Bep MaintenANCE

download Bep MaintenANCE

of 17

description

n

Transcript of Bep MaintenANCE

1. Latar Belakang2. Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi BEP dalam investasi mesin produksi ?

2. Aspek- aspek yang menentukan BEP mesin dalam format maintenance.

3. Analisa BEP dengan menggunakan Bathtub-Curve.4. Peran maintenance dalam menjaga aset.Definisi BEP dalam investasi mesin produksi

PENGERTIAN (Break Even Point /BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya-keuntungan-volume kegiatan, maka analisa tersebut sering pula disebut Cost Profit Volume Analysis (CPV Analysis). Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even dalam suatu perusahaan. Masalah break even baru muncul bilamana suatu perusahaan disamping memiliki biaya variabel, juga memiliki biaya tetap. Karena adanya unsur biaya variabel dan biaya tetap, maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian, karena penghasilan penjualannya hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetapnya saja.Ini berarti bahwa bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap tidak mencukupi untuk menutupi biaya tetapnya. Secara ringkas, dapat dijelaskan bahwa BEP (Titik Pulang Pokok) adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. BEP ini digunakan sebagai alat analisis untuk mengambil kebijakan dalam suatu perusahaan.Bagi suatu perusahaan BEP memiliki berbagai manfaat utama, meliputi:a. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan

tidak mengalamikerugian.

b. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat

keuntungan tertentuc. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan.d. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntunganAspek Penentuan BEP Dalam Investasi Mesin ProduksiPemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

Metode penentuan lokasi pabrik secara ideal dapat menggunakan metode-metode berikut : 1. Metode Beban Skor Adalah : metode penentuan lokasi pabrik secara kualitatif, metode ini mudah digunakan tetapi penilaiannya sangat subyektif sehingga jarang digunakan. Metode beban skor dilakukan dengan memberikan skor untuk setiap faktor yang dinilai terhadap alternatif lokasi pabrik.

2. Metode Perbandingan Biaya Metode ini dilakukan dengan cara memperbandingkan total biaya masing-masing alternatif lokasi.

3. Metode Break Even Point (BEP) Metode BEP dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan lokasi pabrik yang optimum. BEP diartikan sebagai suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC) atau laba = 0.

4. Metode Transportasi Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam metode transportasi adalah : a. Kapasitas pabrik sebagai sumber b. Kapasitas permintaan di wilayah pemasaran atau gudang sebagai tempat tujuan c. Biaya produksi masing-masing pabrik d. Biaya distribusi dari tempat asal ke tempat tujuan

5. Metode Biaya Minimum Pada metode minimum tahapan yang dilakukan adalah : membuat tabel transportasi yang memuat alternatif lokasi pabrik, permintaan, jumlah biaya produksi dan transportasi, kemuadian pilih biaya terkecil. Lalu menguji tabel tersebut apakah sudah optimum dengan metode batu loncatan (stepping stone) dan membentuk jalur tertutup (close pert) untuk setiap sell non basis.

6. Metode Vogels Metode ini lebih mudah penggunaannya, karena tanpa menggunakan jalur tertutup. Metode Vogels menguji tabel optimum dengan teknik batu loncatan (teknik MODI), agar metode Vogels dapat menghasilkan alokasi dengan biaya minimum.

Faktor-Faktor Penentu OPERATION PROCESS CHART (OPC)

OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yag meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini merupakan tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak pabrik.

Pada OPC ini berisi informasi mengenai :

1. Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas

2. Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan

3. Peralatan/mesin yang digunakan

4. Persentase scrap dari aktivitas

ROUTING SHEET

Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik adalah pembuatan routing sheet.

Routing sheet ini digunakan untuk :

1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan

2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan

MULTI PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)

Setelah kita memahami OPC dan Routing Sheet maka langkah selanjutnya adalah pengisian tabel MPPC dimana dalam pengisiannya terlebih dahulu mengetahui OPC dan Routing Sheet .

GUDANG

Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang untuk receiving dan shipping, dimana pada masing-masing gudang tersebut dihitung tempat yang paling memungkinkan dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan ditempatkan, ditambag dengan allowance yang diperlukan.

ONGKOS MATERIAL HANDLING (OMH)

Aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan bahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam operasi. Kemudian harus diperhatikan tipe layout yang akan digunakan :

Ada beberapa tipe layout :

1. Layout by Process; Tipe layout yang diasa digunakan dengan mengelompokkan tiap jenis mesin dalam satu kelompok untuk melaksanakan jenis pekerjaan yang sejenis.

Layout by Product; Lauout yang merupakan suatu garis operasi yang artinya mesin disusun berdasarkan urutan proses operasi yang diperlukan.

2. Group Layout; Merupakan penggabungan layout proses dengan layout produk dengan cara penyelesaian suatu operasi pada suatu departemen kemudian dilanjutkan dengan proses berikutnya.

3. Fixed Layout; Digunakan untuk produksi barang-barang besar, misalnya kapal laut, sehingga memungkinkan mesin atau peralatan yang mendatangi objek produk.

Kembali pada OMH maka proses material handling ini merupakan perhitungan ongkos yang diperlukan untuk suatu pergerakan material dari suatu departemen ke departemen lain.

PERENCANAAN SISTEM MATERIAL

Menurut Assauri (2008), dalam produksi terdapat bermacam-macam proses yang harus dilalui oleh produk tersebut untuk sampai selesai dan siap dikirim ke pasar. Pergerakan/perpindahan bahan itu disebut material movement . Akan tetapi bahan-bahan merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu dibutuhkan kegiatan pemindahan bahan yang disebut material handling. Jadi material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan dikeluarkan dalam pabrik. Biaya material handling terdiri atas : upah untuk orang yang memindahkan bahan (material handller), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya material handling ada sebagian yang termasuk biaya langsung (direct cost) dan sebagian biaya tidak langsung (indirect cost). Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain : 1. Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan material handling dilakukan sehingga dapat lebih efisien.

2. Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat material handling yang baru 3. Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu dilakukan dalam cara-cara pemindahan bahan (material handling) dan dalam pemasangan perlengkapan dan peralatan handling yang baru.

4. Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau perlatan handling yang baru tersebutAnalisa Menggunakan Bathtub curveDalam teknik reliabilitas, kurva bak mandi digunakan untuk mengetahui tingkat kegagalan dari suatu produk yang dilihat berdasarkan waktu. Kurva bak mandi mempunyai 3 periode fase, yaitu masa awal, masa berguna dan masa aus. Sehingga dengan melihat kurva bak mandi dapat diketahui nilai efektifitas dari suatu produk. Selain itu, kurva bak mandi dapat juga melihat laju kegagalan dari suatu produk untuk mengetahui banyaknya kegagalan yang terjadi selama waktu tertentu dibandingkan dengan total operasi produk tersebut.

Kurva bathtub atau disebut juga dengan kurva bak mandi merupakan kurva yang sering digunakan dalam teknik reliabilitas. Kurva bak mandi merupakan sebuah graf yang mempunyai bentuk seperti bak mandi, yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan melihat tingkat kegagalan dari suatu produk dalam suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu grafik.

PEMBAHASAN

Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian atau fase, yaitu:1. Bagianpertamaadalah tingkat kegagalan yang turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa awal / burn in period)2. Bagiankeduaadalah tingkat kegagalan yang konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak (masa berguna / useful life period)3. Bagianketigaadalah tingkat kegagalan yang naik, yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus / wear-out period)

Kurva bak mandi dihasilkan dengan memetakan tingkat kegagalan awal ketika pertama kali diperkenalkan, kemudian tingkat kegagalan acah ketika tingkat kegagalan yang konstan selama masa berguna, dan akhirnya pada tingkat kegagalan aus karena produk melebihi umur desainnya.

Dalam istilah teknis, masa awal suatu produk mengikuti kurva bak mandi. Diawali dengan tingkat kegagalan yang tinggi namun dengan cepat segera menurun, dikarenakan produk yang cacat segera dikenali dan dibuang serta potensi kegagalan seperti kesalahan penanganan dan instalasi segera diatasi. Kemudian, bagian tengah dari masa hidup suatu produk ketika mencapai pelanggan dengan tingkat kegagalan rendah dan konstan. Selanjutnya dalam akhir masa pakai suatu produk, tingkat kegagalan meningkat sejalan dengan umur dan masa pakai dari produk tersebut.

Banyak produk-produk yang mencerminkan kurva bak mandi, seperti misalnya adalah processor komputer. Dalam pembuatan serta pengujian akan mendapatkan banyak sekali tingkat kegagalan. Selanjutnya, ketika produk rilis dan sampai di pelanggan tingkat kegagalan hanya sedikit dan konstan. Ketika masa pakai dari processor tersebut melebihi usia pakai, maka tingkat kegagalan pun meningkat kembali.

Kurva bak mandi dapat disebut juga dengan kurva laju kegagalan. Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan per satuan waktu. Laju kegagalan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu tertentu dengan total waktu operasi dari suatu komponen, subsistem atau sistem.

Laju kegagalan dapat dinyatakan sebagai :

= f/T

(t)= (f (t))/(T (t))

dimana :f = banyaknya kegagalan selama jangka waktu operasiT = total waktu operasi

Selain dimodelkan sebagai laju kegagalan, kurva bak mandi juga dapat dimodelkan dalam 3 fungsi hazard :

Ketika kurva bak mandi digunakan, tidak semua produk atau sistem mengikuti fungsi hazard kurva bak mandi, contohnya jika penggunaaan unit dihentikan atau menurun selama atau sebelum permulaan masa aus, unit tersebut akan mnunjukkan kegagalan yang lebih sedikit tiap waktu penanggalan (bukan per unit waktu penggunaan) dari kurva bak mandi.

Istilah Spesifikasi Militer sering digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang periode awal dari kurva bak mandi dihapuskan. Hal ini dilakukan terutama pada aplikasi sistem kritis untuk mengurangi kegagalan sistem yang terjadi sejak awal. Perusahaan akan melakukan hal ini dengan tarif tertentu secara umum dengan cara yang mirip dengan pengujian percepatan tekanan.

Dalam teknik reliabilitas, fungsi distribusi komulatif yang sesuai dengan kurva bak mandi dapat dianalisis menggunakan grafik Weibull. Distribusi Weibull sangat fleksibel untuk memodelkan distribusi hidup dari karakteristik distribusi kegagalan dalam 3 fase kurva bak mandi. Dasar dari distribusi Weibull memiliki 2 parameter, yaitu parameter bentuk (sering dilambangkan beta ()), dan parameter skala (eta / ). Parameter skala digunakan ketika bagian populasi akan jatuh. Sedangkan parameter bentuk merupakan fitur kunci dari distribusi Weibull yang dapat diterapkan pada berbagai bentuk kurva bak mandi.

Distribusi Weibull diberikan sebagai berikut:

Beta yang kurang dari 1 memodelkan tingkat kegagalan yang berkurang terhadap waktu, seperti pada kegagalan awal. Beta yang bernilai sama dengan 1 berarti mempunyai tingkat kegagalan yang konstan, seperti pada kegagalan acak/masa guna. Sedangkan beta yang lebih dari 1 dimodelkan dengan tingkat kegagalan yang meningkat, seperti pada masa aus. Terdapat beberapa cara untuk melihat distribusi ini, termasuk pemetaan kemungkinan, pemetaan survival dan tingkat kegagalan terhadap waktu. Sedangkan untuk kurva bak mandi adalah tingkat kegagalan terhadap waktu.

Analisis Weibull yang mempunyai nilai dengan variasi yang berbeda-beda dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Waktu pakai (masa berguna) dari suatu produk dapat diukur berdasarkan MTBF (Mean Time Between Failures) untuk produk yang dapat diperbaiki, dan berdasarkan MTTF (Mean Time To Failure) untuk produk sekali pakai. Pengukuran dari perhitungan ini didasarkan pada aspek reliabilitas dari suatu produk.

Pemahaman dari MTBF sering kali keliru. Misalnya, power supply dengan MTBF 40.000 jam bukan berarti power suplly tersebut selalu bertahan sampai 40.000 jam. Namun, berdasarkan peningkatan sample. Rata-rata tersebut menjadi benar jika juga dengan melihat kenaikan sample. MTBF bernilai 40.000 jam untuk 1 modul, menjadi 40.000/2 untuk 2 modul dan 40.000/4 untuk 4 modul. Kadang-kadang tingkat kegagalan dihitung dalam persen kegagalan per 1 juta dari operasi sebagai pengganti dari MTBF. FIT sama artinya dengan 1 kegagalan per 1 milyar jam dari devive, yang sama artinya dengan 1.000.000.000 jam MTBF.

Nilai MTBF dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

= T/R

dengan : = MTBFT = waktu totalR = jumlah kegagalan

Sedangkan MTTF merupakan waktu rata-rata kegagalan dari suatu komponen. MTTF hanya berlaku pada peralatan yang jika mengalami kerusakan maka komponennya harus diganti. MTTF diperlukan untuk mengetahui kualitas dan kemampuan dari komponen yang digunakan.

Nilai dari MTTF dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan berikut:

= T/N

dengan : = MTTFT = waktu totalR = jumlah unit yang diuji

KESIMPULAN

Kurva bak mandi digunakan dalam teknik reliabilitas untuk menggambarkan tingkat kegalalan suatu produk berdasarkan waktu.

Kurva bak mandi mempunyai 3 periode fase, yaitu masa awal, masa berguna dan masa aus. Masa awal merupakan kegagalan yang menurun, masa guna adalah kegagalan yang konstan sedangkan masa aus adalah kegagalan yang naik.

Kurva bak mandi dapat juga melihat laju kegagalan dari suatu produk untuk mengetahui banyaknya kegagalan yang terjadi selama waktu tertentu dibandingkan dengan total operasi produk tersebut.

Kurva bak mandi dapat dianalisis menggunakan grafik Weibull yang merupakan fungsi dari distribusi komulatif.

Untuk masa guna dari suatu produk dapat diukur berdasarkan MTBF (Mean Time Between Failures) untuk produk yang dapat diperbaiki, dan berdasarkan MTTF (Mean Time To Failure) untuk produk sekali pakai.Peran Maintenance Sebagai Aset

Kegiatan untuk meningkatkan kegunaan barang dan jasa sering dikenal sebagai kegiatan mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), hal tersebut tidak dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan demikian dibutuhkan kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang berupa money, man, machine, method, market, dan management. Semua ini saling terkait dan dapat meningkatkan kegunaan barang dan jasa secara efektif dan efiseien. Dalam kegiatannya manajemen produksi tidak hanya menyangkut manufacturing berbagai barang, tetapi juga berkaitan dengan produksi jasa (pelayanan). Namun banyak juga organisasi-organisasi yang menyediakan berbagai bentuk produk usaha dalam bidang jasa, misalnya bisnis perhotelan, perbankkan, asuransi, ataupun perusahaan transportasi. Manajemen produksi yang telah banyak dipakai sebelumnya, dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat ekonomi kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan mempunyai cakupan luas, yaitu mengenai manajemen operasi.

Peranan kegiatan pemeliharaan di dalam manajemen produksi dan operasi adalah: 1. Memelihara mesin-mesin dan peralatan serta mengendalikan biaya pemeliharaan agar terdapat keandalan/reliabilitas dari mesin-mesin atau peralatan. 2. Tercapainya kelancaran dalam kegiatan produksi/operasi yang telah direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan.3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produkai yang tidak terganggu. 4. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 5. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien secara keseluruhan. 5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah. Jadi tujuan utama pemeliharaan secara umum adalah untuk memelihara dan menjaga fasilitas atau peralatan serta mengadakan perbaikkan/penggantian komponen yang diperlukan agar peralatan berada dalam kondisi siap pakai. Sehingga kontinuitas dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, dan biaya untuk pemeliharaan dapat dikendalikan oleh manajemen.

Peranmaintenance terhadap aset adalah:1. Memungkinkan tercapainya jumlah produk melalui operasi fasilitas secara tepat2. Memaksimalkan umur ekonomis peralatan/fasilitas produksi3. Memaksimalkan kapasitas produksi dan peralatan4. Meminimalkan frekuensi kerusakan dan kegagalan proses operasi5. Menjaga keamanan peralatan.Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeliharaan adalah sebagai berikut:1. Agar mesin dan peralatan operasi dapat dipergunakan dalam waktu yang relatif lebih panjang2. Agar pelaksanaan proses operasi dalam perusahaan berjalan dengan lancer3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan4. Menekan biaya pemeliharaan bagian mesin dan peralatan operasi5. Menjaga keselamatan para pekerja.Kegiatan untuk meningkatkan kegunaan barang dan jasa sering dikenal sebagai kegiatan mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), hal tersebut tidak dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan demikian dibutuhkan kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang berupa money, man, machine, method, market, dan management. Semua ini saling terkait dan dapat meningkatkan kegunaan barang dan jasa secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya manajemen produksi tidak hanya menyangkut manufacturing berbagai barang, tetapi juga berkaitan dengan produksi jasa (pelayanan). Namun banyak juga organisasi-organisasi yang menyediakan berbagai bentuk produk usaha dalam bidang jasa, misalnya bisnis perhotelan, perbankkan, asuransi, ataupun perusahaan transportasi. Manajemen produksi yang telah banyak dipakai sebelumnya, dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat ekonomi kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan mempunyai cakupan luas, yaitu mengenai manajemen operasi.

Peranan kegiatan pemeliharaan di dalam manajemen produksi dan operasi adalah: 1. Memelihara mesin-mesin dan peralatan serta mengendalikan biaya pemeliharaan agar terdapat keandalan/reliabilitas dari mesin-mesin atau peralatan.

2. Tercapainya kelancaran dalam kegiatan produksi/operasi yang telah direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan.

Hubungan Kebijakan Pemeliharaan dengan Biaya Pemeliharaan

Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya menggunakan mesinmesin dan peralatan akan melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap mesin dan peralatan yang dimilikinya tersebut dalam kegiatan pemeliharaan perusahaan akan menghadapi dua persoalan, yaitu persoalan teknis dan ekonomis.

Untuk menyelesaikan persoalan teknis dan ekonomis, serta terlaksananya kegiatan pemeliharaan, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu kebijakan-kebijakan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan, dan biasanya didasarkan menurut perbandingan sebagai berikut:

1. Membandingkan antara penggunaan biaya pada pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif.

2. Apakah menggunakan tenaga kerja dari dalam atau dari luar perusahaan.

3. Menentukan apakah peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Selain itu, biaya pemeliharaan yang terbesar bukan berasal dari biaya reparasi, karena pekerjaan reparasi kerusakan dapat dilakukan dengan cara lembur.

Biaya terbesar yang diakibatkan adanya kerusakan tersebut adalah biaya waktu berhenti untuk kegiatan reparasi kerusakan-kerusakan yang terjadi (opportunity cost) yang diakibatkan rusaknya fasilitas produksi (mesin). Kegiatan reparasi dapat menghentikan proses pendistribusian listrik kepada konsumen. Pekerjaan-pekerjaan reparasi kerusakan biasanya lebih mahal biayanya dibandingkan dengan pekerjaan pemeliharaan preventif. Berdasarkan perbandingan biaya tersebut secara teknis kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan untuk menjamin kelancaran operasi perusahaan, tetapi secara ekonomis belum tentu.

Oleh karena itu harus dilihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang terjadi, yaitu dengan membandingkan antara pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif. Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan pemeriksaan, penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan adanya kegiatan tersebut.

Sedangkan biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, dan biaya penggantian peralatan.

Dengan perbandingan biaya antara pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif tersebut, diharapkan dapat ditentukan alternatif kebijakan pemeliharaan yang terbaik dan paling ekonomis atau yang dapat mengurangi biaya pemeliharaan tanpa mengaggu kelancaran rencana produksi/operasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Daftar Pustaka

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agung-utama-se-msi/urgensi-analisis-break-even-point.pdf.http://www.arif-febriyanto.com/2010/02/bathtub-curve-kurva-bak-mandi.htmlhttp://dinanovia.lecture.ub.ac.id/files/2011/03/Modul-3-MPO.pdfhttp://www.pendidikanekonomi.com/2012/06/pemeliharaan-maintenance.htmlhttp://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/59/jbptunpaspp-gdl-regigiswia-2941-2-babii.pdf

17