BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn16-2015.pdf ·...

43
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2015 KEMENDAGRI. Kegiatan dan Anggaran. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan perubahan peraturan perundang undangan dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran, perlu disusun pedoman pelaksanaan kegiatan dan anggaran di lingkungan Kementerian Dalam Negeri; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlu mengatur lebih lanjut pelaksanaan anggaran atas bagian anggaran yang menjadi tanggung jawab Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri. www.peraturan.go.id

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn16-2015.pdf ·...

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.16, 2015 KEMENDAGRI. Kegiatan dan Anggaran.Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 01 TAHUN 2015

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan perubahan peraturanperundang undangan dalam pelaksanaan kegiatan dananggaran, perlu disusun pedoman pelaksanaankegiatan dan anggaran di lingkungan KementerianDalam Negeri;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 3 PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata CaraPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, perlu mengatur lebih lanjut pelaksanaananggaran atas bagian anggaran yang menjadi tanggungjawab Menteri;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkanPeraturan Menteri Dalam Negeri tentang PedomanPelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di LingkunganKementerian Dalam Negeri.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 166, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentangTata Cara Pengendalian dan Evaluasi PelaksanaanRencana Pembangunan(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 96, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5165);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentangTata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5423);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2013 tentangJenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara BukanPajak Yang Berlaku Pada Kementerian Dalam Negeri(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 158);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5533);

www.peraturan.go.id

2015, No.163

10. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentangPerubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 155);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BarangMilik Negara;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja InstitutPemerintahan Dalam Negeri, sebagaimana telahdiubah beberapa kali, terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2011 tentangPerubahan Kedua Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Organisasi danTata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 459);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun2011 tentang Perubahan Atas Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 TentangOrganisasi dan Tata Kerja di Lingkungan KementerianDalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 168);

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor113/PMK.05/2012 tentang Tata Cara PerjalananDinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, PegawaiNegeri, dan Pegawai Tidak Tetap (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190 Tahun 2012tentang Tata Cara Pembayaran Dalam RangkaPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor1191);

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan TanggungJawab Bendahara pada Satuan Kerja PengelolaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1350);

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor171/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan danPengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;

www.peraturan.go.id

2015, No.16 4

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; dan

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 40).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DILINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPAadalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagaiacuan Pengguna Anggaran yang digunakan acuan Pengguna Anggarandalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaanAPBN.

2. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkatPA/PB, adalah Menteri Dalam Negeri yang bertanggung jawab ataspengelolaan/penggunaan anggaran/barang Kementerian DalamNegeri.

3. Satuan Kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi padaKementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yangmelaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu programKementerian Dalam Negeri serta memiliki kewenangan dan tanggungjawab penggunaan anggaran.

4. Unit Pelaksana Teknis, yang selanjutnya disingkat UPT, adalah UnitPelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

5. Kepala satuan kerja pusat, UPT, dan satuan kerja perangkat daerah,adalah Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan programyang dibiayai dari DIPA pada Satuan Kerja.

6. Satuan Kerja Pusat adalah unit organisasi Eselon I yangmelaksanakan program yang dibiayai dari DIPA Kementerian DalamNegeri.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD,adalah Satuan Kerja di Provinsi yang melaksanakan Dekonsentrasi

www.peraturan.go.id

2015, No.165

dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Dalam Negeri, danSatuan Kerja di Kabupaten/Kota yang melaksanakan TugasPembantuan lingkup Kementerian Dalam Negeri yang dibiayai dariDIPA Kementerian Dalam Negeri.

8. Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat KPA, adalahPejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakansebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaranpada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

9. Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat KPB, adalahpejabat yang berwenang dan bertanggungjawab melakukanpengawasan danpengendalian atas penggunaan barang milik negarayang ada dalam pengawasannya.

10. Pejabat pemungut penerimaan negara adalah Pejabat yang bertugasmelakukan pemungutan dan penyetoran penerimaan negara padasatuan kerja di lingkungannya sesuai peraturan perundang-undanganyang berlaku.

11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalahpejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambilkeputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkanpengeluaran atas beban APBN.

12. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnyadisebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPAuntuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran danmenerbitkan perintah pembayaran.

13. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalahpejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.

14. Bendahara Penerimaan adalah pegawai negeri sipil pada satuan kerjayang telah mempunyai sertifikat bendahara yang ditunjuk dandiserahi tugas oleh kepala satuan kerja untuk menerima, menyimpan,menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkanpenerimaan negara bukan pajak.

15. Bendahara Pengeluaran adalah pegawai negeri sipil pada satuan kerjayang telah mempunyai sertifikat bendahara yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan danmempertanggungjawabkan uang atau barang untuk keperluan belanjanegara dalam rangka pelaksanaan DIPA satuan kerja.

16. Bendahara Pengeluaran Pembantu, yang selanjutnya disingkat BPP,adalah pegawai negeri sipil pada satuan kerja yang telah mempunyaisertifikat bendahara yang ditunjuk untuk membantu bendaharapengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhakguna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 6

17. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disingkat PPTK,adalah pejabat yang membantu pejabat yang mengambil tindakanyang mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja Negara atau PPKdalam melaksanakan kegiatan yang dibiayai dalam DIPA/rencana/indikator kerja serta tahapan penarikan anggaran padamasing-masing satuan kerja.

18. Tim Penguji adalah para pegawai negeri sipil di lingkungan satuankerja pusat dan UPT, yang ditunjuk oleh kepala satuan kerja beradadi bawah PPSPM, yang diserahi tugas untuk melakukan penelitiandan pengujian atas SPP beserta dokumen bukti pendukungnya.

19. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah Panitia/Pejabat yangditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasilpekerjaan.

20. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang mukakerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hariSatuan Kerja atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dantujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaranlangsung.

21. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP adalahuang muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untukkebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi paguUP yang telah ditetapkan.

22. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LSadalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada BendaharaPengeluaran/penerima haklainnyaatasdasar perjanjian kerja, suratkeputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melaluipenerbitan Surat Perintah Membayar Langsung.

23. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebutRenja-KL, adalah dokumen perencanaan kementerian/lembaga untukperiode 1 (satu) tahun.

24. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang selanjutnyadisingkat RKA-KL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaranyang berisi program dan kegiatan suatu kementerian/lembaga yangmerupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan RencanaStrategis Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahunanggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

25. Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telahditetapkan berdasarkan APBN dan disahkan dalam Daftar IsianPelaksanaan Anggaran.

www.peraturan.go.id

2015, No.167

26. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftarperkiraanbukubesarmeliputikodedanuraian organisasi fungsi dan subfungsi program kegiatan output bagian anggaran/unitorganisasieselon I/Satuan Kerja dan kode perkiraan yangditetapkandan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaanpelaksanaan anggaran serta pertanggungjawaban dan laporankeuangan pemerintah pusat.

27. Petunjuk Operasional Kegiatan, yang selanjutnya disingkat POK,adalah dokumen yang dibuat oleh Menteri/Ketua Lembaga atauKepala Satuan Kerja yang berisi petunjuk teknis pelaksanaan kegiatandalam DIPA sebagai pengendali operasional kegiatan.

28. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsipdata dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanandigital.

29. Surat Permintaan Pembayaran, yang selanjutnya disingkat SPP,adalah dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh PPK dan disampaikankepada PA/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerjauntuk selanjutnya diteruskan kepada PPSPM berkenaan.

30. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan, yang selanjutnyadisingkat SPP-UP, adalah dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh PPKuntuk permintaan pembayaran uang persediaan.

31. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan, yangselanjutnya disingkat SPP-TUP, adalah dokumen yangdibuat/diterbitkan oleh PPK untuk permintaan pembayarantambahan uang persediaan.

32. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan, yangselanjutnya disingkat SPP-GUP, adalah dokumen permintaanpembayaran yang dibuat/diterbitkan oleh PPK yang digunakansebagai pertanggungjawaban atas penggunaan uang persediaan.

33. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihilyang selanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban UP.

34. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebutSPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangkapembayaran tagihan kepada penerima hak/ Bendahara Pengeluaran.

35. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalahdokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yangbersumber dari DIPA.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 8

36. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebutSPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untukmencairkan UP.

37. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPSPM untuk mencairkan TUP.

38. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPSPM dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untukmenggantikan UP yang telah dipakai.

39. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yangselanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkanoleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban UP yang membebani DIPA.

40. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LSadalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkandana yang bersumber dari DIPA dalam rangka pembayaran tagihankepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

41. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi yang selanjutnyadisebut SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun yangterkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasikeuangan pada kementerian negara/lembaga.

42. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara,yang selanjutnya disingkat SIMAK BMN, adalah Subsistem dari SAIyang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubunganuntuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkaninformasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporanmanajerial lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

43. Unit Akuntansi adalah bagian satuan kerja yang bersifat fungsionaluntuk melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporankeuangan/barang instansi yang terdiri dari unit akuntansi keuangandan unit akuntansi barang.

44. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yangselanjutnya disingkat UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansi yangmelakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan maupunbarang UAKPA yang langsung berada di bawahnya.

45. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat UAPA,adalah unit akuntansi instansi pada tingkat kementerian/lembaga(Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan

www.peraturan.go.id

2015, No.169

laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-E1 yangberada di bawahnya.

46. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yangselanjutnya disingkat UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN padatingkat Eselon I yang melakukan kegiatan penggabungan laporanBMN dari UAKPB yang langsung berada di bawahnya yangpenanggungjawabnya adalah pejabat Eselon I.

47. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAPB,adalah unit akuntansi BMN pada tingkat kementerian/lembaga yangmelakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1,yang penanggungjawabnya adalah menteri/pimpinan lembaga.

BAB II

PELAKSANA ANGGARAN

Bagian Kesatu

Pengguna Anggaran

Pasal 2

(1) Menteri adalah PA/PB di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

(2) Menteri selaku PA/PB mempunyai tugas dan kewenangan:

a. menetapkan pejabat KPA/KPB pada satuan kerja pusat dan UPT;

b. menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya;

c. menetapkan rencana umum pengadaan barang/jasa;

d. mengumumkan secara luas rencana umum pengadaan palingsedikit di website Kementerian Dalam Negeri;

e. menetapkan:

1) pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada PenunjukanLangsung untuk paket Pengadaan Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatasRp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

2) pemenang pada Seleksi atau penyedia pada PenunjukanLangsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengannilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

f. mengawasi pelaksanaan anggaran;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

h. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ PejabatPengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat;

i. menjawab sanggah banding;

www.peraturan.go.id

2015, No.16 10

j. memberikan sanksi pencantuman dalam daftar hitam kepadapenyedia barang/jasa;

k. menyatakan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung gagal; dan

l. menyetujui penggunaan metode penunjukan langsung, dalam halini pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang gaga

(3) Rencana umum pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf c paling sedikit memuat:

a. Paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;

b. Lokasi pekerjaan;

c. Perkiraan nilai pekerjaan; dan

d. Pagu anggaran.

(4) Dalam hal terjadi perubahan atas penetapan rencana umumpengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hu ruf c,PA mendelegasikan kepada kepala satuan kerja atas nama Menteriselaku PA.

(5) Kewenangan PA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, hurufh, huruf i, huruf j, huruf k, dan huruf l didelegasikan kepada KPA.

(6) Kewenangan PA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h, huruf j,huruf k dan huruf l tidak dapat didelegasikan kepada KPA yangbertindak sebagai PPK atau Kepala ULP.

(7) Menteri dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satuan Kerjasebagai KPA pada satuan kerja di lingkungan Kementerian DalamNegeri.

(8) Penunjukan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak terikatperiode tahun anggaran.

Pasal 3

(1) Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana dekonsentrasi dilakukan olehgubernur selaku pihak yang dilimpahi sebagian urusan Pemerintahyang menjadi kewenangan Kementerian/Lembaga.

(2) Penunjukan KPA atas pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan olehMenteri/Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri/PimpinanLembaga dapat mendelegasikan penunjukan KPA atas pelaksanaantugas pembantuan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

www.peraturan.go.id

2015, No.1611

Bagian Kedua

Kepala Satuan Kerja

Pasal 4

Kepala Satuan Kerja Pusat atas nama Menteri selaku PA mempunyai tugasdan kewenangan:

a. menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

b. menetapkan BPP

c. menetapkan Unit akuntansi;

d. mengawasi pelaksanaan anggaran;

e. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

f. mengawasi, menyimpan, dan memelihara dokumen;

g. melakukan perubahan atas penetapan rencana umum pengadaanbarang/jasa atas nama Menteri selaku PA; dan

h. menetapkan POK.

Bagian ketiga

Kepala Unit Pelaksana Teknis

Pasal 5

Kepala UPT selaku Kepala Satuan Kerja di daerah mempunyai tugas dankewenangan:

a. menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

b. menetapkan BPP;

c. menetapkan Unit akuntansi;

d. mengawasi pelaksanaan anggaran;

e. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

f. mengawasi, menyimpan, dan memelihara dokumen; dan

g. menetapkan POK.

Bagian Keempat

Kuasa Pengguna Anggaran

dan Kuasa Pengguna Barang

Pasal 6

(1) KPA/KPB pada satuan kerja pusat dan UPT sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, meliputi:

www.peraturan.go.id

2015, No.16 12

a. Kepala Pusat Administrasi Keuangan dan Pengelolaaan Asetuntuk KPA satuan kerja Sekretariat Jenderal;

b. Kepala Biro Umum untuk KPB satuan kerja Sekretariat Jenderal;

c. Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk KPA dan KPB satuan kerjaInspektorat Jenderal;

d. Sekretaris Direktorat Jenderal untuk KPA dan KPB satuan kerjaDirektorat Jenderal;

e. Sekretaris Badan untuk KPA dan KPB satuan kerja Badan;

f. Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan InstitutPemerintahan Dalam Negeri untuk KPA dan KPB satuan kerjaInstitut Pemerintahan Dalam Negeri;

g. Kepala Pusat Diklat Regional untuk KPA dan KPB satuan kerjaPusat Diklat Regional;

h. Kepala Balai Besar/Balai Pemberdayaan Masyarakat dan Desauntuk KPA dan KPB satuan kerja Balai Besar/BalaiPemberdayaan Masyarakat dan Desa; dan

i. Direktur atau Kepala Bagian Tata Usaha untuk KPA dan KPBsatuan kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri kampus didaerah.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain huruf b bertugasmelakukan pemungutan penerimaan negara pada satuan kerja pusatdan UPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayathuruf b.

Pasal 7

(1) KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran yangberada dalam penguasaannya.

(2) Tanggung jawab KPA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencanapenarikan dana;

b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaanbarang/jasa pemerintah;

c. menyusunsistempengawasandanpengendalian agar prosespenyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang- undangan;

d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan danpengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yangditetapkan dalam DIPA;

www.peraturan.go.id

2015, No.1613

e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatanperjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atasbeban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkandalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atasbeban APBN sesuaidengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan

g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi ataspertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangkapenyusunan laporan keuangan.

Pasal 8

(1) KPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (3) memiliki tugas danwewenang:

a. menetapkan PPK;

b. menetapkan PPSPM;

c. menetapkan pejabat pengadaan barang/jasa;

d. menetapkan panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan;

e. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaankegiatan dan anggaran;

f. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencanapencairan dana;

g. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaranBelanja Negara;

h. melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atasbeban anggaran negara;

i. memberikan supervisi, konsultasi, dan pengendalian pelaksanaankegiatan dan anggaran;

j. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yangberkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan

k. menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai denganPeraturan Perundang-undangan.

(2) KPA menyampaikan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)kepada:

a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tanganPPSPM dan cap/stempel Satuan Kerja;

b. PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK; dan

c. PPK.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 14

Bagian Kelima

Pejabat Pembuat Komitmen

Pasal 9

(1) PPK pada satuan kerja pusat dan UPT sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayathuruf a meliputi:

a. Kepala Biro atau Kepala Pusat untuk satuan kerja SekretariatJenderal;

b. Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur Wilayah, danInspektur Khusus untuk satuan kerja Inspektorat Jenderal;

c. Sekretaris Direktorat Jenderal dan Direktur untuk satuan kerjaDirektorat Jenderal;

d. Sekretaris Badan dan Kepala Pusat untuk satuan kerja Badan;

e. Kepala Biro untuk Satuan Kerja Institut Pemerintahan DalamNegeri;

f. Kepala Bagian Tata Usaha untuk satuan kerja Pusat DiklatRegional;

g. Kepala Bagian Tata Usaha untuk Satuan Kerja Balai BesarPemberdayaan Masyarakat dan Desa;

h. Kepala Bagian/Kepala Sub Bagian untuk Satuan Kerja InstitutPemerintahan Dalam Negeri kampus di daerah; dan

i. Kepala Sub Bagian untuk Satuan Kerja Balai PemberdayaanMasyarakat dan Desa.

(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara selektif karenaalasan tertentu dapat didelegasikan kepada pejabat struktural satutingkat di bawahnya dengan keputusan KPA.

(3) Dalam hal PPK sudah menjabat sebagai KPA, maka PPK dapat dijabatoleh pejabat struktural satu tingkat di bawahnya, dengan persyaratan:

a. memiliki integritas;

b. memiliki disiplin tinggi;

c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerialuntuk melaksanakan tugas;

d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memilikiketeladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibatKKN;

e. menandatangani Pakta Integritas;

www.peraturan.go.id

2015, No.1615

f. tidak menjabat sebagai Pejabat Penandatangan SuratPerintahMembayar (PPSPM) atau Bendahara; dan

g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

Pasal 10

(1) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a melaksanakankewenangan KPA melakukan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran anggaran Belanja Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 huruf e dan huruf g.

(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan lebih dari1 (satu).

(3) Penetapan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terikatperiode tahun anggaran.

(4) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagaiPPK pada saat penggantian periode tahun anggaran penetapan PPKtahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

(5) Jabatan PPK tidak boleh dirangkap oleh PPSPM dan bendahara.

(6) PPK yang penunjukannya berakhir dan/atau diganti harusmenyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang menjadi tanggungjawabnya.

Pasal 11

(1) Dalam rangka melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluarananggaran Belanja Negara sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayathurufhuruf e dan huruf g, PPK memiliki tugas dan wewenang:

a. menetapkan PPTK;

b. menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairandana;

c. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

d. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian denganPenyedia Barang/Jasa;

e. melaksanakan Kegiatan swakelola;

f. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yangdilakukannya;

g. mengendalikan pelaksanaan perikatan;

h. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagihkepada negara;

i. membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yangdipersamakan dengan SPP;

www.peraturan.go.id

2015, No.16 16

j. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA;

k. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPAdengan Berita Acara Penyerahan;

l. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumenpelaksanaan Kegiatan;

m. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitandengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaranBelanja Negara; dan

n. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yangmeliputi:

1) spesifikasi teknis Barang/Jasa

2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

3) rancangan Kontrak.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PPKdibantu oleh PPTK.

(3) Penyusunan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adilakukan dengan:

a. menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan dan rencanapenarikan dana kepada Kepala Satuan Kerja;

b. menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasarpembuatan SPP-UP/TUP; dan

c. mengusulkan revisi POK/DIPA kepada Kepala Satuan Kerja.

(4) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf g, PPK menguji:

a. kelengkapan dokumen tagihan;

b. kebenaran perhitungan tagihan;

c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atasbeban APBN;

d. kesesuaianspesifikasiteknisdanvolumebarang/jasa sebagaimanayang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasayang diserahkan oleh penyedia barang/jasa;

e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasasebagaimana yang tercantumpada dokumenserah terimabarang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak; dan

f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimanayang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengandokumen perjanjian/kontrak.

www.peraturan.go.id

2015, No.1617

Pasal 12

(1) PPK bertanggung jawab atas kebenaran materiil, keabsahan, danakibat yang timbul dari penggunaan bukti mengenai hak tagih kepadanegara.

(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf a dan huruf hdilakukan dengan membandingkan kesesuaian antara surat buktiyang akan disahkan dan barang/jasa yangdiserahterimakan/diselesaikan serta spesifikasi teknis yangdipersyaratkan dalam dokumen perikatan.

Bagian Keenam

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar

Pasal 13

PPSPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b meliputi:

a. Kepala Bidang/Bagian Keuangan Satuan Kerja Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, dan Badan;

b. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan untuk satuan kerjaInspektorat Jenderal;

c. Kepala Bagian Tata Usaha untuk satuan kerja Pusat Diklat Regional;

d. Kepala Bagian Tata Usaha untuk satuan kerja Balai BesarPemberdayaan Masyarakat dan Desa;

e. Kepala Sub Bagian Tata Usaha untuk Balai PemberdayaanMasyarakat dan Desa untuk satuan kerja Balai PemberdayaanMasyarakat dan Desa; dan

f. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan untuk satuankerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri kampus di daerah.

Pasal 14

(1) PPSPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayathuruf bmelaksanakan kewenangan KPA melakukan memberikan supervisi,konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan dan anggaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayathuruf i.

(2) PPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya ditetapkan 1(satu) PPSPM.

(3) Penetapan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran.

(4) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagaiPPSPM pada saat penggantian periode tahun anggaran penetapanPPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

(5) Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK dan bendahara.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 18

Pasal 15

(1) Dalam rangka melakukan pengujian tagihan dan perintahpembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayathuruf huruf adan huruf h, PPSPM memiliki tugas dan wewenang:

a. menguji kebenaran SPP atau dokumen lain yang dipersamakandengan SPP beserta dokumen pendukung;

b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telahdisediakan;

d. menerbitkan SPM atau dokumen lain yang dipersamakan denganSPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayarankepada KPA; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitandengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

(2) Dalam menerbitkan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufd, PPSPM melakukan hal-hal:

a. mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dansisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;

b. menandatangani SPM; dan

c. memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagaitanda tangan elektronik pada Arsip Data Komputer SPM.

Pasal 16

(1) Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukanoleh PPSPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayathuruf ameliputi:

a. kelengkapan dokumen pendukung SPP;

b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tanganPPK;

c. kebenaran pengisian format SPP;

d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana KerjaAnggaran Satuan Kerja;

e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP denganDIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja;

www.peraturan.go.id

2015, No.1619

f. kebenaranformal dokumen/surat keputusan yangmenjadipersyaratan/kelengkapan pembayaranbelanja pegawai;

g. kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadipersyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaanbarang/jasa;

h. kebenaranpihakyangberhakmenerimapembayaran pada SPPsehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

i. kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidangperpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;

j. kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepadanegara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan

k. kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayarandalam perjanjian/kontra

(2) Pengujian kode BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dtermasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mataanggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya.

Pasal 17

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,PPSPM bertanggung jawab atas:

a. kebenaran,kelengkapan,dankeabsahanadministrasi terhadapdokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasarpenerbitanSPMdanakibatyangtimbuldari pengujian yangdilakukannya; dan

b. ketepatan jangka waktu penerbitandan penyampaian SPM kepadaKPPN.

(2) PPSPM menyampaikan laporan bulanan kepada KPA sekurang-kurangnya:

a. jumlah SPP yang diterima;

b. jumlah SPM yang diterbitkan; dan

c. jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

Bagian Ketujuh

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Pasal 18

(1) PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayathuruf a pada satuankerja pusat, UPT, dan SKPD pelaksana Dekonsentrasi dan TugasPembantuan merupakan pejabat struktural satu tingkat di bawah dandalam unit kerja yang sama dengan PPK.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 20

(2) Selain PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditambahpejabat/staf sebagai PPTK dalam satu unit pengelola kegiatan dananggaran pada satuan kerja pusat dan UPT.

(3) PPTK mempunyai tugas:

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaranpelaksanaan kegiatan;

c. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

d. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagihkepada negara;

e. membuat dan menandatangani SPP;

f. menyimpandanmenjagakeutuhanseluruhdokumen pelaksanaankegiatan; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitandengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaranbelanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf bmencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumenadministrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yangditetapkan sesuai dengan perundang-undangan.

Bagian Kedelapan

Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan BPP

Pasal 19

(1) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf amempunyai tugas:

a. menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan danmempertanggungjawabkan penerimaan negara bukan pajak yangdikelolanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. bertanggungjawab secara administrasi kepada KPA; dan

c. buku kas umum bendahara penerimaan ditutup danditandatangani oleh bendahara penerimaan dan diketahui KPA.

(2) Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara pribadi atas uangPendapatan Negara yang berada dalam pengelolaannya.

(3) Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara fungsional ataspengelolaan uang Pendapatan Negara yang menjadi tanggungjawabnya kepada Kuasa BUN.

www.peraturan.go.id

2015, No.1621

Pasal 20

(1) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hurufa mempunyai tugas:

a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukanuang/surat berharga dalam pengelolaannya;

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintahPPK;

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;

d. melakukan pemotongan/ pemungutan penerimaan negara daripembayaran yang dilakukannya;

e. menyetorkan pemotongan/ pemungutan kewajiban kepadanegara ke kas negara;

f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepadaKepala KPPN selaku kuasa BUN; dan

h. membukukan, menutup dan menandatangani Buku Kas Umumdiketahui KPA.

(2) Pengujian dan Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b meliputi:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPPK;

b. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:

1) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;

2) nilai tagihan yang harus dibayar;

3) jadwal waktu pembayaran; dan

4) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

c. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasiteknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa danspesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumenperjanjian/kontrak; dan

d. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mataanggaran pengeluaran (akun 6 digit).

(3) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atasuang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 22

(4) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara fungsional ataspengelolaan uang/surat berharga yang menjadi tanggung jawabnyakepada Kuasa BUN.

Pasal 21

(1) Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.

(2) Bendahara Pengeluaran tidak dapat merangkap sebagai KPA, PPKatau PPSPM.

(3) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,Kepala Satuan Kerja atas nama Menteri atau Gubernur untukpelaksana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menetapkanBendahara Pengeluaran pengganti.

(4) Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara harusmenyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang menjadi tanggungjawabnya.

Pasal 22

Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atasuang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya meliputi:

a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LSmelalui Bendahara Pengeluaran; dan

b. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasaldari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.

Pasal 23

(1) Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran,kepala Satuan Kerja dapat menunjuk beberapa BPP sesuaikebutuhan.

(2) BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepadaBendahara Pengeluaran.

(3) BPP melakukan pembayaran atas UP yang dikelola sesuai pengujiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b.

Pasal 24

(1) BPP melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yang beradadalam pengelolaannya.

(2) Pelaksanaan tugas kebendaharaan atas uang yang dikelolasebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. menerima dan menyimpan UP;

www.peraturan.go.id

2015, No.1623

b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yangdananya bersumber dari UP;

c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UPberdasarkan perintah PPK;

d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;

e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yangdilakukannya atas kewajiban kepada negara;

f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negarake kas negara;

g. menatausahakan transaksi UP;

h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP; dan

i. mengelola rekening tempat penyimpanan UP.

(3) BPP bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada dalampengelolaannya.

Bagian Kesembilan

Pejabat Pengelola Administrasi Belanja Pegawai

Pasal 25

(1) KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelolaadministrasi belanja pegawai.

(2) PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanjapegawai kepada KPA.

(3) PPABP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas:

a. melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronikdan/atau manual yang berhubungan dengan belanja pegawaisecara tertib, teratur, dan berkesinambungan;

b. melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusankepegawaian dandokumenpendukunglainnyadalam dosir setiappegawai pada Satuan Kerja yang bersangkutan secara tertib danteratur;

c. memproses pembuatan Daftar Gaji Induk, Gaji Susulan,Kekurangan Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas, TerusanPenghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan,Honorarium, Vakasi, dan pembuatan Daftar PermintaanPerhitungan Belanja Pegawai lainnya;

d. memprosespembuatanSuratKeterangan Penghentian Pembayaran(SKPP);

www.peraturan.go.id

2015, No.16 24

e. memproses perubahan data yang tercantum pada SuratKeterangan UntukMendapatkanTunjanganKeluarga

setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan susunankeluarga;

f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK PerubahanData Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai,dan dokumen pendukungnya kepada PPK;

g. mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awaltahun dan/atau apabila diperlukan; dan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan denganpenggunaan anggaran belanja pegawai.

BAB III

PELAKSANA AKUNTANSI

Pasal 26

Untuk melaksanakan SAI dibentuk:

a. UAPA/UAPB yang ditetapkan oleh Menteri;

b. UAPPA-E1/UAPPB-E1 yang ditetapkan oleh kepala unit Eselon I; dan

c. UAKPA/UAKPB yang ditetapkan oleh KPA/KPB.

Pasal 27

(1) UAPA/UAPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a,melakukan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan dan barang ditingkat kementerian.

(2) UAPA/UAPB sebagaimana dimaksud pada pasal 27 ayat (1) berada diPusat Administrasi Keuangan dan Pengelolaan Aset SekretariatJenderal Kementerian Dalam Negeri.

Pasal 28

(1) UAPPA-E1/UAPPB-E1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 hurufb, melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan/barangpada unit kerja Eselon I yang mencakup anggaran/barang padasatuan kerja pusat, UPT dan SKPD yang dananya berasal dari unitkerja Eselon I yang bersangkutan.

(2) UAPPA-E1 sebagaimana dimaksud pada pasal 26 huruf b beradapada:

a. Bidang Keuangan Sekretariat Jenderal Pusat AdministrasiKeuangan dan Pengelolaan Aset Sekretariat Jenderal;

b. Bagian Tata Usaha dan Keuangan Sekretariat InspektoratJenderal;

www.peraturan.go.id

2015, No.1625

c. Bagian Keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal; dan

d. Bagian Keuangan Sekretariat Badan.

(3) UAPPB-E1 sebagaimana dimaksud pada pasal 26 huruf b beradapada:

a. Bagian Rumah Tangga Biro Umum Sekretariat Jenderal;

b. Bagian Umum Sekretariat Inspektorat Jenderal;

c. Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal; dan

d. Bagian Umum Sekretariat Badan.

Pasal 29

(1) Unit Akuntansi KPA/KPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26huruf c, melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporankeuangan/barang yang dikelola oleh KPA/KPB.

(2) Unit Akuntansi KPA satuan kerja pusat berada pada:

a. Bidang Keuangan Sekretariat Jenderal Pusat AdministrasiKeuangan dan Pengelolaan Aset Sekretariat Jenderal;

b. Bagian Tata Usaha dan Keuangan Sekretariat InspektoratJenderal;

c. Bagian Keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal;

d. Bagian Keuangan Sekretariat Badan; dan

e. Bagian Keuangan Biro Administrasi Umum dan Keuangan InstitutPemerintahan Dalam Negeri.

(3) Unit Akuntansi KPA satuan kerja UPT berada pada:

a. Bagian Tata Usaha Pusat Diklat Regional;

b. Bagian Tata Usaha Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat danDesa;

c. Sub Bagian Tata Usaha Balai Pemberdayaan Masyarakat danDesa; dan

d. Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan InstitutPemerintahan Dalam Negeri Kampus di daerah.

(4) Unit Akuntansi KPB satuan kerja pusat berada pada:

a. Bagian Rumah Tangga Biro Umum Sekretariat Jenderal;

b. Bagian Umum Sekretariat Inspektorat Jenderal;

c. Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal;

d. Bagian Umum Sekretariat Badan; dan

www.peraturan.go.id

2015, No.16 26

e. Bagian Umum Biro Administrasi Umum dan Keuangan InstitutPemerintahan Dalam Negeri.

(5) Unit Akuntansi KPB satuan kerja UPT berada pada:

a. Bagian Tata Usaha Pusat Diklat Regional;

b. Bagian Tata Usaha Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat danDesa;

c. Sub Bagian Tata Usaha Balai Pemberdayaan Masyarakat danDesa; dan

d. Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan InstitutPemerintahan Dalam Negeri kampus di daerah.

(6) Unit Akuntansi KPA pada SKPD dapat dijabat oleh pejabatpenatausahaan keuangan masing-masing SKPD.

(7) Unit Akuntansi KPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan beradapada masing-masing SKPD yang mendapat alokasi dana dimaksud.

Pasal 30

(1) Pejabat Unit Akuntansi KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh masing-masing KPA pada satuankerja pusat dan UPT.

(2) Pejabat Unit Akuntansi KPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29ayat (4) ditetapkan oleh masing-masing Kepala Satuan Kerja Pusat.

(3) Pejabat Unit Akuntansi KPB satuan kerja UPT sebagaimana dimaksuddalam Pasal 29 ayat (5) ditetapkan oleh masing-masing kepala UPT.

BAB IV

PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA

Bagian Kesatu

Pembuatan Komitmen

Pasal 31

(1) Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yangmengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatankomitmen.

(2) Pembuatan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam bentuk:

a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau

b. Penetapan keputusan.

www.peraturan.go.id

2015, No.1627

Pasal 32

(1) Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dapat memulaiproses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa sebelumDIPA tahunanggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif setelahrencana kerja dan anggaran Kementerian Dalam Negeri disetujui olehDewan Perwakilan Rakyat.

(2) Biayaprosespelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukjenis belanja modal dialokasikan dalam belanja modal tahun anggaranberjalan.

(3) Realisasi belanja atas alokasi anggaran biaya proses pelelangan yangberasal dari belanja modal pada tahun anggaran berjalan, dicatatdalam neraca sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).

(4) Biaya proses pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukjenis belanja barang/bantuan sosial dialokasikan dalam belanjabarang tahun anggaran berjalan.

(5) Proses lelang pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui danatahun anggaran berjalan dilaksanakan oleh panitia pengadaan yangdibentuk pada tahun anggaran berjalan.

Pasal 33

(1) Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pelaksanaan pengadaanbarang/jasa sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan lelang dilakukansetelah DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif.

(2) Dalam hal biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaanbarang/jasa sebagaimanadimaksuddalam Pasal 32 ayatdan ayat (4)tidak dialokasikan pada tahun anggaran berjalan, biaya prosespelelangan dimaksud dapat dialokasikan pada DIPA tahun anggaranberjalan dengan melakukan revisi DIPA sesuaiketentuanPeraturanPerundang-undangan yang mengatur tentangrevisi DIPA.

Pasal 34

(1) Bentuk perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa sampaidengan batas nilai tertentu sesuai dengan ketentuanperaturanperundang-undangan dapat berupa bukti-bukti pembelian/pembayaran.

(2) Ketentuan mengenai batas nilai tertentu sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengikuti ketentuan dalam Peraturan Perundang-undanganyang mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 28

Pasal 35

(1) Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat dibebankanpada DIPA tahun anggaran berkenaan.

(2) Perjanjian/kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya membebani DIPAlebih dari 1 (satu) tahun anggaran dilakukan setelah mendapatpersetujuan Menteri Keuangan.

(3) Persetujuan atas perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud padaayat (2) sesuai ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan yangmengatur tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak TahunJamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pasal 36

(1) Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapat dibiayaisebagian atau seluruhnya dengan rupiah murni dan/atau pinjamandan/atau hibah.

(2) Perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undanganmengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 37

(1) Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yangmengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:

a. pelaksanaan belanja pegawai;

b. pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secaraswakelola;

c. pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaranhonorarium kegiatan; atau

d. belanja bantuan sosialyang disalurkan dalam bentuk uangkepada penerima bantuan sosial.

(2) Penetapankeputusandilakukanolehpejabatyang berwenang sesuaiketentuan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentangpengadaan barang/jasa pemerintah.

Bagian Kedua

Penerbitan SPP

Pasal 38

(1) Penyelesaian Tagihan atas Beban APBN dilakukan dengan SPP yangmeliputi:

a. SPP-UP;

b. SPP-TUP;

www.peraturan.go.id

2015, No.1629

c. SPP-GUP;

d. SPP untuk pengadaan tanah;

e. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi;

f. SPP-LS non belanja pegawai; dan

g. SPP untuk penerimaan negara bukan pajak.

(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumenpendukung administrasi yang meliputi:

a. berita acara serah terima hasil pekerjaan;

b. berita acara penyerahan hasil pekerjaan;

c. berita acara pembayaran;

d. kuitansi yang ditandatangani oleh PPK, PPTK dan bendahara;

e. faktur pajak beserta surat setoran pajak yang ditandatanganiwajib pajak;

f. jaminan bank;

g. dokumen yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak dan/atauSPK; dan

h. ringkasan kontrak dan/atau SPK.

Pasal 39

(1) Hasil pengujian atas SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38dituangkan dalam check list yang diparaf oleh paling sedikit 2 (dua)orang penguji serta ditandatangani oleh pejabat pengujiSPP/penandatangan SPM.

(2) Hasil pengujian atas SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38dapat berupa penolakan atau persetujuan.

(3) Pejabat penguji SPP/penandatangan SPM meminta nota persetujuankepada KPA atas SPP yang disetujui.

(4) Dalam hal hasil pengujian atas SPP berupa penolakan, SPPdikembalikan kepada pejabat yang mengajukan SPP.

BAB V

BATAS WAKTU PENYELESAIAN TAGIHAN

Bagian Kesatu

Pengajuan Tagihan kepada PPK

Pasal 40

(1) Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan kegiatanyang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh penerima

www.peraturan.go.id

2015, No.16 30

hak kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah timbulnyahak tagih kepada negara.

(2) Dalam hal 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepadanegarapenerimahakbelummengajukansurat tagihan, PPK segeramemberitahukan secara tertulis kepada penerima hak untukmengajukan tagihan.

(3) Pengajuan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertaipenjelasan secara tertulis kepada PPK atas keterlambatan pengajuantagihan.

(4) Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan karena dokumenpendukung tagihan tidak lengkap dan tidak benar, PPK harusmenyatakan secara tertulis alasan penolakan/ pengembalian tersebutpaling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.

Bagian Kedua

Penyelesaian SPP-UP/TUP

Pasal 41

(1) SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM palinglambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dariBendahara Pengeluaran.

(2) SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM palinglambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dariKepala KPPN.

Bagian Ketiga

Penyelesaian SPP-LS Belanja Pegawai dan

Non Belanja Pegawai

Pasal 42

(1) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dandisampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelahdokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar.

(2) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPKdan disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelumbulan pembayaran.

(3) Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakanhari libur atau hari yang dinyatakan libur penyampaian SPP-LSkepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelumtanggal 5.

(4) SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPKdan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja

www.peraturan.go.id

2015, No.1631

setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar daripenerima hak.

Bagian Keempat

Penyelesaian SPP-GUP

Pasal 43

SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerjasetelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.

Bagian Kelima

Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

Pasal 44

Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukan olehPPSPM meliputi:

a. kelengkapan dokumen pendukung SPP;

b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

c. kebenaran pengisian format SPP;

d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana KerjaAnggaran Satuan Kerja;

e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/ RencanaKerja Anggaran Satuan Kerja;

f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadipersyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

g. kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadipersyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaanbarang/jasa;

h. kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPPsehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

i. kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakandari pihak yang mempunyai hak tagih;

j. kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negaraoleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan

k. kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalamperjanjian/kontra

Pasal 45

(1) Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakanberdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi:

a. Bukti perjanjian/kontrak;

www.peraturan.go.id

2015, No.16 32

b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekeningpenyedia barang/jasa;

c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

f. Berita Acara Pembayaran;

g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasadan PPK;

h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telahditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;

i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuanganlainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah;dan/atau

j. dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian naskah atau seluruhnyabersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negerisebagaimana dipersyaratkan dalam perjanjian pinjaman atauhibah dalam/luar negeri bersangkutan.

(2) Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnyadilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:

a. Surat Keputusan;

b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;

c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau

d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

Pasal 46

(1) Pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur:

a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;

b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;

c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;dan

d. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

(2) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumenpendukung yang disampaikan oleh PPK.

www.peraturan.go.id

2015, No.1633

(3) PPSPM menerbitkan/menandatangani SPM terhadap SPP yangmemenuhi ketentuan.

(4) PPSPM menolak/mengembalikan SPP yang memiliki dokumenpendukung tidak lengkap dan tidak benar, disertai alasan penolakan/pengembalian secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelahditerimanya SPP.

Pasal 47

(1) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitanSPM disimpan oleh PPSPM.

(2) Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadibahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.

Pasal 48

(1) Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yangdisediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(2) SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM sebagaimanadimaksud pada ayat (1) memuat Personal Identification Number (PIN)PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbitSPM yang sah.

(3) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), PPSPM bertanggung jawab atas:

a. keamanan data pada aplikasi SPM;

b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengandata pada ADK SPM; dan

c. penggunaan PersonalIdentificationNumber(PIN)pada ADK SPM.

Bagian Keenam

Penyampaian SPM kepada KPPN

Pasal 49

(1) PPSPM menyampaikan SPM-UP/ TUP/GU/GUP Nihil/PTUP/LS dalamrangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.

(2) Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur:

a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dariKPA;

b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuanpemberian TUP dari Kepala KPPN; dan

www.peraturan.go.id

2015, No.16 34

c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP)dan/atau bukti setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untukyang lebih dari 1 (satu) penerima.

(3) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaranjaminan uang muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:

a. Asli surat jaminan uang muka;

b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPNuntuk mencairkan jaminan uang muka; dan

c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uangmukasesuai PeraturanPresiden mengenai pengadaan barang/jasapemerintah.

(4) Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luarnegeri, juga dilampiri dengan faktur pajak.

Pasal 50

(1) PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat2 (dua) harikerja setelah SPM diterbitkan.

(2) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPNpaling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.

Pasal 51

(1) Dalam hal tanggal 15 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2)merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur penyampaianSPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan palinglambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikecualikan untuk Satuan Kerja yang kondisi geografis dantransportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu yang dapatdipertanggungjawabkan.

Pasal 52

(1) Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantarSPM yang sah dan ditetapkanoleh KPA dengan ketentuan:

a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumenpendukung dan ADK SPM melalui Front Office Penerimaan SPMpada KPPN;

b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu IdentitasPetugas Satuan Kerja (KIPS) pada saat menyampaikan SPMkepada Petugas Front Office; dan

www.peraturan.go.id

2015, No.1635

c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung keKPPN, penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan ADKSPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.

(2) KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/ pemberitahuankepada Kepala KPPN dalam hal SPM disampaikan melalui kantorpos/jasa pengiriman resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c.

Bagian Ketujuh

Pembayaran Tagihan yang Bersumber dari Penggunaan PNBP

Pasal 53

Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber daripenggunaan PNBP, dilakukan:

a. Satuan Kerja pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenisPNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksudpada huruf a merupakan maksimum pencairan dana yang dapatdilakukan oleh Satuan Kerja berkenaan.

c. Satuan Kerja dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud padahuruf a setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasidari KPPN.

d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusatpembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat

Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak bolehmelampaui pagu PNBP Satuan Kerja yang bersangkutan dalam DIPA.

f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahanpagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan MenteriKeuangan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 54

(1) Satuan Kerja pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (duapuluh persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai paguPNBP dalam DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratusjuta rupiah).

(2) Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk sisaMaksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 36

Pasal 55

(1) Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesarkebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batasMaksimum Pencairan (MP).

(2) Pembayaran UP/TUP untuk Satuan Kerja Pengguna PNBP dilakukanterpisah dari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.

Pasal 56

(1) Satuan Kerja pengguna PNBP yang belum memperoleh MaksimumPencairan (MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12(satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesarRp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukanuntuk pengguna PNBP:

a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBPnamun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu danaPNBP pada DIPA; atau

b. yang belum memperoleh Pagu Pencairan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 54 huruf d.

(3) Penggantian UP atas pemberian UP sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) dilakukan setelah Satuan Kerja pengguna PNBPmemperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikitsebesar UP yang diberikan.

Pasal 57

(1) Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satuan Kerjapengguna PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP)dana PNBP melebihi UP yang telah diberikan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 56 ayat dan ayat (2).

(2) Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuaiformula:

MP = (PPP x JS) - JPS

MP = Maksimum Pencairan

PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap pendapatansesuaidenganyangditetapkanolehMenteri Keuangan

JS = Jumlah Setoran

JPS = Jumlah Pencairan dana Sebelumnya sampai dengan SPMterakhir yang diterbitkan

(3) Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaransebelumnya dari Satuan Kerja pengguna, dapat dipergunakan untuk

www.peraturan.go.id

2015, No.1637

membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPAdisahkan dan berlaku efektif.

Pasal 58

(1) Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/ GUP Nihil/LS dari dana yang bersumber dariPNBP mengacu pada mekanisme dalam Peraturan Menteri ini.

(2) PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/ PTUP/GUP/GUP Nihil/LSbeserta ADK SPM kepada KPPN dengan dilampiri:

a. Dokumen pendukung SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal49 ayat (2) dan ayat (3);

b. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan

c. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuatsesuai format sebagaimana tercantum dalam PeraturanPerundang-undangan yang mengatur tentang Tata CaraPembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara.

(3) Untuk Satuan Kerja pengguna PNBP secara terpusat, penyampaianSPM mengacu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

Bagian Kedelapan

Pembayaran Tagihan untuk Kegiatan yang Bersumber dari Pinjamandan/atau Hibah Luar Negeri

Pasal 59

Penerbitan SPP SPM dan SP2D untuk kegiatan yang sebagian/seluruhnyabersumber dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri mengikutiketentuan mengenai kategori porsi pembiayaan tanggal Closing Date danpersetujuan pembayaran dari pemberi pinjaman dan/atau hibah luarnegeri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pencairan dana Pinjamandan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan.

Pasal 60

Penerbitan SPP-LS, SPM-LS, dan SP2D-LS atas tagihan berdasarkanperjanjian/kontrak dalam valuta asing (valas) dan/atau pembayaran keluar negeri mengikuti ketentuan:

a. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapatdikonversi ke dalamrupiah; dan

b. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.

Pasal 61

(1) Penerbitan SPP-UP/TUP, SPM-UP/TUP, dan SP2D-UP/TUP menjadibeban dana Rupiah Murni.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 38

(2) Pertanggungjawaban dan penggantian dana Rupiah Murni atas SP2D-UP/TUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan denganpenerbitan SPP-GUP/GUP Nihil/PTUP, SPM-GUP/GUP Nihil/PTUP,dan SP2D-GUP/GUP Nihil/PTUP yang menjadi beban Pinjamandan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan.

Pasal 62

(1) Dalam hal terjadi penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap valasyang menyebabkan alokasi dana Rupiah pada DIPA melampaui sisaPinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, sebelum dilakukan penerbitanSPP, Satuan Kerja harus melakukan perhitungan dan/ataukonfirmasi kepada Executing Agency agar tidak terjadi pembayaranyang melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeriberkenaan.

(2) Pengeluaran atas SP2D dengan sumber dana dari Pinjaman dan/atauHibah Luar Negeri yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimanadiatur dalam dokumen Perjanjian Pinjaman dan/atau Hibah LuarNegeri,atau pengeluaran setelah Pinjaman dan/atau Hibah LuarNegeri dinyatakan Closing Date dikategorikan sebagai pengeluaranIneligible.

(3) Atas pengeluaran yang dikategorikan Ineligible sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal Perbendaharaanmenyampaikan surat pemberitahuan kepada Pimpinan KementerianNegara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur JenderalAnggaran.

(4) Penggantian atas pengeluaran yang dikategorikan Ineligiblesebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi tanggung jawabKementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dan harusdiperhitungkan dalam revisi DIPA tahun anggaran berjalan ataudibebankan dalam DIPA tahun anggaran berikutnya.

BAB VI

PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

Pasal 63

KPA satuan kerja pusat, dekonsentrasi, dan tugas pembantuanbertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran kepada kepalasatuan kerja.

Pasal 64

Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 disampaikandalam bentuk:

a. laporan keuangan;

www.peraturan.go.id

2015, No.1639

b. laporan barang milik negara; dan

c. laporan kinerja.

Pasal 65

Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf a terdiriatas:

a. laporan realisasi anggaran (LRA);

b. neraca;

c. laporan operasional (LO);

d. laporan perubahan ekuitas (LPE); dan

e. catatan atas laporan keuangan (CaLK).

Pasal 66

(1) Bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal 65 berupa laporan keuangan tingkat UAKPAmeliputi:

a. laporan realisasi anggaran, neraca, laporan operasional, laporanperubahan ekuitas disusun dan disampaikan setiap bulan,semester I, dan tahunan;

b. penyampaian laporan keuangan semester I dan tahunansebagaimana dimaksud pada huruf a disertai dengan CatatanAtas Laporan Keuangan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai denganketentuan yang berlaku dengan aplikasi SAK yang mengacu padaStandar Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 67

(1) KPA satuan kerja pusat menyampaikan laporan keuangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 kepada kepala unit Eselon Iselaku UAPPA-E1.

(2) Kepala unit pelaksana teknis menyampaikan laporan keuangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 kepada unit Eselon I pembinaselaku UAPPA-E1.

(3) Kepala SKPD dekonsentrasi dan tugas pembantuan menyampaikanlaporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 kepada unitEselon I pembina selaku UAPPA-E1.

Pasal 68

(1) Kepala satuan kerja unit Eselon I menyampaikan laporan keuangantingkat UAPPA-E1 yang merupakan penggabungan atas laporankeuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 kepada Menteri

www.peraturan.go.id

2015, No.16 40

melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan disampaikan kepadaKepala Pusat Administrasi Keuangan dan Pengelolaan Aset selakuUAPPA.

(2) Laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 sebagaimana dimaksud padaayat (1) menjadi bahan dalam penyusunan laporan keuangan tingkatkementerian/UAPA yang disampaikan oleh Menteri selaku penggunaanggaran kepada Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara.

Pasal 69

Laporan barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 hurufb terdiri atas:

a. laporan persediaan;

b. laporan aset tetap;

c. konstruksi dalam pengerjaan;

d. laporan aset lainnya;

e. laporan barang bersejarah; dan

f. catatan ringkas barang.

Pasal 70

(1) Kepala satuan kerja pusat, dekonsentrasi, dan tugas pembantuanbertanggungjawab atas pelaporan barang milik negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 64 huruf b yang berada pada satuan kerjanya.

(2) Kepala satuan kerja pusat, dekonsentrasi, dan tugas pembantuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan barangmilik negara setiap semester dan tahunan kepada unit Eselon Ipembina selaku UAPPB-E1.

(3) Unit Eselon I menyampaikan laporan barang milik negara tingkatUAPPB-E1 yang merupakan penggabungan atas laporan barang miliknegara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri melaluiSekretaris Jenderal dengan tembusan disampaikan kepada KepalaPusat Administrasi Keuangan dan Pengelolaan Aset selaku UAPB.

(4) Laporan barang milik negara tingkat UAPPB-E1 sebagaimanadimaksud pada ayat (3) menjadi bahan dalam penyusunan laporanbarang milik negara tingkat kementerian/UAPB yang disampaikanoleh Menteri selaku pengguna barang kepada Menteri Keuanganselaku pengelola barang.

(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun denganaplikasi SIMAK-BMN yang mengacu pada standar akuntansipemerintahan.

www.peraturan.go.id

2015, No.1641

Pasal 71

(1) Kepala satuan kerja pusat, UPT, dekonsentrasi, dan tugaspembantuan sebelum menyampaikan laporan keuangan dan laporanbarang milik negara melaksanakan rekonsiliasi internal antara UnitAkuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang dalam bentuk BeritaAcara Rekonsiliasi.

(2) Kepala satuan kerja pusat, UPT, dekonsentrasi, dan tugaspembantuan menyampaikan Berita Acara Rekonsiliasi Internal setiapsemester sebagai syarat untuk melakukan rekonsiliasi eksternaldengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.

(3) Berita Acara Rekonsiliasi Internal antara Unit Akuntansi Keuangandan Unit Akuntansi Barang setiap bulan sebagaimana dimaksud padaayat (1) disampaikan kepada Unit Eselon I Pembina selaku UAPPA/B-E1.

(4) Berita Acara Rekonsiliasi antara satuan kerja dengan KantorPelayanan Perbendaharaan Negara dan Kantor Pelayanan KekayaanNegara dan Lelang setiap bulan dan setiap semester disampaikankepada Unit Eselon I pembina selaku UAPPB-E1.

BAB VII

PERUBAHAN DOKUMEN ANGGARAN

Pasal 72

Perubahan dokumen anggaran dapat dilakukan dengan berpedoman padarencana pembangunan jangka menengah nasional dan rencana kerjapemerintah yang telah ditetapkan.

Pasal 73

(1) Perubahan yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA,diajukan oleh masing-masing Satuan Kerja kepada SekretarisJenderal melalui Kepala Biro Perencanaan untuk diproses lebih lanjutpada Kementerian Keuangan.

(2) Perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan oleh KPA pada satuan kerjaPusat harus mendapatkan persetujuan pejabat Kepala SatuanKerja/Eselon I.

(3) Perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan oleh KPA pada satuan kerjaUPT harus mendapatkan persetujuan pejabat Eselon I Pembina.

Pasal 74

(1) Perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayatdan ayat (2)disertai Arsip Data Komputer dan dokumen pendukung lainnya.

www.peraturan.go.id

2015, No.16 42

0(2) Perubahan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan yangdisampaikan kepada Kementerian Keuangan paling sedikit dilampirisurat persetujuan dari pejabat Eselon I Pembina.

Pasal 75

Jenis dan bagian anggaran yang dapat diubah serta tata cara perubahandokumen anggaran berpedoman pada peraturan yang mengatur tentangTata Cara Revisi Anggaran.

BAB VIII

DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 76

(1) Gubernur bertanggung jawab atas penyelenggaraan dekonsentrasi dantugas pembantuan lingkup Kementerian Dalam Negeri di provinsi.

(2) Bupati/Walikota bertanggung jawab atas penyelenggaraan tugaspembantuan lingkup Kementerian Dalam Negeri di kabupaten/kota.

Pasal 77

(1) Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan tanggung jawabsebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 sesuai alokasi dana dankegiatan yang tercantum dalam DIPA.

(2) Gubernur dan Bupati/Walikota menyelenggarakan kegiatandekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan lingkup KementerianDalam Negeri berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri yangmengatur tentang pelimpahan dan penugasan urusan KementerianDalam Negeri.

(3) Gubernur dan Bupati/Walikota menyelenggarakan penatausahaanpelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuansesuai alokasi danadan kegiatan yang ditetapkan dalam DIPAberdasarkan rencana kerja dan anggaran.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan dan penugasan urusanpemerintahan lingkup Kementerian Dalam Negeri yangdiselenggarakan melalui mekanisme pendanaan dekonsentrasi dantugas pembantuan diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 78

(1) Petunjuk teknis kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuanlingkup Kementerian Dalam Negeri ditetapkan oleh masing-masingunit kerja Eselon I Pembina di lingkungan Kementerian Dalam Negerisesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan berpedoman kepadaPeraturan Menteri tentang pelimpahan dan penugasan urusanpemerintahan lingkup Kementerian Dalam Negeri.

www.peraturan.go.id

2015, No.1643

(2) Kepala unit Eselon I Pembina dekonsentrasi dan tugas pembantuanmenetapkan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis operasionalsebagai pedoman pelaksanaan DIPA untuk masing-masing SKPD.

(3) Dalam melaksanakan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknisoperasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepala SKPD/KPAmenetapkan POK

Pasal 79

(1) Barang yang diperoleh dari pelaksanaan dana dekonsentrasi dantugas pembantuan merupakan barang milik negara.

(2) Barang milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdihibahkan kepada daerah.

(3) Tata cara hibah barang milik negara sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 80

Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini makaPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2013 tentang PedomanPelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kementerian DalamNegeri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 81

Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri Dalam Negeri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 Januari 2015.

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA,

TJAHJO KUMOLO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 7 Januari 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id