Berita _ Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

2
5/13/13 Berita : Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres padangekspres.co.id/?news=berita&id=42597 1/2 Cari.. Cari.. Senin, 13 Mei 2013 - 3 Rajab 1434 H 07:05:14 WIB Padang TV Posmetro Padang Rakyat Sumbar Padang Today FOTO INDEKS RSS 1 A+ A- KEMBALI INDEKS RAKYAT SUMBAR RAKYAT SUMBAR Eksploitasi Hutan Menggila Bekas Izin Logging Picu Banjir Siberut Padang Ekspres • Sabtu, 13/04/2013 13:50 WIB • REDAKSI • 506 klik Padang, Padek—Para pegiat lingkungan hidup mendesak pemerintah Sumbar menindak tegas para penjahat lingkungan di daerah. Bertubi-tubinya bencana alam melanda sejumlah daerah di Sumbar sejak lima tahun terakhir, sedianya menyadarkan pemerintah Sumbar agar menghentikan segala praktik keja- hatan lingkungan dengan dalih apa pun. Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Sumbar menilai, banjir besar yang melanda Pulau Siberut akibat masifnya pembalakan hutan di daerah tersebut. Dari pantauan Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) yang konsen terhadap lingkungan hidup, sungai- sungai yang meluap di Siberut hulunya telah gundul oleh eksploitasi logging. Hulu Sungai Siberut misalnya, memicu banjir di Desa Rogdok, Salappak, Tinambu, Magosi, Muntei dan Maileppet yang merupakan bekas konsesi salah satu perusahaan besar. Sedangkan Sungai Sikabaluan, menggenangi Desa Bojakan, Sotboyak, Mongan Poula, Sikabaluan, merupakan daerah-daerah bekas konsesi HPH sebuah koperasi salah satu perguruan tinggi negeri di Sumbar. Lalu Sungai Taileleu, membanjiri Desa Pei-Pei di Siberut Barat Daya, daerah tangkapan airnya pernah menjadi konsesi izin pemanfaan kayu (IPK) dua perusahaan. “Sementara Dusun Simoilaklak dan Sirisurak di Desa Saibi, banjir akibat hulu sungai di dusun tersebut rusak. Hulunya merupakan bagian wilayah konsesi HPH KAM. Di Sigapokna, ada satu KSU yang mendapat konsesi 700 ha. Di Desa Malancan, terdapat konsesi IPK sebuah KUD dan IPK KSU dengan luas konsesi IPK 1.200 ha. Ada juga konsesi IUPHHK salah satu perusahaan yang sampai saat ini masih aktif beroperasi,” kata Koordinator Divisi Hukum dan Kebijakan YCMM Rifai Lubis. Rifai Lubis mengatakan, seluruh wilayah Pulau Siberut bukanlah wilayah yang bebas dari aktivitas logging. Aktivitas logging di Pulau Siberut baru berkurang dengan pencabutan beberapa izin konsesi HPH pada tahun 1992, bersamaan dengan dimulainya Integrated Protected Area System yang dibiayai Asian Development Bank. “Bablasnya otonomi daerah sejak tahun 2009, membuat Pulau Siberut kembali dibebani oleh konsesi- konsesi logging baik IPK maupun HPH. Sampai saat ini masih ada satu izin IUPHHK untuk PT SSS,” kata Rifai. Dia mengatakan, banjir besar yang melanda Siberut kali ini merupakan reaksi korektif dari alam atas pilihan kebijakan dalam memperlakuan ekosistem Pulau Siberut secara eksploitatif. “Jika selama ini protes dan koreksi dari pemerhati lingkungan dan pejuang hak-hak masyarakat adat Mentawai tidak digubris oleh pembuat kebijakan, kini alam yang bereaksi menyampaikan koreksinya,” sindirnya. Karena itu, YCMM mengingatkan Pemkab Mentawai saatnya melibatkan seluruh stakeholders, termasuk pemerintah pusat, untuk mengevaluasi dan merevisi kebijakan-kebijakannya atas pengelolaan ekosistem Pulau Siberut secara khusus, Kepulauan Mentawai secara keseluruhan. “Perlu segera difinalkan tata ruang Kepulauan Mentawai yang bertumpu pada pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Tata ruang ini harus dilaksanakan secara konsisten oleh siapa pun,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumbar, Khalid Saifullah tetap kon- sisten menolak segala aktivitas yang berkontribusi terhadap rusaknya tutupan hutan di Kepulauan Men- tawai dengan dalih ekonomi. “Sebagai wilayah yang terdiri dari pulau-pulau kecil, Mentawai punya karakteristik tersendiri. Seperti, aliran sungai yang pendek (langsung ke laut), jenis tanah yang tidak mampu menyimpan dan menyerap air seperti Pulau Sumatra (Hasil penelitian LIPI tahun 1995 di Pulau Siberut),” katanya. Berkurangnya tutupan hutan mengakibatkan aliran permukaan (run off) dan sedimentasi yang tinggi ketika hujan. “Karena itu, curah hujan hanya pemicu. Permasalahan mendasarnya adalah menurunnya daya du- kung Pulau Siberut karena aktivitas logging sejak lama. Destructive logging ini semakin menggila dalam rentang 5 tahun pertama menjadi sejak Mentawai menjadi kabupaten sendiri, dengan mengeluarkan lebih dari 30 IPK dan 1 HPH,” tegasnya. Sejak gencarnya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mentawai, kata Khalid, semakin memperparah kondisi lingkungan di seluruh Pulau Mentawai. “Pemerintah (kabupaten, provinsi dan nasional sebagai pem- beri hak guna usaha/HGU), justru menebar ancaman bagi masyarakat Mentawai. Belajar dari beberapa kabupaten yang sudah duluan dijarah perkebunan kelapa sawit (Pasaman Barat, Dharmasraya, Pesisir Selatan dan Agam), dalam 1 - 3 tahun terakhir sudah panen bencana banjir,” papar Khalid. Khalid mengingatkan, setiap bencana banjir selalu diikuti ancaman kelaparan karena pasokan logistik ter- henti, lahan pangan lokal (sagu, pisang, keladi atau talas) tergerus. (cr3) [ Red/Administrator ] Komentar Berita 06:21 WIB Nasib 600 Ribu Honorer Men.. 06:20 WIB Baru 8 Bulan Lepas, Kontra.. 06:20 WIB Penyaluran Dana TPP Guru K.. 06:19 WIB Instalasi Listrik Uzur, Du.. 06:17 WIB Hindari Motor, Mobil Tabra.. 06:15 WIB Kemendikbud Percepat Publi.. 06:14 WIB PPLP Sumbar tak Memadai.. 06:12 WIB Exco Cari Jalan Lapor ke F.. 06:06 WIB 500 Ribu Peserta Berebut 9.. 06:05 WIB Anak Muda Sasaran Empuk Ko.. Terbaru Terpopuler Terkomentari Perempuan dalam Pusaran Kasus Korupsi KORUPSI dan perempuan. Dua kata tersebut seolah tak bisa dipisahkan dalam penegakan hukum. Di situ ada kasus korupsi, di situ pula dipastikan ada dugaan keterlibatan perempuan. Entah perempuan sebagai bumbu-bumbu penyidikan atau memang benar-benar terlibat dalam kasus korupsi. Kotopadang belum Tersentuh Pembangunan Yth Bapak Bupati Padangpariaman kami masyarakat Korong Kotopadang Kenagarian III Koto Aur Malintang Kecamatan IV Aurmalintang, perlu kami sampaikan pada bapak bahwa daerah kami jauh tertinggal dibanding daerah lainnya. Antara lain jalan masih tanah dan Pro Sumbar Pro Sumbar Rakyat Sumbar Rakyat Sumbar Daerah Daerah Ekonomi Bisnis Ekonomi Bisnis Opini Opini Internasional Internasional Nasional Nasional Sportivo Sportivo Metropolis Metropolis Xpresi Xpresi Selebritis Selebritis

description

Sebuah pondok berada di antara hutan yang baru dirambah, terlihat dari Desa Kuliek, Nagari Sungai Buluh, Kec.Batang Anai, Kab.Padangpariaman, Sumbar, Kamis (9/5). Data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar, laju kerusakan hutan di propinsi itu mencapai 10 ribu hektare per tahun karena eksploitasi besar-besaran hutan , salah satunya aktivitas penebangan liar. (ANTARA/Iggoy el Fitra)

Transcript of Berita _ Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

Page 1: Berita _ Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

5/13/13 Berita : Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

padangekspres.co.id/?news=berita&id=42597 1/2

Cari..Cari..

Senin, 13 Mei 2013 - 3 Rajab 1434 H 07:05:14 WIB Padang TV Posmetro Padang Rakyat Sumbar Padang Today FOTO INDEKS RSS

1A+ A- KEMBALI INDEKS

RAKYAT SUMBARRAKYAT SUMBAR

Eksploitasi Hutan MenggilaBekas Izin Logging Picu Banjir Siberut

Padang Ekspres • Sabtu, 13/04/2013 13:50 WIB • REDAKSI • 506 klik

Padang, Padek—Para pegiat lingkungan hidup mendesak pemerintah Sumbar menindak tegas parapenjahat lingkungan di daerah. Bertubi-tubinya bencana alam melanda sejumlah daerah di Sumbar sejaklima tahun terakhir, sedianya menyadarkan pemerintah Sumbar agar menghentikan segala praktik keja-hatan lingkungan dengan dalih apa pun. Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Sumbar menilai, banjir besar yangmelanda Pulau Siberut akibat masifnya pembalakan hutan di daerah tersebut. Dari pantauan Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) yang konsen terhadap lingkungan hidup, sungai-sungai yang meluap di Siberut hulunya telah gundul oleh eksploitasi logging. Hulu Sungai Siberut misalnya,memicu banjir di Desa Rogdok, Salappak, Tinambu, Magosi, Muntei dan Maileppet yang merupakan bekas konsesi salah satu perusahaanbesar. Sedangkan Sungai Sikabaluan, menggenangi Desa Bojakan, Sotboyak, Mongan Poula, Sikabaluan,merupakan daerah-daerah bekas konsesi HPH sebuah koperasi salah satu perguruan tinggi negeri diSumbar. Lalu Sungai Taileleu, membanjiri Desa Pei-Pei di Siberut Barat Daya, daerah tangkapan airnyapernah menjadi konsesi izin pemanfaan kayu (IPK) dua perusahaan. “Sementara Dusun Simoilaklak dan Sirisurak di Desa Saibi, banjir akibat hulu sungai di dusun tersebutrusak. Hulunya merupakan bagian wilayah konsesi HPH KAM. Di Sigapokna, ada satu KSU yang mendapatkonsesi 700 ha. Di Desa Malancan, terdapat konsesi IPK sebuah KUD dan IPK KSU dengan luas konsesi IPK1.200 ha. Ada juga konsesi IUPHHK salah satu perusahaan yang sampai saat ini masih aktif beroperasi,”kata Koordinator Divisi Hukum dan Kebijakan YCMM Rifai Lubis. Rifai Lubis mengatakan, seluruh wilayah Pulau Siberut bukanlah wilayah yang bebas dari aktivitas logging.Aktivitas logging di Pulau Siberut baru berkurang dengan pencabutan beberapa izin konsesi HPH padatahun 1992, bersamaan dengan dimulainya Integrated Protected Area System yang dibiayai AsianDevelopment Bank. “Bablasnya otonomi daerah sejak tahun 2009, membuat Pulau Siberut kembali dibebani oleh konsesi-konsesi logging baik IPK maupun HPH. Sampai saat ini masih ada satu izin IUPHHK untuk PT SSS,” kataRifai. Dia mengatakan, banjir besar yang melanda Siberut kali ini merupakan reaksi korektif dari alam ataspilihan kebijakan dalam memperlakuan ekosistem Pulau Siberut secara eksploitatif.“Jika selama ini protes dan koreksi dari pemerhati lingkungan dan pejuang hak-hak masyarakat adatMentawai tidak digubris oleh pembuat kebijakan, kini alam yang bereaksi menyampaikan koreksinya,”sindirnya. Karena itu, YCMM mengingatkan Pemkab Mentawai saatnya melibatkan seluruh stakeholders, termasukpemerintah pusat, untuk mengevaluasi dan merevisi kebijakan-kebijakannya atas pengelolaan ekosistemPulau Siberut secara khusus, Kepulauan Mentawai secara keseluruhan. “Perlu segera difinalkan tata ruang Kepulauan Mentawai yang bertumpu pada pengelolaan sumber dayaalam berkelanjutan. Tata ruang ini harus dilaksanakan secara konsisten oleh siapa pun,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumbar, Khalid Saifullah tetap kon-sisten menolak segala aktivitas yang berkontribusi terhadap rusaknya tutupan hutan di Kepulauan Men-tawai dengan dalih ekonomi. “Sebagai wilayah yang terdiri dari pulau-pulau kecil, Mentawai punya karakteristik tersendiri. Seperti, aliransungai yang pendek (langsung ke laut), jenis tanah yang tidak mampu menyimpan dan menyerap airseperti Pulau Sumatra (Hasil penelitian LIPI tahun 1995 di Pulau Siberut),” katanya. Berkurangnya tutupan hutan mengakibatkan aliran permukaan (run off) dan sedimentasi yang tinggi ketikahujan. “Karena itu, curah hujan hanya pemicu. Permasalahan mendasarnya adalah menurunnya daya du-kung Pulau Siberut karena aktivitas logging sejak lama. Destructive logging ini semakin menggila dalamrentang 5 tahun pertama menjadi sejak Mentawai menjadi kabupaten sendiri, dengan mengeluarkan lebihdari 30 IPK dan 1 HPH,” tegasnya. Sejak gencarnya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mentawai, kata Khalid, semakin memperparahkondisi lingkungan di seluruh Pulau Mentawai. “Pemerintah (kabupaten, provinsi dan nasional sebagai pem-beri hak guna usaha/HGU), justru menebar ancaman bagi masyarakat Mentawai. Belajar dari beberapakabupaten yang sudah duluan dijarah perkebunan kelapa sawit (Pasaman Barat, Dharmasraya, PesisirSelatan dan Agam), dalam 1 - 3 tahun terakhir sudah panen bencana banjir,” papar Khalid. Khalid mengingatkan, setiap bencana banjir selalu diikuti ancaman kelaparan karena pasokan logistik ter-henti, lahan pangan lokal (sagu, pisang, keladi atau talas) tergerus. (cr3)

[ Red/Administrator ]

Komentar Berita

06:21 WIB Nasib 600 Ribu Honorer Men..

06:20 WIB Baru 8 Bulan Lepas, Kontra..

06:20 WIB Penyaluran Dana TPP Guru K..

06:19 WIB Instalasi Listrik Uzur, Du..

06:17 WIB Hindari Motor, Mobil Tabra..

06:15 WIB Kemendikbud Percepat Publi..

06:14 WIB PPLP Sumbar tak Memadai..

06:12 WIB Exco Cari Jalan Lapor ke F..

06:06 WIB 500 Ribu Peserta Berebut 9..

06:05 WIB Anak Muda Sasaran Empuk Ko..

Terbaru Terpopuler Terkomentari

Perempuan dalam Pusaran KasusKorupsi

KORUPSI dan perempuan. Dua kata tersebutseolah tak bisa dipisahkan dalam penegakanhukum. Di situ ada kasus korupsi, di situ puladipastikan ada dugaan keterlibatan perempuan.Entah perempuan sebagai bumbu-bumbupenyidikan atau memang benar-benar terlibatdalam kasus korupsi.

Kotopadang belum TersentuhPembangunan

Yth Bapak Bupati Padangpariamankami masyarakat KorongKotopadang Kenagarian III KotoAur Malintang Kecamatan IV

Aurmalintang, perlu kami sampaikan pada bapakbahwa daerah kami jauh tertinggal dibandingdaerah lainnya. Antara lain jalan masih tanah dan

Pro SumbarPro Sumbar Rakyat SumbarRakyat Sumbar Daerah Daerah Ekonomi BisnisEkonomi Bisnis OpiniOpini InternasionalInternasional NasionalNasional SportivoSportivo MetropolisMetropolis XpresiXpresi SelebritisSelebritis

Page 2: Berita _ Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

5/13/13 Berita : Eksploitasi Hutan Menggila - Harian Pagi Padang Ekspres

padangekspres.co.id/?news=berita&id=42597 2/2

Beranda | Profil Perusahaan | Visi & Misi | Peraturan Layanan | Info Iklan | Kontak | Facebook | Twitter | RSS | Indeks

© 1999 - 2013 © 1999 - 2013 PT. Padang Intermedia PersPT. Padang Intermedia Pers

Jalan Proklamasi No. 38 A Padang, Sumatera Barat - IndonesiaJalan Proklamasi No. 38 A Padang, Sumatera Barat - Indonesia

Telp. (0751) 841254, Fax. (0751) 841254, Email : Telp. (0751) 841254, Fax. (0751) 841254, Email :

NamaNama *dibutuhkan *dibutuhkan

e-Maile-Mail *dibutuhkan *dibutuhkan

KomentarKomentar

Security CodeSecurity Code

BERITA TERKAIT BERITA LAINNYA

» Nasib 600 Ribu Honorer Mengantung..

» Baru 8 Bulan Lepas, Kontraktor Diringkus lagi..

» Penyaluran Dana TPP Guru Kacau..

» Instalasi Listrik Uzur, Dua Rumah Terbakar..

» Hindari Motor, Mobil Tabrak Pagar Rumah..

Isi form berikut ini untuk mengirim komentar anda terkait dengan berita ini.Isi form berikut ini untuk mengirim komentar anda terkait dengan berita ini.

Kirim Komentar

berlubang belum pernah terjamah proyekpemerintahan. Jalan ini adalah urat nadiperekonomian kami untuk ke pasar membawa hasilperkebunan dan pertanian kami dan sebaliknyamembawa barang dari pasar ke kampung kamipakai ojek itu pun kalau bisa. Penerangan PLN jugabelum ada. Jadi kami mohon perhatian bapak untukpembangunan jalan.

Sabtu, 11 Mei 2013

Dilarang Darmawisata Usai UNAnak-anak kini candu raun lo.........! BPN Rekomendasikan Ganti Rugi

Pacapek se lah rugi-rugi stek dak baadoh.....................! Jaksa Perdalam Dugaan Korupsi Dana BOSJaan sampai ilang tangah jalan...........!

» Jumat, 10 Mei 2013..

» Rabu, 8 Mei 2013..

» Selasa, 7 Mei 2013..

JAWA-BALI-NUSATENGGARA SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI MAJALAH NEWS PORTAL