BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang...

32
Confined Space Entry Modul Bahasa Indonesia BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP (CONFINED SPACE) Oleh Ir. Eka Sumarna, M.Kes Konsultan OSHE

Transcript of BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang...

Page 1: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Modul Bahasa Indonesia

BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM

RUANG TERTUTUP (CONFINED SPACE)

Oleh

Ir. Eka Sumarna, M.Kes Konsultan OSHE

Page 2: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 2

DAFTAR ISI DAFTAR ISI PENDAHULUAN TUJUAN PELATIHAN BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO II.1 Identifikasi Bahaya 12 II.2 Penilaian Resiko 19 II.3 Standar Pemajanan 19 II.4 Pengendalian Resiko 21

BAB III PENDETEKSIAN GAS III.1 Oksigen dan Gas Beracun 24 III.2 Gas Mudah Terbakar 26 III.3 Ventilasi 28 III.4 Teknik Pendeteksian Gas 28 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 3: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 3

PENDAHULUAN Ruang Tertutup (Confined spaces) yang dimaksud dalam kebijakan adalah mencakup ruangan seperti tong besar, tangki, lubang/terowongan, pipa, saluran, cerobong, oven, silo, kontainer, tangki reaktor, saluran air kotor bawah tanah, sumur, terowongan angin, atau bangunan serupa yang tertutup keseluruhan maupun sebagian, apabila memenuhi beberapa kondisi tertentu. Suatu ruang tertutup ditentukan oleh bahaya-bahaya yang timbul pada situasi tertentu yang berkaitan dengan ruang tertutup tersebut (terbatasnya jalan masuk dan keluar, udara di dalamnya yang mengandung zat yang membahayakan atau resiko terperangkap) dan terbatasnya ruang gerak secara fisik dalam melakukan pekerjaan. Keberadaan bahaya kesehatan baik fisika maupun kimia yang pengaruhnya secara sendiri-sendiri maupun kombinasinya dapat lebih memperburuk keadaan di dalam sebuah ruang tertutup. Tujuan dari aturan mengenai ruang tertutup adalah untuk melindungi orang yang bekerja terhadap resiko kesehatan atau keselamatan yang timbul dari suatu pekerjaan di ruang tertutup. Resiko dari suatu ruang tertutup sangat signifikan dampaknya, dan insiden yang terjadi sering kali banyak memakan korban meninggal. Aturan tersebut menuntut kita untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan resiko dari bahaya-bahaya, atau apabila tidak memungkinkan, mengurangi resiko tersebut pada tingkat yang semaksimal mungkin. Ruang tertutup memiliki masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang spesial karena bahaya-bahaya yang mungkin timbul tidak terlihat nyata. Ruang tertutup biasanya memiliki ventilasi yang buruk dan mungkin dengan jumlah volume udara yang kecil, sehingga udara yang berbahaya dapat terakumulasi dengan cepat. Bekerja di ruang tertutup dapat meningkatkan resiko cedera atau kematian karena pekerja bekerja lebih dekat dengan bahaya-bahaya dibandingkan dengan pekerjaan biasa. Bahaya-bahaya seperti adanya gas atau uap beracun dapat lebih memperburuk kondisi ruang tertutup. Di bawah ini adalah beberapa contoh insiden yang berkaitan dengan ruang tertutup.

Kematian di Tangki Penyimpanan LPG, Kasus Kekurangan Oksigen Seorang pekerja roboh di dalam tangki penyimpanan LPG di suatu bengkel service karena kekurangan oksigen. Tangki tersebut telah dibersihkan udaranya dengan mengalirkan gas nitrogen beberapa kali kemudian tangki tersebut didiamkan selama satu jam. Setelah itu seorang pengawas mengecek ke dalam tangki dengan memasukkan kepalanya dari lobang bukaan dan mencium udara di dalamnya. Pengawas tersebut tidak mendeteksi adanya bau LPG. Lalu seorang pekerja masuk tanpa perlengkapan safety apapun. Tidak berapa lama kemudian ia roboh. Orang kedua masuk dengan maksud menolong namun ia pun roboh. Pengawas kemudian mengalirkan oksigen murni, bukan udara bersih, ke dalam tangki tersebut (Hal ini berbahaya karena meningkatkan resiko peledakan/kebakaran). Dua orang pekerja

Page 4: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 4

bengkel selamat walupun ada kendala penyelamatan karena terbatasnya jalan keluar. Orang pertama yang masuk yang terselamatkan, namun meninggal 9 bulan kemudian di rumah sakit karena kerusakan paru-paru, bronchopneumonia, dan kerusakan otak karena kejadian di bengkel tersebut. Perusahaan dan pengawas akhirnya, mendapat hukuman.

Kasus Keracunan Karbon Monoksida Dua orang saudara berumur 24 dan 26 tahun meninggal karena keracunan gas karbon monoksida di dalam tangki air bawah tanah di ladang milik ayah mereka. Mereka menggunakan pompa air dengan mesin bensin selama dua hari untuk memompa keluar air di dalam tangki bawah tanah tersebut. Pada hari kedua, dimana ketinggian air sudah menurun, disadari ternyata selang tidak cukup panjang untuk mencapai dasar tangki. Lalu mereka menurunkan pompa kira-kira satu meter ke dalam tangki dengan mengikatnya dengan tali. Salah seorang masuk ke dalam tangki, namun kemudian roboh. Saudaranya bersama temannya berusaha menolong dengan masuk ke dalam. Saudaranya pun roboh. Temannya berusaha menolong kedua saudara tersebut, namun ia terpengaruh oleh asap dan segera keluar lagi. Keduanya kemudian ditarik keluar oleh tetangganya, namun meninggal sesampainya di rumah sakit Tes kemudian menunjukkan tingginya kadar karbon monoksida yang keluar dari pompa air.

Kematian di dalam Kapal Tongkang Batubara Pada hari Minggu tanggal 15 Juli 2001 empat orang meninggal ketika berusaha hendak memperbaiki kebocoran di dalam suatu kapal tongkang batubara. Orang pertama masuk ke dalam lambung kapal melalui lubang berukuran 450 mm x 520 mm untuk memeriksa kebocoran tersebut, namun tidak kembali keluar. Orang kedua masuk lobang tersebut untuk memeriksa kenapa orang pertama belum keluar, tetapi ia pun kemudian tidak keluar lagi. Orang ketiga, yang merupakan kepala regu, memeriksa ke dalam, dan ia pun tidak kembali keluar. Orang keempat memeriksa juga ke dalam untuk mengetahui ketiga rekannya, dan ia pun menemui ajal. Kemudian tim penyelamat dipanggil. Mereka dilengkapi dengan tabung oksigen (SCBA) dan berhasil mengangkat keluar keempat pekerja, yang kemudian diketahui telah meninggal dunia.

Maksud dari pelatihan ini adalah untuk memberikan panduan praktis kepada pekerja tentang bagaimana mereka dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tertuang di dalam kebijakan perusahaan untuk mengidentifikasi bahaya, penilainya dan melakukan kontrol terhadap resiko-resiko yang berkaitan dengan pekerjaan di dalam ruang tertutup.

Page 5: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 5

TUJUAN PELATIHAN

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta pelatihan akan dapat:

mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam implementasi prosedur pekerjaan di

ruang tertutup (confined spaces), sesuai kebijakan Perusahaan;

mengetahui bahaya dan resiko yang berkaitan dengan ruang tertutup;

melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian resiko;

mengetahui prinsip ventilasi di dalam ruang tertutup;

melaksanakan pengujian gas dan udara di dalam ruang tertutup dengan

menggunakan alat deteksi gas portabel.

Page 6: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 6

BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Kebijakan Perusahaan PT X mengenai Ruang Tertutup (Confined Space) tertuang di dalam Kebijakan No. xxx mengenai Ruang Tertutup dan Ruang Tertutup Perlu Ijin, tertanggal ddmmyyyy, Revisi #00. (Policy for Confined Spaces & Permit Required Confined Spaces (P.R.C.S.).

I.1 Maksud dan Ruang Lingkup Maksud Maksud dari kebijakan tersebut di atas adalah untuk memberi definisi, menetapkan kategori ruang tertutup dan memberikan panduan cara kerja yang aman untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di ruang tertutup tersebut dimana untuk masuk ke dalamnya diperlukan perijinan. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari kebijakan ini mencakup seluruh operasi PTX, seluruh personil perusahaan mitra atau kontraktor di dalam Area Kontrak Kerja PTX berkaitan dengan pekerjaan di dalam ruang tertutup.

I.2 Definisi

“Ruang Tertutup” didefinisikan sebagai suatu ruangan yang memiliki semua pengertian di bawah ini:

Cukup besar untuk ukuran badan seorang pekerja masuk dan melakukan pekerjaan;

Mempunyai cara masuk/keluar yang terbatas, dan

Tidak diperuntukan untuk penempatan pekerja secara terus menerus.

Page 7: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 7

“Ruang Tertutup Perlu Ijin” (R.T.P.I) didefinisikan sebagai ruangan yang memiliki satu atau lebih kriteria di bawah ini: ( P.R.C.S)

Mengandung atau berpotensi mengandung udara yang berbahaya. (Terpajan terhadap debu-debu yang dapat terbakar atau campuran-campuran yang mudah terbakar, kekurangan oksigen, uap toksik, asap yang dapat memajan pekerja terhadap resiko kematian, ketidakmampuan, dan sakit yang akut atau mebahayakan diri.

Mengandung material yang berpotensi untuk menimbun pekerja yang masuk (entrant)

Memiliki kondisi sedemikian rupa sehingga pekerja yang masuk dapat terperangkap atau sulit bernapas disebabkan oleh dinding yang runtuh atau lantai yang berlereng.

Mengandung bahaya serius kesehatan atau keselamatan lainnya yang dapat dikenali (termasuk radiasi, kebisingan, pelistrikan, dan bagian-bagian yang bergerak dan permesinan).

“R.T.P.I Ijin Masuk” adalah dokumen perijinan yang memperbolehkan pekerja memasuki Ruang Terbatas Perlu Ijin. (P.R.C.S Entry Permit, lihat Lampiran ...) “Pekerja Masuk (Entrant)” adalah pekerja terlatih dan memiliki pengetahuan tentang bahaya-bahaya ruang tertutup yang diberi wewenang untuk masuk dan terdaftar di dalam R.T.P.I. Ijin Masuk. ( Authorized Entrant) “Pengawas Berwenang” adalah seorang pengawas atau orang yang ditunjuk yang bertanggung jawab untuk: ( Authorized Person)

memastikan kondisi aman yang dapat diterima di dalam Ruang Tertutup Perlu Ijin.

memberi ijin masuk dan mengawasi pekerjaan/operasi, dan

menghentikan pekerjaan bilamana perlu.

Page 8: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 8

“Pekerja Stand-By (Attendant)” adalah pekerja yang terlatih dan memilik pengetahuan tentang bahaya ruang tertutup yang ditempatkan di luar R.T.P.I untuk memonitor kegiatan di dalam R.T.P.I dan mampu mengambil tindakan pengamanan bilamana diperlukan. (Authorized Attendant)

“Prosedur R.T.P.I” adalah prosedur tertulis yang tersedia dan bila memungkinkan dipasang di setiap R.T.P.I yang telah ditentukan, yang menunjukkan prosedur yang harus diikuti, tata cara kerja, identifikasi bahaya, peralatan yang diperlukan, persyaratan masuk, dan tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk menghilangkan bahaya yang diketahui sebelum pekerjaan di dalam ruangan dilakukan. ( P.R.C.S Procedure)

“Survai Ruang Tertutup/Ruang Tertutup Perlu Ijin” adalah suatu form yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merupakan catatan dokumentasi mengenai ruang tertutup yang dimaksud di semua area kerja. ( Confined Space/Permit Required Confined Space Survey)

I.3 Prosedur Persiapan untuk masuk Pelatihan: pengenalan bahaya dan prosedur penyelamatan. Menyiapakan ijin masuk. Menunjuk pekerja yang masuk (entrant) dan yang stand-by. Melengkapi pekerja yang masuk dengan peralatan pelindung yang benar. Melengkapi pekerja stand-by dengan peralatan komunikasi dan cara penyampaian pesan. Memiliki tim emergency dan rescue yang terlatih dan peralatannya, yang tersedia dalam

keadaan emergency. Menghilangkan bahaya-bahaya: dengan cara LOTO terhadap saklar, pompa, kran, pipa,

dll. Bekerja di dalam ruang tertutup Melakukan pengetesan sebelum masuk Gunakan perlatan pengetesan yang benar untuk men-cek bahaya-bahaya. Cek kadar oksigen (kekurangan dan kelebihan oksigen) dan cek kandungan udara dari gas

toksik dan yang mudah terbakar. Lakukan pengetesan udara di seluruh ruangan, dari atas ke bawah. Cek area sekitar pipa, ducts dan kran dimana kemungkinan gas dan uap dapat muncul. Pembersihan dan ventilasi Terus melakukan pemantauan udara pada interval yang sering sewaktu pekerja bekerja di

dalam ruang tertutup. Mengalirkan udara dengan menyedot atau meniup udara ke/dari dalam ruang tertutup

dengan perangkat ventilasi.

Page 9: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 9

Buang Lumpur, karat atau residu. Hal ini dapat menimbulkan gas berbahaya. Bersihkan area dengan air atau pembersih bahan kimia yang dianjurkan. Pengujian kembali udara setiap pekerja akan memasuki kembali ruang tertutup. Sistem Perlindungan Diri Gunakan respirator jika diperlukan. Gunakan alat pelindung diri yang benar sesuai potensial bahaya yang diketahui. Hal ini

termasuk perlindungan kepala, muka, telinga, mata, tangan dan kaki, dan perlindungan pernapasan jika diperlukan.

Jika bekerja di dalam ruang tertutup, tetaplah melakukan komunikasi dengan pekerja stand-by di luar. Jika kontak dengan suara dan pandangan tidakmemungkinkan, gunakan aba-aba menggunakan tangan atau tali, radio atau telepon dengan pengeras suara.

Ikat pekerja dengan lifeline atau harness sehingga jika terjadi emergency dapat ditarik keluar.

Jangan merokok atau makan di dalam ruang tertutup. Tetaplah awas terhadap kemungkinan bahaya yang mungkin timbul sewaktu bekerja. Keluar dengan segera jika anda merasa pusing atau merasa gejala yang tidak biasa. Penerangan dan Peralatan Pastikan penerangan yang digunakan adalah explosion-proof. Bola lampu harus tenrlindung untuk menghindari kontak yang tidak diinginkan. Periksa kabel, ground, receptacles, plugs dan connectors dari keausan dan kerusakan. Jika perlu, gunakan hand tools yang tidak menimbullkan bunga api dan explosion-proof,

dan juga Ground Fault Circuit Interrupter (GFCI) untuk peralatan bertenaga listrik. Jika ruang mengandung gas mudah terbakar, jangan gunakan api terbuka. Peralatan Pelindung dan Keselamatan Pernapasan (Tipe: Air-Purifying Respirators atau Supplied Air Respirators) Pelindung Kepala (Tipe: Hard Hat) Pelindung Mata/Muka (Tipe: Glasses, Goggle, Face Shield) Perlindungan kaki (Tipe: Safety Boots) Perlindungan Tangan (Tipe: PVC Gloves, Nitrile Gloves, Leather/Rigger Gloves) Pakaian Pelindung (Tipe: Waterproof, Acid protection) Perlindungan Pendengaran (Tipe: Ear Plugs, Ear Muff) Safety Equipments (Portable lighting, gas monitor, full safety harness, earth leakage,

barricades/signs, shock absorbing lanyard, safetylines, fire extinguisher, step ladder, radio, Breathing Apparatus Rescue/Escape Pack, dan lainnya).

Page 10: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 10

I.4 Tugas-Tugas Personil

Tugas Pekerja Masuk (Entrant)

Mengetahui tanda-tanda, gejala, dan akibat pemajanan terhadap bahaya yang mungkin dihadapi selama masuk.

Memiliki ketramplian dan dapat menggunakan peralatan yang sesuai pekerjaan.

Memberitahukan pekerja stand-by jika merasa ada tanda-tanda bahaya, gejala, dan kemungkinan bahaya.

Bergegas keluar jika pekerja stand-by atau pengawas memerintahkan evakuasi.

Pekerja Stand-By (Attendant)

Mengetahui tanda-tanda, gejala, dan akibat pemajanan.

Memastikan jumlah pekerja yang masuk.

Tetap berada di luar ruang tertutup selama kegiatan berlangsung.

Berkomunikasi dengan pekerja masuk untuk memantau status dan menjaga tetap siaga terhadap bahaya.

Memantau kondisi, efek perilaku, dan bahaya di luar ruangan.

Menyiapkan penyelamatan dan personil emergency segera jika diperlukan.

Mengingatkan orang-orang yang tidak berwenang untuk menjauh dari ruang tertutup, informasikan mengenai hal ini kepada pekerja masuk yang berwenang dan supervisor.

Melakukan penyelamatan dari luar menggunakan prosedur khusus.

Pekerja stand-by hendaknya tidak melakukan tugas-tugas yang mengganggu tugas utamanya untuk memantau dan melindungi pekerja yang masuk.

Tugas Pengawas

Mengetahui bahaya-bahaya, termasuk tanda-tanda, gejala, dan akibat pemajanan.

Memeriksa bahwa jalan masuk, pengujian, prosedur, dan peralatan yang diperlukan di dalam perijinan sebelum menandatangani ijin dan memulai pekerjaan.

Menghentikan pekerjaan dan membatalkan ijin jika diperlukan.

Memastikan bahwa cara pemanggilan rescue tersedia.

Memerintahkan personil yang tidak berwenang yang berusaha masuk ke ruang tertutup selama kegiatan berlangsung.

Memeriksa kondisi yang dapat diterima selalu terjaga, dan kegiatan tetap konsisten dengan ijin masuk.

Page 11: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 11

Rescue dan Emergency Services

Personil rescue harus terlatih di dalam penggunaan peralatan pelindung dan peralatan penyelamatan yang diperlukan menyelamatkan pekerja dari ruang tertutup.

Melakukan latihan penyelamatan setahun sekali dengan simulasi situasi emergency.

Mengetahui dasar P3K dan CPR.

Mengetahui jalan masuk ke seluruh ruang tertutup dan bahaya yang dikandungnya.

Melengkapi system pengangkatan, body harnesses, dan life lines untuk rescue dari luar ruang tertutup, jika tidak membahayakan pekerja masuk yang berwenang.

Lembar Keselamatan Bahan Kimia dan informasi lain harus tetap berada di lokasi kerja dan tersedia bagi fasilitas medis menangani pekerja yang terpajan.

Page 12: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 12

BAB II IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO

II.1 Identifikasi Bahaya II.1.1 Kewajiban Identifikasi Bahaya Departemen dibantu oleh masing-masing Area Safety melakukan identifikasi bahaya dari suatu ruang tertutup yang teridentiifikasi. “Bahaya atau hazard” adalah sesuatu yang berpotensi untuk menyebabkan cedera atau sakit. Contohnya, udara yang tidak memiliki kandungan oksigen pada level yang cukup dapat menyebabkan aspisiasi. Terpajan terhadap bahaya berkaitan dengan pekerjaan di dalam ruang tertutup dapat menyebabkan cedera atau kematian. oleh karena itu identifikasi bahaya-bahaya yang akan dijelaskan berikut, penilaian resiko dan tindakan pengendalian atau kontrol perlu dilakukan.

II.1.2 Bagaimana Mengidentifikasi Bahaya “Identifikasi bahaya” adalah proses mengidentifikasi semua situasi atau kejadian yang berpotensi menyebabkan cedera atau sakit. Hal ini mencakup identifikasi semua pekerjaan yang dapat menjadi sumber-sumber yang potensial menyebabkancedera atau sakit. Untuk dapat melakukan identifikasi bahaya diperlukan pengetahuan mengenai bahaya yang mesti dimiliki oleh para pekerja maupun pengawas yang bekerja di dalam ruang tertutup. Banyak sumber informasi yang bisa diperoleh dalam rangka proses identifikasi bahaya, seperti:

diskusi dengan enjiner perancang, pabrik, vendor atau perusahaan-perusahaan yang memiliki tempat kerja atau proses kerja yang serupa;

saran-saran yang diperoleh dari spesialis profesional termasuk occupational hygienists, engineers and chemists;

Insiden kerja, cedera dan laporan kecelakaan yang berkaitan dengan ruang tertutup;

informasi kecelakaan atau insiden berupa Accident Alert maupun Accident Gram dari berbagai institusi dan asosiai profesional; and

Laporan atau artikel yang relevan dari jurnal-jurnal keselamatan dan kesehatan kerj dan referensi teknis lainya.

II.1.3 Kapan Identifikasi Bahaya harus Dilakukan? Suatu ruangan disebut sebagai ruang tertutup menurut peraturan apabila memenuhi kreteria yang disebut dalam definisi ruang tertutup. Salah satu kreteria adalah bahwa

Page 13: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 13

ruangan tersebut dimaksudkan untuk dimasuki oleh orang. Untuk hal ini identifikasi bahaya harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dimasuki orang tersebut. Apabila frekuensi memasuki ruangan secara berulang, maka identifikasi bahaya harus dilakukan bilamana diketahui adanya suatu perubahan dari proses atau pekerjaan. II.1.4 Bahaya-Bahaya berkaitan dengan Ruang Tertutup (Confined Space) Jenis dan sifat bahan-bahan yang ada di dalam ruang tertutup memberikan suatu indikasi tentang macam bahaya yang mungkin ada, seperti kurangnya oksigen, kontaminan udara atau zat yang mudah terbakar. Bahaya lainnya mungkin timbul adalah berasal dari proses, produk maupun hasil samping, limbah, penyimpanan, dan dari kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang tertutup. Terdapat banyak bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan di dalam suatu ruang tertutup, beberapa diantaranya seperti di bawah ini: Bahan-bahan Berbahaya Jalur masuk yang utama dari pemajanan terhadap bahan-bahan berbahaya adalah pernapasan, kontak dengan kulit dan pencernaan. (lihat gambar 1). Hal ini dapat terjadi apabila menghirup gas, uap, fume, atau debu, termakan bahan secara tidak sengaja karena tangan kotor, dan kontak kulit dengan cairan, padatan, dan mungkin pula terjadi penyerapan gas atau uap oleh pori-pori kulit. Terpajan terhadap bahan-bahan berbahaya dapat menyebabkancedera yang sifatnya kut maupun kronis. Efek kesehatan timbul karena terpajan seketika maupun terpajan secara beruang-ulang dalam waktu lama, dapat berupa efek yang mematikan secara akut, atau efek yang tidak mematikan namun menyebabkan cacat. Hal ini tergantung dari faktor-faktor seperti lamanya terpajan, konsentrasi bahan, dan efek kesehatan yang berkaitan dengan bahan tersebut yang menungkin bersifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, toksik, iritan atau sensitif.

Routes of Entry

Page 14: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 14

Bahan-bahan berbahaya, termasuk kontaminan udara yang membahayakan, dapat timbul dari:

proses pengolahan;

penyimpanan bahan atau hasil sampingnya (contoh: mengaduk material organik yang terdekomposisi di dalam tangki dapat menimbulkan zat beracun seperti hidrogen sulfida);

operasi atau kegiatan yang dilakukan di dalam ruang tertutup (contohnya mengecat menggunakan kuas atau semprot dengan cat yang mengandung bahan racun dan mudah terbakar, cipratan dari bahan pembersih mengandung asam, dan pengelasan yang mengeluarkan uap metal beracun, api pengelasan, pelapisan menggunakan timah hitam (Pb), pelapisan karet, polimer berbahaya, zat peluntur (degraser), penggunaan adhesive atau solven);

masuknya dan terakumulasinya gas-gas dari luar tempat kerja, instalasi, atau proses;

akumulasi gas buang termasuk CO dari operasi pabrik di atau dekat lokasi ruang tertutup (contohnya forklif berbahan bakar lpg beroperasi di sekitar ruang tertutup, pompa air yang digunakan untuk mengosongkan air kitor atau tangki air);

Masuknya kontaminan alamiah seperti air tanah atau gas dari lahan, tanah atau lapisan tanah sekitar. Contohnya air tanah asam yang bereaksi dengan limestone dapat menimbulkan akumulasi CO yang berbahaya. Metan yang bersumber dari air tanah dan bahan organik yang membusuk;

terlepasnya kontaminan pada waktu lumpur atau timbunan lainnya dibongkar atau sewaktu membersihkan karat;

bahan bakar minyak. Kontaminan Mudah Terbakar Kontaminan mudah terbakar dapat mengakibatkan peledakan atau kebakaran. Dua hal yang membuat kontaminan mudah terbakar di udara:

Oksigen dalam udara, dan

gas, uap, maupun debu mudah terbakar pada campuran tertentu. Gas yang berbeda memiliki rentang keterbakaran yang berbeda. Apabila suatu sumber pencetus, seperti percikan api, atau peralatan listrik, ada di dalam ruang tertutup, maka suatu ledakan dapat terjadi. Kontaminan mudah terbakar di dalam ruang tertutup berasal dari penguapan residu bahan mudah terbakar, bahan mudah terbakar yang dipakai dalam ruang tertutup, berasal dari reaksi kimia, atau dari keberadaan debu dapat terbakar (seperti di silo Flour).

Page 15: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 15

Level Oksigen yang Tidak Aman (a) Kekurangan Oksigen Udara dengan level oksigen yang rendah dapat menyebabkan cedera bahkan kematian. Gejala yang timbul seperti tekanan emosional, kelelahan, sakit kepala mual dan muntah, terjatuh dan pingsan. Kondisi berikut merupakan penyebab kurangnya oksigen:

reaksi oksidasi lambat dari zat organik maupun anorganik (contohnya, sebuah kapal, terutama dengan konstruksi besi, ditinggalkan tertutup untuk beberapa lama menyebabkan menipisnya oksigen karena formasi oksidasi dari produk di bawah permukaan kapal (yaitu karat), atau di dalam saluran air kotor karena berbagai macam kandungannya;

oksidasi cepat (combustion);

pengenceran atau penggantian udara dengan gas inert (contohnya dengan mengalirkan gas inert untuk menghilangkan gas mudah terbakar atau uap beracun);

penyerapan oleh butir biji padi, bahan kimia atau tanah (seperti di dalam silo penyimpanan padi); dan

pekerjaan yang tengah dilakukan, seperti pengelasan, atau pemotongan.

(b) Kelebihan Oksigen Berikut ini penyebab kelebihan oksigen:

bocornya pipa suplai oksigen, misalnya sewaktu dilakukannya pemotongan menggunakan oksigen atau pemanasan peralatan; dan

proses yang melibatkan oksigen kadar tinggi, seperti ocypropane cutting.

Oksigen secara normal di udara ada pada level 21%. Bilamana kandungan oksigen melebihi 21%, bahan-bahan dapat terbakar, seperti pakaian dan rambut, akan mudah terbakar jika ada pencetusnya. Kelebihan oksigen dapat mengurangi lower explosive limit (LEL) dari suatu kontaminan.

Page 16: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 16

Gambar 2 menunjukan efek pada level oksigen yang berbeda. Efek kekurangan oksigen terjadi pada seseorang yang bekerja tidak berpindah-pindah menghirup udara yang tidak terkontaminasi pada tekanan atmosfir.

Gambar 2. Effects of oxygen at different levels

Engulfment Engulfment berarti terjerumus ke dalam dan tenggelam oleh material. Hal ini dapat menyebabkan cedera atau kematian karena kesulitan bernapas atau terjepit diantara material lepas yang tersimpan di dalam kontainer seperti silo, bin dan hopper. Contoh material yang sering disimpan dan memiliki resiko engulfment:

plastik, bahan kimia dan produk pertanian seperti pupuk, padi; dan

batubara, potongan-potongan kayu. Material lepas dapat mengeras dan apabila isi kontainer dikosongkan dari bagian bawah akan meninggalkan lapisan atas tetap pada tempatnya. Seseorang yang bekerja melewati bagian atas atau bekerja di bawahnya akan “tenggelam” jika lapisan tersebut runtuh. Lihat gambar 3. Bahaya “tenggelam” lainnya timbul karena adanya rongga dari formasi material yang disimpan. Gambar 3.

Page 17: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 17

Example of "Bridging" which may result in engulfment

Bahaya lainnya Mengerjakan pekerjaan di dalam ruang tertutup dapat pula menimbulkan resiko, yaitu dari: (i) Bahaya Mekanikal Terpajan terhadap bahaya mekanikal yang ada di plant dapat menyebabkan terjepit, tergencet, terpotong, atau tertembus yang mengenai bagian tubuh pekerja. Sumber-sumber bahaya mekanikal di plant seperti augers, agitators, blenders, mixers, stirrers, dan conveyors. (ii) Bahaya Pencetus Api (ignition) Bahaya ini biasanya muncul di dalam pekerjaan ruang tertutup atau area sekitarnya. Keberadaan sumber-sumber pencetus dimana kondisi udara mudah terbakar juga muncul dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan. Contoh sumber pencetus:

api terbuka, sumber panas, listrik statis atau gesekan;

pengelasan dan pemotongan, rivetting, hot forging;

peralatan elektronik seperti kamera, pager, teleopon selular, alat bantu dengar, dsb;

pembakaran pada mesin, portable electric tools; dan

kegiatan seperti grinding, chipping, sandblasting. (iii) Bahaya listrik (tersengat) Bahaya listrik dapat menyebabkan kesetrum, shock, atau terbakar, dan timbul dari:

lines, cables, transformers, capacitors, relays, exposed terminals; dan

permukaan yang basah dimana sirkuit listrik dan tenaga listrik digunakan.

(iv) Keberadaan suatu bahan yang tak terkontrol Keberadaan suatu bahan yang tidak terkontrol seperti uap panas, air, dan cairan lainnya, gas atau padatan dapat menenggelamkan, terselimuti fume atau tertimbun, dapat membahayakan tergantung sifat bahan tersebut.

Bahan kimia di udara dapat berupa : Vapors : Bentuk gas yang biasanya berupa padatan atau cairan (solvent vapors)

Page 18: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 18

Gases : Fluida tak berbentuk mengikuti ruang yang ditempatinya, dan dapat diubah menjadi bentuk cair dengan meningkatkan tekanan atau mengurangi temperatur atau keduanya.

Dust : Partikel padat halus yang dihasilkan oleh proses-proses industri seperti pengangkutan, pemecahan batuan, penghalusan atau peledakan.

Fume : Partikel padat halus yang tersuspensi di udara sebagai akibat pemanasan bahan metal (welding fume).

Mists : Partikel cair halus di udara yang terkondensasi dan dihasilkan ketika zat cair disemprotkan atau dipercikan.

Smoke : Partikel halus yang terjadi sebagai akibat pembakaran tidak sempurna. Aerosol : Segala bentuk partikel padat atau cair yang halus yang dapat berdiam

dalam periode yang cukup lama di udara.

Page 19: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 19

(v) Kebisingan (Noise) Terpajan kebisingan yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan pendengaran. Kebisingan dapat timbul dari palnt itu sendiri, dan proses yang sedang dilakukan. (vi) Manual handling Bahaya dari manual handling dapat timbul berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang tertutup atau lebih diperburuk oleh keterbatasan ruang gerak dalam bekerja. Hal ini dapat pula timbul karena penggunaan alat pelindung diri yang membatasi gerak dan mobilitas selama pekerjaan angkat mengangkat dilakukan. (vii) Radiasi Sumber-sumber radiasi: lasers, welding flash, radio frequency (RF) and microwaves, radioactive sources, isotopes and X-rays. (viii) Environmental hazards Contoh bahaya lingkungan:

panas atau dingin dari tempat kerja;

basah atau lembab; dan

slip, trip dan terjatuh, karena permukaan yang licin. (ix) Biological hazards Terdapat sejumlah penyakit infeksi karena mikroba yang mungkin timbul selama melakukan pekerjaan di dalam ruang tertutup. Kontak dengan jamur dapat menyebabkan sakit kulit atau terpajan jamur yang melayang-layang di udara menyebabkan penyakit hypersensitivity pneumonitis. Virus dan bakteri juga merupakan bahaya, contohnya bakteri leptospirosis dan E coli yang terdapat di saluran pembuangan air kotor. Insecta, ular dan kutu merupakan contoh lain dari bahaya biolgis.

(x) Traffic hazards Bahaya lalu lintas menjadi perhatian dimana jalan masuk atau keluar dari ruang tertutup terletak di tempat jalan kaki atau jalan dan ada potensi bagi pekerja yang masuk atau keluar tertabrak sehingga cedera oleh lalu lintas kendaraan, seperti mobil atau alat angkat foklift. Potensi orang-orang yang lalu lalang terjerumus ke dalam ruang tertutup juga mungkin terjadi.

Page 20: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 20

II.2 Penilaian Resiko II.2.1 Bagaimana melakukan Penilaian Resiko “Penilaian Resiko” adalah proses menentukan apakah terdapat resiko yang berkaitan dengan setiap jenis bahaya yang teridentifikasi dan apakah ada kemungkinan terjadinya cedera atau sakit. Penilaian terhadap resiko harus memperhatikan kontrol yang telah ada dan efektifitasnya di lapangan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko seperti:

hasil test gas dan kandungan oksigen serta gas mudah terbakar;

evaluasi teknis;

analisis terhadap pengalaman di lokasi kerja serupa;

instruksi dan manual dari profesional (occupational hygienists, engineers, chemists, safety officers), designers, manufacturers, suppliers, importers, employers, employees or any other relevant parties.

II.2.2 Faktor yang perlu Dipertimbangkan sewaktu Melakukan Penilaian Resiko

(a) Jenis ruang tertutup; (b) setiap kemungkinan adanya perubahan level oksigen dan kontaminan di udara; (c) pekerjaan yang hendak dilakukan di dalam ruang tertutup; (d) pekerjaan di luar ruang tertutup; (e) Jalan masuk dan keluar; dan (f) prosedur keadaan darurat.

II.2.3 Faktor Fisik dan Psikis Memasuki atau bekerja di dalam ruang tertutup adalah berbahaya dan memerlukan tuntutan fisik dan psikis yang ekstra. Pertimbangannya adalah:

bekerja pada ketinggian dan suhu dingin;

bekerja di ruangan dimana ruang gerak terbatas; dan

penggunaan alat pelindung diri. Kondisi fisik pekerja sangat dituntut sewaktu bekerja di ruang tertutup.

Page 21: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 21

II.3 Standar Pemajanan

Tingkat Pemajanan (Degree of Exposure) Untuk mengetahui tingkat pemajanan (exposure) dilakukan pengujian dengan melakukan pengambilan sampel di lokasi yang bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menggambarkan tingkat pemajanan ini adalah : ppm : part per million (satu bagian volume per sejuta bagian volume udara ) mg/m3 : miligram gas per meter kubik udara % : persentase, satu satuan volume gas di dalam 100 satu satuan volume udara Untuk mengevaluasi tingkat pemajanan tersebut, hasil pengukuran konsentrasi kontaminan di udara dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV). NAB atau TLV adalah nilai yang menggambarkan suatu kondisi yang dipercaya pada mana hampir seluruh pekerja mungkin terpapar berulangkali, hari demi hari, tanpa timbul efek yang merugikan kesehatannya. NAB dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian bahaya-bahaya kesehatan, dan tidak dapat digunakan sebagai batas antara konsentrasi yang aman dan konsentrasi yang membahayakan untuk zat-zat tertentu. Jadi NAB tidak dimaksudkan sebagai garis batas antara konsentrasi yang aman dan yang membahayakan. NAB terdiri dari 3 kategori yaitu : a) Threshold Limit Value-Time Weighted Average (TLV-TWA), yaitu konsentrasi rata-

rata untuk 8 jam kerja yang normal sehari dan 40 jan seminggu, dimana hampir seluruh pekerja mungkin terpapar berulang-ulang, hari demi hari, tanpa timbulnya gangguan yang merugikan.

b) Threshold Limit Value-Short Term Exposure Limit (TLV-STEL), yaitu konsentrasi

dimana pekerja-pekerja dapat terpapar terus menerus untuk jangka pendek (15 menit) tanpa mendapat gangguan berupa (1) iritasi, (2) kerusakan jaringan yang menahun atau tidak dapat kembali, dan (3) narkosis derajat tertentu dimana dapat meningkatkan kecelakaan atau mengurangi efisiensi kerja. Paparan selama 15 menit ini tidak boleh terulang lebih dari empat kali per hari. Antara paparan 15 menit pertama dengan 15 menit berikutnya sekurang-kurangnya ada jedah selama 60 menit.

c) Threshold Limit Value - Ceiling (TLV-C), yaitu konsentrasi yang tidak boleh

dilampaui setiap saat.

Page 22: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 22

Contoh NAB (TLV-TWA) kualitas udara di tempat kerja :

Gas TLV-TWA

Oksigen (02) Karbon dioksida (CO2) Karbon monoksida (CO) Hidrogen sulfida (H2S) Nitrogen dioksida (NO2) Sulfur dioksida (SO2)

19.5% 5000 ppm 25 ppm 10 ppm (STEL 15 ppm) 3 ppm (STEL 5 ppm) 2 ppm (STEL 5 ppm)

Sumber: ACGIH, 2001

Page 23: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 23

Untuk gangguan kebisingan, tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah :

Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 4 2 1 30 15 7,5 3,75 1,88 0,94 28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11

Jam Menit Detik

85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139

Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat. Sumber: Kep-Men Tenaga Kerja No.: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Kebisingan

II.4 Pengendalian Resiko Pengendalian (control) lingkungan kerja, yang dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Untuk menentukan jenis teknologi pengendalian yang paling tepat dan mungkin dilaksanakan, dapat digunakan pertanyaan berikut sebagai pedoman: Apakah jenis bahaya yang potensial, sumber serta lokasinya ? Apakah sumber bahaya bisa dihilangkan atau diisolasi secara menyeluruh? Apakah ada cara lain yang kurang berbahaya untuk pelaksanaan produksi

(penggantian bahan, peralatan atau cara kerja)? Apakah kontak antara bahan-bahan yang berbahaya dengan pekerja di dalam

ruang kerja hanya dapat dikurangi dalam segi waktu dan frekuensi, atau dipindahkan ke tempat lain yang lebih jauh?

Apakah ada cara untuk untuk mencegah atau mengurangi jumlah dari zat-zat berbahaya yang kontak dengan para pekerja (dengan cara ventilasi, isolasi, penutupan), atau para pekerja yang kontak terhadap zat/bahan yang berbahaya (jarak, ruangan khusus, perlindungan perorangan)?

Apakah jangka waktu pemajanan dapat dikurangi seminimal mungkin (dengan cara praktek kerja yang cukup atau pengendalian secara administratif)?

Page 24: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 24

Prinsip Pengendalian/Kontrol

Di dalam upaya meminimalkan bahaya kesehatan, seorang harus dapat:

Mengenali bahaya tersebut,

Menentukan dan mimilih tindakan pencegahannya,

Menugaskan orang untuk melaksanakan tindakan pencegahan tersebut sesuai bidang tanggung jawabnya.

Menyiapkan cara atau metoda bagaimana mengukur efektifitas dari pelaksanaan tersebut.

Terdapat sejumlah prioritas yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengendalian bahaya. Prioritas ini disusun berdasarkan tingkatan kepentingannya, yaitu:

Menghilangkan resiko (Eliminasi).

Mengurangi resiko (reduksi).

Melengkapi perlengkapan keselamatan.

Melengkapi tanda-tanda peringatan.

Melengkapi prosedur keselamatan (dan Alat Pelindung Diri (APD)). Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sewaktu memilih perangkat pengendalian. Beberapa yang penting adalah menyangkut resiko (risk), biaya (cost), jenis atau keparahan dari suatu kerugian (loss), kepraktisannya dan tidak menimbulkan bahaya tambahan. Untuk jenis kerugian, yang menjadi prioritas utama adalah melindungi orang dan jiwa manusia, kemudian selanjutnya melindungi harta benda, lingkungan dan kegiatan operasional. Alat Pelindung Diri (APD) Dalam hirarki pengendalian, APD menempati prioritas terakhir. Penggunaan APD rendah prioritasnya karena APD tidak menghilangkan resiko. Secara umum dapat dikatakan APD hanya sebagai penghalang antara bahaya dan si pemakai, sedangkan bahayanya sendiri tetap ada. Selain itu APD rendah dalam prioritas karena penerapannya sangat tergantung dari perilaku si pemakai, tidak otomatis APD ini digunakan, perlu penegakan peraturan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan APD, adalah sebagai berikut: 1. Efektifitas. Agar efektif sesorang harus mengetahui bahaya apa yang ada di

tempat kerja. Sebagai contoh, beberapa respirator hanya melindungi dari gas toksik, sebagian lainnya hanya melindungi dari partikulat. Sarung tangan mungkin akan rusak jika terkena solven, tetapi cocok untuk pekerjaan lain. Beberapa bahaya sangat mengancam jiwa manusia, yang lain tidak. Untuk itu APD yang digunakan harus sesuai dengan bahaya yang ada.

2. Kesesuaian (fit). Ukuran dan bentuk APD harus sesuai atau cocok dengan

pemakai. Respirator yang tidak cocok misalnya, akan menyebabkan kebocoran dan

Page 25: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 25

tidak mencapai hasil perlindungan yang diharapkan. Sarung tangan yang tidak sesuai, mungkin dapat menyebabkan kontak bahan berbahaya dengan kulit, yang menyebabkan iritasi atau korosi.

3. Penggunaan (use). Memberikan APD kepada pekerja tidak berarti otomatis APD

tersebut akan digunakan. Perlu adanya aturan kerja dan penegakan ketaatannya. Untuk meningkatkan penerimaan pekerja terhadap APD, mereka harus diajak berpartisipasi, misalnya dalam pemilihan APD dan didorong untuk memberikan umpan balik mengenai masalah penggunaan APD di lapangan. Pemasangan logo perusahaan atau logo grup kerja juga akan meningkatkan penerimaan karyawan terhadap pemakaian APD.

4. Peraturan dan Standar. Peraturan dan standar yang berkaitan dengan

penggunaan APD dan penerapannya. Misalnya ASTM memliki standar untuk pengujian APD. ANSI memiliki standar untuk desian, kinerja dan penggunaan APD.

Page 26: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 26

BAB III PENDETEKSIAN GAS

III.1 Oksigen dan Gas Beracun

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi udara tersebut mengandung uap air yang jumlahnya tergantung dari cuaca dan suhu. Komposisi udara kering dimana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di sekitar laut dapat dilihat pada Tabel 1. Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm = part per million), tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm. Tabel 1. Komposisi Udara Kering dan Bersih

Komponen Formula Persen volume ppm

Nitrogen Oksigen Argon Karbon dioksida Neon Helium Metana Kripton

N2 O2

Ar CO2

Ne He CH4

Kr

78.08 20.95 0.935 0.0314 0.00182 0.000524 0.0002 0.000114

780 800 209 500 9 340 314 18 5 2 1

Sumber : Stoker dan Seager (1972) dalam Polusi Air dan Polusi Udara, Srikandi Fardiaz 1992

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa kontaminan sama sekali. Untuk itu dibutuhkan selalu udara segar untuk “mencuci” gas dan debu tersebut. Kebutuhan udara tersebut dilakukan dengan membuat sistem ventilasi yang baik dengan aliran udara yang mengandung tidak kurang 19.5% volume oksigen dengan kuantitas yang mampu mencuci gas yang berbahaya, debu dan membawanya keluar daerah kerja. Kontaminan udara primer, yaitu kontaminan yang mencakup 90% dari jumlah kontaminan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut : 1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (NOx) 3. Hidrokarbon (HC) 4. Sulfur oksida (SOx) 5. Partikel Toksisitas kelima kelompok kontaminan tersebut berbeda-beda. Dari penelitian ternyata kontaminan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut dengan NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida.

Page 27: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 27

Oksigen (O2) Gas oksigen sangat penting bagi kita karena ia dibutuhkan untuk menunjang kehidupan kita. Gas ini tidak berwarna, tak berbau dan tak berasa, dan sedikit lebih berat dibandingkan udara (specific gravity =1.1054). Oksigen tidak bersifat eksplosive tetapi membantu pembakaran. Oksigen yang ideal untuk bernapas dengan konsentrasi lebih kurang 21%. Jika kandungan oksigen di bawah 16% pada tekanan 1 atmosfer, kebanyakan orang akan mengalami kesukaran bernapas. Pada tingkat 10%, orang akan menjadi tidak sadarkan diri (pingsan) dan menjadi fatal jika berkurang menjadi kurang lebih 6%. Ada beberapa sebab mengapa terjadi kekurangan oksigen di daerah kerja: 1) Tidak cukup atau kurang sempurnanya sistem ventilasi yang membawa udara segar ke

daerah kerja; 2) Penggantian oksigen di udara oleh gas lain; 3) Kebakaran atau terjadinya peledakan yang memerlukan oksigen; 4) Konsumsi oksigen oleh pekerja. Uktuk mendeteksi kekurangan oksigen di udara, dapat digunakan oksigen detector atau nyala lampu safety (flame safety lamp). Karbon monoksida (CO) Gas ini tidak berwarna, tak berbau, tak berasa, dan sedikit lebih ringan dibandingkan udara (1:0.9672). Gas CO bersifat explosife dan dapat terbakar. Kisaran sifat eksplosifnya adalah 12.5-74.2%. Gas CO terbentuk karena salah satu proses di bawah ini :

Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.

Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O. CO bersifat sangat toksik. Pada konsentrasi hanya 0.15 sampai 0.20% saja, gas ini sangat membahayakan karena sifatnya mengikat (afinitas) sangat cepat sel darah merah (Hb) dibandingkan sel ini mengikat oksigen yang diperlukan sel tubuh. Tanpa oksigen sel akan mati. Oleh karena itu mengapa orang dapat pingsan, yaitu karena sel otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Terpapar CO dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan tidak sadar diri dan kematian tanpa seseorang mengalami gejala yang mencolok terlebih dahulu (Gejala yang timbul hanya merasa sakit kepala). Berlangsungnya keterpaparan CO menyebabkan semakin meningkatnya keracunan di dalam tubuh. Pada konsentrasi 500 ppm (0.05%) dapat berakibat fatal hanya dalam waktu 3 jam. Nitrogen dioksida (NO2) Gas nitrogen dioksida merupakan gas tidak berwarna pada suhu rendah, sedangkan pada suhu tinggi akan berwarna coklat kemerahan dan berbau seperti asap peledakan. Gas ini dihasilkan pada suhu tinggi karena proses pembakaran pada mesin bensin dan diesel yang dikeluarkan dari kenalpotnya, perpindahan arus listrik yang menyebabkan bunga api, dan operasi peledakan. Specific gravity gas ini adalah 1.5894. Gas ini tidak eksplosif dan tidak dapat terbakar.

Page 28: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 28

Bahaya kesehatan dari gas nitrogen dioksida adalah sifatnya yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan dapat bercampur dengan uap air dan cairan tubuh di saluran pernapasan tersebut dan paru-paru yang membentuk senyawa asam. Senyawa ini bersifat korosif terhadap sel tubuh. Keterpaparan singkat pada tingkat 0.01 sampai 0.015% gas ini berbahaya, dan pada tingkat 0.02 sampai 0.07% dapat berakibat fatal. Sulfur dioksida (SO2) Gas sulfur dioksida merupakan gas tidak berwarna, berasa asam, dan berbau sulfur yang sangat kuat, serta lebih berat dibandingkan udara (specific gravity = 2.2638). Gas ini tidak dapat meledak atau terbakar. Karena tingginya specific gravity, gas ini sulit menyebar dengan ventilasi Bahaya kesehatan dari gas sulfur dioksida adalah sifatnya yang sangat toksik yang menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan, walaupun dalam jumlah kecil. Pada konsentrasi 0.001% atau kurang menyebakan iritasi pada mata dan saluran pernapasan. Konsentrasi yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan paru-paru; ketidakmampuan bernapas dan kelumpuhan pada sistem pernapasan. Namun demikian karena gas ini sangat iritan, menjadi sangat mudah terdeteksi sehingga seseorang dapat segera menghindar dari daerah yang mengandung sulfur dioksida. Gas ini terbentuk akibat peledakan di daerah batuan yang mengandung sulfur atau pembakaran besi pyrit (iron pyrite). Gas ini juga dapat terbentuk dari proses pembakaran mesin dengan bahan bakar diesel. Hidrogen sulfida (H2S) Gas ini merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat racun, dapat terbakar dan memiliki bau yang khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah. Gas ini juga iritan dan lebih berat daripada udara (specific gravity = 1.1906). Gas hidrogen sulfida bersifat eksplosif dan dapat terbakar pada konsentrasi 4.3 sampai 45.5% di dalam kondisi udara normal. Pada konsentrasi 14.2%, H2S sangat eksplosif. Bahaya kesehatan dari gas ini adalah sifatnya yang sangat beracun. Pada konsentrasi 0.005 - 0.010% menyebabkan peradangan pada mata dan sistem pernapasan; 0.02 - 0.07% menyebabkan bronchitis atau pneumonia; 0.07 - 10% menyebabkan pingsan seketika, napas terhenti dan kematian; dan 0.10 - 20% atau lebih dapat menyebabkan kematian seketika. Terpapar gas hidrogen sulfida secara terus menerus dapat mengurangi daya penciuman, oleh karena itu jangan menggantungkan hanya pada hidung anda untuk mendeteksi ada tidaknya H2S, selain dapat menyebabkan iritasi pada mata. Gas ini dihasilkan dari proses dekomposisi senyawa sulfur. Kebanyakan terdapat di lapangan minyak dan gas. Gas H2S juga dapat dihasilkan dari air tambang yang mengandung larutan H2S, atau juga peledakan pada tambang dengan batuan mengandung sulfida.

Page 29: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 29

III.2 Gas Mudah Terbakar Jika ada kemungkinan kebakaran atau peledakan, pekerja harus memastikan bahwa tidak ada sumber pencetusnya di dalam maupun dari luar ruangan. Harus dipastikan konsentrasi gas yang mudah terbakar di bawah batas yang diijinkan (< 10% LEL). Kebakaran atau peledakan ditimbulkan karena adanya 3 unsur, yaitu udara, sumber pencetus dan adanya gas atau uap. Contoh sumber pencetus kebakaran atau peledakan:

Api terbuka, panas dari permukaan: - Api las atau permukaan yang dilas - Korek api - Temperatur permukaan yang panas

Pelistrikan

Mekanikal - tumbukan antara metal dengan metal - peralatan yang menimbulkan percikan api seperti grinding wheels

Energi Kimia (reaksi yang menimbulkan panas)

Listrik statis Zat yang mudah terbakar di udara umumnya meningkat karena adanya oksigen di udara, keberadaan gas, penguapan cairan yang mudah terbakar, reaksi kimia, konsentrasi debu yang dapat terbakar, atau zat yang keluar dari suatu permukaan. Rentang keterbakaran atau flammable range adalah suatu rentang gas atau zat yang mudah terbakar (% volume dalam udara) dimana suatu peledakan atau kebakaran dapat terjadi. Rentang ini ditunjukan oleh istilah LEL (Lower Explosive Limit) dan UEL (Upper Explosive Limit). Dalam pengujian gas yang mudah terbakar kita membandingkan hasil pengukuran dengan LEL-nya. Gas detector menunjukan berapa % LEL dari gas yang mudah terbakar yang mungkin ada di udara. Contoh

LEL & UEL (LFL & UFL) Gas atau Uap Gas atau Uap LEL (%) UEL (%) UEL to LEL ratio Acetylene 2.3 100.0 43.49 Carbon Monoxide 10.9 74.0 6.79 Ethylene 2.3 36.0 15.65 Hydrogen 4.0 77.0 19.25 Methane 4.4 17.0 3.86 Benzene 1.2 8.0 6.67 Propane 1.7 10.9 6.41 N-Pentane 1.4 7.8 5.57 Toluene 1.1 7.8 7.09

Makin tinggi rasio UEL terhadap LEL gas tersebut makin reaktif, semakin bahaya untuk meledak, dan semakin mudah tersulut.

Page 30: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 30

III.2 Ventilasi Ventilasi diperlukan untuk memelihara kondisi udara dalam ruang tertutup pada level yang aman. Ventilation harus selalu dijaga selama masa pekerjaan berlangsung. Pemilihan cara bagaimana mengalirkan udara dengan perlatan ventilasi tergantung dari beberapa faktro seperti luas bukaan, gas yang hendak dibuang (apakah mudah terbakar atau tidak) dan sumber udara bersih yang digunakan.

Apabila ruang tertutup memiliki cukup bukaan maka ventilasi natural mungkin telah memadai, namun biasanya diperlukan ventilasi mekanis untuk membantu mensuplai udara bersih atau menarik gas-gas toksik yang ada. Contoh ventilasi mekanis adalah blower fan atau exhaust fan. Pertimbangan perlu diambil mengenai udara bersih sebagai sumber dan kemana pembuangannya.

III.4 TEKNIK PENDETEKSIAN GAS Indera kita tidak dapat digunakan sebagai alat yang terpercaya untuk menentukan apakah kandungan gas atau kontaminan di udara tersebut aman atau tidak. Banyak gas beracun, seperti karbon monoksida, tidak dapat dilihat atau dicium baunya, demikian juga tingkat kandungan oksigen. Seperti misalnya untuk pekerjaan confined space, kita harus melakukan pengujian kualitas udara di dalam ruang tertutup tersebut. Pengujian dilakukan terhadap:

kandungan oksigen,

kandungan kontaminan yang mudah terbakar,

kandungan kontaminan lainnya yang memiliki bahaya potensial. Pengujian dan analisa haruslah dilakukan dengan menggunakan peralatan dan teknis yang sesuai oleh orang yang terlatih untuk itu, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya. Terdapat banyak macam peralatan pendeteksi gas yang masing-masing memiliki spesifikasi dan perawatan tersendiri. Peralatan deteksi gas menggunakan tabung misalnya, pengecekan kebocoran pada pompa harus selalu dilakukan untuk menghindari pembacaan hasil yang lebih rendah. Tabung deteksi yang digunakan memiliki masa pakai yang terbatas. Penggunaan multigas detector harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan gas standar yang telah diketahui kadarnya, sehingga kita yakin keakuratan hasil pembacaannya.

Page 31: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 31

Dimana kita melakukan Pengujian? Pengujian harus dilakukan dari luar dengan memasukan sample probe melalui celah atau lobang bukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan selang atau pipa yang dapat dipanjangkan, sehingga dapat menjangkau bagian dalam dari ruangan. Beberapa gas atau uap lebih berat dari udara (contohnya hydrogen sulfida) dan di dalam area yang tidak berventilasi gas tersebut akan berada di bagian bawah dari ruangan. Demikian pula gas yang lebih ringan dari udara (contoh gas metan) akan dijumpai di sekitar bagian atas dari ruangan. Oleh karena ada kemungkinan gas berada pada level yang berbeda, maka pengujian atau test harus dilakukan pada bagian atas, tengah maupun bawah daripada ruangan. Pengujian pada bagian horizontal juga harus dilakukan dengan interval jarak tertentu, sehingga kita mendapatkan sejumlah titik pengukuran yang mewakili kondisi seluruh ruangan. Jika diperlukan kita harus masuk untuk mengukur di dalam suatu ruangan tertutup maka:

Alat pelindung diri berupa respirator dengan suplai oksigen perlu dipakai; dan

peraturan mengenai perijinan bekerja di ruangan tertutup harus diikuti. Kapan kita melakukan Pengujian? Pengujian harus dilakukan sebelum masuk ke ruangan tertutup atau sebelum melakukan pekerjaan yang kemungkinan ada bahaya peledakan gas. Jika pengujian menunjukan adanya kekurangan oksigen atau gas beracun, maka diperlukan ventilasi atau pengaliran udara sebelum pekerjaan dilakukan dan lakukan pengujian lagi sebelum pekerja masuk ke dalam ruangan. Pengujian sebelum masuk menunjukkan apakah ruangan tertutup sudah aman untuk dimasuki. Oleh karena kondisi udara selalu berubah, maka pengujian harus dilakukan selam pekerjaan berlangsung, baik menurut interval waktu maupun secara terus menerus.

Page 32: BEKERJA SECARA AMAN DI DALAM RUANG TERTUTUP...BAB I KEBIJAKAN DAN PROSEDUR I.1 Maksud dan Ruang Lingkup 6 I.2 Definisi 6 I.3 Prosedur 8 I.4 Tugas-Tugas Personil 10 BAB II IDENTIFIKASI

Confined Space Entry

Konsultan OSHE Indonesia 32

REFERENSI

Coastal Video Communications Corp. 1993. Confined Space Ventilation. Booklet. Coastal Video Communications Corp.,

Virginia, USA. National Safety Council. 1991. Confined Spaces. Booklet. National Safety Council , USA. Pettit, Ted and Herb Linn. 1987 A Guide to Safety in Confined Spaces. National Institute for Occupational Safety

and Health, US Department of Health and Human Services.. Training Enterprises, Pty Limited. Safe Entry & Working In Confined Spaces. Participants Manual. Training

Enterprises Australia. Yanri, Zulmiar, Dr., PhD. et al. 1999. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. PT Citratama Bangun Mandiri,

Jakarta.