Dokumen Lelang Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Batang Batahan 6.825 Ha _763 Ha
Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai ... · Restorasi 14.080 Ha HPHD 7.040 Ha...
Transcript of Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai ... · Restorasi 14.080 Ha HPHD 7.040 Ha...
1
2
Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26
Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui
Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013 Jo. SK Menhut No.
733/Kpts-II/2014 adalah :
Luas Wilayah : + 14.680.700 Ha
3
1.595.647
2.270.298
2.116.885
2.097.484
206.099 69.203
138.739
6.186.345
LUAS KAWASAN (ha)
KSA/KPA
HL
HPT
HP
HPK
DPCLS
PERAIRAN
APL
14.959.265
191.363
4.106.794
1.810.675
4.299.493
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
Sudah Tata
Batas
Pemancangan Belum Tata
Batas
Desain
Penetapan
Penghapusan
Batas
REKALKULASI TATA BATAS KAWASAN HUTAN (M)
Total : 25.367.609 meter
No
Tata Batas
Panjang Batas (M) Keterangan
Batas Fungsi Batas Luar
1. Sudah tata batas (umumnya diakomodir dalam SK. 733)
5.615.974 9.343.291 Tata batas berdasarkan TGHK, RTRWP, SK. 259 dan SK. 936
2. Pemancangan Batas Sementara - 191.363 Pelaksanaan Definitif tidak dapat dilaksanakan
3. Belum tata batas 865.613 3.241.181
4. Belum tata batas (Desain Penetapan)
505.632 1.305.062 Berada dalam desain penetapan tahun 2014
5. Tata batas tidak dipakai - 4.299.493 Adanya penghapusan dan tidak sesuai dengan SK. 733
Jumlah 6.987.219 18.380.390
25
43
3
1 4
6 17
Unit Manajemen
IUPHHK-HA 1.184.940 Ha
IUPHHK-HT 2.017.321 Ha
HTR 826 Ha
Restorasi 14.080 Ha
HPHD 7.040 Ha
IUPHKm 7.525 Ha
Pinjam Pakai 40.055 Ha
TERDAPAT 26 IUPHHK-HA (LUAS : 1.235.940 HA)
Pada tahun 2014 telah dicabut IUPHHK-HA izin sebanyak
1 Unit yaitu PT. BENUA INDAH, seluas : 51.300 Ha.
IUPHHK-HA aktif sebanyak 17 Unit dan sudah mendapat
Self Approval sebanyak 4 Unit serta aktif dalam proses
pengesahan RKT.
Tidak aktif sebanyak 1 IUPHHK-HA
PERINGATAN I sebanyak 1 IUPHHK
IHMB sebanyak 1 IUPHHK-HA
1 Unit IUPHHK- RE
6.411,20
27.761,00
0,96
11.881,50
Unit
Operasi Produksi 9
Eksplorasi 6
Air Bersih 1
Lapangan Tembak 1
Jumlah
IUPHHK-HTI
49 Unit
( 2.099.581 Ha )
Jumlah IUPHHK-HTI
29 Unit
( 1.531.374 Ha )
Aktif
(Menyusun RKT)
Jumlah IUPHHK-HTI
14 Unit
( 485.947 Ha )
Tidak Aktif
(Tidak Menyusun RKT)
Jumlah IUPHHK-HTI
6 Unit
( 82.260 Ha )
Dicabut
9
1. Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
• Sudah mendapat Ijin dari Bupati Kubu Raya sebanyak 1 unit seluas 700 Ha
(dikelola oleh koperasi masyarakat setempat).
• Masih dalam proses perijinan di Kabupaten Sanggau sebanyak 2 unit dan
Kabupaten Kubu Raya sebanyak 2 unit.
2. Hutan Desa (HD)
• Sudah mendapat Ijin dari Gubernur Kalimantan Barat sebanyak 4 unit di
Kabupaten Kapuas Hulu
• Masih dalam proses perijinan di Kabupaten Ketapang sebanyak 6 unit,
Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 4 unit, Kabupaten Kayong Utara sebanyak
5 unit dan Kabupaten Sintang sebanyak 3 unit.
3. Hutan Kemasyarakatan (HKm)
• Sudah mendapat Ijin dari Bupati Sanggau sebanyak 5 unit dan Bupati Sekadau
sebanyak 1 unit.
• Masih dalam proses perijinan di Kabupaten Sambas sebanyak 2 unit,
Kabupaten Kubu Raya sebanyak 2 unit.
PRODUKSI KAYU BULAT
PRODUKSI KAYU OLAHAN
Thn 2011 (m3)
Thn 2012 (m3)
Thn 2013 (m3)
Thn 2014 (m3)
473.582,9480 348.828,1446 98.358,0283 10.065.159,9151
EKSPORT KAYU OLAHAN
NILAI Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014
m3 34.088.899,2617 213.257,4372 301.064,9758 190.250,0236
US$ 84.775.559,47 410.187.464,02 586.214.690,52 763.595.084,99
249.896 793.758 11.538 237.353
205.113
719.124
8.164
615.161
241.696
817.371
- 207.655
219.562
338.667
-
117.950
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
Produksi HPH Produksi IPK Hutan Hak Produksi HTI dan Bakau
2011
2012
2013
2014
Tahun
PENERIMAAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 s/d Juli 2015
PSDH Rp. 25,697,481,815.16 38,579,705,148.30 26,219,679,142.61 28.569.170.543,71 5.265.296.623,34
DR $ 7,689,750.85 7,471,320.26 12,107,836.65 6.065.344,75 905.673,42
Rp. 66,826,684,723.79 70,731,645,470.93 129,274,786,946.29 - -
IIUPH Rp. 4,810,972,000.00 14,904,675,000.00 - 8.631.762.500 -
JUMLAH
Rp. 92.456.752.534,95 120.240.275.619,23 155.494.466.088,93 37.200.933.043,71 5.265.296.623,34
$ 7.689.480,85 7.471.320,26 12.107.836,65 6.065.344,75 905.673,42
Sampai dengan akhir tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Barat ijin usaha industri primer
hasil hutan sebanyak 33 unit dengan kapasitas terpasang sebanyak ± 1.119.903 m3/tahun
terdiri dari :
8
23
2
0
5
10
15
20
25
Kapasitas 6.000
m3/th
Kapasitas 2.000
s/d 6.000 m3/th
Kapasitas
dibawah 2.000
m3/th
Unit Manajemen
13
Telah dilaksanakan operasi pengawasan peredaran hasil hutan di Kabupaten Kubu
Raya dan Landak dan telah ditemukan Barang Bukti temuan berupa kayu olahan
sebanyak 210 batang, terhadap barang bukti tersebut telah dilakukan pengangkutan
dari tempat kejadian perkara ke Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Landak. Selanjutnya penanganan barang bukti lebih lanjut telah di serahkan ke Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Landak, digunakan untuk kepentingan publik
atau kepentingan sosial.
Telah mengamankan 1 (satu) ekor orang hutan yang dipelihara oleh masyarakat dan
selanjutnya telah diserahkan kepada instansi berwenang (BKSDA Kalbar)
14
1. TAHURA
a. Sudah ada kajian teknis pada HL. Pandan Puloh di Kabupaten Landak dan
Bengkayang seluas ± 16.300 Ha, lokasi tersebut secara administratif
pemerintahan berada di :
1) Kabupaten Bengkayang :
- Kecamatan Samalantan : 580 Ha
- Kecamatan Sungai Betung : 3.967 Ha
- Kecamatan Bengkayang : 1.983 Ha
- Kecamatan Teriak : 49 Ha
2) Kabupaten Landak
- Kecamatan Mempawah Hulu : 9.620 Ha
b. Telah dilakukan sosialisasi lokasi pembangunan TAHURA oleh Dinas
Kehutanan Provinsi kepada Pemerintahan Kabupaten Landak dan
Bengkayang serta masyarakat setempat.
c. Saat ini sedang dimintakan rekomendasi dari Bupati Landak dan Bengkayang
dalam rangka proses perubahan fungsi kawasan yang akan dijadikan lokasi
TAHURA skala Provinsi.
2. JASLING
Telah dilakukan identifikasi potensi Jasa Lingkungan terhadap beberapa lokasi
kawasan yang mempunyai potensi sumberdaya alam berupa air terjun, eko wisata,
sumber air panas, sumber air bersih dan situs yang dikeramatkan.
Kawasan hutan yang telah ditetapkan di Provinsi
Kalimantan Barat sampai dengan bulan Desember 2013
sebanyak 63 kelompok hutan seluas 1.301.552 Ha.
Usulan desain penetapan kawasan hutan tahun 2014
adalah sebanyak 125 kelompok hutan seluas
5.371.803,73 Ha dengan progres sebagai berikut :
Desain Penetapan Rencana
(Kelompok
Hutan) Luas (Ha)
Realisasi
(Kelompok
Hutan) Luas (Ha)
s/d Desember
2013 - -
63 1.301.552,00
Tahun 2014 125 5.371.803,
73 50 3.745.544,49
Catatan : Realisasi penetapan kawasan hutan tahun 2014 berdasarkan dokumen Surat Keputusan yang ada di BPKH
1. Kebutuhan penggunaan lahan untuk pembangunan diluar sektor kehutanan yang terus
meningkat, sementara disisi lain ketersediaan lahan yang berstatus areal penggunaan
lain (APL) sangat terbatas;
2. Belum adanya kebijakan yang jelas dan tegas untuk dapat mengakomodir hak
adat/ulayat, kearifan lokal serta hak - hak masyarakat lokal dalam pemanfaatan
sumber daya hutan.
3. Regulasi di Bidang Kehutanan
a. Pemberian izin usaha dibidang kehutanan kurang memberikan peluang usaha kepada
ekonomi kecil dan masyarakat setempat sebagai basis pemberdayaan masyarakat.
b. Kewenangan pengaturan pengelolaan hutan dan pemberian pelayanan perijinan usaha
dibidang kehutanan masih terfokus di Pusat (sentralistik).
c. Kurang memberikan jaminan kepastian hukum dan kepastian usaha bagi keberlangsungan
investasi jangka panjang.
d. Pemenuhan persyaratan dan birokrasi perijinan usaha dibidang kehutanan yang cukup rumit
dan berbelit - belit.
e. Kurang konsisten dalam penerapan dan pemberlakuan suatu produk hukum dibidang
kehutanan.
f. Belum sinergisnya regulasi dibidang kehutanan oleh Pemerintah Pusat (lintas kementerian).
4. Dukungan manajemen
Dukungan penganggaran dibidang kehutanan untuk Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kehutanan sangat minim dan tidak
sebanding dengan luas kawasan yang ada.
5. Pemanfaatan Hutan Adat
a. Regulasi yang mengatur tentang pemanfaatan dan tata kelola hutan adat
masih terikat dalam undang-undang Kehutanan
b. Kelembagaan hutan adat secara normatif selama ini tidak didukung
dengan regulasi khusus yang mengatur tentang pemanfaatan dan tata
kelola hutan adat
1. Gubernur Kalimantan Barat melalui surat No. 522/0941/Dishut/III/2014 tanggal 21 Maret
2014 perihal permasalahan penggunaan/pengelolaan kawasan hutan di Kalimantan Barat
yang ditujukan kepada para Bupati/Walikota se Kalbar. Meminta kepada Bupati/Walikota
untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perijinan yang ada di
Kabupaten/Kota.
2. Melalui surat Gubernur Kalimantan Barat No. 522/2890/Dishut tanggal 7 Oktober 2014
tentang pelajanan investasi penggunaan kawasan hutan meminta kepada Bupati/Walikota
se Kalbar untuk melakukan pengawasan terkait pemenuhan kewajiban oleh pemegang
IUPHHK-HA/HT/RE.
3. Gubernur Kalimantan Barat melalui surat No. 522/2343/Dishut/2013 tanggal 12 Agustus
2013 perihal penyampaian data pemukiman dalam kawasan hutan, meminta kepada
Bupati/Walikota melakukan identifikasi dan inventarisasi .
4. Gubernur Kalimantan Barat melalui surat No. 522/3410/Dishut tanggal 19 Juli 2010 perihal
ijin pemanfaatan kayu pada areal APL dan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan
meminta kepada Bupati/Walikota untuk memperhatikan para pemegang ijin penggunaan
lahan agar dalam pembukaan lahan memperhatikan aspek fungsi lahan demi menjaga
kelestarian lingkungan.
5. Gubernur Kalimantan Barat melalui surat Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat No.
1108.1/Dishut-II/Ppk/2015 tanggal 10 Agustus 2015 perihal Konfirmasi UU No. 23 Tahun
2014 terkait pelayanan publik di bidang kehutanan, ditujukan kepada Dirjen Planologi dan
Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian LHK, untuk pelayanan di bidang
kehutanan tidak terjadi stagnan.
Regulasi yang sering berubah-ubah dan mempersulit pelaku usaha untuk
mengembangkan usahanya.
Pada sisi lain terdapat regulasi yang memberikan keleluasaaan
sedemikian besar kepada pemegang ijin dalam bentuk SELF APPROVAL
(mengesahkan RKT sendiri serta mencetak blanko DOKUMEN : SKSKB, FA-
KO) sehingga Dinas Provinsi tidak dapat melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
Pemberian perijinan yang masih menganut pola TOP DWON.
Ketersediaan bahan baku yang terbatas.
Kurangnya perlindungan terhadap masyarakat lokal dalam pengelolaan
hutan haknya.
Masih terdapat dualisme di dalampelayanan perijinan hasil hutan kayu
dan non kayu.
Harga jual kayu dan produk lanjutannya yang tidak memiliki daya saing
Telah melakukan koordinasi dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait dengan
penataanusahaan Kehutanan.
Mengusulkan untuk melakukan perubahan
peraturan menteri terkait dengan pemanfaatan
hasil hutan.
21
Peningkatan pemahaman tentang HTI kepada
masyarakat
Sosialisasi melibatkan instansi/pihak terkait
Penyelesaian tata batas
Mendorong unit manajemen untuk segera
melaksanakan tata batas untuk jaminan
kepastian areal kerja/konsesi
Penanaman tanaman kehidupan
Penerapan sistem tumpang sari tan. semusim
Optimalisasi pelaksanaan CSR
Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
peningkatan kesejahteraan
Belum adanya petunjuk teknis pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014,
yang menyebabkan melemahnya motifasi aparat kehutanan
kabupaten dalam perlindungan dan pengamanan hutan.
Kurangnya sarana dan prasarana serta anggaran, menyebabkan
tugas perlindungan dan konservasi alam kurang optimal khususnya
untuk kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang luasnya ± 7
juta ha (kewenangan provinsi).
Tata niaga ikan Arwana masih diurus oleh Pemerintah Pusat, pada
hal di Kalbar sudah banyak dibudidayakan oleh pihak swasta dan
masyarakat umum.
Melakukan Konsultasi ke Pusat dan koordinasi ke
kabupaten berkenaan dengan tugas perlindungan dan
pengamanan hutan sesuai UU No. 23 tahun 2014.
Telah mengusulkan penambahan anggaran khususnya
APBN dalam setiap rapat koordinasi perencanaan,
namun setiap tahun hasilnya kurang memuaskan.
Telah menyampaikan usulan setiap kesempatan
pembahasan urusan hasil hutan non kayu.
25