Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya

15
Berikut ini nama tumbuhan Monokotil beserta nama latinnnya : 1. Aren / Arenga pinnata 2. Beras / Oriza sativa 3. Ganyong Hutan (Kana) / Canna indica 4. Jagung /Zea mays 5. Jukut ibun /Drymaria cordata Berikut ini nama tumbuhan dikotil beserta nama latinnnya : 1. Karet (Hevea brazilliensis) 2. Cokelat / Kakao (Theobroma cacao) 3. Durian (Durio Zibethinus) 4. Mangga (Magnifera indica) 5. Gandaria (Bouea mcrophylla) 6. Sukun (Artocarpus communis) 7. Terung (Solanum lycopersicum) 8. Jambu Monyet (Agathis Lalillardieri) 9. Kemiri ( Dipterocarpus sp) 10. Duku (lansium domesticum) 11. Sawo (Manilkara kauki) 12. Mengkudu (Morinda citrifolia) 13. Apel (Malus sylvestris) 14. Kweni (mangifera odorata) 15. Buni ( Antidesma reticulata) 16. Jambu Mawar ( Eugenia jambos) 17. Kawista Batu (Feronica lucida)

Transcript of Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya

Page 1: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

Berikut ini nama tumbuhan Monokotil beserta nama latinnnya :

1. Aren / Arenga pinnata

2. Beras / Oriza sativa

3. Ganyong Hutan (Kana) / Canna indica

4. Jagung /Zea mays

5. Jukut ibun /Drymaria cordata

Berikut ini nama tumbuhan dikotil beserta nama latinnnya :

1. Karet (Hevea brazilliensis)

2. Cokelat / Kakao (Theobroma cacao)

3. Durian (Durio Zibethinus)

4. Mangga (Magnifera indica)

5. Gandaria (Bouea mcrophylla)

6. Sukun (Artocarpus communis)

7. Terung (Solanum lycopersicum)

8. Jambu Monyet (Agathis Lalillardieri)

9. Kemiri ( Dipterocarpus sp)

10. Duku (lansium domesticum)

11. Sawo (Manilkara kauki)

12. Mengkudu (Morinda citrifolia)

13. Apel (Malus sylvestris)

14. Kweni (mangifera odorata)

15. Buni ( Antidesma reticulata)

16. Jambu Mawar ( Eugenia jambos)

17. Kawista Batu (Feronica lucida)

Page 2: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

materi vigor

Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan

perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas.

Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan

perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi

merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan

dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :

1. Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah  dan pertumbuhan kecambah.

2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak

sesuai untuk pertumbuhan.

3. Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.

Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila

ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta

berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai

“kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan

kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:

1. Vigor benih

2. Vigor kecambah

3. Vigor bibit

4. Vigor tanaman

Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih

bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi

dicirikan:

1. Tahan disimpan lama

2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit

3. Cepat dan pertumbuhannya merata

4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam

lingkungan tumbuh yang sub optimal

Rendahnya vigor dapat disebabkan:

1. Genetis

Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang

menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar

lainnya.

2. Fisiologis

Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat

panen dan kemunduran benih selama penyimpanan

3. Morfologis

Page 3: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh

dibandingkan dengan benih yang besar

4. Sitologis

Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom

5. Mekanis

Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan

6. Mikrobia

Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:

1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan

2. Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh

3. Kecepatan berkecambah benih menurun

4. Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat

5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal

6. Rendahnya produksi tanaman

Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik

secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada

kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium

dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah

pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan

dengan beberapa aspek penampilan kecambah.

Vigor Benih

Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang berkecamabah,

kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang

memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi

dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada

berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau

kesehatannya (Delouche  dalam Kuswanto, 1996).

Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan

lingkungan yang sub optimal. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas,

masing-masing yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini

menempatkan benih pada kemungkinan

kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman mormal meskipun keadaan biofisik lapangan

sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Semai dengan tingkat vigor

yang tinggi mungkin dapat dilihat dari penampilan fenotipe kecambah atau bibitnya (Sadjat,

Page 4: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

1993).

Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor benih harus relefan dengan tingkat

produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dicirikan antara lain oleh:

1. Tahan disimpan lama

2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit

3. Cepat dan merata tumbuhnya

4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam

keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.

Benih yang memiliki vigor rendah menurut Copeland (1980) akan berakibat terjadinya:

a). Kemunduran benih

b). Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh

c). Kecepatan berkecambah menurun

d). Kepekaan akan serangan hama

e). Meningkatnya jumlah kecambah abnormal

f). Rendahnya produksi tanaman

Penyakit yang bisa terdapat pada benih

Penyakit benih  (Seed Pathology) merupakan penyakit penting  pada berbagai komoditas

pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam bentuk perubahan warna,

bentuk, nekrose, penurunan daya  kecambah, dan mengurangi nilai biji (benih).  Kehilangan

hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih dari 5 persen, dan infeksinya dapat

mencapai 50 persen.

Penyebab utama kerusakan pada benih adalah jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih

dapat diserang patogen sebelum biji (benih) berkecambah (pre emergence damping off),

sedang apabila menyerang setelah  muncul  kecambah disebut  post  emergence damping off.

Bentuk kerusakan karena serangan patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen,

benih dan faktor lingkungan.

Buku penyakit benih ini berisi tentang patogen – patogen penting pada benih, cara penularan

inoculum seed borne , pengujian benih, sertifikasi benih , faktor – faktor yang mempengaruhi

infeksi benih, kemampuan hidup patogen dalam benih, dan kegunaan serta pengaruh

sterilisasi jaringan permukaan bentuk dengan hypochlorite , dilengkapi pula cara

pengendalian, dan gambar – gambar, khususnya gambar penyakit – penyakit penting yang

seed borne (terbawa benih). Bab terakhir dicantumkan contoh penelitian dibidang seed

pathology.

Buku penyakit benih ini dipersiapkan dan disusun dengan tujuan dapat digunakan untuk

mahasiswa yang menekuni penyakit benih, khususnya penyakit – penyakit penting yang

terbawa benih (seed borne diseases) pada beberapa biji (benih) padi, jagung, kedelai, kacang

Page 5: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

tanah, dan sayur – sayuran. Buku ini dapat juga digunakan para praktisi yang berkecimpung

dibidang perbenihan.

penjelasan tentang durmansi

Dormansi yaitu peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (Dorman). Dormansi benih

berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan

kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat

terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk

berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat

mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Elisa, 2009).

Praktikum Dormansi dilakukan dengan menanam biji kelengkeng yang sebelumnya diberi

berbagai perlakuan fisik dan kimia. Perlakuan fisik dan kimia yang dilakukan antara lain

pengamplasan biji,  perendaman biji  dalam air selama 20 jam, perendaman biji dalam asam

sulfat selama 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Biji kelengkeng ditanam pada media tanah

kemudian diamati selama 14 hari berapa banyak biji yang berkecambah. Perlakuan yang

dilakukan diharapkan dapat mematahkan fase dorman yang dilakukan oleh biji.

Permasalahan pada praktikum ini adalah bagaimana mematahkan dormansi biji berkulit keras

dengan perlakuan fisik dan kimia.

Praktikum ini bertujuan untuk mematahkan dormansi biji berkulit keras dengan perlakuan

fisik dan kimia.

2.1 Biji

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Biji masak terdiri dari 3 bagian yaitu

embrio, endosperm (hasil pembuahan ganda), dan kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal

biji termasuk kedua integumennya. Embrio adalah sporofit muda yang tidak segera

melanjutkan pertumbuhannya, melainkan memasuki masa dorman. Saat itu biasanya embrio

tahan stres. Embrio senantiasa diiringi cadangan makanan baik organik maupun anorganik

yang berada disekeliling embrio atau di dalam jaringannya sendiri. Kulit biji atau testa

bersifat tahan atau kadang-kadang memiliki permukaan yang memudahkan penyebarannya

oleh angin. Biji mampu bertahan pada lingkungan yang keras. Cadangan makanan dalam biji

menunjang sporofit muda yang muncul dari biji yang berkecambah sampai mampu

berfotosintesis. Sebab itu, penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satuu fungsi

utama biji. Penyimpanan makanan terutama dilakukan di luar embrio, yakni dalam

endosperm atau perisperm. Endosperm dibentuk oleh hasil pembelahan penyatuan inti sel

jantan dengan inti sel sentral. Perisperm merupakan jaringan nuselus yang menyimpan

cadangan makanan. Namun, dibanyak tumbuhan dikotil, kredua jenis jaringan tersebut hidup

singkat saja dan amkana diserap oleh embrio yang sedang berkembang sebelumbiji

memasuki masa istirahat. Dalam hal itu, makanan disimpan dalam tubuh embrio, yakni dalam

keping bijinya (Estiti, 1995).

Page 6: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

2.2 pengertian dormansi

Dormansi adalah  peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat (Dorman).

Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak

terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Anonim,

2009). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,

hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.

Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap

untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk

dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment

skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi

digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Elisa, 2009)

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab,

mekanisme dan bentuknya.

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi    

§  Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan

lingkungan yang tidak menguntungkan

§  Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam

organ-organ biji itu sendiri

§  b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

§  Mekanisme fisik

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu

sendiri; terbagi menjadi:

-          mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

-          fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel

-          kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

·      Mekanisme fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis;

terbagi menjadi:

-          Fotodormansi: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya

-          Embrio yang belum masak: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio

yang tidak/belum matang

-          thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu.

Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:

-          jika kulit dikupas, embrio tumbuh

-          embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah

-          embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih

membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi

-          perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil

Page 7: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

-          akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi

berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)

2.3 Teknik Pematahan Dormansi Biji

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan

tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses

perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit

biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Abdi, 2008).

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang

ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji

yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun

chemis (Elisa, 2009).Hartmann (1997) dalam Elisa (2009) mengklasifikasikan dormansi atas

dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Dengan perlakuan

mekanis, diantaranya yaitu dengan Skarifikasi (Abdi, 2008).

Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,

melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan

untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah

untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas(Abdi,

2008).

Dengan perlakuan kimia.

Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada

waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi

pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan

mudah.Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam

hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh

antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).

Perlakuan perendaman dengan air.

Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh

benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C

dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel,

direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar

untuk dikecambahkan.

Perendaman dengan air panas  merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih.

HCL adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih

Perlakuan dengan suhu.

Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab

(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat

menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-

Page 8: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

bahan yang merangsang pertumbuhan.Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis

tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.

Perlakuan dengan cahaya.

Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.

Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga

intensitas cahaya dan panjang hari.

2.4 Perkecambahan Biji

Perkecambahan biji tergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah

pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan

kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang

menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna

bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya

dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh (Campbell, 2002).

Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar

embrionik. Berikutnya, ujung tunas harus menembus permukaan tanah. Pada kacang ladang

dan banyak tumbuhan dikotil lainnya, hipokotil akan membentuk seperti suatu kait, dan

pertumbuhan akan mendorong kait itu ke atas permukaan tanah (Campbell, 2002).

2.5   Sifat Bahan

2.5.1     Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom

hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,

tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and

temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang

memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,

asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Anonim, 2009).

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan

larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik"

(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan

minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air

ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik

(gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu

menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut

dan akan mengendap dalam air (Anonim, 2009).

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

faktor dalam

a. Tingkat kemasakan benih

b. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih

Page 9: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan

yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi

embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap

kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya

kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman,

dalam Sutopo, 2002).

c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah

memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi

benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal

berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk

berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers

1992, Schmidt 2002).

d. Penghambat perkecambahan

Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa

kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan

dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik

atau menghambat laju respirasi.

Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :

a. Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit

pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan

jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat

pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih

tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90

persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55

persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air

tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan

merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri

(Sutopo, 2002).

b. Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan

benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran

suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses

permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi

benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.

Page 10: Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya

c. Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan

meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas.

Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan

benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan

dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto.

1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang

mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang

dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih

ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio

kurang dari 3 persen.

d. Cahaya

e. Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik,

gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab

penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat

digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.