakan saja pada Asty kalau aku ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang sangat banyak peminatnya. Aku pesimis, aku bilang pada Asty kalau aku tak mungkin masuk ke PTN itu karena aku bukan anak pintar. Nilaiku segitu-segitu aja. Aku bahkan tak patut bermimpi bisa masuk kesana.Aku menangis saat aku menceritakan betapa aku menginginkan Mimpiku menjadi nyata.Lalu, Asty mengajakku merebahkan diri di atas rumput. Lalu aku membantunya untuk tidur-an.Asty melihat ke langit, begitupun aku.Put, coba pejamkan mata dan rasakan setiap helaian nafasmu. Udara yang kau hirup itu ciptaan Tuhan,kan? Tanya Asty.Aku mengangguk.Kau juga percaya bahwa tubuhmu itu ciptaan Tuhan? Tanya Asty.Aku mengangguk lagi.Lalu apa yang kau takutkan? Tanya Asty untuk ketiga kalinya.Aku terdiam, kebingungan mencerna apa maksudnya bertanya demikian.Tiba-tiba Asty menghela nafasnya dan mulai bicara. Aku ingat sekali, bicaranya ini yang membuatku bisa berdiri tegap sampai sekarang.Put, apa yang harus kamu keluhkan? Kau punya segalanya,hidupmu sempurna. Kenapa kau tak bisa bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan padamu?Kau lihat aku. Untuk bernafas saja, aku perlu dibantu oleh alat-alat. Sementara kamu bisa bernafas sesuka hatimu. Dengan kau bisa bernafas saja seharusnya kau sudah bersyukur kepada Tuhan Ucapan Asty sesegera aku potong.Aku bersyukur,ty. Aku selalu beribadah kepadaNya,kok. Timpalku.Asty hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu ia melanjutkan bicaranya.Kau punya nafas, bisa bernafas meski saat berlari. Sementara aku? Aku tak bisa berlari,put. Saat aku berlari, alat-alat di tubuhku ini akan bekerja dengan cepat dan kalau terlalu cepat, mereka akan rusak. Kau masih bisa bernafas meski kau sudah lelah luar biasa belajar disekolah normal dan ditambah dengan tugas-tugasmu yang banyak itu. sementara aku? Saat aku lelah, aku kesusahan mengambil nafas panjang. Aku akan mengalami sesak yang luar biasa di paru-paruku karena nafas yang aku ambil lewat hidungku tak akan terhirup sempurnaPutri, kamu juga punya tangan dan kaki yang sempurna. Sementara aku? Tanganku hanya satu dan aku tak punya kaki. Aku tak tau rasanya bisa berjalan diatas tanah dan juga berlari. Berlari mengejar MimpikuBersyukur itu bukan hanya dengan bentuk taat beribadah kepadanya. Bersyukur juga berarti memaksimalkan segala apa yg sudah Tuhan beri padamu.Kau bisa bernafas tanpa harus khawatir seolah-olah alat nafasmu berhenti saat kau beraktivitas karena berlari dan terengah-engah.. Kau tak perlu khawatir alat nafasmu tiba-tiba error karena kau terlalu lelah beraktivitas.Kau masih punya tangan dan kaki yang sempurna. Kau tak perlu meminta orang lain menggendongmu hanya untuk sekedar pergi kekamar kecil. Kau tak perlu meminta orang lain menuliskan namamu hanya karena kau kehilangan sebelah tangan kananmu.Putri,Kau bisa bernafas dengan sempurna dan sesukamu saat kau melakukan segala aktivitasmu. Kau bisa bernafas dengan gratis. Bahkan ketika kau sedang kelelahanpun, kau masih bisa bernafas. Itu berarti Tuhan memberimu nafas dan juga berarti Tuhan memberikanmu umur setiap harinya hanya agar kau mau bangun dan mengerjakan segala sesuatunya dengan benar.Tuhan memberimu nafas dan juga umur disetiap harinya dengan tujuan agar kau bisa berlari mengejar Mimpimu. Tuhan memberimu nafas dan juga umur disetiap harinya bukan tanpa arti. Tuhan baik kepadamu. Kau masih diperbolehkan untuk berusaha lebih keras lagi setiap harinya tanpa kau harus memperhatikan setiap helaan nafasmu yang diberi oleh Tuhan dengan sempurna.Lalu kenapa kau tidak syukuri setiap helaan nafasmu? Kenapa kau tak pergunakan setiap helaan nafasmu untuk hal yang berguna?Nafas yang diberikan Tuhan bukan untuk kau mengeluh, mendesah kesal, mendesah lelah atau menghela nafas karena kau tak sanggup untuk berlari.Kau beruntung. Coba kau lihat aku atau kalau kau tak percaya kau beruntung, pergilah ke rumah sakit. Berapa orang yang terbaring tak berdaya di tempat tidurnya dengan hidung yang menggunakan selang untuk bernafas? Kau pasti tahu, nafas yang ia dapatkan dari selang itu berasal dari tabung. Tabung itu, harus diisi ulang setiap massa udaranya habis dan setiap kau mengisi ulang, kau harus mengeluarkan uang yang tak sedikit.Putri,Kau punya tangan yang lengkap. Kau bahkan bisa menuliskan namamu sendiri di atas kertas. Kau bahkan bisa menggambar pegunungan meski tak seindah pelukis profesional. Hehe. Kau punya kaki yang lengkap, kau bisa berjalan kemanapun kau suka. Kau tak perlu menunggu orang lain untuk membantumu berjalan. Kau tak perlu berjalan selangkah demi selangkah hanya karena kau kesulitan menggunakan tongkat.Putri,Kenapa tak kau gunakan tanganmu untuk hal yang berguna? Kenapa kau tak gunakan tanganmu untuk mencatat ilmu yang kau dapatkan hari ini? Kenapa kau tak gunakan tanganmu untuk menuliskan hal-hal bermanfaat untuk kemudian hari? Kenapa kau tak gunakan tanganmu untuk berlatih mengerjakan soal-soal? Kenapa kau tak menggunakan tanganmu untuk berbuat baik dan berbagi kebahagiaan serta manfaat terhadap orang lain?Tanganmu diciptakan oleh Tuhan bukan untuk disalahgunakan.Tanganmu bukan untuk mencorat-coret hal-hal yang tidak penting. Tanganmu bukan untuk menuliskan segala keluhanmu di atas lembaran-lembaran kosong. Tanganmu bukan hanya untuk update ini update itu terus menerus. Apalagi kalau isi update-an-nya soal keluh-keluhan akan kehidupanmu yang menurutmu tak sempurna. Dan tanganmu diciptakan oleh Tuhan bukan dengan fungsi menopang dagumu saat kau malas.Putri, kau punya kaki yang sempurna. Kau tak perlu menunggu orang lain membantumu bangun dari tempat tidur hanya sekedar untuk pergi ke kamar kecil. Kau tak perlu tertatih-tatih melangkah hanya karena kau menggunakan tongkat. Kau tak perlu duduk diam di pinggir lapangan melihat teman-temanmu berlatih untuk lomba lari.Putri,Kenapa tak kau gunakan kedua kakimu untuk melangkah ke tempat yang seharusnya kau datangi? Kenapa kau tak gunakan kedua kakimu untuk mencari ilmu? Kenapa tak kau gunakan kedua kakimu untuk hal yang bermanfaat? Kenapa tak kau gunakan kedua kakimu untuk berlari? Berlari mengejar Mimpimu. Kenapa tak kau gunakan kedua kakimu untuk hal yang bermanfaat?Tuhan memberimu dua kaki bukan tanpa alasan.Kedua kakimu bukan diciptakan untuk kau gunakan untuk membolos sekolah, membolos les, membolos bimbingan dan pergi ke tempat yang seharusnya tak kau datangi. Kedua kakimu bukan diciptakan untuk kau gunakan untuk sekedar berjalan-jalan dan bermain-main. Kedua kakimu bukan diciptakan hanya untuk membantumu berjalan saja dan tak berlari.Putri, betapa sempurnanya hidupmu dibandingkan aku.Seketika aku menitikkan air mata dan ku pandangi wajah Asty yang seperti malaikat. Bagaimana bisa seseorang yang diberi kekurangan oleh Tuhan malah menegurku. Menegur aku yang seharusnya bisa memanfaatkan segala apa yang sudah Tuhan raih. Aku pegang tangan kiri Asty dan kuucapkan banyak banyak sejuta terimakasih karena sudah menegurku saat itu.Aku, Putri. Menyatakan saat ini dan selamanya bangga memiliki Asty sebagai sahabat baikku.Asty berhasil menggenggam tangan sekaligus hatiku untuk tetap berjalan bahkan berlari mengejar Mimpiku sampai akhirnya aku bisa membuktikan bahwa aku bisa dan mampu mengalahkan berpuluh-puluh ribu orang untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri.Sementara Asty, saat ini, masih bersekolah. Kuliah maksudnya. Asty mendapatkan beasiswa penuh dari suatu lembaga dan ia diterima disebuah perguruan tinggi negeri di belahan Benua yang berbeda denganku.Asty mampu membuktikan pada dunia bahwa kekurangan yang dimilikinya bukanlah suatu penghalang yang bisa menghambatnya untuk berhasil dan sukses. Aku makin merasa tertegur. Kenapa aku yang sempurna, memiliki anggota tubuh yang lengkap, tak bisa sesukses Asty.Cerita Kisti tentang Bersyukur.Perkenalkan, namaku Kisti. Umurku 18 tahun dan sekarang menjadi Mahasiswi Baru sebuah Universitas Negeri yang almamaternya warna biru tua dan terletak didaerah bernama Jatinangor.Ini adalah sebuah kisahku tentang seorang sahabatku bernama Doki. Doki adalah sahabat laki-lakiku yang ku kenal karena ibunya adalah pembantu rumah tangga yang bekerja di rumahku sejak aku TK. Jadi Doki sudah menjadi sahabat baikku sejak aku kecil.Doki merupakan sosok laki-laki yang pekerja keras, pemimpi, dan teguh pendirian. Jadi karena Doki sifatnya lebih dewasa daripada aku, aku jadi sering bertukar pikiran dan juga cerita macam-macam pada Doki.Suatu hari, setelah Doki mencuci mobil ayah, aku mengajaknya bercerita sambil makan bakso buatan ibuku. Doki sudah dianggap anak sendiri oleh ayah,itu juga karena aku anak tunggal, jadi aku bisa dengan bebas bercengkrama dengan Doki di pekarangan belakang rumahku.Aku bercerita tentang ketakutanku akan saingan-sainganku yang berebut masuk ke kampus biru itu.Aku mengeluh dengan tugas-tugas yang banyak, ulangan-ulangan yang terus menghantui hari-hariku. Aku mengeluh akan nilai-nilai yang aku dapatkan di setiap ulangannya. Aku takut, karena aku bukan anak yang tergolong pintar di sekolahku. Intinya, aku ga punya apa-apa dan juga ga punya rasa percaya diri untuk melangkah ke kampus biru itu.Tiba-tiba Doki berhenti makan bakso.Kis, aku heran kenapa kamu bisa mengeluhkan hal-hal itu. Tanya Doki.Aku hanya tertegun dan tak menjawab apapun.Dokipun melanjutkan bicaranya.Kis, kau tidak bersyukur dengan apa yang kamu punya sekarang.Kau punya Ayah&Ibu yang bisa membiayaimu bersekolah bahkan dengan les ini-itu dan bimbingan ini-itu. Kau punya Ayah&Ibu yang bisa membelikanmu buku-buku baru untukmu bersekolah,membelikanmu tas bagus untuk menyimpan buku-bukumu, dan membelikanmu alat tulis yang lengkap untuk kau mengisi tiap lembar dibukumu itu.Kau juga punya Ayah&Ibu yang bisa membelikanmu sebuah komputer yang bisa kau gunakan untuk mengetik tugasmu, bisa kau gunakan untuk mencari materi-materi yang kau rasa kurang kau mengerti disekolah.Kau juga punya Ayah&Ibu yang bisa membelikanmu alat komunikasi yang bisa kau gunakan untuk mencari teman-teman selain dilingkunganmu. Alat komunikasi yang bisa kau gunakan untuk kau cari informasi tentang apapun yang kau butuhkan.Kau juga punya Rumah yang menjadi tempat berteduhmu. Kau punya kasur empuk untuk kau berbaring melepas penatmu.Apa yang kau keluhkan,Kisti?Kau tak harus menjadi sepertiku untuk bisa bersyukur kan? Kau tak harus merasakan bagaimana letihnya aku bekerja di siang dan malam hari hanya untuk mengumpulkan ribuan.Kau tau perlu menjadi aku untuk bisa merasakan bagaimana rasanya bersekolah dengan uang yang kau kumpulkan sendiri. Kau tak akan merasa bagaimana jadi aku, yang harus meminjam buku-buku untuk bahanku belajar. Atau harus menunggu pemberian orang lain. Buku yang kudapatkanpun tidak baru. Terkadang, sudah robek dibagian sana-sini.Kau juga tak akan menjadi aku, yang hanya punya 1 bolpoin, 1 pensil dan 1 penghapus pemberian orang untuk mengisi bukuku dengan catatan-catatan. Aku tak pernah punya bolpoin warna-warni, pembatas warna-warni. Bukuku pun hanya sedikit. 1 buku kugunakan dengan baik-baik, 1 buku kugunakan untuk mencatat berbagai materi. Sementara kau punya banyak buku untuk materi-materi.Kau tak perlu menjadi aku, yang harus pergi ke warnet untuk mencari materi untuk bahan-bahan ulangan/tugasku. Kalau aku sedang tak uang untuk membayar warnet, aku pinjam laptopmu.Aku juga tak menyuruhmu menjadi aku untuk merasakan bagimana aku tak pernah tau perkembangan apapun soal kehidupan yang selalu berubah ini. Aku tak pernah punya suatu alat yang bisa kugunakan walau hanya sekedar bertanya ada tugas apakah untuk esok hari. Aku hanya mengandalkan pensil dan bolpoinku untuk mencatat segala tugas untuk esok. Kau sendiri tahu, kalau aku sudah benar-benar membutuhkan, aku akan meminjam handphonemu.Aku sendiri sungkan untuk meminjam semua tekhnologi supermu. Tapi bagaimana, aku harus melakukan itu demi diriku sendiri. Dan aku berterimakasih pada Tuhan telah mempertemukan aku denganmu, yang selama ini membantuku tanpa pamrih.Kau keluhkan tugasmu banyak? Ulanganmu banyak?Kisti, kau tak perlu berpeluh seperti untuk merasakan bagaimana lelahnya aku membagi waktuku untuk mencari lembar-lembar rupiah dan mengisi lembar-lembar soal. Kau tak harus bangun subuh hari untuk membantu ibu membuat kue-kue dan lalu pergi kepasar. Disubuh hari, kau masih bisa merasakan nikmatnya sarapan yang dibuat oleh ibumu atau kau beli diluar.Kau tak harus mengganti bajumu sepulang sekolah hanya untuk bekerja lagi, sekedar membantu orang mencabuti rumputnya, mengganti atap rumahnya atau mencuci mobilnya hanya untuk menambah lembar-lembar rupiah untuk makan siangmu.Kau tak harus merasakan dinginnya angin di malam hari hanya untuk bekerja disebuah toko kelontongan hanya dengan berupahkan butir-butir nasi dan kalau si pemilik toko sedang baik hati,kau akan diberi berapa butir telur.Setelah kau pulang sekolah, kau masih bisa pergi ke tempat bimbingan belajarmu tanpa harus khawatir tidak memiliki uang. Pulang bimbingan, kau bisa langsung pulang kerumah.Kau juga tak harus ikut denganku hanya untuk merasakan hidup di rumah berpetak hanya berdindingkan kardus dan triplek dan beralaskan karpet-karpet bolong pemberian orang lain. Kau juga tak harus hidup sepertiku hanya untuk merasakan tidur beralaskan tikar dan bantal yang keras. Aku yakin, ketika kau tidur ditempatku biasa tidur, kau tak akan bisa tidur. Kau akan mengeluh dan ingin pulang Tambah Doki.Aku terdiam dan ikut tersenyum. Lalu Doki segera melanjutkan pembicaraannya padaku.Kau seharusnya bersyukur akan apa yang ada pada dirimu. Akan apa yang sudah kau dapatkan. Kau pasti tahu kan, jika semua yang kau punya hanya titipan Tuhan?Tuhan akan mengambil apa yang kamu punya sekarang jika Tuhan lihat, apa yang Ia titipkan tidak kau manfaatkan dengan sebaik mungkin.Tuhan menitipkan semua yang ada padamu dengan tujuan baik. Untuk dipergunakan sebaik mungkin. Digunakan semaksimal mungkin.Kau pernah dengar kan kalau Sesuatu akan terasa berharga ketika kamu benar-benar kehilangan.?Jangan sampai Tuhan mengambil semua Fasilitas yang sudah dengan cuma-Cuma ia beri padamu. Kau sesekali harus lihat kebawahmu,Kisti. Agar kau selalu bersyukur dengan apa yang kau punya.Orang-orang dibawahmu sudah merasa sangat bersyukur meski mereka hanya bisa baca tulis, meski mereka hanya punya 1 buah buku, hanya memiliki 1 buah bolpoin dan mereka ke sekolah dengan menggunakan alas kaki berupa telapak kaki mereka sendiri.Kau harus lihat kebawahmu. Betapa mereka harus menyebrangi sungai yang arusnya sangat deras hanya untuk mencari sebongkah ilmu dan sebutir pengalaman?Lihat mereka. Betapa mereka harus sangat berhati-hati melewati sebuah jembatan yang hanya tersisa beberapa kayu dan berpegangan hanya dengan 1 tali hanya untuk belajar 1+1=2?Hargai apa yang kau punya. Gunakan dengan maksimal dan sebaik mungkin. Gunakan sebelum Tuhan akhirnya mengambil semuanya. Ucap Doki sambil tersenyum.Semua perkataan Doki benar. Aku seharusnya bersyukur dengan apa yang aku punya. Aku punya ayah&Ibu yang mampu membiayaiku sekolah sampai setinggi ini tanpa harus aku ikut campur mencari biaya untuk sekolahku. Aku bersyukur Tuhan memberiku berkah yang luar biasa yang aku tak bisa hitung.Mulai saat itu, aku bertekad pada diriku sendiri bahwa aku akan memaksimalkan semua apa yang aku punya untuk aku meraih Mimpiku. Aku mulai meminta ayah&ibu untuk tidak lagi membelikanku majalah-majalah, aku minta dibelikan buku-buku yang berisikan kumpulan soal-soal.Tekhnologi-tekhnologi milikku juga sudah tak pernah kugunakan untuk galau-galauan ga jelas. Aku sadar, seharusnya aku bersyukur akan apa yang ada dihidupku. Masalah yang membuatku terkadang galau itu, kuhadapi sendiri. Aku tau, Tuhan memberikan aku masalah dengan tujuan supaya aku lebih dekat denganNya.Setelah berbulan-bulan aku bertarung, aku menang. Aku berhasil masuk di kampus impianku. Kampus biru yang sudah lama kuidamkan. Dan Diko?Tuhan memang Maha Adil. Segala kekurangan Diko, segala kerja keras yang Diko lakukan untuk mengalahkan segala kekurangannya membuahkan hasil. Diko berhasil masuk di salah satu kampus gajah di daerah Jogjakarta sana. Dengan gratis. Alias beasiswa.-Tamat-Cerita ini aku buat serta merta hanya ingin membuat diriku sendiri bersyukur akan apa yang sudah Tuhan beri. Akan segala keindahanNya dan ujianNya. Aku tahu, apapun yang Tuhan beri padaku, itu bukan tanpa maksud baik. Tuhan ingin aku hidup menjadi orang yang pandai. Bukan saja hanya pandai dalam segi fisik, tapi juga segi rohani. Pandai mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri padaku.Semakin aku mensyukuri nikmat Tuhan, akan semakin banyak pula nikmat yang aku dapatkan lagi.Aku tak pandai berkata-kata untuk mengungkapkan rasa terimakasihku pada Tuhan akan segala yang ia beri.Tak ada alasan bagimu untuk tidak mensyukuri nikmat Tuhan..Terimakasih Tuhan, telah mengajarkanku apa itu keindahan Bersyukur.note: Cerita ini, murni pengalaman Riris. Tentang Kisti. Hanya saja nama tokoh yg menjadi sumber inspirasi, disamarkan karena Riris menghormatinya. Sementara kisah Asty, murni pengalaman seorang sahabat baik Riris, dan namanya juga disamarkan. :)With love, @rizkydea