Benih

6
5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Patogen Terbawa Benih dengan Pengamatan Biji Kering Benih yang diamati pada praktikum kali ini yaitu benih jagung, kacang tanah dan benih padi. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil bahwa kerusakan benih yang terjadi umumnya berupa malformasi bentuk, diskolorisasi, malformasi, biji keriput dan pecah seperti terlihat pada Tabel 1. Sementara itu kerusakan yang terjadi pada hasil panen terlihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kerusakan dan tanda patogen pada benih kedelai, jagung, kacang tanah dan padi Benih Ulangan Jumlah benih Normal Jumlah benih Abnormal Jenis Kelainan Jumlah Kedelai 1 2 3 4 31 31 38 40 19 19 12 10 Hipotropi Keriput Hipotropi Belang (Ungu) Diskolorisasi Bercak coklat kecil Retak Bercak coklat Benih berkerut dan retak Benih kusam abu-abu Terdapat propagul cendawan Malformasi Retak Hipertrofi/Hipotrofi 18 1 4 1 1 6 7 2 1 9 1 3 4 2 Jagung 1 2 3 4 22 30 29 26 28 20 21 24 Cendawan berwarna hijau Cendawan berwarna abu Hipotrofi Keriput Warna lebih tua Ujung benih pecah Diskolorisasi (merah) Terdapat miselium Hipotrofi Diskolorisasi (abu-abu) Kulit retak Retak dan terdapat miselia Bercak coklat Diselimuti miselium Terdapat propagul 3 3 2 16 3 1 3 2 13 2 3 1 9 8 10

description

patogen benih

Transcript of Benih

  • 5

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Patogen Terbawa Benih dengan Pengamatan Biji Kering

    Benih yang diamati pada praktikum kali ini yaitu benih jagung, kacang

    tanah dan benih padi. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil bahwa

    kerusakan benih yang terjadi umumnya berupa malformasi bentuk, diskolorisasi,

    malformasi, biji keriput dan pecah seperti terlihat pada Tabel 1. Sementara itu

    kerusakan yang terjadi pada hasil panen terlihat pada Tabel 2.

    Tabel 1. Kerusakan dan tanda patogen pada benih kedelai, jagung, kacang tanah

    dan padi

    Benih

    Ula

    ngan

    Jumlah

    benih

    Normal

    Jumlah

    benih

    Abnormal

    Jenis Kelainan Jumlah

    Kedelai 1

    2

    3

    4

    31

    31

    38

    40

    19

    19

    12

    10

    Hipotropi

    Keriput

    Hipotropi

    Belang (Ungu)

    Diskolorisasi

    Bercak coklat kecil

    Retak

    Bercak coklat

    Benih berkerut dan retak

    Benih kusam abu-abu

    Terdapat propagul

    cendawan

    Malformasi

    Retak

    Hipertrofi/Hipotrofi

    18

    1

    4

    1

    1

    6

    7

    2

    1

    9

    1

    3

    4

    2

    Jagung 1

    2

    3

    4

    22

    30

    29

    26

    28

    20

    21

    24

    Cendawan berwarna hijau

    Cendawan berwarna abu

    Hipotrofi

    Keriput

    Warna lebih tua

    Ujung benih pecah

    Diskolorisasi (merah)

    Terdapat miselium

    Hipotrofi

    Diskolorisasi (abu-abu)

    Kulit retak

    Retak dan terdapat miselia

    Bercak coklat

    Diselimuti miselium

    Terdapat propagul

    3

    3

    2

    16

    3

    1

    3

    2

    13

    2

    3

    1

    9

    8

    10

  • 6

    cendawan

    Retak

    Hipotrofi

    Malformasi

    1

    7

    6

    Kacang 1 14 36 Kulit pecah 3

    Tanah Keriput 16

    Busuk 1

    Terserang serangga 7

    Hipotrofi 9

    2 30 20 Hipotrofi 5

    Keriput 10

    Pecah 3

    Busuk hitam 1

    Biji berlubang 1

    3 24 36 Kulit benih pecah 10

    Buah berlubang 2

    Benih keriput dan

    mengecil

    10

    Terdapat propagul

    cendawan

    3

    Bercak coklat 1

    4 26 24 Terdapat propagul

    cendawan

    1

    Malformasi 19

    Retak 4

    Hipertorfi/ Hipotrofi 3

    Terserang hama 1

    Padi 1 20 30 Nekrosis 17

    Pecah 5

    Keriput 8

    2 28 22 Bercak coklat 3

    Terdapat miselium 2

    Hipotrofi 13

    Perubahan warna (abu-

    abu)

    2

    3 31 19 Terdapat bercak coklat 17

    Berlubang dan hampa 2

    4 31 19 Terdapat propagul

    cendawan

    8

    Diskolorisasi 3

    Bercak dan belang 8

    Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 4 jenis benih yang diamati secara

    langsung memiliki gejala kerusakan yang beragam. Pada pengamatan benih

    kedelai, kerusakan yang terjadi berupa hipotrofi, keriput, belang, diskolorisasi,

    bercak, retak, malformasi dan terdapat propagul cendawan pada permukaan benih.

    Dari 50 benih yang diamati benih kedelai yang memiliki gejala penyakit tertinggi

  • 7

    yaitu hipotrofi sebanyak 24 benih, sedangkan yang terendah yaitu gejala penyakit

    keriput, belang (ungu), perubahan warna (coklat tua) masing-masing 1 benih.

    Pengamatan sampel pada benih jagung kerusakan yang terjadi pada benih

    tetsebut berupa terdapat propagul cendawan, hipotrofi, keriput, diskolorisasi,

    pecah dan malformasi bentuk. Tipe kerusakan tertinggi yaitu adanya propagul

    cendawan pada permukaan benih yaitu sebanyak 26 benih, sedangkan yang

    terendah adalah kerusakan dengan tipe ujung benih pecah dan retak yaitu

    sebanyak 2 benih.

    Pada pengamatan sampel benih padi kerusakan yang terjadi yaitu benih

    pecah, keriput, adanya bercak dan nekrosis, terdapat propagul cendawan

    diskolorisasi, hipotrofi dan benih berlubang akibat serangan serangga. Kerusakan

    tertinggi terjadi dengan tipe kerusakan bercak mencapai 28 benih.

    Pengamtan pada sampel benih kacang tanah menunjukan hasil bahwa

    kerusakan benih yang terjadi yaitu benih pecah, keriput, busuk, hopotrofi, bercak

    malformasi terdapat propagul cendawan dan benih berlubang karena terserang

    hama. Kerusakan tertinggi terjadi pada pada tipe keriput sebanyak 36 benih.

    Bibit yang berasal dari benih yang berukuran kecil pada masa

    pertumbuhan akan mengalami abnormalitas bibit, yaitu tidak berkembangnya

    pucuk daun dengan baik, daun menjadi sukulen(tebal) dan kecil. Hal ini diduga

    disebabkan oleh faktor lingkungan seperti ketersediaan air, suhu dan unsur hara

    yang dapat diambil dari tanah. Dengan tidak normalnya daun, maka proses

    fotosintesis dan respirasi pada tanaman akan terhambat. Hal ini dapat dilihat dari

    nilai tengah tinggi bibit dan diameter batang yang rendah (Kartikasari, 1999).

    Gambar 1: Gejala kerusakan pada benih

    Tabel 2. Patogen pasca panen

    Hasil

    Panen Ulangan

    Sehat/ Normal

    Abnormal

    Jenis

    Kelainan Jumlah

    Bawang

    Merah 1 0 31 Busuk 20

    Miselium

    putih di kulit 11

    Kentang 1 0 10 Malformasi 3

    Hipotrofi &

    kudis 3

    Hipotrofi 3

    Busuk 1

    Bawang

    merah 1 7 18

    Miselium

    putih 2

  • 8

    Bercak hitam

    di kulit 12

    Nekrosis 2

    Busuk 2

    Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dari tiga jenis hasil panen yang diamati

    secara langsung memiliki tipe kerusakan yang berbeda-beda. Pengamatan pada

    buah pisang menunjukkan bahwa dari 31 buah, terdapat kerusakan dengan gejala

    busuk dan adanya propagul patogen berupa miselium putih di kulit. Pengamtan

    pada umbi kentang dari 10 benih yang diamati terdapat kerusakan berupa

    malformasi sebanyak 3 umbi, hipotrofi sebnyak 3 umbi, hipotrofi &kudis

    sebanyak 3 umbi sedangkan sisanya 1 benih mengalami busuk. Pengamtan pada

    umbi bawang merah dari 25 benih yang diamati, 7 benih normal (sehat),

    sedangkan kerusakan umbi tertinggi tertinggi terjadi pada tipe kerusakan terdapat

    bercak hitam di kulit luar sebanyak 12 benih, sedangkan sisanya yaitu 6 benih

    terdapat propagul cendawan berupa miselium putih, nekrosis, dan busuk.

    Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa

    biji-bijian (cereal/grains), umbi-umbian dan kacangan yang umumnya dapat

    tahan agak lama disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah

    dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi.

    Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan,

    pengeringan (curing /drying), pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan

    hama dan penyakit, dll (Wills, 1998).

    Gambar 2. Gejala kerusakan produk hasil pertanian

    Pengendalian penyakit pasca panen sangat tergantung pada keadaan awal

    komoditi bersangkutan, artinya bahwa kesehatan tanaman, kebersihan areal

    pertanaman dan beberapa perlakuan lainnya selama di lapang atau pertanaman

    sangat menentukan ada tidaknya perkembangan penyakit pasca panen. Selain

    daripada itu, setelah memasuki periode pasca penen, perkembangan penyakitpun

    sangat tergantung pada jenis-jenis teknik pengelolaan atau pelaksanaan selama

    sejak panen hingga pengangkutan ataupun penyimpanan pada tingkat konsumsi.

    3.2 Patogen Tular Benih dengan Metode Pencucian

    Hasil pengamatan menunjukan bahwa patogen tebawa benih yang terdapat

    pada permukaan benih gandum dan jagung adalah cendawan Aspergillus flavus,

    Aspergillus niger, Aspergillus sp. dan Helminthosporium sp.seperti terlihat pada

    Tabel 3.

  • 9

    Tabel 3. Paogen terbawa benih pada benih gandum dan jagung

    Benih Ulangan Nama Patogen Gambar

    Jagung 1 Aspergillus flavus

    2 Aspergillus sp.

    Helminthosporium sp.

    3 Aspergillus sp

    4 Aspergillus sp

    Gandum 1 Aspergillus niger

  • 10

    2 Aspergillus sp

    3 Tidak teridentifikasi

    4 Aspergillus niger

    Narayanasamy (2006) menyatakan bahwa cendawan yang menginfeksi

    benih jagung antara lain Alternaria alternata, A. flavus, A. ochraceus, A. niger,

    Bipolaris maydis, Botrypodia theobromae, Claviceps giganteae, Epicocum

    nigrum, Fusarium graminearum dan F. monitforme. Cendawan A. Flavus

    merupakan spesies dominan yang menginfeksi dan merupakan patogen utama

    benih jagung. Patogen tersebut memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas

    pertanian yang dikonsumsi ternah (Pakki dan Talanca 2006). Dari beberapa

    spesies Aspergillus spp,. A. Flavus teridentifikasi sebagai penyakit penting yang

    menginfeksi benih jagung. Pada jagung, gejala A. flavus ditandai dengan adanya

    cendawan berwarna hijau. Pada biji dan tongkol jagung ditandai dengan

    kumpulan miselia yang menyelimuti biji.

    Fungi Aspergillus pada biji-bijian yang disimpan dapat mengakibatkan

    penurunan daya kecambah bahan, perubahan warna bahan, kenaikan suhu dan

    kelembapan di dalam bahan, perubahan susunan kimia di dalam bahan dan

    produksi dan akumulasi mikotoksin didalam bahan (Sutjiati dan Saenong 2002).

    Fungi-fungi tersebut dominan ditemukan pada jagung dalam penyimpanan (Muis

    et al. 2002). Infeksi awal terjadi pada fase silking di lapang, kemudian terbawa

    oleh benih ke tempat-tempat penyimpanan (Schutless et al. 2002). Patogen-

    patogen tersebut kemudian berkembang dan memproduksi mikotoksin, sehingga

    bahan pakan menjadi rusak dan bermutu rendah.