BENTUK PERTUNJUKAN SANDUR SAPO’ ANGEN TERATAS MADURA DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN...

22
BENTUK PERTUNJUKAN SANDUR SAPO’ ANGEN TERATAS MADURA DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN oleh NENNY ROSELIA AYU MAHARANI NIM: 11020134011 Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Madura merupakan salah satu pulau yang berada di sebelah Timur pulau Jawa dengan kebudayaan yang sangat menarik untuk dipahami sebagai salah satu keberagaman budaya di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu daerah dari Madura Barat yang karakter masyarakatnya cenderung dikatakan berwatak keras. Kabupaten Bangkalan memiliki berbagai bentuk seni pertunjukan tradisonal yang hidup di wilayah Bangkalan diantaranya adalah kesenian Sandur. Kesenian ini merupakan singkatan dari Sandiwara Madura yang oleh masyarakat Bangkalan disingkat dengan kata Sandur. Dikatakan Sandiwara Madura karena pertunjukan ini dahulu berisi rangkaian adegan-adegan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk penyajian Sandur tradisonal Sapo’ Angen” Teratas Madura di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Pendekatan Penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan memilih-milih data, kemudian menyajikan data yang dibutuhkan dan kemudian disimpulkan. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa Kesenian Sandur merupakan bentuk kesenian tradisional yang berada di wilayah Bangkalan. Kesenian Sandur dulunya memiliki rangkaian adegan yang lengkap diantaranya 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NENNY ROSELIA AYU M

Transcript of BENTUK PERTUNJUKAN SANDUR SAPO’ ANGEN TERATAS MADURA DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN...

BENTUK PERTUNJUKAN SANDUR SAPO ANGEN TERATAS MADURA DI DESA PARSEH

KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

oleh

NENNY ROSELIA AYU MAHARANI

NIM: 11020134011

Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Madura merupakan salah satu pulau yang berada di sebelah Timur pulau Jawa dengan kebudayaan yang sangat menarik untuk dipahami sebagai salah satu keberagaman budaya di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu daerah dari Madura Barat yang karakter masyarakatnya cenderung dikatakan berwatak keras. Kabupaten Bangkalan memiliki berbagai bentuk seni pertunjukan tradisonal yang hidup di wilayah Bangkalan diantaranya adalah kesenian Sandur. Kesenian ini merupakan singkatan dari Sandiwara Madura yang oleh masyarakat Bangkalan disingkat dengan kata Sandur. Dikatakan Sandiwara Madura karena pertunjukan ini dahulu berisi rangkaian adegan-adegan.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk penyajian Sandur tradisonal Sapo Angen Teratas Madura di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

Pendekatan Penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan memilih-milih data, kemudian menyajikan data yang dibutuhkan dan kemudian disimpulkan.

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa Kesenian Sandur merupakan bentuk kesenian tradisional yang berada di wilayah Bangkalan. Kesenian Sandur dulunya memiliki rangkaian adegan yang lengkap diantaranya dhing-gendhingan, dung-endhung, andhongan, blandaran, tandhang rosak, mak leter buk leter, sampai lakon cerita.

Kata kunci: Bentuk pertunjukan, Sandur

Latar Belakang

Madura merupakan salah satu pulau yang berada di sebelah Timur pulau Jawa dengan kebudayaan yang sangat menarik untuk dipahami sebagai salah satu keberagaman budaya di Indonesia. Wilayah Madura memiliki 2 karakter yang berbeda terutama karakter kesenian yang ada di Madura Barat dan Madura Timur. Bangkalan merupakan salah satu daerah dari Madura Barat yang karakter masyarakatnya cenderung dikatakan berwatak keras. Kabupaten Bangkalan memiliki berbagai keanekaragaman kesenian, misalnya seni pertunjukan karapan sapi dan sandur. Berbagai bentuk seni pertunjukan tradisonal yang hidup di wilayah Bangkalan diantaranya adalah kesenian Sandur. Kesenian ini merupakan singkatan dari Sandiwara Madura yang oleh masyarakat Bangkalan disingkat dengan kata Sandur. Dikatakan Sandiwara Madura karena pertunjukan ini dahulu berisi rangkaian adegan-adegan. Madura.

Kelompok sandur yang sampai saat ini masih ada yaitu Sapo Angen dari Bangkalan, dan Bunga Sari dari Sampang. Kesenian Sandur di wilayah Madura Barat merupakan kegiatan yang dimunculkan oleh masyarakat untuk memberikan hiburan pada saat seseorang mengadakan hajatan. Kesenian ini memiliki urutan penyajian yang sangat lengkap yaitu mulai dari bagian dhing-gendhingan, dung-endhung, andhongan, blandaran, tandhang rosak, mak leter buk leter, sampai lakon cerita. Pada setiap bagian dalam kesenian ini mempunyai makna, misalnya pada bagian dhing-gendhingan ini merupakan permainan musik yang sederhana akan tetapi jika ada tamu kehormatan yang datang maka akan dimainkan gendhing giro sebagai ucapan selamat datang. Setelah itu adegan dhung-endhung yang memunculkan penari laki-laki pada bagian atas terdiri dari udeng dan menggunakan baju batik serta pada bagian bawah menggunakan jarit seperti perempuan yang menggambarkan bahwa acara kesenian Sandur dimulai sampai ke adegan yang terakhir yaitu bagian cerita/lakon.

Bagi seluruh kepala desa yang ada di Kabupaten Bangkalan kegiatan mengadakan Sandur adalah suatu kegiatan untuk ajang sebagai silaturahmi antar seluruh kepala desa yang biasanya mengadakan hajatan keluarga. Kegiatan silaturahmi yang mereka adakan dalam komunitas masing-masing kepala desa itu berwujud dalam istilah aremoh atau disebut dengan menyelamati diri sendiri dan keluarga.

Bentuk Pertunjukan kesenian Sandur di Kecamatan Socah ini belum banyak diketahui dan belum ada yang menulis, sehingga hal tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Bentuk Penyajian Kesenian Sandur

Menurut Robby Hidayat dalam bukunya berjudul Wawasan Seni Tari (2005:26) bentuk pertunjukan adalah suatu bentuk proses penggarapan yang mengantarkan pada suatu koreografi tertentu sehingga pada suatu proses garapan, seorang koreografer dapat memahami dengan benar bentuk koreografi yang telah diproduksi. Bentuk adalah aspek yang secara estetis dinilai oleh penonton, disini tidak melihat setiap elemen tetapi melalui kesan yang menyeluruh.

Bentuk pertunjukan yang dimaksud adalah keseluruhan rangkain pementasan yang secara utuh dan lengkap meliputi sistematika pertunjukan dan elemen pendukung lainnya. Kesenian Sandur memiliki urutan pertunjukan asli yg terdiri dari:

1. hing-gendhingan

Ketika menunggu para tamu datang, pengrawit / panjhk memainkan gending. Gending yang biasa dimainkan yaitu gendhing giro/yang-layang, la juli, gending semera, puspo, walangkekek, gendhing potongan,gendhing hantaran dengan menggunakan beberapa perangkat gamelan saja yaitu menggunakan kempul gong, bonang besar, bonangpenerus, demung, peking, saron, dan saronen. Permainan ini dimainkan kurang lebih selama satu jam saat menunggu tamu datang dan mengambil tempat.

Jika ada tamu kehormatan seperti Lurah, Camat, atau Bupati datang pemusik akan memainkan gending Giro Endro (Giroan) atau gamelan dengan tempo cepat, sebagai wujud penghormatan tuan rumah terhadap tamu dan sebagai ucapan selamat datang. Di bawah ini adalah suasana pada saat pemain musik sedang memainkan gendhing sebelum para tamu undangan datang

Gambar 1: Pengrawit memainkan gendhing

saat menunggu para tamu datang

(Foto: Nenny, 2015)

Gendhing-gendhing untuk menyambut tamu datang: Gendhing Giro Endro/yang Layang (dengan lagu yang banyak sekali), Lajuli, gending Semera, Puspo, Walangkekek, Kermalang, gendhing Potongan, gendhing hHantaran). Urutan permainan gedhing bebas dimainkan oleh pemusik, akan tetapi jika pada saat pangghilen (andhongan) tamu meminta untuk memainkan satu gendhing permintaan, maka pemusik harus memainkan untuk mengiringi tamu selama menari di depan bersama kedua Lenggek.

Di bawah ini adalah beberapa contoh notasi lagu saat menyambut tamu yaitu gendhing hantaran:

Lagu Hantaran

Terjemahan:

Iris-iris Ubi Manis

Layang layang daunnya nangka

Kepikiran sambil nangis

Membayangkan wajahnya dia

Pada kesenian Madura, menyanyi kidungan disebut dengan Ngjhung. Sedangkan nyanyiannya disebud dengan kjhungan. Kjhungan yang ada pada seni musik Madura berupa pantun-pantun dengan menggunakan bahasa Madura dengan menggunakan teknik bernyanyi dengan suara yang melengking. kjhungan di nyanyikan oleh pria dengan menggunakan teknik bernyanyi yang berliuk-liuk dan melengking menyerupai suara wanita. Musik yang ditimbulkan dalam kesenian Sandur menggunakan pentatonis dengan laras slendro dan musik juga ditimbulkan dalam diri penari.

2. Dung-endhung

Dung-endhung yang berarti menimang yaitu menerima tamu atau menyambut tamu. Jika masih banyak para tamu undangan yang belum datang maka Dung-endhung belum bisa dimainkan.

Gerak yang dilakukan oleh penari ndhung-endhung ini yaitu penari keluar mengahadap ke depan (arah tamu yang datang) dengan posisi badan tegak ke dua kaki dibuka lebar, ke dua tanganh direntangkan kanan dan kiri dilanjutkan dengan putaran pergelangan tangan sesuai dengan irama gendhing yang dimainkan, gerakan selanjutnya ambil sampur dengan menggunakan tangan kanan dan sampur dipindah dengan menggunakan tangan kiri kemudian diikuti dengan kaki kiri maju satu langkah, diikuti kaki kanan maju ke depan satu langkah, selanjutnya kedua kaki trisik kebelakang dengan kedua tangan direntangkan samping kanan dan kiri dengan pisisi badan tegak dan kedua kaki di buka lebar dan ikuti anggukan kepala. Gerakan selanjutnya gejuk kaki kiri posisi kedua tangan di pinggang sebelah kanan, posisi badan tetap menghadap kedepan dan berhenti beberapa detik, selanjutnya berputar mengahadap kiri (pengrawit) dengan posisi ke dua tangan direntangkan.

Filosofi yang terkandung dalam penari/Lenggek ini yaitu bahwa lelaki Madura bukanlah waria, lelaki Madura adalah orang yang tegas, dan pemberani. Akan tetapi keberanian, dan ketegasan itu orang Madura khususnya Bangkalan masih mempunyai kehalusan hati layaknya seorang wanita(Sadun, wawancara 16 Februari 2015). Bagian dhung-endhung itu menari dengan 4 arah yang pertama menghadap ke pemusik, ke arah penonton di 3 penjuru arah dan menghadap ke depan untuk di beri sawer oleh para tamu yang hadir. Dibawah ini adalah gambar ketika penari dhung-endhung disawer para tamu:

Gambar 2 Penari Dung-Endhung ketika disawer para tamu (Foto:Nenny,2015)

3. Andhongan / Pangghiln / Tayuban

Menurut Kamus Bahasa Madura (2009:522), Pangghil berarti mengajak. Pangghiln di sini berarti memanggil untuk diajak menari dengan para lenggek (penari). Sebelum dimulainya bagian ini, tuan rumah memberikan sambutan terlebih dahulu dilanjutkan menari dengan lenggek, setelah itu acara diberikan kepada tokang pangghil / tokang olok untuk memanggil satu persatu tamu yang dating untuk menari dengan lenggek dan memberikan saweran kepada lenggek serta memberikan bhubun kepada tuan rumah. Urutan permainan gendhing bebas dimainkan oleh pemusik, akan tetapi jika saat Andhongan / Pangghiln tamu akan meminta untuk memainkan satu gendhing permintaan, maka pemusik akan memainkan untuk mengiringi tamu selama menari di depan bersama kedua orang tandhak. Gerak penari Lenggek sangat sederhana yaitu hanya lembehan tangan kanan dan kiri sesuai dengan iringan musik, posisi badan diam di tempat. Gerak para tamu gerakan yang di lakukan kedua kaki di buka lebar, badan mendak kedua tangan ke penthangkan ke samping kanan kiri, kedua pergelangan tangan berliak-liuk dan berputar sesuai iringan gendhingnya.

Gerak yang digunakan yaitu gerak maknawi, gerak yang diolah dalam pengungkapannya mengandung suatu pengertian atau maksud di samping keindahan, yang terlihat pada penari lenggek pada gerak lembehan tangannya yang indah meskipun gerak yang di lakukan adalah penari lenggek laki-laki. Dibawah ini adalah gambar saat pangghilen berlangsung dan menari dengan penari Lenggek

Gambar 3 Pangghiln berlangsung saat tamu menari dengan Lenggek (Foto: Nenny, 2015)

4. Blandaran

Blandaran berarti dasar. Blandaran yang dimaksud dalam adegan ini yaitu menarikan gerak-gerak dasar. (Ramyadi, wawancara 1 Maret 2015), mengungkapkan dasar dalam gerakan ini berarti menggambarkan dasar dari kehidupan manusia berupa ragam gerak yang mempunyai makna yaitu:

1. Ragam gerak yang menggambarkan berdoa dan memohon segala pertolongan dari Allah SWT ( posisi badan tegak lurus, serong ke sebelah kiri, tangan kanan diangkat ke atas, tangan kiri dilepat ujung jari tangan kiri ditempelkan di ujung siku tangan kanan).

Gambar 4 Posisi ragam gerak yang menggambarkan berdoa dan memohon segala pertolongan dari Allah SWT (Foto: Nenny, 2015)

2. Ragam gerak yang menggambarkan bahwa manusia itu di dalam perut sudah hidup dan siap untuk lahir ke dunia ( posisi badan tegak, kaki dibuka posisi mendak, kedua tangan di lipat di depat perut, kepala menunduk kebawah).

Gambar 5 Posisi ragam gerak yang menggambarkan bahwa manusia itu di dalam perut sudah hidup dan siap untuk lahir ke dunia (Foto: Nenny, 2015)

3. Ragam gerak yang menggambarkan bahwa kepala itu keluar pertama kali ketika manusia dilahirkan untuk melihat dunia (Kedua tangan dibuka melebar ke samping kanan kiri, posisi kepala perlahan dari posisi menunduk diangkat ke atas mengahadap ke depan)

Gambar 6: Posisi ragam gerak yang menggambarkan bahwa kepala itu keluar pertama kali ketika manusia dilahirkan untuk melihat dunia. ( Foto: Nenny, 2015)

Pada bagian Blandaran ini ditarikan oleh seorang laki-laki yang bergerak dengan ketiga ragam di atas sebagai wujud penggambaran kehidupan manusia dan untuk mengingatkan bahwa manusia itu hidup itu selalu ingat kepada Allah SWT. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang oleh penari sebagai pengantar ke adegan selanjutnya. Adegan Blandaran dalam pertunjukan Sandur dilakukan untuk mengawali adegan yang menceritakan kehidupan manusia pada adegan selanjutnya.

5. TandhngRosak

Menurut bahasa Madura, Tandhng artinya tarian, sedangkan Rosak artiya adalah rusak. Jadi Tandhng Rosak bisa diartikan sebagai tarian rusak, yaitu menari dengan seenaknya sendiri tanpa memikirkan estetika gerak dalam tari (Sudarsono, wawancara 19 Februari 2015). Tokoh menari dengan gerakan-gerakan yang lucu untuk menghibur penonton Sandur.

Adegan ini dikatakan sebagai adegan komedi. Menceritakan seorang adik yang nakal sering menganggu kakaknya. Pada saat si kakak menari mengikuti iringan gendhing, si adik mengganggu kakaknya sehingga kakaknya marah dan memukul adiknya. Si adik tidak kapok untuk tetap mengganggu kakaknya, dan akhirnya si adik tangannya diikat dengan selendang. Meskipun demikian si adik tetap menggunakan akalnya untuk kembali menjaili kakaknya. Pada adegan ini tidak ada topik khas yang dibahas, secara spontanitas pelaku memainkan di atas panggung untuk memberikan hiburan kepada penontonnya. Bentuk adegan ini hampir menyerupai Pantomim, yaitu bercerita dengan menggunakan gerak-gerak yang lucu untuk membuat para penonton tertawa. Jika pada adegan sebelumnya yaitu menggambarkan manusia ketika lahir ke dunia, pada bagian ini menceritakan kesenangan yang terjadi pada masa-masa muda yang digambarkan oleh kakak-adik yang melakukan gerakan-gerakan komedi.

Gerak yang dimunculkan pada adegan ini oleh penari tanjhak yaitu kaki dibuka dengan posisi badan agak menurun (mendhak), tangan ke samping kanan dan kiri lurus sedikit melekukkan bagian telapak tangan dan memutar gerak telapak tangan mengikuti iringan musik gamelan. Untuk gerakan kaki, penari harus mengikuti bunyi kendang untuk pergantian gerak berikutnya dan penekanan pada kaki. Dikatakan gerak lucu, karena ketika melakukan gerakan, penari menarikan gerakan aneh yang tidak pernah ada dalam makna sebuah tarian, misalnya gerakan tangan berubah menjadi gerak olahraga tinju, gerakan banci yang melambai-lambai seperti perempuan. Disamping ada gerakan tambahan dari tangan, gerakan kaki juga ada misalnya tiba-tiba saat posisi tanjhak penari loncat-loncat dan sampai ada juga gerakan jatuh karena licin terpeleset.

Makna dan isi pesan dalam adegan ini terlihat dari gerak-gerak tanpa dialog yang dilakukan oleh kedua tokoh. Pada bagian tersebut nampak keakraban kakak adik dalam kesehariannya, meskipun si adik selalu mengganggu kakaknya, si kakak marah dalam konteks bercanda. Karena bagaimanapun juga kakak seharusnya bisa mengayomi adiknya meskipun si adik sangat nakal.

6. Lakon / carta

Bagian Lakon/carta yang biasa disajikan yaitu cerita Ma Leter ban Bu Leter. Contohnya pada adegan cerita Ma Leter ban Bu Leter ini mengisahkan sepasang suami istri yang sudah lama tidak bertemu. Suami pergi untuk mencari nafkah meninggalkan istri, namun dalam waktu yang sangat lama sekitar berpuluh-puluh tahun suaminya tidak pulang si istri lupa dengan wajah suaminya. Dan akhirnya mereka saling menduga jiga diantar mereka sudah ada yang meninggal. Pada suatu percakapannya ketika bertemu merekapun layaknya anak-anak muda yang saling memuji dan merayu

Ltr dalam bahasa Madura artinya genit, kedua tokoh tersebut saling genit dalam mengganggu. Oleh karena itu cerita ini di sebut Ma Leter ban Bu Leter. Setelah tokoh istri secara tidak langsung melihat tanda/tompel yang ada di tangan lelaki tersebut, lalu istri menyebutkan namanya, lalu suami tersebut bertanya darimana dia tau namanya. Wanita tersebuat mengatakan bahwa nama yang disebut itu adalah suaminya, kemudian lelaki tersebut juga menyebutkan nama istrinya dan wanita tersebut mengakui bahwa nama yang disebut itu adalah dia. Terjadilah percakapan panjang antara kedua tersebut dan tak lupa membahas tanda tompel juga yang ada ditangan suaminya. Akhirnya mereka mengakui dan membenarkan bahwa mereka adalah sepasang suami istri yang dulunya berpisah dan akhirnya mereka bertemu kembali dan kembali membangun sebuah keluarga.

Singkat cerita yang ada pada cerita Ma Leter ban Bu Leter ini menceritakan bahwa perempuan dan laki-laki Madura itu pada dasarnya adalah seorang memiliki kesetiaan yang tinggi. Meskipun ditinggal jauh, mereka akan tetep setia karena pepatah mengatakan bahwa sejauh-jauhnya burung terbang pasti akan kembali ke sangkarnya. Itulah yang di dapat dalam salah satu bagian crta pada pertunjukan Sandur di Bangkalan, dimana pada bagian ini menggambarkan kisah seseorang yang sudah dewasa. Cerita yang lain biasanya dibawakan yaitu Cerita Sakera, Selor Lanceng Sampang, Anak tiri, Kawin paksa, Mar Lamar, Lacheng tang bhetang.

PENUTUP

Kabupaten Bangkalan memiliki berbagai keanekaragaman kesenian, misalnya seni pertunjukan karapan sapi dan sandur. Berbagai bentuk seni pertunjukan tradisonal yang hidup di wilayah Bangkalan diantaranya adalah kesenian Sandur. Kesenian ini merupakan singkatan dari Sandiwara Madura yang oleh masyarakat Bangkalan disingkat dengan kata Sandur. Dikatakan Sandiwara Madura karena pertunjukan ini dahulu berisi rangkaian adegan-adegan. Madura. Adegan-adegan yang ada dalam kesenian Sandur di Bangkalan yang asli adalah sebagai berikut:

1. Dhing-gendhingan

2. Dung-endhung

3. Andhongan / Pangghiln / Tayuban

4. Blandaran.

5. TandhngRosak

6. Lakon / carta

Pada setiap bagian dalam kesenian ini mempunyai makna, misalnya pada bagian dhing-gendhingan ini merupakan permainan musik yang sederhana akan tetapi jika ada tamu kehormatan yang datang maka akan dimainkan gendhing giro sebagai ucapan selamat datang. Setelah itu adegan dhung-endhung yang memunculkan penari laki-laki pada bagian atas terdiri dari udeng dan menggunakan baju batik serta pada bagian bawah menggunakan jarit seperti perempuan yang menggambarkan bahwa acara kesenian Sandur akan dimulai sampai ke adegan yang terakhir yaitu bagian cerita/lakon.Bentuk pertunjukan Sandur Sapo Angen Teratas Madura yang ada di Desa Parseh Kecamatan Socah.

DAFTAR PUSTAKA

Bastomi, Suwaji, 1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press.

Bouvier, Hlne. 2002. Lbur! Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Djelantik. A.A.M.1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat seni Pertunjukan Indonesia dan Arti.

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang

Hidajad, Arif. 1998. Kehidupan Rakyat Sandur Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro (Sebuah Tinjauan Sosiologi teater). Skripsi tidak diterbitkan; Jurusan Seni Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Malang.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, dan Poskolonial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Rifai, Mien Ahmad. 2007. Manusia Madura. Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya. Yogyakarta: Pilar Media.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI).

Soedarsono, 2002. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

sr k s rano bi ma ns

1 6 1 51 6 5 3

jng la je ngandheu na nang ka

2 3 5 6 3 6 3 1 2 3 6 5

kr pk k ransam bi na ngs

2 3 5 6 36 3 1 2 3 6 5

jeng be jeng ngasang gu dhi ka

1 2 3 2 1 2 3 1

4